Jenis Penelitian Variabel dan Definisi Operasional

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei deskriptif, maksudnya adalah suatu penelitian yang tujuan utamanya mendeskripsikan atau menggambarkan tingkat pengetahuan penggunaan antibiotik oleh mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU periode September 2013 – Maret 2014. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU Jalan Alumni no. 2 USU, Medan. Alasan peneliti melakukan penelitian di Departemen Bedah Mulut karena peresepan antibiotik banyak diberikan oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di Departemen Bedah Mulut, baik sebagai antibiotik profilaksis dan terapi kasus peradangan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Juli 2013 sampai selesai. 3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian ini adalah mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU.

3.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pemilihan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling atau sampel jenuh dimana sampel merupakan seluruh populasi, maka seluruh mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut RSGM-P FKG USU periode September 2013 – Maret 2014 sebanyak 50 orang yaitu pada periode 16 September-23 November 2013 berjumlah 12 orang, periode 7 Oktober-14 Desember 2013 berjumlah 12 orang, periode 2 Desember 2013-8 Februari 2014 berjumlah 12 orang, dan periode 6 Januari-15 Maret 2014 berjumlah 16 orang.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

Tabel 4. Variabel dan Definisi Operasional No. Variabel Defenisi Operasional 1. Pengetahuan Pengetahuan responden tentang penggunaan antibiotik dalam hal defenisi antibiotik, klasifikasi antibiotik, dosis penggunaan secara empiris, indikasi penggunaan antibiotik, efek samping penggunaan antibiotik, dan resistensi terhadap antibiotik. 2. Definisi Antibiotik Zat yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau dihasilkan secara sintetik yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan mikroorganisme. 3. Klasifikasi Antibiotik • Berdasarkan struktur kimia 1 Antibiotik β-laktam yang terdiri atas golongan penisilin dan derivatnya, sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam; 2 Antibiotik makrolida dan ketolida misalnya eritromisin dan derivatnya, azitromisin, dan sebagainya; 3 Linkosamida, terdiri atas klindamisin dan linkomisin; 4 Metronidazole; 5 Tetrasiklin; 6 Glisilsiklin; 7 Golongan kuinolonfluoro-kuinolon seperti sinoksasin, siprofloksasin, dan sebagainya; 8 Golongan aminoglikosida, di antaranya Gentamisin, Kanamisin, dan sebagainya; 9 Vankomisin; 10 Streptogramin; 11 Oksasolidinon; 12 Sulfonamida; 13 Kloramfenikol. No. Variabel Defenisi Operasional 4. Aktivitas dan spektrum kerja antibiotik • Bakterisidal • Bakteriostatik Antibiotik yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas yang membunuh mikroorganisme, misalnya: penisilin, sefalosporin, aminoglikosida jika digunakan dalam dosis besar, kotrimoksazol, rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Antibiotik yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme, misalnya sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. 5. Dosis Antibiotik Jumlah antibiotik yang disarankan. a. Dosis antibiotik untuk peradangan odontogenik - Amoksisilin = 500 mg8 jam po - Amoksisilin-asam klavulanat: 250 mg amoksisilin+125 mg klavulanat8 jam po 500 mg amoksisilin + 125 mg klavulanat8 jam po - Klindamisin: ringan-sedang: 150-300 mg6 jam po berat: 300-450 mg6 jam po - Azitromisin = 500 mg24 jam po; 3 hari berturut-turut - Siprofloksasin = 500 mg12 jam po - Metronidazole = 500mg8 jam po - Gentamisin = 240 mg24 jam im atau iv - Penisilin= 1,2-2,4 juta IU24 jam im atau 24 juta IU24 jam iv b. Dosis antibiotik sebagai profilaksis antibiotik untuk pasien dewasa - Amoksisilin = 2 g po; ½-1 jam sebelum - Ampisilin = 2 g im atau iv; ½ jam sebelum - Klindamisin = 600 mg po atau iv; ½ atau 1 jam sebelum - Sefaleksin atau sefadroksil = 2 g po; 1 jam sebelum - Azitromisin atau klaritromisin = 500 mg po oral; 1 jam sebelum - Eritromisin = 500 mg po; 1 jam sebelum - Sefazolin = 1 g im atau iv; ½ jam sebelum - Seftriakson = 1 g im atau iv; 1 jam sebelum 6. Indikasi Penggunaan Indikasi adalah suatu keyakinan bahwa suatu rencana perawatan tertentu diperlukan. Indikasi penggunaan antibiotik yaitu suatu No. Variabel Defenisi Operasional Antibiotik keyakinan bahwa pemberian antibiotik kepada pasien diperlukan pada keadaan tertentu. Keadaan yang memerlukan terapi antibiotik yaitu: a. Sebagai pengobatan pada kasus peradangan − Penyakit periodontal : GUNA gingivitis ulseratif nekrose akut, abses periodontal, localized juvenile periodontitis, periodontitis pada dewasa, dan periodontitis agresif. − Peradangan oral: peradangan jaringan lunak abses, selulitis fasial, pasca-bedah, periokoronitis, dan osteomyelitis. − Peradangan campuran yang tidak sensitif terhadap penisilin: peradangan karena bakteri aerob, dan peradangan karena bakteri anaerob dan kronis. b. Sebagai profilaksis untuk pasien yang berisiko terhadap peradangan fokal ataupun peradangan lokal − Pasien dengan penyakit jantung reumatik dan katup jantung buatan − Pasien yang memiliki riwayat endokarditis infektif − Pasien dengan penyakit jantung bawaan misalnya penyakit jantung sianotik − Penerima cangkok jantung pada penderita valvulopati 7. Efek Samping Antibiotik Suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh penggunaan antibiotik, yaitu reaksi alergi, reaksi toksik, dan perubahan biologik dan metabolik. 8. Resistensi terhadap Antibiotik Kemampuan mikroorganisme menjadi kebal atau dapat melawan efek agen antibiotik, baik yang didapat mikroorganisme atau secara alami. Berdasarkan sumbernya dapat dibedakan menjadi resistensi primer bawaan, resistensi sekunder dapatan, dan resistensi episomal. Resistensi dapat terjadi karena: 1 Penggunaan antibiotik yang terlalu sering; 2 Penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi; 3 Durasi penggunaan antibiotik terlalu pendek atau lama; 4 Penundaan pemberian antibiotik pada pasien dengan penyakit kritis.

3.5 Cara Pengumpulan Data

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

4 91 78

Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013

5 72 69

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 69 86

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Antibiotik Dan Penatalaksanaan Alergi Antibiotik Di Klinik Bedah Mulut Fkg Usu 2015

2 87 101

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 15

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 15

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP PENGETAHUAN ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 1 32

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 0 13