Spektrofotometer UV-Vis TINJAUAN PUSTAKA

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta antioksidan yang langsung menjangkau radikal DPPH dengan pemantauan absorbansi pada panjang gelombang 517 nm menggunakan spektrofotometer. Radikal DPPH dengan nitrogen organik terpusat adalah radikal bebas stabil dengan warna ungu gelap yang ketika direduksi menjadi bentuk nonradikal oleh antioksidan menjadi warna kuning Yu, 2008. Aktivitas anioksidan pada metode DPPH dinyatakan dengan IC 50 Inhibitory Concentration. IC 50 adalah bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak yang mampu menghambat aktivitas DPPH sebesar 50. Semakin kecil nilai IC 50 berarti makin tinggi aktivitas antioksidan Blois, 1958. Nilai IC 50 50 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sangat aktif, nilai IC 50 50-100 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan aktif, nilai IC 50 101-250 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan sedang, nilai IC 50 250-500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan lemah, dan nilai IC 50 500 ppm menunjukkan kekuatan antioksidan tidak aktif Jun, et. al., 2003. AAI Antioxidant Activity Index adalah nilai yang menunjukkan besarnya aktivitas antioksidan yang dimiliki suatu ekstrak atau bahan uji. Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji ppm dibagi dengan nilai IC 50 yang diperoleh ppm. Nilai AAI yang 0,5 menandakan aktivitas antioksidan lemah, AAI 0,5 -1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI 2 menandakan aktivitas antioksidan sangat kuat Helio, et al., 2010.

2.10 Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometri Ultraviolet-Visibel UV-Vis merupakan salah satu teknik analisis spektroskopi yang memakai sumber radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat 190-380 nm dan sinar tampak 380-780 nm dengan memakai instrumen spektrofotometer. Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif ketimbang kualitatif Mulja dan Suharman, 1995. Spektrofotometer terdiri atas spektrometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditranmisikan atau yang diabsorpsi. Spektrofotometer tersusun atas sumber spektrum yang kontinu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blangko dan suatu alat untuk mengukur pebedaan absorpsi antara sampel dan blangko ataupun pembanding Khopkar, 1990. Spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel yang berupa larutan, gas, atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain: 1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya dan tidak berwarna. 2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis. 3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis. Mulja dan Suharman, 1995. Hal –hal yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-Vis sebagai berikut. 1. Penentuan panjang gelombang maksimum Panjang gelombang yang digunakan untuk analisis kuantitatif adalah panjang gelombang dimana terjadi serapan maksimum. Untuk memperoleh panjang gelombang serapan maksimum, dilakukan dengan membuat kurva hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang dari suatu larutan baku pada konsentrasi tertentu. 2. Pembuatan kurva kalibrasi Dibuat seri larutan baku dari zat yang akan dianalisis dengan berbagai konsentrasi. Masing –masing absorbansi larutan dengan berbagai konsentrasi diukur, kemudian dibuat kurva yang merupakan hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. Bila hukum Lambert-Beer terpenuhi maka kurva kalibrasi berupa garis lurus. 3. Pembacaan absorbansi sampel atau cuplikan Absorbansi yang terbaca pada spektrofotometer hendaknya antara 0,2 sampai 0,6. Anjuran ini berdasarkan anggapan bahwa pada kisaran nilai UIN Syarif Hidayatullah Jakarta absorbansi tersebut kesalahan fotometrik yang terjadi adalah paling minimal Gandjar dan Rohman, 2007 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian I dan Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Jakarta, Ciputat. Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan dari bulan April sampai dengan Oktober 2014.

4.2 Alat dan Bahan

4.2.1 Alat

Blender Philips, wadah plastik, ayakan BBS, alumunium foil, kertas saring, kertas TLC, corong, pipet volum, micropipet, wadah maserasi, batang pengaduk, beaker glass, timbangan analitik digital AND GH-202, rotari evaporator vakum Eyela, tabung reaksi, labu ukur, erlenmeyer, penangas air, dan Spektroskopi UV-Vis Hitachi U-2910.

4.2.2 Bahan Uji

Daun sirsak Annona muricata Linn yang diperoleh dari Kampung Babakan Kabupaten Tangerang dan telah dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Cibinong.

4.2.3 Bahan Kimia

Etanol 96, 70, dan 50, asam klorida, Mayer LP, Dragendorf LP, asam asetat anhidrat, metanol, asam sulfat P, larutan gelatin, FeCl 3, NaOH, metanol p.a, 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazil DPPH, Vitamin C, dan Aquadest.