Pengambilan Bahan Pembuatan Simplisia Pembuatan Ekstrak Kental Pengujian Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3 Metode Penelitian

4.3.1 Pengambilan Bahan

Daun sirsak diperoleh dari Kampung Babakan Kabupaten Tangerang. Daun sirsak yang diambil merupakan daun sirsak yang berwarna hijau tua. Pengambilan daun sirsak dilakukan pada pagi hari sebelum matahari bersinar terik Zuhud, 2011.

4.3.2 Pembuatan Simplisia

Sebanyak 8 kg daun Annona muricata Linn ditimbang kemudian dicuci bersih lalu diangin-anginkan tanpa terkena sinar matahari langsung selama 5 hari. Setelah kering dilakukan sortasi kering, dihaluskan dengan blender, serbuk simplisia yang didapat diayak dengan ayakan mesh 40 kemudian ditimbang Depkes RI, 1980. Simpan serbuk simplisia dalam wadah bersih, kering dan terhindar dari sinar matahari untuk proses ekstraksi selanjutnya.

4.3.3 Pembuatan Ekstrak Kental

Sejumlah 300 gram serbuk simplisia daun sirsak Annona muricata Linn diekstraksi secara maserasi pada masing-masing pelarut etanol 96, 70, dan 50 sebanyak 500 mL dengan beberapa kali pengadukan, lalu disaring. Kemudian prosedur diulangi hingga 11 kali maserasi. Filtrat yang terkumpul dipekatkan dengan vakum rotavapor pada suhu 45-50 ˚C hingga diperoleh ekstrak kental etanol 96, 70, dan 50.

4.3.4 Penapisan Fitokimia

a Identifikasi alkaloid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 5 mL asam klorida, kemudian disaring. Filtrat yang didapatkan digunakan sebagai larutan percobaan yang selanjutnya dilakukan sebagai berikut: 1 Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Mayer LP, hasil positif dengan terbentuknya endapan berwarna kuning. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2 Larutan percobaan diambil 1 mL kemudian ditambahkan 2 tetes pereaksi Dragendorf LP, hasil positif dengan terbentuknya endapan merah Tiwari, et al., 2011. b Identifikasi Flavonoid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes larutan NaOH. Terbentuknya warna kuning intens yang menjadi tidak berwarna dengan penambahan asam encer menunjukkan adanya flavonoid Tiwari, et al.,

2011. c

Identifikasi Saponin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 mL aquades, kemudian dikocok selama 10 detik. Hasil positif ditunjukkan dengan terbentuknya buih yang stabil selama tidak kurang dari 10 menit Tiwari, et al., 2011. d Identifikasi Triterpenoid dan Steroid Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental dilarutkan dalam 2 mL kloroform dalam tabung reaksi yang kering lalu ditambahkan 10 tetes asetat anhidrat dan 3 tetes asam sulfat pekat. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya larutan berwarna merah untuk pertama kali kemudian berubah menjadi biru dan hijau Harborne, 1987. e Kuinon Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes NaOH 1N kemudian diamati perubahan warnanya. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya warna kuning Harborne, 1987. f Tanin Sebanyak 0,5 gram ekstrak kental ditambahkan 2 tetes larutan gelatin 1 dalam NaCl. Terbentuknya endapan putih menunjukkan adanya tanin Tiwari, et al., 2011. g Fenol Sebanyak 0,5 gram ekstrak ditambahkan 3 etes larutan FeCl 3 . Terbentuknya warna hitam hijau kebiruan mengindikasikan adanya senyawa fenol Tiwari, et al., 2011. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.3.5 Pengujian Antioksidan secara Kuantitatif dengan Metode DPPH

4.3.5.1 Pembuatan Larutan DPPH 0,1 mM

Sebanyak 1,98 mg DPPH BM 394,32 dilarutkan dengan metanol p.a pro analisa dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL. Volume dicukupkan dengan metanol p.a hingga tanda batas, kemudian ditempatkan dalam botol gelap.

4.3.5.2 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH

Sebanyak 2 mL larutan DPPH 0,1 mM dimasukkan ke dalam tabung reaksi lalu ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL, tutup dengan aluminium foil, dihomogenkan dengan vortex lalu dituang ke dalam kuvet dan diukur pada panjang gelombang 400-800 nm menggunakan spektrofotometer UV- Vis Musfiroh dan Syarief, 2009. Panjang gelombang maksimum DPPH yang digunakan berada pada 515,5 nm.

4.3.5.3 Pembuatan Larutan Blanko

Dipipet 2 mL larutan DPPH 0,1 mM kedalam tabung reaksi dan ditambahkan metanol p.a sebanyak 2 mL. Tutup dengan aluminium foil. Kemudian dihomogenkan dengan vortex dan diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit Molyneux, 2004. Serapan blanko diukur pada panjang gelombang maksimum DPPH yaitu 515,5 nm.

4.3.5.4 Pembuatan Larutan Uji Ekstrak Etanol 96, 70, dan 50

1. Pembuatan Larutan Uji Ekstrak etanol 96, 70, dan 50 Sebanyak 50 mg ekstrak etanol 96, 70, dan 50 masing-masing dilarutkan dengan 50 mL metanol p.a dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm larutan induk. Dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 10, 30, 40, dan 50 ppm untuk ekstrak etanol 96, seri konsentrasi 10, 20, 30, dan 40 ppm untuk ekstrak etanol 70, dan seri konsentrasi 40, 50, 60, dan 100 ppm untuk ekstrak etanol 50. 2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spekrofotometer UV-Vis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Masing-masing konsentrasi larutan Uji sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogekan dengan vortex. Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit Molyneux, 2004. Serapan diukur pada panjang gelombang 515,5 nm.

4.3.5.5 Pembuatan Larutan Pembanding Vitamin C

1. Pembuatan larutan pembanding Vitamin C Sebanyak 5 mg serbuk vitamin C dilarutkan dengan 50 mL metanol p.a dalam labu ukur 50 mL sehingga diperoleh konsentrasi 100 ppm larutan induk. Kemudian dari larutan induk dibuat seri konsentrasi 2,5, 5, 7,5, 10, dan 12,5 ppm. 2. Pengukuran serapan dengan menggunakan spekrofotometer UV-Vis Masing-masing konsentrasi larutan pembanding vitamin C sebanyak 2 mL dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan larutan DPPH 0,1 mM sebanyak 2 mL, dihomogekan dengan vortex. Selanjutnya diinkubasi dalam ruangan gelap selama 30 menit Molyneux, 2004. Serapan diukur pada panjang gelombang 515,5 nm.

4.3.5.6 Analisis Data

1. Penenentuan Nilai IC 50 Inhibitory Concentration Parameter yang biasa digunakan untuk menginterpretasikan hasil dari uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH adalah dengan nilai efficient concentration EC 50 atau sering disebut nilai IC 50, yaitu konsentrasi yang menyebabkan hilangnya 50 aktivitas DPPH Molyneux, 2004. Untuk menghitung nilai IC 50 diperlukan data persen inhibisi dari pengujian yang dilakukan. Persen inhibisi dapat dihitung dengan menggunakn rumus sebagai berikut: inhibisi = x 100 Ghosal dan Mandal, 2012. Konsentrasi sampel dan persen inhibisi yang diperoleh diplot masing-masing pada sumbu x dan y pada persamaan regresi linear. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Persaman tesebut digunakan untuk menentukan nilai IC 50 dari masing- masing sampel dinyatakan dengan nilai y sebesar 50 dan nilai x yang akan diperoleh sebagai IC 50 Nurjanah, et al., 2011. 2. Penentuan nilai AAI Antioxidant Activity Index Nilai AAI dapat ditentukan dengan cara konsentrasi DPPH yang digunakan dalam uji ppm dibagi dengan niai IC 50 yang diperoleh ppm. Nilai AAI yang 0,5 menandakan aktivitas antioksidan lemah, AAI 0,5 -1 menandakan aktivitas antioksidan sedang, AAI 1-2 menandakan aktivitas antioksidan kuat, dan AAI 2 menandakan aktivitas antioksidan sangat kuat Helio, et al., 2010. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman terlebih dahulu dilakukan untuk mengetahui identitas tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman ini dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Cibinong, Bogor. Hasil determinasi menunjukkan bahwa sampel yang digunakan merupakan Annona muricata Linn dari famili Annonaceaae Lampiran 2.

4.2 Penyiapan Sampel

Bagian tanaman yang digunakn pada penelitian ini adalah daun dari tanaman sirsak Annona muricata Linn. Tanaman sirsak yang menjadi sampel adalah tanaman sirsak yang tumbuh didaerah kampung babakan, kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Daun sirsak yang digunakan adalah daun sirsak yang berwarna hijau tua dan diambil pada pagi hari sebelum matahari bersinar terik untuk mendapatkan daun sirsak yang terbaik Zuhud, 2011. Daun sirsak mulai dikumpulkan pada bulan maret 2014. Sebanyak 8 kg daun sirsak disortasi basah untuk dipisahkan dari pengotor dan bagian tanaman yang tidak digunakan dalam penelitian dan terbawa pada saat proses pengumpulan daun sirsak. Daun sirsak selanjutnya dicuci dengan air mengalir. Daun sirsak yang telah dicuci dikeringkan dengan cara diangin-anginkan selama 5 hari. Pengeringan dilakukan untuk menghentikan reaksi enzimatik yang dapat menyebabkan penguraian atau perubahan kandungan kimia yang terdapat pada daun sirsak. Daun sirsak yang telah dikeringkan di sortasi kering untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tumbuhan yang tidak diinginkan dan pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada daun sirsak kering. Setelah disortasi kering daun sirsak di diserbuk menggunakan blender dan diayak dengan ukuran mesh 40 untuk memperbesar luas permukan sampel sehingga penarikan senyawa kimia yang terkandung dalam sampel saat ekstraksi lebih