Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia)

(1)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

PENGARUH PENGGUNAAN VITAMIN C PADA KHASIAT ANTIPIRETIK PARASETAMOL PADA MERPATI JANTAN

(Columba livia)

SKRIPSI

Oleh

JONERIKSON SIMANJUNTAK NIM 040804052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

PENGARUH PENGGUNAAN VITAMIN C PADA KHASIAT ANTIPIRETIK PARASETAMOL PADA MERPATI JANTAN

(Columba livia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi Pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh

JONERIKSON SIMANJUNTAK NIM 040804052

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lembar Pengesahan Skripsi

PENGARUH PENGGUNAAN VITAMIN C PADA KHASIAT ANTIPIRETIK PARASETAMOL PADA MERPATI JANTAN

(Columba livia)

Oleh

JONERIKSON SIMANJUNTAK NIM 040804052

Dipertahankan di Hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada tanggal: Agustus 2009

Pembimbing I Panitia Penguji,

Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. Dr. Karsono., Apt.

NIP 131 810 737 NIP 131 415 891

Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt.

Pembimbing II, NIP 131 810 737

Dr. Edy Suwarso, SU., Apt. Dra. Azizah Nasution, MSc., Apt.

NIP 130 935 857 NIP 131 283 721

Drs. Kasmirul Ramlan. S, MS., Apt. NIP 131 283 722

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Sumadio Hadisahputra., Apt. NIP 1953 1128 1983 031 002


(4)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang hanya oleh berkat dan

anugrahNYA yang melimpah sehingga penulis dapat menjalani masa perkuliahan

dan penelitian hingga akhirnya menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Diucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Ch.

Simanjuntak dan Ibunda R Br. Samosir , kakak-kakak dan abang-abang yang telah

sabar dan setia memberikan dukungan, doa, semangat, dan materil selama

perkuliahan hingga penyelesaian skipsi ini.

Diucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. Rasmadin Mukhtar, MS., Apt. dan Bapak Dr. Edy Suwarso, SU.,

Apt. selaku dosen pembimbing dengan kesabaran dari awal penelitian hingga

terselesaikan penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Dra Salbiah, MSi.,Apt. selaku penasehat akademik yang telah

memberikan motivasi dan bimbingan selama perkuliahan.

3. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. selaku dekan Fakultas Farmasi

yang telah meyediakan fasilitas kepada penulis selama perkuliahan di Fakultas

Farmasi.

4. Bapak Dr. Karsono, Apt., Dra. Azizah Nasution, MSc.,Apt., Drs. Kasmirul

Ramlan Sinaga, MS.,Apt. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan

saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Dosen-dosen di Fakultas Farmasi yang telah membimbing selama perkuliahan


(5)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

6. Bang Bagus, Bang Dadang, Bang Emil, Tata, Parna dan Ratna Tamba atas

bantuan dan masukan yang diberikan selama penelitian.

7. Sahabat-sahabat penulis stambuk 2004 atas dukungan, semangat, dan doa

yang diberikan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

8. Abang, kakak, dan adik-adik mahasiswa Fakultas Farmasi atas dukungan dan

semangat penulisan skripsi ini.

Menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih memiliki banyak

kekurangan. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, berharapkan kritik dan

saran yang membangun pada skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat

menjadi sumbangan yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan

ilmu farmasi pada khususnya.

Medan, Agustus 2009

Penulis,


(6)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

vi ABSTRAK

Telah dilakukan penetapan kadar tablet parasetamol generik, tablet parasetamol merek dagang dan uji pengaruh pemberian vitamin C terhadap serbuk tablet parasetamol generik, tablet parasetamol merek dagang dan parasetamol baku pada merpati jantan (Columba livia).

Penetapan kadar parasetamol dalam tablet parasetamol generik dan merek dagang dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut NaOH 0,1 N. Pemberian vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dilakukan selama 7 hari berturut-turut, dan sebagai penginduksi demam dengan diinjeksikan larutan 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB secara intramuskular pada daerah otot dada. Kemudian diberikan suspensi serbuk tablet parasetamol generik, merek dagang dan baku dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Parameter efek antipiretik ditentukan dengan mengukur suhu tubuh merpati pada bagian rektal.

Hasil penetapan kadar tablet parasetamol generik 94,91% dan tablet parasetamol merek dagang 94,78%. Hasil pengujian efek antipiretik menunjukkan bahwa pemberian suspensi serbuk tablet parasetamol generik, merek dagang dan baku dosis 300 mg/Kg BB menunjukkan perbedaan efek antipiretik yang tidak bermakna secara statistik. Tetapi bila dibandingkan dengan pemberian vitamin C pada suspensi serbuk tablet parasetamol generik, merek dagang dan baku dosis 300 mg/Kg BB memberikan efek antipiretik yang lebih baik.


(7)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

ABSTRACT

The quantitative determination of generic paracetamol tablet, trademark paracetamol tablet and addition of effect antipyretic test of vitamin C into suspension powdered generic paracetamol tablet, trademark and raw material of paracetamol into male pigeon (Columba livia).

The quantitative determination of paracetamol in generic paracetamol tablet and trademark paracetamol were conducted by using ultraviolet spectrofotometry way which NaOH 0.1 N dissolution. The administration of vitamin C dosage 50 mg/Kg BW was done for 7 days continued and induced fever by 2,4-dinitrofenol solution, dosage 8 mg/Kg BB intramuscular into muscle of chest. Then suspension powdered of generic paracetamol tablet, trademark and raw material were administrated with dosage 300 mg/ Kg BB per oral. The parameter of effect antipyretic was determinate by meusering the body temperature in rectal of male pigeon.

The result were quatitative determination of generic paracetamol tablet 94.91% and trademark paracetamol tablet 94.78%. Test showed that administration of powdered generic paracetamol tablet, trademark and raw material, dosage 300 mg/Kg BB put meaningless different effect statistically. But when it compared by administration of vitamin C, it gave better antipyretic effect.


(8)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesis ... 3

1.4 Tujuan Penelitian... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Pengaturan Suhu ... 5

2.2 Demam ... 6

2.3 Obat-obat antiradang nonsteroid ... 8

2.4 Parasetamol ... 10


(9)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

2.6 Vitamin C ... 15

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 17

3.1 Alat dan Bahan ... 17

3.1.1 Alat-alat yang digunakan ... 17

3.1.2 Bahan-bahan yang digunakan ... 17

3.2 Hewan Percobaan ... 18

3.3 Pengumpulan Sampel ... 18

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 18

3.4.1 Pereaksi Natrium Hidroksida 0,1 N ... 18

3.4.2 Air Bebas Karbondioksida ... 18

3.5 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Dan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dalam Pelarut NaOH 0,1 N ... 19

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I ... 19

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II... 19

3.5.3 Pembuatan Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol ... 19

3.5.4 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dalam medium NaOH 0,1 N ... 19

3.5.5 Penentuan Kadar Sediaan Talet Parasetamol Generik ... 20

3.5.6 Penentuan Kadar Sediaan Tablet Parasetamol Merek dagang ... 20

3.6 Pembuatan Sediaan Bahan Uji ... 21

3.6.1 Pembuatan Larutan 2,4-dinitrofenol 0,5% ... 21

3.6.2 Pembuatan SuspensiCMC 0,5% ... 21


(10)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.6.4 Pembuatan Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol

Merek Dagang 10% ... 22

3.6.5 Pembuatan Suspesi Serbuk Tablet Parasetamol Generik 10% ... 22

3.6.6 Pembuatan Suspensi Parasetamol Baku 10%... 22

3.7 Pengujian Farmakologi ... 22

3.7.1 Penentuan Dosis Optimum 2,4-dinitrofenol ... 22

3.7.2 Pemberian suspensi CMC sebagai Kontrol ... 23

3.7.3 Pemberian Larutan Vitamin C ... 23

3.7.4 Pemberian Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Merek Dagang ... 24

3.7.5 Pemberian Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Generik ... 24

3.7.6 Pemberian Suspensi Parasetamol Baku ... 25

3.7.7 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Parasetamol Merek Dagang ... 25

3.7.8 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Parasetaml Generik ... 26

3.7.9 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Parasetamol Baku ... 26

3.8 Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Hasil Pengumpulan Sampel ... 28

4.2 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Parasetamol BPFI ... 28

4.3 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI dalam NaOH 0,1 N ... 30


(11)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

4.4 Penentuan Kadar Parasetamol Dalam Sampel sediaan ... 31

4.5 Penentuan Dosis Penginduksi Demam 2,4-dinitrofenol... 32

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

5.1 Kesimpulan ... 46

5.2 Saran ... 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(12)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1 Hasil Serapan Maksimum Parasetamol BPFI dengan

Konsentrasi 6 mcg/ml dalam NaOH 0,1 N ... 29 4.2 Kalibrasi Parasetamol BPFI dalam pelarut NaOH 0,1 N

Secara spektrofotometri ultraviolet pada panjang

gelombang 257 nm ... 30 4.3 Perubahan Suhu Tubuh Rata-rata Merpati Pada Pemberian

Variasi Dosis 2,4-dinitrofenol selama 120 menit ... 32 4.4 Perubahan Suhu Tubuh Rata-rata Merpati Setelah penyuntikan

larutan 2,4-dinitrofenol 0,5% dan pemberian bahan uji selama

120 menit ... 34 4.5 Hasil Uji Duncan... 41


(13)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Biosintesis Prostaglandin ... 9 2.2 Parasetamol ... 10 2.3 Vitamin C... 15 4.1 Kurva Serapan Maksimum Parasetamol BPFI

dengan konsentrasi 6 mcg/ml dalam NaOH 0.1 N ... 29 4.2 Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI dalam pelarut NaOH

0,1 N secara spektrofotometri ultraviolet pada panjang

Gelombang 257 nm... 31 4.3 Grafik Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati (0C) pada

pemberian variasi dosis 2,4-DNF selama 120 menit ... 33 4.4 Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah

pemberian larutan 2,4-dinitrofenol dan penambahan

bahan uji tampa pemberian larutan Vitamin C ... 35 4.5 Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah

pemberian larutan 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan


(14)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1 Hasil Penentuan Persamaan Regresi Dari Kurva

Kalibrasi Parasetamol BPFI Pada Panjang Gelombang

257 nm Terhadap Pelarut Sebagai Blanko... 50 2 Contoh perhitungan kadar parasetamol generik dan

parasetamol merek dagan ... 52 3 Hasil pengukuran kadar parasetamol generik dan

merek dagang... 54 4 Hasil Penentuan Kadar Tablet Parasetamol Generik

Dan Parasetamol Merek Dagang ... 56 5 Hasil Penentuan Dosis Optimum Larutan

2,4-dinitrofenol ... 57 6 Perubahan suhu rata-rata merpati setelah penyuntikan

larutan 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji... 59 7 Anava untuk tiap waktu pengamatan ... 63 8 Hasil uji Post Duncan untuk tiap waktu pengamatan... 65 9 Perhitungan pemberian larutan 2,4-dinitrofenol pada

burung merpati secara intramuskular padadaerah otot dada ... 78 10 Perhitungan pemberian bahan uji ... 80 11 Sertifikat Analisis Parasetamol ... 83


(15)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan ataupun

tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara pengempaan dan

merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet dapat dibuat

dengan berbagai ukuran, bentuk dan penandaan permukaan tergantung pada

desain cetakan (DitJen POM, 1995).

Dalam tubuh, panas dihasilkan oleh gerakan otot (Ganong, 1998) dan

dihasilkan oleh metabolisme (Guyton dan Hall, 2007). Panas dikeluarkan dari

tubuh melalui radiasi, konduksi (hantaran) dan penguapan air di saluran napas dan

kulit. Sejumlah kecil panas dikeluarkan melalui urin dan feses. Keseimbangan

antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu tubuh (Ganong,

1998). Bila laju pembentukan panas di dalam tubuh lebih besar daripada laju

hilangnya panas, panas akan timbul di dalam tubuh dan suhu tubuh akan

meningkat. Sebaliknya, bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu

tubuh akan menurun (Guyton dan Hall, 2007).

Pada manusia, suhu inti tubuh, sekitar 37,1 0C (98,80F) dan nilai ini disebut “set-point” pada mekanisme pengaturan suhu (Guyton dan Hall, 2007).

Hipotalamus mengatur set-point sehingga suhu tubuh dipertahankan (Gilman,


(16)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Demam, yang berarti suhu tubuh di atas batas normal, dapat disebabkan

oleh kelainan di dalam otak sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang

mempengaruhi pusat pengaturan suhu (Guyton dan Hall, 2007).

Saat demam, set-point ini meningkat, dan non-steroidal antiinflamatory

drugs (NSAID) mendorongnya kembali ke keadaan normal. Obat ini tidak

mempengaruhi suhu tubuh naik oleh faktor seperti olahraga atau meningkatnya

suhu lingkungan. Semua NSAID merupakan antipiretik, analgesik, dan

antiradang. Satu kekecualian adalah parasetamol, yang merupaan antipiretik dan

analgesik tetapi tidak mempunyai aktivitas antiradang (Gilman, 2007).

Parasetamol sedikit terikat pada protein plasma dan sebagian

dimetabolisme oleh enzim mikrosomal hati. Dalam proses metabolism ini, dua

enzim mikrosomal memegang peran utama, yaitu reduktase NADPH-sitokrom

P450 dan sitokrom P450 (Katzung, 2002). Sitokrom P450 mengkatalisis banyak

reaksi, termasuk N-Oksidasi yaitu parasetamol pada fase pertama, sehingga

hilangnya aktivitas farmakologis obat (Gilman, 2007). Dan parasetamol

mengalami konjugasi-konjugasi, sebagian hasil konjugasi fase kedua tidak aktif

secara farmakologi (Gibson dan Skett, 1991).

Vitamin C merupakan salah satu vitamin yang larut dalam air. (Gilman,

2007). Pada defisiensi vitamin C menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar

sitokrom P-450 (Gibson dan Skett, 1991). Kekurangan vitamin C menghasilkan

pada pengurangan metabolisme dari beberapa agen yang bersifat farmakologis

dan menurunkan aktivitas tingkat P-450 dan NADPH-sitokrom c reduktase


(17)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat

dirumuskan sebagai berikut :

a. Apakah penggunaan vitamin C mampu menghambat kerja parasetamol

untuk sebagai antipiretik?

b. Apakah ada perbedaan pengaruh penggunaan vitamin C pada kerja

parasetamol sebagai antipiretik dibandingkan dengan kerja parasetamol

tanpa penggunaan vitamin C pada merpati jantan?

1.3 Hipotesis

a. Penggunaan vitamin C pada parasetamol mampu menghambat kerja

parasetamol sebagai antipiretik.

b. Ada perbedaan antara penggunaan vitamin C pada kerja parasetamol

dengan kerja parasetamol tanpa penggunaan vitamin C sebagai antipiretik.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah :

a. Untuk membuktikan pengaruh penggunaan vitamin C terhadap penurunan

kerja parasetamol sebagai antipiretik pada merpati jantan.

b. Untuk mengetahui perbedaan antara penggunaan vitamin C pada kerja

parasetamol dan kerja parasetamol tanpa penggunaan vitamin C sebagai


(18)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

1.5 Manfaat Penelitian

Dapat memberikan informasi tentang pengaruh penggunaan vitamin C dan


(19)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengaturan Suhu

Bila laju pembentukan panas didalam tubuh lebih besar daripada laju

hilangnya panas, panas akan timbul dan suhu tubuh akan meningkat. Sebaliknya,

bila kehilangan panas lebih besar, panas tubuh dan suhu tubuh akan menurun

(Guyton dan Hall, 2007).

Menurut Guyton dan Hall (2007), pembentukan panas adalah produk

utama metabolisme, antara lain:

1. Laju metabolisme basal semua sel tubuh

2. Laju metabolisme tambahan yang disebabkan oleh aktivitas otot

3. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh tiroksin

4. Metabolisme tambahan yang disebabkan oleh pengaruh epinefrin,

norepinefrin dan rangsangan simpatis terhadap sel.

5. Metabolisme tambahan yang diperlukan untuk pencernaan, absorpsi, dan

penyimpanan makanan.

Menurut Sherwood (2001) pengeluaran panas melalui :

a. Radiasi

Emisi energi panas dari permukaan tubuh hangat dalam bentuk gelombang


(20)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

b. Konduksi

Adalah perpindahan panas antara benda-benda yang berbeda suhunya yang

berkontak langsung satu sama yang lain

c. Konveksi

Perpindahan energi panas melalui arus udara.

d. Evaporasi.

Keseimbangan antara pembentukan dan pengeluaran panas menentukan suhu

tubuh (Ganong, 2002).

Suhu inti tubuh, sekitar 37,1OC (Guyton dan Hall, 2007) atau 36,5 OC sampai 37,5 OC (Blenkinsopp et al, 2009) disebut “set-point” (Guyton dan Hall, 2007). Suhu inti tubuh dapat dipertahankan karena adanya kemampuan pada pusat

termoregulasi untuk mengatur keseimbangan antara panas yang dihasilkan dengan

panas yang hilang (Harrison, 1999). Hipotalamus berfungsi sebagai termostat

tubuh (Sherwood, 2001). Area preoptik dari hipotalamus memiliki kemampuan

yang berfungsi sebagai termostatik pusat pengaturan suhu tubuh. Walupun sinyal

yang ditimbulkan oleh reseptor suhu di hipotalamus sangat kuat dalam mengatur

suhu tubuh, reseptor suhu di bagian lain dari tubuh mempunyai peranan tambahan

dalam pengaturan suhu. Hal ini terjadi pada reseptor suhu di kulit dan beberapa

jaringan khusus di tubuh bagian dalam (Guyton dan Hall, 2007).

2.2 Demam

Demam, berarti kenaikan suhu tubuh 1OC atau lebih diatas suhu rata-rata inti tubuh (El-Radhi et al, 2009), dapat disebabkan oleh kelainan di dalam otak


(21)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

sendiri atau oleh bahan-bahan toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan suhu

(Guyton dan Hall, 2007). Demam dapat disebabkan oleh infeksi (Gilman, 2007)

dan toksin yang dihasilkan oleh pirogen eksogen adalah pemicu demam tersering

(Davey, 2006). Walaupun demam biasanya berhubungan dengan infeksi, bukan

berarti ada hubungan yang eksklusif. Demam dapat merupakan manisfestasi

penyakit neoplastik, gangguan-gangguan peradangan noninfeksi atau katabolisme

berlebihan pada keadaan-keadaan metabolik tertentu (Sodeman dan sodeman,

1995). Saat demam, set-point ini meningkat, dan NSAID mendorongnya kembali

keadaan normal. Obat ini tidak mempengaruhi suhu tubuh jika suhu tubuh naik

oleh faktor olahraga atau meningkatnya suhu lingkungan (Gilman, 2007).

Sebagian besar protein, hasil pemecahan protein dan toksin liposakarida

yang dilepaskan dari membran sel bakteri (Guyton dan Hall, 2007), dan

diantaranya yang paling efektif sebagai pirogen eksogen adalah kompleks

lipopolisakarida (endotoksin) bakteri gram negatif (Silbernagl, 2006). Pirogen ini

difagositosiskan pada makrofag dan sel kupffer untuk menghasilkan berbagai

macam sitokin yang bekerja sebagai pirogen endogen (Ganong, 2002).

Pirogen endogen ini mencapai organ sirkumventrikular otak yang tidak

memiliki sawar darah otak (Silbernagl dan Lang, 2006), pirogen endogen dapat

bekerja pada organ vaskulosa lamina terminalis (OVLT) yang salah satu dari

organ-organ sirkumventrikuler yang berdekatan dengan area preoptik (Ganong,

2002). Bila sel-sel endotel OVLT terpapar oleh pirogen endogen maka akan

melepaskan asam arakidonat. Metabolit asam arakidonat yang terbentuk adalah


(22)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

preoptik dan mencetuskan demam. Ada kemungkinan PGE2 menginduksi suatu

pembawa pesan kedua (Harrison, 1999). Melalui peningkatan pembawa pesan

kedua, memicu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dengan cara

meningkatkan pembentukan panas dan mengurangi hilangnya panas. NSAID

menekan respon ini dengan cara menghambat sintesis PGE2 (Gilman, 2007).

2.3 Obat-obat Antiradang Nonsteroid

Fosfolipase A2 sitosolik menghidrolisis fosfolipid membran dan disertai

pelepasan arakidonat (Gilman, 2007; Zhuo, 2007). Menurut Katzung (2001)

setelah mobilisasi, asam arakidonat dioksigenasi dengan empat rute yang berbeda,

yaitu:

1) Jalur siklooksigenase

2) Jalur lipoksigenase

3) Jalur epoksigenase

4) Isoprostan.

Dua siklooksigenase yang unik namun berkaitan telah ditemukan dan

mampu mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin endoperoksit (Katzung,

2001). Menurut Gilman (2007) dan Zhuo (2007), yaitu:

a. Siklooksigenase-1 (COX-1)

Siklooksigenase ini diekpresikan secara kontitutif (dihasilkan terus

menerus atau dalam jumlah yang tetap, tidak tergantung kondisi

atau kebutuhan) didalam sebagian besar sel. Sering terdapat pada


(23)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

b. Siklooksigenase-2 (COX-2)

Siklooksigenase ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi dapat

diinduksi oleh faktor tertentu, seperti sitokin.

Gambar 2.1 Biosintesis prostaglandin (Wilmana, 1995).

Siklooksigenase memiliki dua aktivitas yang berbeda, aktivitas

endoperoksida sintase yang mengoksigenasi dan mengsiklisasi prekursor asam

lemak yang tidak diesterifikasi untuk membentuk endoperoksida siklik PGG2,

serta suatu aktivitas peroksidase yang mengubah PGG2 menjadi PGH2 (Gilman,

2007), kedua endoperoksida tersebut sangat tidak stabil (Katzung, 2001). Dapat

diubah menjadi PGD2, PGE2, PGF2a, PGI2 dan TXA (Zhuo, 2007). Isomerase

untuk sintesis PGE2 dan PGD2 telah diindentifikasi. Suatu reduktase yang

mengkatalisis konversi PGH2 menjadi PGF2a juga telah dikarakterisasi (Gilman,


(24)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Endoperoksida PGH2 juga dimetabolisme menjadi dua senyawa tak stabil

dan sangat aktif. Tromboksan A2 (TXA2) dibentuk oleh tromboksan sintase;

TXA2 pecah secara nonenzimatis menjadi tromboksan B2 (TXB2) yang stabil

tetapi tidak aktif. PGI2 dibentuk dari PGH2 oleh prostasiklin sintase; PGI2

dihidrolisis secara nonenzimatis manjadi 6-keto-PGF1 yang tak aktif (Gilman,

2007).

Penghambatan siklooksigenase (COX) umumnya dianggap sebagai suatu

segi utama mekanisme NSAID (Gilman, 2007; Zhuo, 2007). Penghambatan

COX-2 diduga memperantarai, paling tidak sebagian kerja antipiretik, analgesik dan

antiradang NSAID, tetapi penghambatan COX-1 yang terjadi bersamaan

menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, terutama yang menyebabkan

ulser lambung akibat berkurangnya pembentukan prostaglandin. Semua NSAID,

termasuk inhibitor COX-2 selektif merupakan antipiretik, analgesik dan

antiradang. Satu kekecualian adalah parasetamol, yang merupakan antipiretik dan

analgesik tetapi tidak mempunyai aktifitas antiradang (Gilman, 2007).

2.4 Parasetamol

Rumus bangun : NHCOOCH3

OH


(25)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Sinonim : Acetaminophen, p-acetaminophenol, n-acetyl-p-amino-

phenol.

Rumus melekul : C8H9NO2

Berat molekul : 151,16

Titik leleh : 169-172OC (Connors et al, 1986 )

Pemerian : Serbuk hablur, putih ; tidak berbau; rasa sedikit pahit

(DitJen POM, 1995)

Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1

N; mudah larut dalam etanol (DitJen POM, 1995). 1 g

dapat larut dalam kira-kira 70 ml air suhu 25OC, 1 g larut dalam 20 ml air mendidih, dalam 7 ml alkohol, dalam 13

ml aseton, dalam 50 ml kloroform, dalam 40 ml gliserin

dan dalam 9 ml propilen glikol. Tidak larut dalam benzene

dan eter (Connors et al, 1986).

Parasetamol merupakan senyawa yang sangat stabil dalam larutan air dan

pKa = 9,51 (Connors et al, 1986 ) dan absorpsi obat dalam saluran cerna cepat

dan hampir sempurna (Siswandono dan soekardjo, 2000). Parasetamol adalah

metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek analgesiknya.

Parasetamol adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan

tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan (Katzung., 2002) dan merupakan


(26)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Parasetamol merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai

obat analgesik-antipiretik; namun, tidak seperti aspirin, aktifitas antiradangnya

lemah sehingga bukan merupakan oabt yang berguna untuk menangani kondisi

radang. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang mungkin

berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan inhibitor

siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang

ditemukan pada lesi radang. Sebaliknya, efek antipiretiknya dapat dijelaskan

dengan kemampuannya menghambat siklooksigenase di otak, yang tonus

peroksidanya rendah. Selain itu, parasetamol tidak menghambat aktifitas neutrofil,

sedangkan NSAID lain menghamba aktivitas tersebut. Parasetamol merupakan

antiradang yang sangat lemah dan inhibitor siklooksigenase yang lemah. Selain

itu parasetamol tampak menghambat enzime tersebut hanya di lingkungan yang

kadar peroksidanya rendah, yang sebagian dapat menjelaskan lemahnya aktifitas

antiradang parasetamol karena pada tempat peradangan biasanya terjadi

peningkatan konsentrasi peroksida yang dibentuk oleh leukosit (Gilman, 2007).

2.5 Metabolisme Parasetamol

Obat, zat kimia, dan toksik semuanya merupakan benda asing untuk tubuh

kita. Tubuh kita berusaha menyingkirkan sendiri zat-zat kimia asing tersebut

tanpa memperhatikan apakah bersifat terapeutik atau berbahaya. Kebanyakan

obat-obatan harus melalui biotransformasi atau dimetabolisme, sebelum dapat

diekskresikan (Olson, 2003). Meskipun setiap jaringan mempunyai kemampuan


(27)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Jaringan-jaringan lain menunjukkan aktivitas yang besar juga termasuk saluran

cerna, paru, kulit dan ginjal. Setelah pemberian obat secara oral, banyak obat

diserap secara utuh dari usus kecil dan dibawa lebih dahulu melalui system porta

ke hati, di mana obat-obat mengalami metabolisme. Proses ini dikenal dengan

efek lintas-pertama. Obat-obat yang diberikan secara oral banyak dimetabolisme

di dalam usus. Jadi, metabolisme intestinal mungkin menambah efek

lintas-pertama. Efek-efek lintas-pertama kemungkinan sangat membatasi bioavalabilitas

obat-obat yang diberikan secara oral (Katzung., 2002). Menurut Neal (2005),ada

dua tipe umum reaksi metabolisme obat;

1. Reaksi fase 1

Reaksi ini meliputi biotransformasi suatu obat menjadi yang lebih polar

melalui pemasukkan atau pembukaan suatu gugus fungsional.

Metabolisme fase 1 meliputi reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis dan

hidrasi, juga isomesrisasi dan reaksi-reaksi lain yang lebih jarang (Gibson

dan Skett, 1991). Oksidasi merupakan reaksi yang paling umum dan reaksi

ini dikatalisis suatu kelas enzim yang penting yang disebut oksidase

dengan fungsi campuran (sitokromP-450).

2. Reaksi fase 2

Yang sangat menarik dalam antarhubungan dari berbagai rute metabolik

adalah reaksi kompetisi dari substrat untuk enzim-enzim fase 2. Banyak

bukti mengungkapkan bahwa reaksi-reaksi fase 1 menciptakan gugus

fungsional reaksi pada molekul sehingga dapat diserang oleh enzim-enzim


(28)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

dan memberikan produk-produk yang berarti terhadap curah dari produk

tidak aktif yang diekkresikan dari suatu obat (Gibson dan Skett, 1991).

Banyak produk-produk fase 1 tidak segera dieliminasi dan mengalami

reaksi berikutnya dimana suatu substrat endogen seperti glucuronic acid,

sulfuric acid, acetic acid, atau amino acid bergabung dengan gugus

fungsional yang baru terjadi membentuk konjugat yang sangat polar.

Reaksi-reaksi konjugasi atau reaksi-reaksi sintesis yang demikian adalah

tanda-tanda metabolisme fase 2 (Katzung., 2002).

Enzim sitokrom P450 adalah kelompok besar protein hemetiolat yang

terdistribusi luas di semua mahluk hidup. Ditingkat mikrosomal, elektron dipasok

dari NADPH malalui sitokrom P450 ada membrane lipid retikulum endoplasma

halus. Sitokrom P450 mempunyai tiga famili yang terdiri dari CYP1, CYP2 dan

CYP3 dan yang paling berperan adalah CYP1A2, CYP2A6, CYP2B6, CYP2C9,

CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1, dan CYP3A4 dalam metabolisme obat (Uetrecht

and Trager, 2007). Dan parasetamol dimetabolisme oleh enzim CYP2E1

(Nadendla, 2005). Sitokrom P450 mengkatalisis banyak reaksi, termasuk

hidroksilasi cincin aromatik dan rantai samping; , O-, dan S-dealkilasi;

N-Oksidasi; N-hidroksilasi; sulfoksidasi; deaminasi; dehalogenasi; dan sulfurasi.

Sedangkan parasetamol tersebut merupakan reaksi N-Oksidasi (Gilman, 2007).

Suatu ciri menarik dari beberapa substrat-substrat obat tertentu untuk

menginduksi sitokrom P450 dengan menaikkan laju sintesisnya atau mengurangi


(29)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

biasanya penurunan dalam kerja farmakologi obat-obat yang diberikan bersamaan

(Katzung., 2002).

2.6 Vitamin C

Rumus bangun :

Gambar 2.3 Vitamin C

Sinonim : L-ascorbic acid

Rumus molekul : C16H8O6

Berat molekul : 176,1

Titik leleh : 190-192OC (Connors et al, 1986 ).

Pemerian : Hablur atau serbuk putih atau agak kuning. Oleh pengaruh

cahaya lambat lau menjadi berwarna gelap. Dalam

keadaan kering stabil diudara, dalam larutan cepat

teroksidasi (DitJen POM, 1995).

Kelarutan : Mudah larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol; tidak

larut dalam kloroform, dalam eter dan dalam benzene


(30)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

alkohol, 100 ml gliserol, dan 20 ml propien glikol

(Connors et al, 1986 ).

Vitamin C memiliki beberapa kerja farmakologis. Pemberian senyawa

tersebut dalam jumlah yang jauh lebih besar daripada kebutuhan fisiologis

menimbulkan beberapa efek yang sangat jelas kecuali pada penderita skorbut

yang gejala-gejalanya cepat berkurang (Gilman, 2007).

Pada defisiensi vitamin C menunjukkan bahwa terjadi penurunan kadar

sitokrom P-450 (Gibson dan Skett, 1991). Kekurangan vitamin C menghasilkan

pada pengurangan metabolisme dari beberapa agen yang bersifat farmakologis

dan menurunkan aktivitas tingkat P-450 dan NADPH-sitokrom c reduktase


(31)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pengambilan

sampel, penetapan kadar parasetamol dalam tablet dan uji efek antipiretik

terhadap burung merpati. Hasil uji efek antipiretik di analisis secara Anava

(analisis variansi) dan dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan menggunakan

program statistical and product service solution (SPSS).

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas

laboratorium, neraca kasar (Ohaus), neraca analitik (Boeco Germany),

Spektrofotometer Ultra Violet ( UV mini 1240 Shimadzu), neraca hewan (Presica

Geniweigher, GW-1500), termometer rektal digital (COX recorder), autoklaf,

syringe 1 ml (York), syringe 3 ml (York), selang oral, kertas saring, mortir dan

stamfer, alat penangas air, indikator universal dan stopwatch.

3.1.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah Tablet Sanmol® (PT Sanbe Farma), Tablet Parasetamol generik (PT Sanbe Farma), Parasetamol baku (Brataco

chemika, PA), BPFI Parasetamol, karboksi metil selulosa (CMC, Brataco chemika


(32)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

2,4-dinitrofenol (Merck, PA), akua proinjeksi (Ikapharmindo putramas) dan air

suling (Lokal).

3.2 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung merpati jantan

(Columba livia) dewasa yang sehat dengan berat badan 200 – 300 gram sebanyak

48 ekor, dibagi dalam 8 kelompok dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 6

ekor burung merpati. Pemilihan hewan dilakukan secara random.

3.3 Pengambilan Sampel

Sampel yang digunakan adalah tablet parasetamol generik dan merek

dagang dengan jumlah zat aktif parasetamol 500 mg per tablet.

Pengambilan sampel dilakukan secara purposif dengan cara mengambil

sampel dari salah satu apotek yang ada di jalan dr.Mansyur, Medan.

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi

3.4.1 Pereaksi Natrium Hidroksida 0,1 N

Larutkan 4 gram natrium hidroksida dalam air bebas karbon dioksida

secukupnya hingga 1000 ml ( DitJen POM., 1979).

3.4.2 Air bebas Karbondioksida

Air suling yang telah dididihkan selama 5 menit atau lebih dan didiamkan

sampai dingin dan tidak boleh menyerap karbon dioksida dari udara ( DitJen


(33)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.5 Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum dan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dalam Pelarut NaOH 0,1 N.

3.5.1 Pembuatan Larutan Induk Baku I (LIB I)

Ditimbang secara seksama 50,0 mg bahan baku Parasetamol lalu

dimasukkan kedalam labu tentukur 100 ml, kemudian ditambahkan 25 ml NaOH

0,1 N diencerkan dengan 50 ml air suling, dikocok selama 15 menit, kemudian

ditambakan air suling hingga garis tanda (C = 500 mcg/ml).

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku II (LIB II)

Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml dan dicukupkan dengan air suling sampai garis tanda (C = 100 mcg/ml).

3.5.3 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Parasetamol

Dari LIB II dipipet sebanyak 6,0 ml lalu dimasukkan ke dalam labu

tentukur 100 ml ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N, kemudian dicukupkan dengan

air suling sampai garis tanda (C = 6,0 mcg/ml). Serapan diukur pada panjang

gelombang 200 - 400 nm dan sebagai blanko digunakan larutan NaOH 0,1 N.

3.5.4 Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol dalam medium NaOH 0,1 N

Dari LIB II dipipet sebanyak 3,0 ml; 4,5ml; 6,0ml; 7,5ml; 9,0ml.

Masing-masing dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml lalu ditambahkan NaOH 0,1 N

10 ml lalu dicukupkan dengan air suling hingga garis tanda. Serapan diukur pada

panjang gelombang serapan maksimum terhadap pelarut yang sama dengan diatas


(34)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.5.5 Penetapan Kadar Sediaan Tablet Parasetamol Generik

Ditimbang seksama 20 tablet Parasetamol generik, lalu ditimbang seksama

sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg parasetamol, dimasukkan ke dalam

labu tentukur 100 ml, ditambahkan 25 ml NaOH 0,1 N, diencerkan dengan 50 ml

air suling, dikocok selama 15 menit lalu ditambahkan air suling secukupnya

hingga 100 ml, dicampur dan disaring menggunakan kertas saring, filtrat yang

pertama dibuang sampai kertas saring jenuh. Dipipet 10.0 ml filtrat lalu

diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 50 ml. Dari larutan ini dipipet

6.0 ml, ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N encerkan dengan air suling secukupnya

hingga 100,0 ml (C = 6.0 mcg/ml). Lalu diukur serapannya pada panjang

gelombang maksimum 257 nm.

3.5.6 Penetapan Kadar Sediaan Tablet Parasetamol Merek Dagang

Ditimbang seksama 20 tablet Parasetamol merek dagang, lalu ditimbang

seksama sejumlah serbuk tablet setara dengan 50 mg parasetamol, dimasukkan ke

dalam labu tentukur 100 ml, ditambahkan 25 ml NaOH 0,1 N, diencerkan dengan

50 ml air suling, dikocok selama 15 menit lalu ditambahkan air suling secukupnya

hingga 100 ml, dicampur dan disaring menggunakan kertas saring, filtrat yang

pertama dibuang sampai kertas saring jenuh. Dipipet 10,0 ml filtrat lalu

diencerkan dengan air suling secukupnya hingga 50 ml. Dari larutan ini dipipet

6,0 ml, ditambahkan 10 ml NaOH 0,1 N encerkan dengan air suling secukupnya

hingga 100,0 ml (C = 6,0 mcg/ml). Lalu diukur serapannya pada panjang


(35)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.6 Pembuatan Sediaan Bahan Uji

Pembutan sediaan bahan uji meliputi pembuatan larutan 2,4-dinitrofenol

0,5%, Pembuatan suspensi CMC 0,5%, Pembuatan larutan vitamin C 0,5%.

Pembuatan suspensi parasetamol merek dagang 10%, Pembuatan suspensi

parasetamol generik 10%, Pembuatan suspesi parasetamol baku 10%.

3.6.1 Pembuatan Larutan 2,4-dinitrofenol 0,5% (b/v)

Sebanyak 125 mg 2,4-dinitrofenol ditimbang kemudian dimasukkan ke

dalam labu tentukur 25 ml, ditambahkan larutan NaOH 0,1 N sedikit demi sedikit

hingga larut sempurna, lalu ditambahkan akua proinjeksi sampai mendekati garis

tanda, pH dicek sekitar 6, lalu dicukupkan dengan akua proinjeksi sampai garis

tanda, dikocok hingga homogen. Kemudian disaring, beberapa tetes pertama

dibuang dan tetesan selanjutnya ditampung, lalu dimasukkan ke dalam wadah dan

disterilkan.

3.6.2 Pembuatan Suspensi CMC 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 g CMC ditimbang kemudian ditaburkan dalam lumpang

panas berisi air suling panas sebanyak 1/3 dari bagain air. Didiamkan selama 15

menit hingga diperoleh massa yang transparan, setelah dikembangkan digerus

diencerkan dengan sedikit air suling. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar

100 ml. Volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.

3.6.3 Pembuatan larutan Vitamin C 0,5% (b/v)

Sebanyak 0,5 g vitamin C ditimbang kemudian dimasukkan kedalam labu


(36)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.6.4 Pembuatan Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Merek Dagang 10% (b/v)

Timbang seksama setara dengan 2,5 g parasetamol zat aktif lalu digerus

dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus

sampai homogen dan diencerkan dengan sedikit air suling. Kemudian dimasukkan

ke dalam labu tentukur 25 ml. Volumenya dicukupkan dengan suspensi CMC

hingga 25 ml.

3.6.5 Pembuatan Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Generik 10% (b/v)

Timbang seksama setara dengan 2,5 g parasetamol zat aktif lalu digerus

dalam lumpang, ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus

sampai homogen dan diencerkan dengan sedikit air suling. Kemudian dimasukkan

ke dalam labu tentukur 25 ml. Volumenya dicukupkan dengan suspensi CMC

hingga 25 ml.

3.6.6 Pembuatan Suspensi Parasetamol Baku 10% (b/v)

Sebanyak 2,5 g parasetamol ditimbang lalu digerus dalam lumpang,

ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen

dan diencerkan dengan sedikit air suling. Kemudian dimasukkan ke dalam labu

tentukur 25 ml. Volumenya dicukupkan dengan suspensi CMC hingga 25 ml.

3.7 Pengujian Farmakologi

3.7.1 Penentuan Dosis Optimum 2,4-dinitrofenol

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur

suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung


(37)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

pada bagian dada dengan variasi dosis 6, 7 dan 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur

dengan selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit

ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Hasil

percobaan dapat dilihat pada lampiran 5 halaman 57.

3.7.2 Pemberian Suspensi CMC sebagai kontrol

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur

suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung

suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular

pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang

waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi CMC secara oral.

Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan

pengulangan sebanyak enam kali. Hasil percobaan dapat dilihat pada lampiran 5

halaman 57.

3.7.3 Pemberian Larutan Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, kemudian diberikan larutan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB secara oral selama tujuh hari berturut-turut, setelah pemberian

vitamin C hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Setelah pemberian

vitamin C hari ketujuh, empat jam kemudian diukur suhu tubuhnya dengan cara

mengukur suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan

dihitung suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara

intramuskular pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur

dengan selang waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan larutan vitamin C


(38)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

sampai menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam

kali. Hasil percobaan dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 59.

3.7.4 Pemberian Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur

suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung

suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular

pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang

waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi serbuk tablet parasetamol

merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Pengukuran suhu dilanjutkan

sampai menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam

kali. Hasil percobaan dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 59.

3.7.5 Pemberian Suspensi Serbuk Tablet Parasetamol Generik Dosis 300 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur

suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung

suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular

pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang

waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi serbuk tablet parasetamol

generik dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai

menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Hasil


(39)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.7.6 Pemberian Suspensi Parasetamol Baku Dosis 300 mg/Kg BB Sebagai Pembanding

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur

suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung

suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular

pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang

waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi parasetamol baku dosis 300

mg/Kg BB secara oral. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-120. Setiap

percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Hasil percobaan dapat

dilihat pada lampiran 6 halaman 59.

3.7.7 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada Parasetamol Merek Dagang dosis 300 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, kemudian diberikan larutan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB secara oral selama tujuh hari berturut-turut, setelah pemberian

vitamin C pada hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Setelah

pemberian vitamin C hari ketujuh, empat jam kemudian diukur suhu tubuhnya

dengan cara mengukur suhu rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak

tiga kali dan dihitung suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol

secara intramuskular pada bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal

diukur dengan selang waktu 10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi

serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara oral.

Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan

pengulangan sebanyak enam kali. Hasil percobaan dapat dilihat pada lampiran 6


(40)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.7.8 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada Parasetamol Generik dosis 300 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, kemudian diberikan larutan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB secara oral selama tujuh hari, setelah pemberian vitamin C pada

hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Setelah pemberian vitamin C hari

ketujuh, empat jam kemudian diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur suhu

rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung suhu

rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular pada

bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang waktu

10 menit. Pada menit ke-20 diberikan suspensi serbuk tablet parasetamol generik

dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit

ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Hasil

percobaan dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 59.

3.7.9 Pengujian Pengaruh Penggunaan Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada Parasetamol Baku dosis 300 mg/Kg BB

Merpati ditimbang beratnya, kemudian diberikan larutan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB secara oral selama tujuh hari, setelah pemberian vitamin C pada

hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Setelah pemberian vitamin C hari

ketujuh, empat jam kemudian diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur suhu

rektalnya dengan selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali dan dihitung suhu

rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular pada

bagaian dada dengan dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur dengan selang waktu


(41)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BB secara oral. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-120. Setiap

percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali. Hasil percobaan dapat

dilihat pada lampiran 6 halaman 59.

3.8 Analisis Data

Untuk membandingkan penurunan suhu tubuh dari pemberian suspensi

CMC, vitamin C dosis 50 mg/Kg BB, serbuk tablet parasetamol merek dagang

dosis 300 mg/Kg BB, serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB,

parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg

BB pada parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, parasetamol generik

dosis 300 mg/Kg BB dan parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB dianalisis

secara statistik menggunakan Anava (analisis variasi) dengan taraf kepercayaan

95% . Uji lanjutan yang digunakan untuk melihat perbedaan yang nyata antar

perlakuan adalah uji rata-rata Duncan. Analisis statistik ini menggunakan program


(42)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengumpulan Sampel

Sampel yang digunakan adalam tablet parasetamol merek dagang dan

generik, diambil secara purposif dengan cara mengambil dari salah satu apotik

yang ada dijalan dr. Mansyur, Medan. Tablet yang diambil adalah tablet Sanmol® ( PT. Sanbe Farma) dan tablet Parasetamol generik (PT. Sanbe Farma).

4.2 Hasil Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum Parasetamol BPFI

Spektrum ultraviolet parasetamol dalam suasana basa pada panjang

gelombang 257 nm (A 715 a) dan dalam dalam suasana asam pada panjang 11

gelombang 245 nm ( 1 1

A 668 a) (Moffat., 1986). Oleh karena itu parasetamol

secara in vitro dapat ditentukan kadarnya dengan spektrofotometri ultraviolet.

Hasil pengukuran secara spektrofotometri ultra violet dengan

menggunakan pelarut NaOH 0,1 N diperoleh serapan maksimum parasetamol

BPFI pada panjang gelombang 257 nm dengan serapan 0,4460. Panjang

gelombang ini sama dengan panjang gelombang yang terdapat dalam literatur


(43)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Gambar 4.1 Kurva Serapan Maksimum Parasetamol BPFI dengan konsentrasi 6

mcg/ml dalam NaOH 0,1 N.

Tabel 4.1 Hasil Penentuan Serapan Maksimum Parasetamol BPFI dengan

Konsentrasi 6 mcg/ml dalam NaOH 0,1 N

4.3 Hasil Penentuan Linearitas Kurva Kalibrasi Parasetamol BPFI dalam NaOH 0,1 N


(44)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Pada penentuan kurva kalibrasi, larutan Parasetamol BPFI dibuat dengan

konsentrasi berturut-turut : 3,0 mcg/ml; 4,5 mcg/ml; 6,0 mcg/ml; 7,5 mcg/ml; 9,0

mcg/ml pada panjang gelombang maksimum 257 nm diperoleh hubungan yang

linier antara serapan dengan konsentrasi dimana koefisien korelasi = 0,9998 dan

persamaan regresi Y = 0,071971 X + 0,003145. (Data perhitungan pada

Lampiran 1 halaman 50 ). Koefisien korelasi yang didapat masih memenuhi

kriteria penerimaan yaitu r ≥ 0,9950.

Table 4.2 Kalibrasi Parasetamol BPFI dalam pelarut NaOH 0,1 N secara


(45)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Gambar 4.2 Kurva kalibrasi Parasetamol BPFI dalam pelarut NaOH 0,1 N

secara spektrofotometri ultraviolet pada panjang gelombang 257 nm.

4.4 Penetapan Kadar Parasetamol Dalam Sampel

Kadar parasetamol dalam sediaan tablet parasetamol generik (PT. Sanbe

Farma) rata-rata 94,91% dan tablet parasetamol merek dagang PT. Sanbe Farma

(Sanmol) rata-rata 94,78%. (Data pengujian dan perhitungan pada Lampiran 2

halaman 52).

Menurut Farmakope Indonesia edisi IV (DitJen POM., 1995), tablet

parasetamol mengandung parasetamol, C8H9NO2, tidak kurang dari 90,0% dan

tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket. Dari hasil penetapan

kadar pada lampiran 2 halaman 52. Dapat dilihat bahwa kadar tablet parasetamol

generik dan tablet parasetamol merek dagang memenuhi persyaratan kadar


(46)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

4.5 Penetapan Dosis Penginduksi Demam 2,4-dinitrofenol

Pengujian penginduksi demam dengan menggunakan larutan

2.4-dinitrofenol yang disuntikkan secara intramuskular pada daerah otot dada dengan

variasi dosis 6 mg/Kg BB, 7 mg/Kg BB dan 8 mg/Kg BB. Perubahan suhu tubuh

rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dapat dilihat tabel 4.3 dan

gambar 4.3.

Tablet 4.3 Perubahan Suhu Tubuh Rata-rata Merpati pada Pemberian Variasi

Dosis 2,4-dinitrofenol selama 120 menit.

Waktu (menit)

Suhu tubuh rata-rata merpati (0C ± SD) setelah pemberian larutan 2,4-DNF 0,5%

2,4-DNF 6 mg/Kg BB

2,4-DNF 7 mg/Kg BB

2,4-DNF 8 mg/Kg BB

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

40,38 ± 0,22 40,67 ± 0,50 41,15 ± 0,56 41,90 ± 0,60 42,02 ± 0,59 41,88 ± 0,82 41,70 ± 0,83 41,43 ± 0,65 4143 ± 0,38 41,30 ± 0,31 41,20 ± 0,35 41,12 ± 0,27 40,92 ± 0,33

40,62 ± 0.07 41,47 ± 0.26 42,53 ± 0.62 43,00 ± 0.56 42,87 ± 0.72 42,67 ± 0.74 42,60 ± 0.73 42,62 ± 1.12 42,35 ± 1.15 41,87 ± 0.74 41,70 ± 0.89 41,47 ± 0.84 41,15 ± 0.59

40,90 ± 0,73 42,33 ± 0,57 42,98 ± 0,32 43,15 ± 0,08 43,20 ± 0,09 43,20 ± 0,11 43,03 ± 0,08 42,87 ± 0,15 42,77 ± 0,21 42,65 ± 0,36 42,55 ± 0,32 42,35 ± 0,46 42,20 ± 0,55


(47)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Tabel 4.4 Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati(OC ± SD) setelah penyuntikan larutan 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji selama 120 menit.

Suhu tubuh rata-rata merpati (OC ± SD) setelah pemberian bahan uji Tampa pemberian Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama

tujuh hari berturut-turut

Pemberian Vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama tujuh hari berturut-turut Waktu (menit) Suspensi CMC Suspensi Parasetamol Baku Suspensi Parasetamol Generik Suspensi Parasetamol Merek Dagang Larutan Vitamin C Suspensi Parasetamol Baku Suspensi Parasetamol Generik Suspensi Parasetamol Merek Dagang 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120

40,80 ± 0,14

42,00 ± 0,33

42,58 ± 0,24

42,75 ± 0,16

42,97 ± 0,14

43,07 ± 0,10

42,92 ± 0,16

42,58 ± 0,17

42,27 ± 0,10

42,23 ± 0,10

42,02 ± 0,09

41,85 ± 0,10

41,75 ± 0,10

40,63 ± 0,16

41,25 ± 0,49

42,08 ± 0,49

42,23 ± 0,61

41,63 ± 0,33

41,47 ± 0,26

41,32 ± 0,32

41,15 ± 0,32

40,98 ± 0,21

40,90 ± 0,17

40,78 ± 0,19

40,72 ±0,20

40,67 ± 0,22

41,03 ± 0,15

41,68 ± 0,18

42,30 ± 0,18

42,37 ± 0,22

41,80 ± 0,26

41,58 ± 0,31

41,52 ± 0,32

41,27 ± 0,14

41,23 ± 0,12

41,10 ± 0,13

41,08 ± 0,15

41,05 ± 0,18

41,02 ± 0,15

40,87 ± 0,18

41,63 ± 0,28

42,23 ± 0,62

42,30 ± 0,61

41,73 ± 0,70

41,50 ± 0,54

41,28 ± 0,48

41,12 ± 0,29

41,07 ± 0,24

40,97 ± 0,16

40,90 ± 0,16

40,87 ± 0,14

40,88 ± 0,15

40,70 ± 0,29

41,70 ± 0,52

42,68 ± 0,78

42,70 ± 0,73

42,77 ± 0,72

42,03 ± 0,69

41,90 ± 0,69

41,82 ± 0,69

41,50 ± 0,71

41,38 ± 0,74

41,35 ± 0,73

41,22 ± 0,60

41,17 ± 0,74

40,65 ± 0,25

41,55 ± 0,36

42,72 ± 0,23

42,73 ± 0,31

42,32 ± 0,42

42,18 ± 0,40

41,92 ± 0,62

41,88 ± 0,39

41,62 ± 0,33

41,55 ± 0,46

41,57 ± 0,68

41,50 ± 0,73

41,38 ± 0,61

40,67 ± 0,22

42,10 ± 0,58

43,05 ± 0,37

43,12 ± 0,28

42,58 ± 0,32

42,50 ± 0,34

42,28 ± 0,47

42,15 ± 0,49

42,07 ± 0,47

41,90 ± 0,62

41,77 ± 0,64

41,70 ± 0,64

41,55 ± 0,56

40,60 ± 0,30

42,20 ± 0,72

42,83 ± 0,54

42,97 ± 0,52

42,62 ± 0,38

42,53 ± 0,41

42,28 ± 0,51

42,05 ± 0,47

41,85 ± 0,38

41,77 ± 0,43

41,72 ±0,95

41,60 ±0,52


(48)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Gambar 4.4 Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji tampa pemberian


(49)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Gambar 4.5 Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji dengan pemberian


(50)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Dari gambar 4.4 dan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa setelah pemberian larutan

2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji, menunjukkan bahwa pemberian

suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, generik

dosis 300 mg/Kg BB, baku dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300

mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada serbuk tablet

suspensi generik dosis 300 mg/Kg BB , penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg

BB pada suspensi baku dosis 300 mg/Kg BB dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB

terlihat bahwa adanya penurunan suhu lebih cepat dibandingkan dengan

pemberian suspensi CMC sebagai kontrol, disebabkan karena suspensi CMC tidak

mengandung zat aktif yang berfungsi sebagai antipiretik.

Pemberian suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, dan generik dosis

300 mg/Kg BB menunjukkan penurunan suhu yang hampir sama. Yaitu suhu

tubuh yang paling tinggi pada menit ke-30 dan mengalami penurunan suhu pada

menit ke-40. Pada penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari

berturut-turut pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi serbuk tablet

parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB menunjukkan penurunan suhu

yang hampir sama. Yaitu suhu paling tinggi pada menit ke-30 dan mengalami

penurunan suhu pada menit ke-40. Sedangkan pada penggunaan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB selama 7 hari berurut-turut, menunjukkan suhu tertinggi terlihat


(51)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

menunjukkan bahwa mula kerja suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB,

suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi serbuk

tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, parasetamol

merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan parasetamol generik dosis 300 mg /Kg

BB adalah sama, sedangkan dengan larutan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB mula

kerjanya berbeda. Ini disebabkan karena vitamin C hanya berfungsi sebagai

perangsang sistem imun dan melindungi jaringan yang terinfeksi (Naidu, 2003),

sedangkan parasetamol berfungsi sebagai antipiretik dengan kemampuan

menghambat siklooksigenase di otak. (Gilman, 2007).

Dari tabel rata-rata perubahan suhu tubuh merpati setelah penyuntikan

2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji (tabel 4.4), dapat dilihat bahwa suspensi

parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu terjadi pada menit

ke-40 yaitu sebesar 41,63 ± 0,33 OC, suspensi parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu terjadi pada menit ke-40 yaitu sebesar

41,73OC ± 0,70 dan suspensi parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu terjadi pada menit ke-40 yaitu sebesar 41,80OC ± 0,26, jadi memiliki efek yang lebih besar dalam menurunkan suhu tubuh dibandingkan

dengan penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari berturut-turut

pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu

pada menit ke-40 yaitu sebesar 42,32 ± 0,42 OC, suspensi parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu pada menit ke-40 yaitu sebesar


(52)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu pada menit ke-40 yaitu sebesar 42,62 ±

0,38OC. Dari tabel 4.4 ini juga dapat dilihat secara umum bahwa penambahan vitamin C pada suspensi parasetamol dapat mengurangi efek antipiretiknya. Ini

disebabkan karena vitamin C mempercepat metabolisme parasetamol menjadi

metabolit yang tidak aktif secara farmakologi (Gilman, 2007; Gibson dan Skett,

1991) sehingga efek antipiretik dari parasetamol menjadi berkurang.

Pada pemberian suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis

300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu terjadi pada menit ke-40 sebesar 41,73±

0,70 OC dan suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dengan penurunan suhu terjadi pada menit ke-40 sebesar 41,80 ± 0,26OC menunjukkan bahwa suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300

mg/Kg BB mempunyai efek antipiretik yang lebih baik dari pada suspensi

parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB, ini kemungkinan disebabkan oleh

adanya zat tabahan pembuatan tablet yang berbeda sehingga mempunyai efek

yang berbeda pula.

Pada hasil analisis variasi (Anava) secara SPSS pada menit pertama (menit

0), menunjukkan nilai signifikan 0,025. Ini menunjukkan adanya perbedaaan yang

bermakna antara perlakuan karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05,

sedangkan pada menit 10 menunjukkan nilai signifikansi 0,019, pada menit 20

menunjukkan nilai signifikansi 0,015 dan pada menit 30 menunjukkan nilai


(53)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antar perlakuan karena nilai signifikansi

lebih kecil dari 0,05 pada tingkat kepercayaan 95% lampiran 7 halaman 63.

Pada menit ke 40 menunjukkan bahwa efek entipiretik mulai terjadi

ditandai dengan nilai signifikansinya 0,000, hal ini dapat terjadi karena pemberian

bahan uji secara oral, sehingga dibutuhkan waktu untuk mengalami proses

absorpsi melalui saluran pencernaan, kemudian masuk kedalam sirkulasi sistemik

dan dapat memberikan efek (Gilman, 2007).

Pemberian suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan parasetamol generik dosis

300 mg/Kg BB dengan taraf nyata ( = 0.05) (lampiran 7 halaman 63) pada

menit 40 sampai menit 80 menunjukkan bahwa tidak memiliki perbedaan yang

bermakna, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan penambahan

vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB,

parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C dosis 50

mg/Kg BB dan suspensi CMC. Hal ini menunjukkan bahwa suspensi parasetamol

baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg

BB dan suspensi parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB secara statistik


(54)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Tabel 4.5 Hasil Uji Duncan pada menit 70

Perlakuan N

Taraf nyata ( ) = 0,05

1 2 3

Suspensi Parasetamol Merak Dagang 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 41.1167

Suspensi Parasetamol Baku 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 41.1500

Suspensi Parasetamol Generik 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 41.2667

Larutan Vitamin C 0.5% 6 41.8167 Lar Vitamin C dan Suspensi

Parasetamol Baku 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 41.8833

Lar Vitamin C dan Suspensi Parasetamol Merek Dagang 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 42.0500

Lar Vitamin C dan Suspensi Parasetamol Generik 10% dosis 300 mg/Kg BB

6 42.1500 42.1500

suspensi CMC 0.5% 6 42.5833

Sig. .553 .204 .073

Hasil uji Duncan pada menit-70 dengan taraf nyata ( = 0,05) menunjukkan bahwa pemberian suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB,

memiliki perbedaan tidak bermakna secara statistik dengan pemberian suspensi

serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan generik dosis

300 mg/Kg BB, tetapi menunjukkan perbedaan bermakna secara statistik dengan

vitamin C dosis 50 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada


(55)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis

300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk

tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi CMC. Hal ini dapat

dilihat pada tabel 4.5 diatas, pada kolom pertama menunjukkan bahwa suspensi

parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi serbuk tablet parasetamol merek

dagang dosis 300 mg/Kg BB dan generik dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek

antipiretik yang sama secara statistik.

Pada pemberian suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis

300 mg/Kg BB, memiliki perbedaan tidak bermakna secara statistik dengan

pemberian suspensi serbuk tablet parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB dan

generik dosis 300 mg/Kg BB, tetapi menunjukkan perbedaan bermakna secara

statistik dengan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan

vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol merek

dagang dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada

suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi

CMC. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 diatas, pada kolom pertama

menunjukkan bahwa suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, merek

dagang dosis 300 mg/Kg BB dan generik dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek

antipiretik yang sama secara statistik.

Pada pemberian suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300


(56)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi CMC, tetapi menunjukkan

perbedaan bermakna secara statistik dengan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB,

penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi parasetamol baku dosis

300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk

tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300

mg/Kg BB. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.5 diatas, pada kolom pertama

menunjukkan bahwa suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan generik dosis

300 mg/Kg BB mempunyai efek antipiretik yang sama secara statistik.

Terlihat juga pada tabel 4.5 diatas pada kolom 2, penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB memiliki

perbedaan yang tidak bermakna secara statistik dengan penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB,

penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol generik dosis 300

mg/Kg BB dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB. Tetapi menunjukkan perbedaan

yang bermakna secara statistik dengan suspensi parasetamol baku dosis 300

mg/Kg BB, suspensi parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan pemberian suspensi CMC.

Pada tabel 4.5 diatas pada kolom 2, penggunaan larutan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB pada parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB memiliki


(57)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB,

penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol generik dosis 300

mg/Kg BB dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB. Tetapi menunjukkan perbedaan

yang bermakna secara statistik dengan suspensi parasetamol baku dosis 300

mg/Kg BB, suspensi parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan pemberian suspensi CMC.

Pada tabel 4.5 diatas pada kolom 2, penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB memiliki perbedaan

yang tidak bermakna secara statistik dengan penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada parasetamol paten dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C dosis

50 mg/Kg BB dan suspensi CMC. Tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna

secara statistik dengan suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi

serbuk tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan generik dosis

300 mg/Kg BB.

Pada tabel 4.5 diatas kolom 3 yaitu pada pemberian CMC menunjukkan

perbedaan yang tidak bermakna dengan penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg

BB pada parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB. Tetapi menunjukkan

perbedaan yang bermakna secara statistik dengan pemberian suspensi parasetamol

baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi serbuk tablet parasetamol merek dagang

dosis 300 mg/Kg BB, generik dosis 300 mg/Kg BB, pengguaan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan


(58)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

dagang dosis 300 mg/Kg BB dan pemberian larutan vitamin C dosis 300 mg/Kg

BB.

Berdasarkan keterangan di atas dapat dinyatakan bahwa pemberian

suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi serbuk tablet

parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi serbuk tablet

parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek antipiretik yang sama

secara statistik dan lebih bagus menurunkan suhu tubuh merpati dibandingkan

dengan pemberian larutan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB,

penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet

parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C dosis 50

mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB

dan suspensi CMC .

Pemberian larutan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB, penggunaan vitamin C

dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol baku dosis 300

mg/Kg BB, dan penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB pada suspensi serbuk

tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek

antipiretik yang sama secara statistik. Pada penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg

BB pada suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB

mempunyai efek antipiretik yang sama secara statistik dengan pemberian suspensi


(59)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil penetapan kadar pada tablet parasetamol generik dan tablet

parasetamol merek dagang secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut basa

diperoleh 94,91% dan tablet parasetamol merek dagang sebesar 94,78%, sehingga

masih memenuhi persyaratan Farmakope Indonesia edisi IV.

Hasil uji efek antipiretik menunjukkan bahwa pemberian suspensi serbuk

tablet parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi serbuk tablet parasetamol

merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi serbuk tablet parasetamol

generik dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek antipiretik yang sama dan berbeda

secara signifikan dengan pemberian vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari

turut, penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari

berturut-turut pada suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, pada suspensi serbuk

tablet parasetamol merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, pada suspensi serbuk

tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi CMC.

Pemberian vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari berturut-turut,

penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari berturut-turut pada

suspensi parasetamol baku dosis 300 mg/Kg BB, dan penggunaan vitamin C dosis

50 mg/Kg BB selama 7 hari berturut-turut pada suspensi serbuk tablet


(60)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

sama. Pada penggunaan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama 7 hari

berturut-turut pada suspensi serbuk tablet parasetamol generik dosis 300 mg/Kg BB

mempunyai efek antipiretik yang sama dengan pemberian suspensi CMC sebagai

kontrol negatif.

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh toksik

penggunaan vitamin C pada parasetamol dan pengujian efek antipiretik vitamin C


(61)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Blerkinsopp, A., et al. (2009). Symptoms in the Pharmacy. Sixth edition. USA: Wily-blackwell publishing. Page 283.

Connors, K.A., et al. (1986). Stabilitas Kimiawi Sediaan Farmasi. Edisi II. Jilid kedua. Jakarta: Jhon willey and Sons. Halaman 180, 197-201.

Davey, Patrick. (2006). At a Glance Farmakologi Medis. Penerjemah: Rahmalia Annisa. Jakarta: Jakarta. Halaman 60-77.

DitJen POM. (1979). Farmakope Indonesia . Edisi III . Departemen Kesehatan RI.Jakarta. Halaman 748.

DitJen POM. (1995). Farmakope Indonesia . Edisi IV . Departemen Kesehatan RI.Jakarta. Halaman 4, 39, 112,650.

El-Radhi , Sahid et al. (2009). Clinical Manual of Fever. Berlin: Spriger. Pages 1-2.

Ganong, W.F. (2002). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XX. Penerjemah: M. Djuhari Widjajakusumah. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 245-246.

Gibson, G.G dan Sklet, P. (1991). Pengentar Metebolisme Obat. Penerjemah: Iis Aisyah. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 164-164, 187-190.

Gilman, A.G. (2007). Dasar Farmakologi Terapi. Volume 2. Penerjemah: Cucu Aisyah. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 669, 682-683, 1736-1737.

Guyton, A dan Hall, J.E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi XI. Penerjemah: Irawati. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 936-948.

Harison, T. R. (1999). Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 1. Editor: Isselbacher. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman: 97-107.

Naidu, K.A. (2004). Vitamin C in human health and disease is still a mystery ? An

Overview. Nutrition Journal; 2003: 3-4.

Katzung, B. G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi II. Penerjemah: Dripa Sjabana. Jakarta: Salemba Medika. Halaman 484-485.

Moffat, A.C., et al. (1986). Clarke’s Isolation and Identification of Drug. Second Edition. Pharmaceutical Press, London. Page: 327.


(62)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Nadendla, R.R. (2005). Principle of Organic Medicinal Chemistry. New Delhi: New Age International (P) Ltd., Publishers. Page 50.

Neal, M.J. (2005). At A Galnce Farmakologi Medis. Edisi V. Penerjemah Juwalita Surapsari. Jakarta: Penerbit Erlangga. Halaman 8-15.

Olson, J. (2003). Belajar Mudah Farmakologi. Penerjemah: Lydia I Mendera. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. Halaman 1-13.

Sherwood, Lauralee. (2001) . Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi II. Penerjemah: Pendit. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 597-601.

Silbernagl, S dan Lang, F. (2006). Patofisiologi. Penerjemah: Iwan setiawan. Jakarta: Penerbit EGC. Halaman 20.

Siswandono dan Seokardjo, B. (2000). Kimia Medisinal. Edisi II. Jilid kedua. Surabaya: Airlangga University Press. Halaman 283-3007.

Sodeman, W.A dan Sodeman T.M. (1995). Sodeman Patofisiologi. Edisi 7. Jilid II. Penerjemah: Andry Hartono. Jakarta: Hipokrates. Halaman 177-196

SPSS for Windows. (2008). Anova One Way ( Computer Program). Version 17.0: Comput erized system.

Uetrecht, J.P and Trager, W. (2007). Drug Metabolism. USA: Informa Healthcare. Page 41-42.

Wilmana, P.F. (1995). Analgesik-antipiretik analgesic anti-inflamasi nonsteroid

dan obat pirai dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Editor: Sulistia G.

Ganiswara. Jakarta: Gaya Baru. Halaman 208.

Wolff, M.E. (1994). Asaa-asas kimia medisinal. Edisi IV. Penerjemah: Muljadi. Yogakarta: Penerbit Gadjah Mada University Press. Halaman 259-260.


(1)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 9. Lanjutan

Volume larutan 2,4-dintrofenol 0,5% yang disuntikkan =

Konsentrasi lar. 2,4-DNF 0,5% tiap ml(mg/ml) berat badan (g) x dosis pemberian (mg/g)

=

5 mg/ml

240,8 g x 0,008 mg/g


(2)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 10. Perhitungan pemberian bahan uji. 1. Suspensi parasetamol baku.

Parasetamol baku ditimbang sebanyak 2,5 gram dibuat suspensi dengan CMC menjadi 25 ml maka tiap ml suspensi mengandung 100 mg/ml parasetamol zat aktif.

Misal: Berat merpati yang digunakan = 250 gram Dosis parasetamol yang dberikan = 300 mg/Kg BB Maka volume suspensi parasetamol yang diberikan =

Konsentrasi suspensi tiap ml (mg/ml) dosis pemberian (g) x Berat badan (g)

= 100

0,3 x 250

= 0,75 ml

2. Suspensi parasetamol generik

Kadar zat aktif parasetamol dalam tablet parasetamol generik sebesar 94,91%. Maka untuk membuat suspensi parasetamol generik 10% dalam labu 25 ml, dibutuhkan 6 tablet.

Misalnya berat 6 tablet = 4092 mg

Dalam 1 tablet parasetamol generik mengandung parasetamol zat aktif

sebesar = 500mg 100

91 , 94

× = 474,55 mg

Maka, untuk 6 tablet terdapat parasetamol aktif sebesar = 6 x 474,55 = 2847,3 mg


(3)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 10. Lanjutan.

Maka, yang dibutuhkan untuk membuat suspensi parasetamol generik 10% dibutuhkan 2.5 gram parasetamol zat aktif dalam labu 25 ml sebesar

= mg

mg mg 4092 3 . 2847 2500 ×

= 3592,9 mg serbuk parasetamol generik.

Maka tiap ml suspensi mengandung 100 mg/ml parasetamol zat aktif. Misal: Berat merpati yang digunakan = 250 gram

Dosis parasetamol yang dberikan = 300 mg/Kg BB Maka volume suspensi parasetamol yang diberikan =

Konsentrasi suspensi tiap ml (mg/ml) dosis pemberian (g) x Berat badan (g)

= 100

0,3 x 250

= 0,75 ml

3. Suspensi parasetamol merek dagang

Kadar zat aktif parasetamol dalam tablet parasetamol merek dagang sebesar 94,78%. Maka untuk membuat suspensi parasetamol merek dagang 10% dalam labu 25 ml, dibutuhkan 6 tablet.

Misalnya berat 6 tablet = 4030 mg

Dalam 1 tablet parasetamol merek dagang mengandung parasetamol zat

aktif sebesar = 500mg 100

78 , 94

× = 473,9 mg


(4)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 10. Lanjuntan.

Maka, untuk 6 tablet terdapat parasetamol aktif sebesar = 6 x 473,9 = 2843,4 mg

Maka, yang dibutuhkan untuk membuat suspensi parasetamol merek dagang 10% dibutuhkan 2,5 gram parasetamol zat aktif dalam labu 25 ml sebesar

= mg

mg mg

4030 4

, 2843

2500 ×

= 3543,3 mg serbuk parasetamol merek dagang.

Maka tiap ml suspensi mengandung 100 mg/ml parasetamol zat aktif. Misal: Berat merpati yang digunakan = 250 gram

Dosis parasetamol yang dberikan = 300 mg/Kg BB Maka volume suspensi parasetamol yang diberikan =

Konsentrasi suspensi tiap ml (mg/ml) dosis pemberian (g) x Berat badan (g)

= 100

0,3 x 250


(5)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.


(6)

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.