Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.
preoptik dan mencetuskan demam. Ada kemungkinan PGE
2
menginduksi suatu pembawa pesan kedua Harrison, 1999. Melalui peningkatan pembawa pesan
kedua, memicu hipotalamus untuk meningkatkan suhu tubuh dengan cara meningkatkan pembentukan panas dan mengurangi hilangnya panas. NSAID
menekan respon ini dengan cara menghambat sintesis PGE
2
Gilman, 2007.
2.3 Obat-obat Antiradang Nonsteroid
Fosfolipase A
2
sitosolik menghidrolisis fosfolipid membran dan disertai pelepasan arakidonat Gilman, 2007; Zhuo, 2007. Menurut Katzung 2001
setelah mobilisasi, asam arakidonat dioksigenasi dengan empat rute yang berbeda, yaitu:
1 Jalur siklooksigenase
2 Jalur lipoksigenase
3 Jalur epoksigenase
4 Isoprostan.
Dua siklooksigenase yang unik namun berkaitan telah ditemukan dan mampu mengubah asam arakidonat menjadi prostaglandin endoperoksit Katzung,
2001. Menurut Gilman 2007 dan Zhuo 2007, yaitu: a.
Siklooksigenase-1 COX-1 Siklooksigenase ini diekpresikan secara kontitutif dihasilkan terus
menerus atau dalam jumlah yang tetap, tidak tergantung kondisi atau kebutuhan didalam sebagian besar sel. Sering terdapat pada
lambung, ginjal dan platelet.
Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.
b. Siklooksigenase-2 COX-2
Siklooksigenase ini pada keadaan normal tidak ada, tetapi dapat diinduksi oleh faktor tertentu, seperti sitokin.
Gambar 2.1 Biosintesis prostaglandin Wilmana, 1995.
Siklooksigenase memiliki dua aktivitas yang berbeda, aktivitas endoperoksida sintase yang mengoksigenasi dan mengsiklisasi prekursor asam
lemak yang tidak diesterifikasi untuk membentuk endoperoksida siklik PGG
2
, serta suatu aktivitas peroksidase yang mengubah PGG
2
menjadi PGH
2
Gilman, 2007, kedua endoperoksida tersebut sangat tidak stabil Katzung, 2001. Dapat
diubah menjadi PGD
2
, PGE
2
, PGF
2a
, PGI
2
dan TXA Zhuo, 2007. Isomerase untuk sintesis PGE
2
dan PGD
2
telah diindentifikasi. Suatu reduktase yang mengkatalisis konversi PGH
2
menjadi PGF
2a
juga telah dikarakterisasi Gilman, 2007.
Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.
Endoperoksida PGH
2
juga dimetabolisme menjadi dua senyawa tak stabil dan sangat aktif. Tromboksan A
2
TXA
2
dibentuk oleh tromboksan sintase; TXA
2
pecah secara nonenzimatis menjadi tromboksan B
2
TXB
2
yang stabil tetapi tidak aktif. PGI
2
dibentuk dari PGH
2
oleh prostasiklin sintase; PGI
2
dihidrolisis secara nonenzimatis manjadi 6-keto-PGF
1
yang tak aktif Gilman, 2007.
Penghambatan siklooksigenase COX umumnya dianggap sebagai suatu segi utama mekanisme NSAID Gilman, 2007; Zhuo, 2007. Penghambatan COX-
2 diduga memperantarai, paling tidak sebagian kerja antipiretik, analgesik dan antiradang NSAID, tetapi penghambatan COX-1 yang terjadi bersamaan
menyebabkan efek samping yang tidak diinginkan, terutama yang menyebabkan ulser lambung akibat berkurangnya pembentukan prostaglandin. Semua NSAID,
termasuk inhibitor COX-2 selektif merupakan antipiretik, analgesik dan antiradang. Satu kekecualian adalah parasetamol, yang merupakan antipiretik dan
analgesik tetapi tidak mempunyai aktifitas antiradang Gilman, 2007.
2.4 Parasetamol
Rumus bangun : NHCOOCH
3
OH
Gambar 2.2 Parasetamol
Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.
Sinonim : Acetaminophen, p-acetaminophenol, n-acetyl-p-amino-
phenol. Rumus melekul
: C
8
H
9
NO
2
Berat molekul : 151,16
Titik leleh : 169-172
O
C Connors et al, 1986 Pemerian
: Serbuk hablur, putih ; tidak berbau; rasa sedikit pahit DitJen POM, 1995
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1
N; mudah larut dalam etanol DitJen POM, 1995. 1 g dapat larut dalam kira-kira 70 ml air suhu 25
O
C, 1 g larut dalam 20 ml air mendidih, dalam 7 ml alkohol, dalam 13
ml aseton, dalam 50 ml kloroform, dalam 40 ml gliserin dan dalam 9 ml propilen glikol. Tidak larut dalam benzene
dan eter Connors et al, 1986. Parasetamol merupakan senyawa yang sangat stabil dalam larutan air dan
pKa = 9,51 Connors et al, 1986 dan absorpsi obat dalam saluran cerna cepat dan hampir sempurna Siswandono dan soekardjo, 2000. Parasetamol adalah
metabolit aktif dari phenacetin yang bertanggung jawab akan efek analgesiknya. Parasetamol adalah penghambat prostaglandin lemah dalam jaringan perifer dan
tidak memiliki efek inflamasi yang signifikan Katzung., 2002 dan merupakan salah satu obat terpenting dalam pengobatan demam Zhuo, 2007.
Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.
Parasetamol merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai obat analgesik-antipiretik; namun, tidak seperti aspirin, aktifitas antiradangnya
lemah sehingga bukan merupakan oabt yang berguna untuk menangani kondisi radang. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang mungkin
berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang
ditemukan pada lesi radang. Sebaliknya, efek antipiretiknya dapat dijelaskan dengan kemampuannya menghambat siklooksigenase di otak, yang tonus
peroksidanya rendah. Selain itu, parasetamol tidak menghambat aktifitas neutrofil, sedangkan NSAID lain menghamba aktivitas tersebut. Parasetamol merupakan
antiradang yang sangat lemah dan inhibitor siklooksigenase yang lemah. Selain itu parasetamol tampak menghambat enzime tersebut hanya di lingkungan yang
kadar peroksidanya rendah, yang sebagian dapat menjelaskan lemahnya aktifitas antiradang parasetamol karena pada tempat peradangan biasanya terjadi
peningkatan konsentrasi peroksida yang dibentuk oleh leukosit Gilman, 2007.
2.5 Metabolisme Parasetamol