Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia)

(1)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP EFEK ANTIPIRETIK DARI ASETOSAL BAKU, ASETOSAL GENERIK DAN

MEREK DAGANG PADA MERPATI JANTAN (Columba livia)

SKRIPSI

Oleh: DIAN WIDARIZA

NIM 040804016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP EFEK ANTIPIRETIK DARI ASETOSAL BAKU, ASETOSAL GENERIK DAN

MEREK DAGANG PADA MERPATI JANTAN (Columba livia)

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara

Oleh:

DIAN WIDARIZA NIM 040804016

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH PEMBERIAN VITAMIN C TERHADAP EFEK ANTIPIRETIK DARI ASETOSAL BAKU, ASETOSAL GENERIK DAN

MEREK DAGANG PADA MERPATI JANTAN (Columba livia)

Oleh:

DIAN WIDARIZA NIM 040804016

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada tanggal: Juni 2009

Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. Prof. Dr. M. Timbul Simanjuntak, M.Sc., Apt. NIP 130 935 857 NIP 130 809 699

Pembimbing II, Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt. NIP 130 935 857

Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt. NIP 130 810 737

Drs. Saiful Bahri, M.S., Apt. NIP 131 285 999

Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. NIP 131 283 721

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(4)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karuniaNya, sehingga dapat tersesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia)”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kelurga tercinta kepada Ayahanda Azwir, S.Ag, Ibunda Baidar, S.Pd dan adik-adikku tersayang Yelvi, Khairul, Ferra dan Afdhil, atas semua perhatianya, kasih sayang, doa, dukungan moril serta materil yang telah diberikan tiada henti.

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, S.U., Apt., dan Drs. Rasmadin Mukhtar, M.S., Apt., selaku pembimbing yang dengan sabar telah meluangkan waktu dan bimbingannya dari awal penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati diucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Dra. Lely Sari Lubis, M.Si., Apt., selaku penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

3. Bapak dan Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU Medan yang selalu mendidik dengan penuh kesabaran selama masa perkuliahan.

4. Bapak dan Ibu staf Laboratorium Farmakologi Fakultas Farmasi USU Medan yang telah memberikan petunjuk, saran serta fasilitas selama melakukan penelitian hingga selesai.

5. Bapak dan Ibu penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berarti demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Tante dan Dede di Palembang yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(5)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

7. Sahabat dan teman-teman: Siska, Bedy, Mimi, Riza, Linghuat, Bang Dadang, Bang Bagus, Bang Ismud, Kak Leni, Intan, Astrie, Toni, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan, dorongan, semangat hingga selesainya skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda atas segala kebaikan, kesabaran dan bantuannya yang dengan tulus dan ikhlas. Disadari atas keterbatasan dan kemampuan dalam penulisan skripsi ini. Untuk itu saran dan kritik sangat diperlukan untuk menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata diharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan yang berarti bagi Ilmu Pengetahuan pada umumnya dan Ilmu Farmasi khususnya.

Medan, Juli 2009 Penulis,


(6)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

ABSTRAK

Tubuh memerlukan vitamin C yang cukup setiap hari misalnya untuk membatu pada masa penyembuhan saat sariawan, gusi berdarah, perawatan setelah operasi, flu, demam serta memelihara kesehatan kulit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh pemberian vitamin C terhadap efek antipiretik dari asetosal pada merpati jantan (Columba livia) yang diinduksi demam dengan larutan 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB secara intramuskular pada daerah otot dada.

Metodologi dalam penelitian ini adalah eksperimental meliputi pemeriksaan keseragaman kadar Asetosal baku, tablet asetosal generik (Aspirin®) dan asetosal merek dagang (Naspro®) dan pengujian pengaruh pemberian vitamin C terhadap efek antipiretik dari asetosal pada burung merpati. Suspensi asetosal diberikan secara oral dengan dosis 300 mg/Kg BB. Sebelum perlakuan merpati dikondisikan dengan pemberian vitamin C dosis 50 mg/Kg BB selama tujuh hari berturut-turut. Hewan yang digunakan dibagi kedalam 8 kelompok dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 6 ekor merpati. Pemilihan hewan dilakukan secara acak. Hasil uji efek antipiretik dianalisis secara Anava (analisis variansi) kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum keseluruhan pemberian dengan penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB dan penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek yang lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh dari suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB.

Kata kunci: Vitamin C, asetosal baku, Aspirin®, Naspro®, antipiretik dan burung merpati jantan.


(7)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

ABSTRACT

Body needs vitamin C in enough number for assisting healing at the time of sprue, bloody gum, treatment after operation, influenza, fever, and also to look after skin health. The intention of this research is to see the influence of vitamin C giving to effect of antipyretic of acetosal at male pigeons (Columba livia), which is induced by fever with 2,4–dinitrophenol solution at dose 8 mg/Kg Body Weight (BW) by intramuscular at chest muscle area.

The methodology which is used in this research is experimental, incluiding inspection of rate uniformity of standard acetosal, generic acetosal (Aspirin®) and trade mark acetosal (Naspro®) and examination of influence vitamin C giving to effect of antipyretic of acetosal at pigeon. Acetosal suspension is given by oral with dose 300 mg/Kg BW. Before treatment, pigeons are conditioned by giving them vitamin C dose 50 mg/Kg BW during seven day successively. Animal which is used divided into eight groups where in each group consists of six pigeons. The election of animal is done randomly. The result of effect test of antipyretic is analysed by anova (variancy of analyse) and then continued with Duncan mean different test.

The result of research indicate that in general the overall of vitamin C giving dose 50 mg/Kg BW and standard acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, Vitamin C dose 50 mg/Kg BW and generic acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, Vitamin C dose 50 mg/Kg BW and trade mark acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, have quicker effect in degrading body temperature than standard acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, generic acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, trade mark acetosal suspension dose 300 mg/Kg BW, and Vitamin C dose 50 mg/Kg BW.

Key word: Vitamin C, standard acetosal, Aspirin®, Naspro®, antipyretic and male pigeons.


(8)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... .. ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan Penelitian ... 2

1.5 Manfaat Penelitian ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Asetosal ... 3

2.2 Vitamin C ... 6

2.3 2,4-dinitrofenol ... 8

2.4 Antipiretika ... 9

2.5 Suhu Tubuh (Body Temperature) ... 9


(9)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB III METODOLOGI ... 12

3.1 Alat ... 12

3.2 Bahan ... 12

3.3 Hewan Percobaan ... 13

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi ... 13

3.4.1 Pembuatan Pereaksi Trinder’s ... 13

3.4.2 Pembuatan Pereaksi HCL 1N ... 13

3.5 Evaluasi Tablet ... 13

3.5.1 Pemeriksaan Keseragaman Kadar ... 13

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku ... 14

3.5.3 Pembuatan Kurva Serapan Maksimum ... 14

3.5.4 Pembuatan Operating Time ... 14

3.5.5.Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 14

3.6 Pembuatan Sedian Bahan Uji ... 15

3.6.1 Pembuatan Akua Bebas CO2 ... 15

3.6.2 Pembuatan Pereaksi NaOH 0,1 N ... 15

3.6.3 Pembuatan 2,4-dinitrofenol ... 15

3.6.4 Pembuatan Suspensi CMC ... 15

3.6.5 Pembuatan Larutan Vitamin C ... 16

3.6.6 Pembuatan Suspensi Asetosal Baku ... 16

3.6.7 Pembuatan Suspensi Asetosal Generik ... 16

3.6.8 Pembuatan Suspensi Asetosal Merek Dagang ... 16

3.7 Pengujian Farmakologi ... 16


(10)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.7.2 Pemberian Suspensi CMC ... 17

3.7.3 Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB ... 17

3.7.4 Pemberian Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB ... 17

3.7.5 Pemberian Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB ... 18

3.7.6 Pemberian Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB ... 18

3.7.7 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB ... 18

3.7.8 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB ... 19

3.7.9 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB ... 19

3.8 Analisis Data ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 31

5.1 Kesimpulan ... 31

5.2 Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

LAMPIRAN... 34


(11)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 4.1. Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati pada pemberian

variasi dosis 2,4-dinitrofenol selama 120 menit ....……...……… 22 4.2. Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah

pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan pemberian


(12)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Rumus Bangun Asetosal ... 3 2.2 Rumus Bangun Vitamin C ... 6 2.3 Rumus Bangun 2,4-dinitrofenol ... 8 4.1 Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati (oC)

pada pemberian variasi dosis 2,4-dinitrifenol

selama 120 menit …... 22 4.2 Grafik Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah

pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan

pemberian bahan uji .……... 25


(13)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Kurva Serapan Maksimum Asam Salisilat

dengan Pereaksi Trinder’s ... 34

2. Kurva Panjang Gelombang Maksimum Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s ... 35

. 3. Operating Time Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s ... 36

4. Kurva Kalibrasi Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s ... 37

5. Contoh Perhitungan Keseragaman Kadar Tablet ... 38

6. Penentuan Pemberian 2,4-dinitrofenol pada burung merpati secara intramuskular pada daerah otot dada ... 42

7. Penentuan Pemberian Suspensi Asetosal Baku Secara Oral... 44

8. Hasil Penentuan Dosis Optimum 2,4-dinitrofenol ... 46

9. Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah penyuntikan 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan bahan uji ... 47

10. Anava untuk tiap waktu pengamatan ... 50

11. Hasil Duncan untuk tiap pengamatan ... 51


(14)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Defisiensi vitamin C yang dinamakan skorbut atau scurvy yang dikenal

semenjak tahun 1720. Diketahui pula bahwa penyakit tersebut dapat dicegah dengan pemberian sayur-mayur atau buah-buahan segar terutama golongan jeruk yang ternyata mengandung vitamin C. Asam askorbat mula-mula dikenal sebagai asam heksuronat dengan rumus C6H8O6. Karena berkhasiat antiskorbut maka dinamakan asam askorbat atau vitamin C (Hedi dan Wardhini, 1995).

Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Zat ini berbentuk kristal dan bubuk putih kekuningan, stabil pada keadaan kering. Dalam bentuk larutan di wadah terbuka, zat ini dapat rusak (Hedi dan Wardhini, 1995).

Pemberian Vitamin C pada keadaan normal tidak menunjukkan efek farmakodinamik yang jelas. Tetapi pada keadaan defisiensi, pemberian vitamin C akan menghilangkan gejala penyakit dengan cepat (Hedi dan Wardhini, 1995).

Ghiretti dan Magaldi (1977) mengemukakan transport elektron berlangsung dari NADPH (Nicotinamide Adenin Dinucleotide Phosphat Hidrogen) menjadi sitokrom P450 teroksidasi dalam mikrosomal hati. Hasil penelitian lain mengungkapkan bahwa NADPH meningkat setelah pemberian vitamin C yang diberikan secara intraperitoneal pada tikus.

Aspirin adalah senyawa yang mempunyai aktivitas sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi. Aspirin menghambat siklooksigenase-1 (COX-1)


(15)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

secara nonselektif, berkaitan dengan efek gastro intestinal (GI) dan hambatan pada agregasi platelet, dan siklooksigenase-2 (COX-2) yang berhubungan dengan respon inflamasi. Pada dosis rendah (40 mg) berdaya menghambat agregasi trombosit. Efek antitrombosit ini tidak reversible dan berdasarkan blokade enzim siklooksigenase yang bertahan selama hidupnya trombosit. Salislilat tanpa asetil (misal, Sodium salisilat) tidak memiliki efek anti platelet tetapi sebagai analgesik, antipiretik, dan antiinflamasi (Chairun, 2006).

Melihat fenomena bahwa NADPH meningkat setelah pemberian vitamin C secara intraperitoneal pada tikus, dan transport elektron berlangsung dari NADPH menjadi sitokrom P450 teroksidasi dalam mikrosomonal hati sehingga sangat menarik untuk diteliti lebih lanjut tentang pemberian vitamin C terhadap kerja asetosal sebagai antipiretik.

1.2 Perumusan Masalah

Apakah vitamin C akan mempengaruhi kerja asetosal sebagai antipiretik.

1.3 Hipotesis

Pemberian vitamin C akan meningkatkan kerja asetosal sebagai antipiretik.

1.4 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C terhadap kerja asetosal sebagai antipiretik.

1.5 Manfaat Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh pemberian vitamin C dalam meningkatkan kerja asetosal sebagai antipiretik.


(16)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asetosal

Rumus bangun asetosal dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1. Rumus bangun asetosal Rumus Molekul : C9H8O4

Berat Molekul : 180,16

Nama Kimia : Asam asetat salisilat, Acidum acetylosalicylicum, Aspirin. Pemerian : Hablur putih, umumnya seperti jarum atau lempengan tersusun,

atau serbuk hablur putih, tidak berbau atau berbau lemah. Stabil diudara kering, didalam udara lembab secara bertahap terhidrolisis menjadi asam salisilat dan asam asetat.

Kelarutan : Sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol, larut dalam kloroform, dan dalam eter, agak sukar larut dalam eter mutlak (Depkes, 1995).

Asam asetilsalisilat yang dikenal sebagai asetosal atau aspirin merupakan obat yang paling banyak digunakan sebagai analgetik, antipiretik dan anti inflamasi. Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretika. Dengan dosis ini laju metabolisme juga meningkat. Selain sebagai prototif, obat


(17)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

ini merupakan standar dalam menilai efek obat yang sejenis. Pada pemberian oral, sebagian salisilat diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh dilambung, tetapi sebagian besar diusus halus bagian atas. Kadar tertinggi kira-kira 2 jam setelah pemberian. Kecepatan absorpsinya tergantung dari kecepatan desintegrasi dan disolusi tablet, pH permukaan mukosa dan waktu pengosongan lambung. Aspirin diserap dalam bentuk utuh, dihidrolisis menjadi asam salisilat terutama dalam hati, sehingga hanya kira-kira 30 menit terdapat dalam plasma (Wilmana, 1995).

Demam terjadi jika set point pada pusat pengaturan panas dihipotalamus anterior meningkat. Hal ini disebabkan oleh sistesis prostaglandin yang dirangsang bila suatu zat penghasil demam endogen (pirogen) seperti sitokin dilepaskan dari sel darah putih yang diaktivasi oleh infeksi, hipersensitivitas, keganasan dan inflamasi. Salisilat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan prostaglandin. Aspirin mengendalikan termostat kembali ke normal dan dengan cepat menurunkan suhu tubuh penderita demam dengan meningkatkan pengeluaran panas sebagai akibat vasodilatasi perifer dan berkeringat. Aspirin tidak mempunyai efek pada suhu tubuh normal (Mycek, 2001).

Hepar adalah organ utama dalam metabolisme obat, terutama obat-obat per oral. Pada dasarnya enzim hepar merubah obat menjadi bahan yang lebih polar dan mudah larut dalam air sehingga, mudah diekskresi melalui ginjal dan empedu. Metabolisme obat dalam hepar ada 2 tahap. Pada tahap I, terjadi reduksi hidrolisa dan oksidasi. Pada tahap ini belum terjadi proses detoksikasi, karenanya kadang-kadang terbentuk suatu bahan metabolit yang justru bersifat toksik. Pada tahap ke II, terjadi reaksi konjugasi dengan asam glukoronat, sulfat glisin, sehingga


(18)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

terbentuk bahan yang kurang toksik, mudah larut dalam air dan secara biologis kurang aktif. Metabolisme ini terjadi dalam mikrosom sel hati dan yang berperan Sitokrom P 450 (Arif, 2008).

Aspirin/asam asetil salisilat/asetosal merupakan obat hepatotoksik. Gejala hepatotoksik timbul bila kadar salisilat lebih dari 3 – 5 g/hari. Mekanisme kerja aspirin, mengasetilasi enzim siklooksigenase dan menghambat pembentukan enzim cyclic endoperoxides, menghambat sintesa tromboksan A-2 (TXA-2) di dalarn trombosit, sehingga akhirnya menghambat agregasi trombosit, menginaktivasi enzim-enzim pada trombosit tersebut secara permanen. Penghambatan inilah yang melihatkan cara kerja aspirin dalam pencegahan stroke dan TIA (Transient Ischemic Attack), pada endotel pembuluh darah, menghambat pembentukan prostasiklin. Hal ini membantu mengurangi agregasi trombosit pada pembuluh darah yang rusak (Arif, 2008).

Aspirin, mula kerja 20 menit -2 jam. Kadar puncak dalam plasma, kadar salisilat dalam plasma tidak berbanding lurus dengan besarnya dosis. Waktu paruh, asam asetil salisilat 15-20 menit, asam salisilat 2-20 jam tergantung besar dosis yang diberikan. Bioavailabilitas, tergantung pada dosis, bentuk, waktu pengosongan lambung, pH lambung, obat antasida dan ukuran partikelnya. Metabolisme, sebagian dihidrolisa menjadi asam salisilat selama absorbsi dan didistribusikan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh dengan kadar tertinggi pada plasma, hati, korteks ginjal , jantung dan paru-paru. Ekskresi, dieliminasi oleh ginjal dalam bentuk asam salisilat dan oksidasi serta konyugasi metabolitnya. Farmakodinamik aspirin, adanya makanan dalam lambung memperlambat absorbsinya, pemberian bersama antasida dapat mengurangi iritasi lambung tetapi


(19)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

meningkatkan kelarutan dan absorbsinya. Sekitar 70-90 % asam salisilat bentuk aktif terikat pada protein plasma (Arif, 2008).

2.2 Vitamin C

Rumus bangun Vitamin C dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Gambar 2.2. Rumus bangun Vitamin C Rumus Molekul : C6H8O6

Berat Molekul : 176,13

Nama Kimia : Asam askorbat, Acidum ascorbicum

Pemerian : Serbuk atau hablur, putih atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun menjadi gelap. Dalam keadaan kering mantap di udara, dalam larutan cepat teroksidasi.

Kelarutan : Mudah larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P dalam eter dan dalam benzene P (Depkes, 1979).

Vitamin C mudah diabsobsi melalui saluran cerna. Pada keadaan normal tampak kenaikan kadar vitamin C dalam darah setelah diabsorbsi. Kadar dalam leukosit dan trombosit lebih besar daripada dalam plasma dan eritrosit (Hedi dan Wardhini, 1995).


(20)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Vitamin C terdapat banyak disemua sayur-mayur, khususnya kol, paprika, peterseli dan asperges, pada buah–buahan terutama dari jenis citrus (jeruk nipis dan jeruk lain), arbei, dan buah kembang ros. Juga agak banyak di kentang bila di rebus dengan kulitnya, dan hanya sedikit dalam susu sapi dan daging, kecuali hati. Dalam tubuh terdapat di banyak jaringan, termasuk darah dan leukosit. Vitamin C mudah dioksidasi dan diinaktifkan bila makanan dimasak terlalu lama (Tjay & Kirana, 2002).

Fungsi vitamin C adalah kompleks dan yang terpenting adalah pembentukkan kolagen, yakni protein bahan penunjang utama dalam tulang rawan dan jaringan ikat. Bila sintesa kolagen terganggu, maka mudah terjadi kerusakan pada dinding pembuluh yang berakibat perdarahan. Khasiat ini berdasarkan antara lain stimulasi vitamon C terhadap perubahan prolin menjadi hidroksiprolin (Tjay & Kirana, 2002).

Vitamin C dengan dosis lebih dari 1 g/hari dapat menyebabkan diare. Hal ini terjadi karena efek iritasi langsung pada mukosa usus yang menyebabkan peningkatan peristaltik. Dosis besar tersebut juga menyebabkan bahaya terbentuknya batu ginjal, karena sebagian vitamin C dimetabolisme dan diekskresi sebagai oksalat (Hedi dan Wardhini, 1995).

Vitamin C (2-3 x 1g) menghambat peradangan dan menginaktifkan radikal bebas. Vitamin C dalam dosis tinggi berkhasiat menurunkan gejala dan mempersingkat lamanya infeksi, berdasarkan stimulasi perbanyakan serta aktifitas limfo-T dan magrofag pada dosis di atas 2,5 g sehari (Tjay & Kirana, 2002).

2.3 2,4–dinitrofenol


(21)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Gambar 2.3. Rumus bangun 2,4-dinitrofenol Rumus Molekul : C6H4N2O5

Berat Molekul : 184,11

Nama Kimia : α-dinitrofenol, aldifen.

Pemerian : Merupakan kristal agak kuning sampai kuning.

Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air dingin, sukar larut dalam air panas, larut dalam larutan alkali, alkohol, benzena, kloroform dan eter Titik leleh : 112 OC - 114 OC (Martha, 1983).

Secara farmakologi 2,4-dinitrofenol bekerja meningkatkan laju metabolisme dan suhu tubuh. Peningkatan metabolisme yang tinggi berhubungan erat dengan produksi panas sehingga panas yang terjadi melebihi kapasitas panas, yang tidak diimbangi oleh pengeluaran panas yang dapat menyebabkan hipertermia (Bowman dan Rand, 1980).

2,4-dinitrofenol diekskresi melalui ginjal. Keracunan akut dapat terjadi dengan cepat dan fatal. Tanda-tanda keracunan akut meliputi lesu, kehausan, gelisah, muntah, sukar bernafas, dan cyanosis. Kematian yang terjadi disebabkan oleh hipertermia oleh 2,4-dinitrofenol karena adanya kerusakan pada jantung, hati, dan ginjal. 2,4-dinitrofenol pernah digunakan secara medis sebagai perangsang metabolisme untuk membantu mengurangi berat badan. Namun karena toksisitasnya maka sekarang obat ini tidak digunakan lagi. Penggunannya yang


(22)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

lain adalah sebagai insektisida, herbisida, indikator dan sebagai pereaksi untuk menguji ion kalium dan ion amonium (Martha, 1983).

2.4 Antipiretika

Antipiretika adalah obat yang dapat menurunkan suhu tubuh pada keadaan demam. Pada keadaan normal, obat antipiretika tidak menunjukkan adanya pengaruh terhadap efek ini. Antipiretika bekerja mempengaruhi pusat pengaturan panas sehingga pembentukkan panas yang tinggi akan dihambat dengan cara memperbesar pengeluaran panas yaitu dengan menambah aliran darah ke perifer dan memperbanyak pengeluaran keringat.

Penggunaan analgetika-antipiretika merupakan terapi simtomatis yaitu hanya bertujuan untuk mengurangi rasa nyeri yang mengganggu dan menurunkan suhu tubuh yang tinggi (demam) menjadi normal, tetapi tidak dapat menghilangkan penyebab demamnya (Bowman and Rand, 1980).

Obat-obat antipiretika biasanya digolongkan dalam obat analgetika-antipiretika. Obat-obat ini merupakan suatu kelompok yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia namun memiliki persamaan dalam efek terapi dan efek sampingnya yaitu berdasarkan atas penghambatan biosintesis prostaglandin (Wilmana, 1995).

2.5 Suhu Tubuh (Body Temperature)

Suhu tubuh pada manusia adalah hasil akhir produksi panas oleh proses metabolik, aktivitas otot dan kehilangan panas yang dihantarkan oleh aliran darah ke struktur sub kutan dan kutan yang disebarkan oleh keringat. Suhu jelas memainkan peranan dalam mencapai keseimbangan dan dalam pengaturan panas oleh individu. Pusat pengatur suhu tubuh terletak pada hipotalamus yang berperan


(23)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

sebagai termostat, yang secara langsung mengendalikan sistem syaraf autonom dan secara tidak langsung mempengaruhi aliran darah ke perifer (Shulman, 1994).

Hipotalamus terbagi dua bagian, hipotalamus anterior (pengatur panas) dan hipotalamus posterior (pengatur suhu dingin). Pada hipotalamus anterior terdapat nukleus preoptik yang merupakan pusat pengatur suhu tubuh dan mempertahankan suhu tubuh pada satu nilai yang disebut dengan hypothalamic thermal set point. Panas yang dihasilkan tubuh merupakan hasil proses

metabolisme dan kerja mekanisme otot.

Menurut Gaddum (1995) sejumlah kecil panas dilepaskan dengan cara sebagai berikut:

1. Panas dilepaskan melalui kulit a. Secara konduksi dan radiasi b. Melalui penguapan keringan

2. Panas dilepaskan melalui saluran pernapasan a. Dengan penghangatan udara inspirasi b. Dengan penguapan air

Sejumlah kecil panas juga dilepaskan melalui eksresi urin dan feses.

Pusat syaraf yang mengatur suhu tubuh disebut termoregulator yang terletak pada hipotalamus. Ada dua hal mengenai perubahan suhu tubuh yaitu homeotermik (keadaan suhu tetap, tidak terpengaruh lingkungan) dan poikotermik (temperatur suhu tidak tetap, dipengaruhi lingkungan). Tubuh dalam keadaan istirahat menghasilkan panas yang tertentu sebagai produk metaboloisme (Adam, 1996).


(24)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Pada keadaan normal (sehat), temperatur tubuh manusia dipertahankan kira-kira 37OC. Temperatur tubuh biasanya diukur pada mulut, rektum, ketiak ataupun lipatan paha. Meskipun suhu normal manusia dikatakan 37OC (98,6OF) berdasarkan hasil observasi yang pertama kali dilakukan oleh Wunderlich pada lebih dari 120 tahun lalu, namun suhu rata-rata keseluruhan untuk individu normal yang berusia 18 hingga 40 tahun sebenarnya adalah 36,8 ± 0,4OC (98,2 ± 0,7OF) dengan suhu terendah pada pukul 6 pagi hari dan suhu tertinggi pada pukul 4-6 sore (Harrison, 1999).

2.6 Demam

Demam (fever, febris) adalah kenaikan suhu tubuh diatas variasi suhu tubuh yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus anterior. Pada keadaan demam, keseimbangan tersebut bergeser hingga terjadi peningkatan suhu dalam tubuh. Hipertermia merupakan kenaikan suhu tubuh di atas titik penyetelan (set point) hipotalamus sebagai akibat kehilangan panas yang tidak memadai (misanya terlihat pada waktu latihan jasmani, lingkungan yang panas, dan lain-lain).

Suhu oral maksimal pada pagi hari yang normal adalah 37,2OC (98,9OF) dan suhu oral yang maksimal pada sore hari adalah 37,7OC (99,9OF). Dengan menggunakan kriteria ini, suhu tubuh pagi hari yang lebih tinggi dari 37,2OC (98,9OF) atau sore hari yang lebih tinggi dari 37,7OC (99,9OF) disebut dalam keadaan panas atau demam/febris (Horrison, 1999).

Jika ditinjau dari sudut patologi demam, peningkatan suhu tubuh diawali akibat pelepasan suatu zat pirogen endogen yang memacu pembebasan prostaglandin yang berlebih didaerah preoptik hipotalamus (Wilmana, 1995).


(25)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi dalam penelitian ini adalah eksperimental meliputi pemeriksaan keseragaman kadar tablet asetosal generik (Aspirin®) dan asetosal merek dagang (Naspro®) dan pengujian pengaruh pemberian vitamin C terhadap efek antipiretik dari asetosal pada burung merpati. Hasil uji efek antipiretik dianalisis secara Anava (analisis variansi) kemudian dilanjutkan dengan uji beda rata-rata Duncan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution).

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas,

neraca analitik (Chyo JP2-600), Spektrofotometer (Shimadzu), neraca hewan (Presica Geniweigher, GW-1500), termometer digital, indikator universal, stop watch, spuit (Terumo), mortir, stamfer, dan selang oral.

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini kecuali dinyatakan lain berkualitas pro analis (Merck) yaitu vitamin C, natrium hidroksida, etanol, asam salisilat, merkuri klorida, 2,4-dinitrofenol, asam klorida, CMC, akua pro injeksi (PT. Ikapharmindo Putramas), asetosal baku (PT.Varia Sekata), tablet Aspirin® (Bayer), tablet Naspro® (Nicholas) dan akuades (Lab. Kimia Farmasi Kuantitatif).

3.3 Hewan Percobaan

Hewan yang digunakan dalam penelitian ini adalah burung merpati jantan (Columba livia) yang sehat dengan berat 200-300 g sebanyak 48 ekor,


(26)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

dibagi dalam 8 kelompok dimana dalam setiap kelompok terdiri dari 6 ekor burung merpati. Pemilihan hewan dilakukan secara acak (Ditjen POM, 2004).

3.4 Pembuatan Larutan Pereaksi 3.4.1 Pembuatan Perekasi Trinder’s

Dilarutkan 8 g HgCl2 dalam 150 ml akuades panas, setelah dingin ditambahkan 24 ml HCl 1N dan 8 g Fe(NO3)3. Setelah larut, cukupkan dengan akuades sampai 200 ml (Anonim, 2005).

3.4.2 Pembuatan Pereaksi HCl 1 N

Diambil 83,3 ml HCl pekat, diencerkan dengan akuades dalam labu takar 1000 ml (Depkes, 1995).

3.5 Evaluasi Tablet

3.5.1 Pemeriksaan Keseragaman Kadar

Ditimbang sebanyak 20 tablet dan digerus. Kemudian ditimbang setara 100 mg asetosal dan dimasukkan dalam labu takar 25 ml ditambahkan etanol sampai garis tanda. Disaring dan beberapa tetes pertama dibuang dan tetesan selanjutnya ditampung. Diambil 5 ml filtrat dan dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu dihirolisis dengan penambahan 5 ml HCl 1N dan pemanasan selama 3 jam. Hasil hidrolisis dimasukkan dalam labu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda. Dipipet 4 ml hasil pengenceran lalu dipindahkan dalam labu takar 25 ml ditambahkan 1 ml pereaksi trinder’s lalu dicukupkan dengan akuades sampai garis tanda. Diukur resapan pada panjang gelombang maksimum 531 nm. Sebagai blanko digunakan penambahan akuades dengan pereaksi Trinder’s.


(27)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.5.2 Pembuatan Larutan Induk Baku

Ditimbang 100 mg asam salisilat, dimasukkan dalam labu takar 100 ml lalu ditambahkan 15 ml etanol sampai larut dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda (larutan induk baku I). Kemudian dipipet 10 ml dari larutan baku I dan dimasukkan dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan akuades sampai garis tanda (larutan induk baku II).

3.5.3 Pembuatan Kurva Serapan Maksimum

Dipipet 8 ml larutan induk baku II, dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml ditambahkan 1 ml pereaksi trinder’s. Diencerkan dengan akuades sampai garis tanda. Diukur resapan pada panjang gelombang 500–550 nm. Sebagai blanko digunakan akuades dengan penambahan pereaksi trinder’s.

3.5.4 Pembuatan Operating Time

Dilakukan perlakuan sama dengan point 3.5.3. Diukur resapan pada panjang gelombang maksimum 531 nm, diperoleh serapan pada waktu 1; 2; 3; 4; 5; 6; 7; 8; 9; 10 sampai 60 menit. Sebagai blanko dipakai akuades dengan penambahan pereaksi trinder’s

3.5.5 Pembuatan Kurva Kalibrasi

Dipipet 0,1 ; 0,5 ; 2,0 ; 3,5 ; 5,0 ; 6,5 ; 8,0 ; 9,5 dan 11 ml dari larutan induk baku II. Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml dan ditambahkan 1 ml pereaksi trinder’s lalu diencerkan dengan akuades sampai garis tanda. Diukur resapan pada panjang gelombang maksimum 531 nm. Sebagai blanko digunakan akuades dengan penambahan pereaksi trinder’s.


(28)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.6 Pembuatan Sediaan Bahan Uji 3.6.1 Pembuatan Akua Bebas CO2

Akuades dipanaskan dalam beakerglass, setelah mendidih diamkan kemudian ditutup (Depkes, 1979).

3.6.2 Pembuatan Pereaksi NaOH 0,1 N

Natrium hidroksida ditimbang sebanyak 0,4 g dan dimasukkan kedalam labu takar 100 ml, dilarutkan dengan akua bebas CO2 lalu dicukupkan sampai garis tanda (Depkes, 1979).

3.6.3 Pembuatan Larutan 2,4-dinitrofenol

Ditimbang 2,4-dinitrofenol sebanyak 125 mg, dimasukkan kedalam labu takar 25 ml, ditambahkan larutan NaOH 0,1 N sedikit demi sedikit hingga larut sempurna, lalu ditambahkan akua pro injeksi sampai mendekati garis tanda. pH dicek sekitar 6, lalu dicukupkan dengan akua pro injeksi sampai garis tanda, dikocok hingga homogen. Kemudian disaring, beberapa tetes pertama dibuang dan tetesan selanjutnya ditampung, lalu dimasukkan kedalam wadah dan disterilkan.

3.6.4 Pembuatan Suspensi CMC

Sebanyak 500 mg CMC ditimbang kemudian ditaburkan didalam cawan porselin yang berisi akuades panas sebanyak 1/3 dari bagian air. Didiamkan selama 30 menit, diaduk hingga diperoleh massa yang transparan. Kemudian ditambahkan akuades sampai 100 ml, dihomogenkan dan dimasukkan kedalam wadah.


(29)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.6.5 Pembuatan Larutan Vitamin C

Sebanyak 125 mg vitamin C ditimbang kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 25 ml, lalu dicukupkan dengan akuades hingga 25 ml (Depkes, 1979).

3.6.6 Pembuatan Suspensi Asetosal Baku

Pembuatan suspensi CMC sama dengan point 3.6.3.Ditimbang asetosal sebanyak 500 mg kemudian digerus kedalam lumpang. Ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus homogen. Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml, dicukupkan dengan suspensi CMC sampai batas tanda

3.6.7 Pembuatan Suspensi Asetosal Generik

Pembuatan suspensi CMC sama dengan point 3.6.3. Digerus 1 tablet asetosal generik kedalam lumpang hingga homogen. Ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus homogen. Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml, dicukupkan dengan suspensi CMC sampai batas tanda.

3.6.8 Pembuatan Suspensi Asetosal Merek Dagang

Pembuatan suspensi CMC sama dengan point 3.6.3. Digerus 1 tablet asetosal merek dagang kedalam lumpang hingga homogen. Ditambahkan suspensi CMC sedikit demi sedikit sambil digerus homogen. Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml, dicukupkan dengan suspensi CMC sampai batas tanda.

3.7 Pengujian Farmakologi

3.7.1 Penentuan Dosis Optimum 2,4-dinitrofenol

Merpati ditimbang beratnya, diukur suhu tubuhnya dengan cara mengukur suhu rektalnya selang waktu 10 menit sebanyak tiga kali, dihitung suhu rata-ratanya. Kemudian disuntikkan 2,4-dinitrofenol secara intramuskular pada bagian


(30)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

dada dengan variasi dosis 6, 8 dan 10 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-120. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.2 Pemberian Suspensi CMC

Pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 3.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi CMC secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.3 Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB

Selama tujuh hari berturut-turut merpati diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral. Pada hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Pada hari ketujuh diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral, setelah 4 jam dilakukan pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 2.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.4 Pemberian Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

Pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 3.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.


(31)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.7.5 Pemberian Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

Pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 3.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.6 Pemberian Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

Pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 3.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.7 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

Selama tujuh hari berturut-turut merpati diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral. Pada hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Pada hari ketujuh diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral, setelah 4 jam dilakukan pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 2.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.


(32)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

3.7.8 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

Selama tujuh hari berturut-turut merpati diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral. Pada hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Pada hari ketujuh diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral, setelah 4 jam dilakukan pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 2.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit .Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.7.9 Pemberian dengan Penambahan Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

Selama tujuh hari berturut-turut merpati diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral. Pada hari keenam merpati dipuasakan selama 18 jam. Pada hari ketujuh diberikan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB secara oral, setelah 4 jam dilakukan pemberian 2,4-dinitrofenol sama dengan point 2.7.1 dosis 8 mg/Kg BB. Pada menit ke-50 diberikan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara oral. Suhu rektal diukur selang waktu 10 menit. Pengukuran suhu dilanjutkan sampai menit ke-150. Setiap percobaan dilakukan pengulangan sebanyak enam kali.

3.8 Analisis Data

Data-data hasil pemeriksaaan pengaruh pemberian vitamin C terhadap asetosal baku, generik, dan merek dagang dianalisis secara statistik menggunakan metode Anava (analisis variansi) dengan taraf kepercayaan 95%. Selanjutnya untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda


(33)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

antara satu dengan yang lainnya diuji dengan menggunakan metode Duncan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS (Statistical Product Servica Solution).


(34)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran keseragaman kadar asetosal dalam tablet asetosal generik (Aspirin®) dan tablet asetosal merek degang (Naspro®) yang dilakukan secara spektrofotometri dengan pereaksi trinder’s dimana didapatkan panjang gelombang maksimum pengukuran adalah 531 nm dan waktu pengukuran (operating time) adalah menit ke-6 setelah penambahan pereaksi trinder’s selama 5 menit, dan didapatkan kurva kalibrasi Y = 0,0120x – 0,0002.

Diperoleh keseragaman kadar tablet asetosal generik (Aspirin®) 101,769% dan tablet asetosal merek dagang (Naspro®) 104,480%. Menurut Farmakope Indonesia edisi IV, tablet asam asetilsalisilat mengandung asam asetilsalisilat C9H8O4 tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket.

Pengujian pengaruh pemberian vitamin C pada efek antipiretik dari asetosal baku, asetosal generik, dan merek dagang dilakukan terhadap burung merpati yang diinduksi dengan menggunakan 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB yang disuntikkan secara intramuskular pada daerah otot dada.

Hasil perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1 berikut:


(35)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Tabel 4.1. Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati pada pemberian variasi dosis

2,4-dinitrofenol selama 120 menit

Waktu (menit)

Suhu tubuh rata-rata merpati (oC) setelah pemberian 2,4-dinitrofenol

Dosis 6 mg/kg BB ± SD

Dosis 8 mg/kg BB ± SD

Dosis 10 mg/kg BB ± SD

0 40.25 ± 0.266 40.17 ± 0.216 40.10 ± 0.167

10 40.70 ± 0.374 41.30 ± 0.237 41.67 ± 0.547

20 41.07 ± 0.361 41.88 ± 0.147 42.75 ± 0.647

30 41.53 ± 0.327 42.40 ± 0.283 43.88 ± 0.454

40 41.83 ± 0.280 42.68 ± 0.240 45.02 ± 0.264

50 42.10 ± 0.290 42.98 ± 0.214 45.27 ± 0.404

60 41.93 ± 0.266 42.80 ± 0.219 45.15 ± 0.354

70 41.73 ± 0.314 42.62 ± 0.214 44.90 ± 0.000

80 41.55 ± 0.356 42.47 ± 0.175 -

90 41.35 ± 0.394 42.27 ± 0.186 -

100 41.18 ± 0.426 42.08 ± 0.133 -

110 41.00 ± 0.438 41.92 ± 0.117 -

120 40.62 ± 0.488 41.72 ± 0.117 -

Keterangan : Jumlah merpati yang digunakan untuk setiap perlakuan 6 ekor. ( - ) : Merpati mati.

39.50

40.00

40.50

41.00

41.50

42.00

42.50

43.00

43.50

44.00

44.50

45.00

45.50

46.00

0

10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130

Waktu (menit)

S

uhu (

oC

)

DNF 6 mg/kgBB DNF 8 mg/kgBB DNF 10 mg/kgBB

Gambar 4.1. Grafik perubahan suhu tubuh rata-rata merpati (oC) pada pemberian variasi dosis 2,4-dinitrofenol selama 120 menit


(36)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Hasil yang diperoleh dari penentuan dosis optimum 2,4-dinitrofenol yang disuntikkan terhadap burung merpati secara intramuskular pada daerah otot dada dengan variasi dosis 6 mg/Kg BB, 8 mg/Kg BB dan 10 mg/Kg BB menunjukkan bahwa pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 6 mg/Kg BB memperlihatkan kenaikan suhu yang kecil dan suhu tubuh dapat turun menjadi normal kembali selama waktu pengamatan. Hal ini berarti 2,4-dinitrofenol dosis 6 mg/Kg BB belum menyebabkan demam yang stabil selama perlakuan.

Pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB memperlihatkan kenaikan suhu yang tinggi dan demamnya masih bertahan selama 2 jam. Ini berarti efek 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dapat dengan cepat menaikkan suhu tubuh merpati dari suhu normalnya dan dapat menyebabkan demam yang stabil selama perlakuan.

Pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 10 mg/Kg BB menunjukkan kenaikan suhu tubuh merpati yang sangat tinggi. Dosis ini tidak dapat dipakai karena seluruh hewan percobaan mati.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dosis optimum 2,4-dinitrofenol yang paling baik digunakan untuk menaikkan suhu tubuh merpati adalah 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB.

Hasil perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji dapat dilihat pada Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 berikut:


(37)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Tabel 4.2. Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan pemberian bahan uji

Waktu (menit)

Suhu tubuh rata-rata merpati (0C) setelah pemberian bahan uji

Suspensi CMC

Pemberian Vitamin C 50 mg/kg BB selama 7 hari

Suspensi Asetosal Baku 300 mg/kg BB

Suspensi Asetosal Generik 300 mg/kg BB

Suspensi Asetosal Merek

Dagang 300 mg/kg BB

Pemberian Vit C 50 mg/kg BB selama 7 hari

dan Suspensi Asetosal Baku 300 mg/kg BB

Pemberian Vit C 50 mg/kg BB selama 7 hari

dan Suspensi Asetosal Generik

300 mg/kg BB

Pemberian Vit C 50 mg/kg BB selama 7 hari

dan Suspensi Asetosal Merek

Dagang 300 mg/kg BB

0 39.66 ± 0.36 39.65 ± 0.26 39.75 ± 0.30 39.48 ± 0.30 39.73 ± 0.45 39.43 ± 0.28 39.55 ± 0.39 39.53 ± 0.25 50 42.85 ± 0.39 42.45 ± 0.50 42.26 ± 0.29 42.10 ± 0.38 42.16 ± 0.51 41.71 ± 0.25 41.90 ± 0.54 41.55 ± 0.43 60 42.66 ± 0.39 42.16 ± 0.50 41.93 ± 0.25 41.78 ± 0.38 41.78 ± 0.54 41.41 ± 0.24 41.56 ± 0.58 41.28 ± 0.41 70 42.55 ± 0.45 42.00 ± 0.56 41.60 ± 0.28 41.50 ± 0.37 41.50 ± 0.44 41.13 ± 0.20 41.30 ± 0.61 40.88 ± 0.46 80 42.40 ± 0.43 41.78 ± 0.55 41.30 ± 0.20 41.18 ± 0.30 41.20 ± 0.39 40.83 ± 0.19 40.98 ± 0.58 40.53± 0.40 90 42.30 ± 0.45 41.51 ± 0.56 40.76 ± 0.42 40.78 ± 0.26 40.80 ± 0.33 40.43 ± 0.17 40.61 ± 0.54 40.18 ± 0.40 100 42.16 ± 0.46 41.20 ± 0.53 40.43 ± 0.35 40.40 ± 0.25 40.43 ± 0.33 40.05 ± 0.20 40.25 ± 0.59 39.88 ± 0.43 110 41.90 ± 0.49 40.98 ± 0.52 40.15 ± 0.25 40.05 ± 0.23 40.11 ± 0.41 39.71 ± 0.24 39.78 ± 0.38 39.60 ± 0.26 120 41.61 ± 0.53 40.75 ± 0.42 39.90 ± 0.26 39.75 ± 0.27 39.83 ± 0.44 39.83 ± 0.44 39.68 ± 0.38 39.53 ± 0.25 130 41.45 ± 0.63 40.50 ± 0.35 39.85 ± 0.22 39.68 ± 0.29 39.78 ± 0.44 39.50 ± 0.25 39.63 ± 0.40 39.50 ± 0.28 140 41.03 ± 0.39 40.28 ± 0.30 39.80 ± 0.26 39.61 ± 0.29 39.76 ± 0.41 39.45 ± 0.30 39.60 ± 0.40 39.45 ± 0.28 150 40.76 ± 0.33 40.01 ± 0.24 39.76 ± 0.29 39.50 ± 0.34 39.71 ± 0.46 39.41 ± 0.27 39.56 ± 0.37 39.38 ± 0.30


(38)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

39,000 39,500 40,000 40,500 41,000 41,500 42,000 42,500 43,000 43,500

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160

Waktu (menit)

S

uhu (

o C

)

Suspensi CMC

Vitamin C 50 mg/Kg BB

Susp. Asetosal Baku 300 mg/Kg BB Susp. Asetosal Generik 300 mg/Kg BB Susp. Asetosal Merek Dagang 300 mg/Kg BB

Penambahan Vit C 50 mg/Kg BB dan Susp. Asetosal Baku 300 mg/Kg BB Penambahan Vit C 50 mg/Kg BB dan Susp. Asetosal Generik 300 mg/Kg BB Penambahan Vit C 50 mg/Kg BB dan Susp. Asetosal Merek Dagang 300 mg/Kg BB

Gambar 4.2. Grafik Perubahan suhu tubuh rata-rata merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan pemberian bahan uji

Pada Gambar 2 di atas dapat dilihat bahwa setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dosis 8 mg/Kg BB dan pemberian suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, terlihat adanya penurunan suhu yang lebih cepat jika dibandingkan dengan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan kontrol.


(39)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB pada menit ke-110 sudah terlihat suhu tubuh telah kembali normal seperti pada suhu tubuh awal sebelum disuntik dengan 2,4-dinitrofenol. Pada pemberian suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB suhu tubuh telah kembali normal seperti pada suhu tubuh awal sebelum disuntik dengan 2,4-dinitrofenol pada menit ke-120. Hal ini dapat dilihat dari tabel rata-rata perubahan suhu tubuh merpati setelah pemberian 2,4-dinitrofenol dan pemberian bahan uji (Tabel 4.2) bahwa untuk pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB penurunan suhu tubuh terjadi pada menit ke-110 yaitu sebesar 39,71 ± 0,24 oC, penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB yaitu sebesar 39,78 ± 0,38 oC dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB yaitu sebesar 39,58 ± 0,25 oC. Untuk suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB penurunan panas terjadi pada menit ke-120 yaitu sebesar 39,90 ± 0,26 oC, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB yaitu sebesar 39,75 ± 0,27 o

C, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB yaitu sebesar 39,83 ± 0,44 oC. Pemberian vitamin C 50 mg/Kg BB terlihat penurunan suhu tubuh pada menit ke-150 yaitu sebesar 40,01 ± 0,24 oC. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh dibandingkan dengan pemberian suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan kontrol.


(40)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Secara umum dapat dilihat bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku, generik, dan merek dagang dosis 300 mg/Kg BB lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh bila dibandingkan dengan pemberian suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal baku, generik, merek dagang dosis 300 mg/Kg BB dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB. Hal ini disebabkan adanya pengaruh pembentukkan enzim sitokrom P450 dihati oleh vitamin C sehingga meningkatkan kerja asetosal.

Berdasarkan hasil analisis variansi (Anava) secara SPSS pada menit pertama (menit 0), menunjukkan nilai signifikansi 0,645. Ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bermakna antar perlakuan karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 pada tingkat kepercayaan 95%. Dengan kata lain pada menit pertama (menit 0) kenaikan suhu tubuh merpati akibat pemberian 2,4-dinitrofenol masih berlangsung dan belum terjadi penurunan suhu tubuh merpati.

Pada menit 50 sampai menit 150 menunjukkan nilai signifikansi 0,000 hal ini menunjukkan terdapatnya perbedaan yang bermakna antar perlakuan dan telah terjadi penurunan suhu tubuh merpati setelah pemberian bahan uji.

Untuk mengetahui kelompok mana yang mempunyai pengaruh sama atau berbeda antara satu dengan yang lain dan diperoleh susunan kelompok dari efek yang kecil sampai terbesar dilakukan uji Duncan. Dalam metode SPSS, uji metode Duncan digunakan untuk menentukan antar kelompok variable saja yang justru tidak memiliki perbedaan yang signifikan (homogeneous subsets). Pada uji ini yang ditampilkan hanyalah rata-rata untuk kelompok yang homogen saja (Alhusin, 2003).


(41)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Hasil uji Duncan pada menit 50 sampai menit 90 dengan taraf nyata ( =

0,05) menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C 50 mg/Kg BB dan kontrol. Hal ini terlihat bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara statistik mempunyai efek yang sama dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB.

Hasil uji Duncan pada menit ke-110 dengan taraf nyata ( = 0,05) menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB tidak memiliki perbedaan yang bermakna dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C 50 mg/Kg BB dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal


(42)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

merek dagang dosis 300 mg/Kg BB secara statistik mempunyai efek yang sama dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB.

Hasil uji Duncan pada menit 120 sampai menit 150 menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB tidak memiliki perbedaan yang bermakna dangan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, tetapi memiliki perbedaan yang bermakna dengan vitamin C 50 mg/Kg BB dan kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB secara statistik mempunyai efek yang sama dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB.

Berdasarkan pemaparan di atas diperoleh bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna dengan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300


(43)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB tetapi menunjukkan perbedaan yang bermakna dengan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, vitamin C 50 mg/Kg BB dan kontrol.

Perubahan waktu paruh dari asetosal yaitu 15-20 menit dan setelah berubah asam salisilat menjadi 2-20 jam (Arif, 2008), menggambarkan bahwa asam salisilat lebih lama berada dalam tubuh. Perubahan waktu paruh yang sedemikian besar tersebut menunjukkan aktifitas asam salisilat sebagai antipiretik menjadi bertambah lama dan cukup efektif untuk penurunan panas dan bekerja long acting. Vitamin C yang diberikan sebelum perlakuan dengan dosis 50 mg/kg

BB selama 7 hari berturut-turut akan menginduksi asetosal menjadi asam salisilat. Kemampuan menginduksi vitamin C tersebut terhadap asetosal sebagai pro drugs menjadi metabolit aktif asam salisilat akan membantu penderita demam untuk segera diturunkan suhu tubuh sehingga demam tersebut segera dapat dipulihkan kembali. Melihat kerja asam salisilat dengan waktu paruh tersebut dalam mengobati demam dengan suhu tubuh yang tinggi dan lama pemulihannya maka sifat enzim pemetabolisme dari vitamin C akan sangan membantu dalam pemulihan demam tersebut.


(44)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil uji efek antipiretik menunjukkan bahwa pemberian dengan penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, dan penambahan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB dan suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB mempunyai efek yang sama yaitu mempunyai efek yang lebih cepat dalam menurunkan suhu tubuh bila dibandingkan dengan suspensi asetosal baku dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal generik dosis 300 mg/Kg BB, suspensi asetosal merek dagang dosis 300 mg/Kg BB, dan vitamin C dosis 50 mg/Kg BB. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan kerja asetosal dalam efek penurunan panas (efek antipiretik).

5.2 Saran

Disarankan pada peneliti selanjutnya untuk meneliti pengaruh pemberian vitamin C terhadap efek antipiretik dari asetosal dalam bentuk tablet atau serbuk pada merpati jantan (Columba livia).


(45)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2005) . Aspiri

Adam, S. (1996). Dasar-dasar Patolog. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC Hal. 60-65.

Alhusin, S. (2003). Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS. 10 for Windows. Edisi kedua. Cetakan Pertama. Yogyakarta : Graha Ilmu. Hal. 142.

Bowman, W.C. and Rand, M.J. (1980). Textbook of Pharmacology. Second Edition. London : Blackwel Scientific Publication. p. 16-18.

Chairun, W. (2006). Obat-obat Analgetika. Edisi Revisi. Yogyakarta : Laboratorium Manajemen Farmasi dan Farmasi Masyarakat Bagian Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Hal. 106-107. Depkes RI. (1979). Farmakope Indonesia. Jilid III. Jakarta : Departemen

Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 47, 712.

Depkes RI. (1995). Farmakope Indonesia. Jilid IV. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 31, 1133.

Ditjen POM. (2004). Pedoman Uji Pra Klinik Obat Bahan Alam. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal. 17.

Eka, Arif., S, dkk. (2008). Respon Terapeutik Vs Toksisitas Aspirin. Medan : Universitas Sumatera Utara.

Gaddum, J. H. (1995). Pharmacologi. Fift Edition. London : Oxford University Press. p. 165-168.

Ghiretti, F. and Magaldi, A.G. (1977). The Effect of Vitamin C on the Intrecellular Oxygen. Internat J. Vit. Nurt. Res. Hal. 16, 41-50.

Harrison, T.R. (1999). Harrisons Principle of Internal Medicine. Editor Edisi Bahasa Indonesia, Ahmad H. Asdie. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 13. Volume I. Jakarta : EGC. Hal 97-98.

Martha, W. et all. (1983). The Merck Index An Encypodia of Chemical, Drugs and Biological. Tenth Edition. New Jersey. USA : Merck & Co. p. 7,12,478.

Mycek, Mary. J. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar. Edisi kedua. Jakarta : Widya Medika. Hal 406-407.


(46)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Noer, Sjaifoellah. H. M.(1996). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi ketiga. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 408.

Rosmiati, H. dan Wardhini, S. (1995). Vitamin Dan Mineral. Dalam Ganiswara, Sulistia. G. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Edisi Keempat. Yakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 722-733.

Shulman, P.S. (1994). Dasar-dasar Biologi dan Klinis, Penyakit Infeksi. Edisi keempat. Yogyakarta : Penerbit Gadjah Mada University Press. Hal 9. Tjay, T.H. & Kirana, R. (2002). Obat-Obat Penting. Edisi Kelima. Jakarta : PT.

Elex Media Komputindo. Hal 116, 308, 807-808.

Wilmana, F. (1995). Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-inflamasi Non Steroid Dan Obat Pirai. Dalam Ganiswara, Sulistia. G. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Edisi Keempat. Jakarta : Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 209-210, 212.


(47)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 1. Kurva Serapan Maksimum Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

Data Serapan Panjang Gelombang Panjang

gelombang (nm)

Absorbansi

Panjang gelombang

(nm)

Absorbansi

500 0.348 532 0.371

505 0.356 533 0.371

510 0.362 534 0.370

515 0.367 535 0.369

520 0.369 536 0.369

525 0.370 537 0.367

526 0.371 538 0.367

527 0.371 539 0.364

528 0.370 540 0.364

529 0.370 545 0.362

530 0.371 550 0.359

531 0.372

Kurva Serapan Maksimum Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

0.345 0.35 0.355 0.36 0.365 0.37 0.375

490 500 510 520 530 540 550 560

Panjang gelomba ng (nm)

Abs

or

ba

ns

i


(48)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 3. Operating Time Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

Data Daerah Pengukuran Kerja (Operating Time)

Waktu Absorbansi Waktu Absorbansi Waktu Absorbansi Waktu Absorbansi

1 0.372 16 0.372 31 0.374 46 0.375

2 0.372 17 0.372 32 0.374 47 0.375

3 0.372 18 0.372 33 0.374 48 0.375

4 0.372 19 0.373 34 0.374 49 0.375

5 0.372 20 0.373 35 0.374 50 0.375

6 0.372 21 0.373 36 0.374 51 0.375

7 0.372 22 0.373 37 0.374 52 0.375

8 0.372 23 0.373 38 0.374 53 0.375

9 0.372 24 0.373 39 0.374 54 0.375

10 0.372 25 0.373 40 0.375 55 0.376

11 0.372 26 0.373 41 0.375 56 0.376

12 0.372 27 0.373 42 0.374 57 0.376

13 0.372 28 0.374 43 0.374 58 0.376

14 0.372 29 0.374 44 0.374 59 0.376

15 0.372 30 0.374 45 0.374 60 0.376

Kurva Operating Time Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

0.3715 0.372 0.3725 0.373 0.3735 0.374 0.3745 0.375 0.3755 0.376 0.3765

0 10 20 30 40 50 60 70

Waktu (menit)

A

bs

o

r

ba

ns

i


(49)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 4. Kurva Kalibrasi Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

Data Pengukuran Kurva Kalibrasi Konsentrasi

(mcg/ml) Absorbansi

0,0 0,000

0,4 0.003

2,0 0.021

8,0 0.097

14,0 0.170

20,0 0.244

26,0 0.313

32,0 0.383

38,0 0.460

44,0 0.525

Kurva Kalibrasi Asam Salisilat dengan Pereaksi Trinder’s

0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6

0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Konsentrsi (mcg/ml)

A

b

s

o

rb

a

n

s

i

Persamaan garis Y = 0,0120x – 0,0002 R2 = 0,9998


(50)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 5. Contoh Perhitungan Keseragaman Kadar Tablet

Tablet Aspirin®(Bayer)

Ditimbang sebanyak 20 tablet = 11975 mg

Berat Asetosal dalam 20 tablet secara teori = 20 x 500 mg = 10000 mg Kemudian seluruh tablet digerus dan ditimbang setara dengan 100 mg = 100 mg x 11975 mg

10000 mg

= 119,75 mg

Sampel dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 25 ml lalu disaring. Beberapa tetes pertama dibuang dan tetesan selanjutnya ditampung. Diambil 5 ml filtrat dan dipindahkan kedalam tabung reaksi lalu dihirolisis dengan penambahan 5 ml HCl 1N dan pemanasan selama 3 jam. Hasil hidrolisis diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda. Dipipet 4 ml hasil pengenceran lalu dipindahkan dalam labu takar 25 ml ditambahkan 1 ml pereaksi trinder’s lalu dicukupkan dengan akuades sampai garis tanda.

Konsentrasi Teoritis Asetosal Berat sampel = 121 mg

Kons. Larutan = 121 mg x 1000_ 25 ml

= 4840 mcg/ml

Dipipet 5 ml dan diencerkan dalam labu takar 100 ml = 5__

100 ml

x 4840 mcg/ml = 242 mcg/ml

Dipipet 4 ml dan diencerkan dalam labu takar 25 ml = 4 __

25 ml

x 242 mcg/ml = 38,72 mcg/ml

Formula tablet Aspirin® 600 mg mengandung Asetosal 500 mg maka secara teori Asetosal dalam larutan = 500 mg/600 mg x 38,72 mcg/ml = 32,26 mcg/ml


(51)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 5. Lanjutan

Konsentrasi Asam salisilat

Persamaan kurva kalibrasi Y = 0,0120 x – 0,0002 Untuk resapan Y1 = 0,3070

X = 0,3070 + 0,0002 0,0120

= 25,60 mcg/ml

Konsentrasi Asetosal Percobaan = BM Asetosal BM Asam salisilat

x Kons. Asam salisilat

= 180,16 138,12

x 25,60 mcg/ml = 33,39 mcg/ml

Persentase Kadar Tablet Aspirin® = Kons. Asetosal Percobaan Kons. Asetosal Teoritis

x 100%

= 33,39 32,26

x 100% = 103,508%

Perlakuan ini dilakukan sebanyak 6 kali penimbangan maka perhitungan persentase kadar dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas.

No Berat Sampel Absorbansi Persentase Kadar

1 121 mg 0,3070 103,508%

2 124 mg 0,3068 100,917%

3 122 mg 0,3081 103,006%

4 123 mg 0.3088 102,401%

5 116 mg 0,2850 100,217%

6 116 mg 0,2860 100,568%

Rata–rata persentase kadar =

6

103,508% + 100,917% + 103,006% + 102,401% + 100,217% + 100,568%


(52)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 5. Lanjutan

Tablet Naspro®(Nicholas)

Ditimbang sebanyak 20 tablet = 7475 mg

Berat Asetosal dalam 20 tablet secara teori = 20 x 300 mg = 6000 mg Kemudian seluruh tablet digerus dan ditimbang setara dengan 100 mg = 100 mg x 7475 mg

6000 mg

= 124,58 mg

Sampel dilarutkan dengan etanol dalam labu takar 25 ml lalu disaring. Beberapa tetes pertama dibuang dan tetesan selanjutnya ditampung. Diambil 5 ml filtrat dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi lalu dihirolisis dengan penambahan 5 ml HCl 1N dan pemanasan selama 3 jam. Hasil hidrolisis diencerkan dengan akuades dalam labu takar 100 ml sampai garis tanda. Dipipet 4 ml hasil pengenceran lalu dipindahkan dalam labu takar 25 ml ditambahkan 1 ml pereaksi trinder’s lalu dicukupkan dengan akuades sampai garis tanda.

Konsentrasi Teoritis Asetosal Berat sampel = 163 mg

Kons. Larutan = 163 mg x 1000_ 25 ml

= 6520 mcg/ml

Dipipet 5 ml dan diencerkan dalam labu takar 100 ml = 5__

100 ml

x 6520 mcg/ml = 326 mcg/ml

Dipipet 4 ml dan diencerkan dalam labu takar 25 ml = 4 __

25 ml

x 326 mcg/ml = 52,16 mcg/ml

Formula tablet Naspro® 400 mg mengandung Asetosal 300 mg maka secara teori Asetosal dalam larutan = 300 mg/400 mg x 52,16 mcg/ml = 39,12 mcg/ml


(53)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 5. Lanjutan

Konsentrasi Asam salisilat

Persamaan kurva kalibrasi Y = 0,0120 x – 0,0002 Untuk resapan Y1 = 0,4164

X = 0,3885 + 0,0002 0,0120

= 32,39 mcg/ml

Konsentrasi Asetosal Percobaan = BM Asetosal BM Asam salisilat

x Kons. Asam salisilat

= 180,16 138,12

x 32,39 mcg/ml = 42,25 mcg/ml

Persentase Kadar Tablet Naspro® = Kons. Asetosal Percobaan Kons. Asetosal Teoritis

x 100%

= 42,25 39,12

x 100% = 108,00%

Perlakuan ini dilakukan sebanyak 6 kali penimbangan maka perhitungan persentase kadar dilakukan dengan cara yang sama seperti diatas.

No Berat Sampel Absorbansi Persentase Kadar

1 163 mg 0,3885 108,00%

2 157 mg 0,3607 104,11%

3 135 mg 0,3043 102,16%

4 129 mg 0.3026 106,31%

5 155 mg 0,3622 105,57%

6 141 mg 0,3134 100,73%

Rata–rata persentase kadar =

6

108,00% + 104,11% + 102,16% + 106,31% + 105,57% + 100,73%


(54)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 6. Perhitungan pemberian 2,4-dinitrofenol pada burung merpati secara

intramuskular pada daerah otot dada

1. Diketahui konsentrasi 2,4-dinitrofenol 0,5% = 5 mg/ml Jika berat badan merpati = 279,4 g

Untuk dosis 6 mg/Kg BB

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 6 mg/Kg BB 1000

x 279,4 g = 1,68 mg

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang disuntikkan = 1,68 mg 5 mg/ml

= 0,33 ml

Jadi, dosis 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 1,68 mg

Untuk dosis yang lain dilakukan dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas.

2. Diketahui konsentrasi 2,4-dinitrofenol 0,5% = 5 mg/ml Jika berat badan merpati = 286,2 g

Untuk dosis 8 mg/Kg BB

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 8 mg/Kg BB 1000

x 286,2 g = 2,29 mg

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang disuntikkan = 2,29 mg 5 mg/ml

= 0,46 ml

Jadi, dosis 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 0,46 ml x 5 mg/ml = 2,30 mg


(55)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 6. Lanjutan

3. Diketahui konsentrasi 2,4-dinitrofenol 0,5% = 5 mg/ml Jika berat badan merpati = 284,3 g

Untuk dosis 10 mg/Kg BB

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 10 mg/Kg BB 1000

x 284,3 g = 2,84 mg

Jumlah 2,4-dinitrofenol yang disuntikkan = 2,84 mg 5 mg/ml

= 0,57 ml

Jadi, dosis 2,4-dinitrofenol yang diberikan = 0,57 ml x 5 mg/ml = 2,85 mg


(56)

Dian Widariza : Pengaruh Pemberian Vitamin C Terhadap Efek Antipiretik Dari Asetosal Baku, Asetosal Generik Dan Merek Dagang Pada Merpati Jantan (Columba livia), 2009.

Lampiran 7. Perhitungan Pemberian Suspensi Asetosal Secara Oral

1. Diketahui konsentrasi Suspensi Asetosal Baku 2 % = 20 mg/ml Jika berat badan merpati = 287,2 g

Dosis 300 mg/Kg BB

Jumlah obat yang diberikan = 300 mg/Kg BB 1000

x 287,2 g = 86,16 mg

Jumlah dosis yang disuntikkan = 86,16 mg 20 mg/ml

= 4,3 ml

Jadi, dosis obat yang diberikan = 4,3 ml x 20 mg/ml = 86,0 mg

Untuk dosis yang lain dilakukan dengan cara perhitungan yang sama seperti di atas.

2. Kadar rata-rata Tablet Aspirin® = 101,769% Tablet Aspirin® mengandung Asetosal 500 mg Kadar rata-rata Asetosal dalam 1 tablet = 101,769 100

x 500 mg = 508,845 mg

Dimasukkan kedalam labu takar 25 ml = 508,845 mg 25 ml

= 20,35 mg/ml Jika berat badan merpati = 275,2 g

Dosis 300 mg/Kg BB

Jumlah obat yang diberikan = 300 mg/Kg BB 1000

x 275,2 g = 82,56 mg

Jumlah dosis yang disuntikkan = 82,56 mg 20,35 mg/ml

= 4,1 ml

Jadi, dosis obat yang diberikan = 4,1 ml x 20,35 mg/ml = 83,44 mg.


(1)

Lampiran 11. Lanjutan

Menit 60

Perlakuan

N

Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal

Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.2833 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 41.4167 41.4167 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 41.5667 41.5667 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.7833 41.7833 41.7833

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.7833 41.7833 41.7833

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 41.9333 41.9333

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 42.1667 42.1667

Suapensi CMC 6 42.6667

Signifikansi 0.080 0.071 0.169 0.052

Keterangan : yang ditampilkan adalah kelompok yang homogen.

Menit 70

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.9000 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 41.1333 41.1333 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 41.3000 41.3000 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.5000 41.5000

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.5000 41.5000

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 41.6000 41.6000

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 42.0000

Suspensi CMC 6 42.5500

Signifikansi 0.144 0.107 0.078 1.000


(2)

Lampiran 11. Lanjutan

Menit 80

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.5167 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.8333 40.8333 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.9833 40.9833 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.1833

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 41.2000

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 41.3000

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 41.7833

Suspensi CMC 6 42.4000

Signifikansi 0.067 0.083 1.000 1.000

Keterangan : yang ditampilkan adalah kelompok yang homogen.

Menit 90

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.1667 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.4333 40.4333 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.6167 40.6167 Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 40.7667

Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.7833

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.8000

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 41.5167

Suspensi CMC 6 42.3000

Signifikansi 0.082 0.180 1.000 1.000


(3)

Lampiran 11. Lanjutan

Menit 100

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal

Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.8833 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.0500 40.0500 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 40.2500 40.2500 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.4000 40.4000

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 40.4333

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.4333

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 41.2000

Suapensi CMC 6 42.1667

Signifikansi 0.052 0.158 1.000 1.000

Keterangan : yang ditampilkan adalah kelompok yang homogen.

Menit 110

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3 4

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.5833 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.7167 39.7167 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.7833 39.7833 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.0500

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 40.1167

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 40.1500

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 40.9833

Suspensi CMC 6 41.9000

Signifikansi 0.050 0.075 1.000 1.000


(4)

Lampiran 11. Lanjutan

Menit 120

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal

Baku Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.5333 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.5667 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.6833 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.7500

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.8333

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 39.9000

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 40.7500

Suspensi CMC 6 41.6167

Signifikansi 0.135 1.000 1.000

Keterangan : yang ditampilkan adalah kelompok yang homogen.

Menit 130

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal

Baku Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.5000

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.5667 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.6333 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.6833

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.7833

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 39.8500

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 40.5000

Suspensi CMC 6 41.4500

Signifikansi 0.171 1.000 1.000


(5)

Lampiran 11. Lanjutan

Menit 140

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal

Baku Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.4500

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.5000 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.6000 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.6167

Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.7667

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 39.8000

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 40.2833

Suspensi CMC 6 41.0333

Signifikansi 0.121 1.000 1.000

Keterangan : yang ditampilkan adalah kelompok yang homogen.

Menit 150

Perlakuan N Taraf nyata (α) = 0.05

1 2 3

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Baku Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.4167 Pemberian Vitamin C Dosis 50

mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Merek Dagang Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.4667 Suspensi Asetosal Generik

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.5000

Pemberian Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB dan Suspensi Asetosal Generik Dosis 300 mg/Kg BB

6 39.5667 Suspensi Asetosal Merek Dagang

Dosis 300 mg/Kg BB 6 39.7167 39.7167

Suspensi Asetosal Baku Dosis

300 mg/Kg BB 6 39.7667 39.7667

Vitamin C Dosis 50 mg/Kg BB 6 40.0167

Suspensi CMC 6 40.7667

Signifikansi 0.112 0.142 1.000


(6)