Metabolisme Parasetamol TINJAUAN PUSTAKA

Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. Parasetamol merupakan obat lain pengganti aspirin yang efektif sebagai obat analgesik-antipiretik; namun, tidak seperti aspirin, aktifitas antiradangnya lemah sehingga bukan merupakan oabt yang berguna untuk menangani kondisi radang. Ketidak mampuan parasetamol memberikan efek antiradang mungkin berkaitan dengan fakta bahwa parasetamol hanya merupakan inhibitor siklooksigenase yang lemah dengan adanya peroksida konsentrasi tinggi yang ditemukan pada lesi radang. Sebaliknya, efek antipiretiknya dapat dijelaskan dengan kemampuannya menghambat siklooksigenase di otak, yang tonus peroksidanya rendah. Selain itu, parasetamol tidak menghambat aktifitas neutrofil, sedangkan NSAID lain menghamba aktivitas tersebut. Parasetamol merupakan antiradang yang sangat lemah dan inhibitor siklooksigenase yang lemah. Selain itu parasetamol tampak menghambat enzime tersebut hanya di lingkungan yang kadar peroksidanya rendah, yang sebagian dapat menjelaskan lemahnya aktifitas antiradang parasetamol karena pada tempat peradangan biasanya terjadi peningkatan konsentrasi peroksida yang dibentuk oleh leukosit Gilman, 2007.

2.5 Metabolisme Parasetamol

Obat, zat kimia, dan toksik semuanya merupakan benda asing untuk tubuh kita. Tubuh kita berusaha menyingkirkan sendiri zat-zat kimia asing tersebut tanpa memperhatikan apakah bersifat terapeutik atau berbahaya. Kebanyakan obat-obatan harus melalui biotransformasi atau dimetabolisme, sebelum dapat diekskresikan Olson, 2003. Meskipun setiap jaringan mempunyai kemampuan untuk memetabolisme obat-obat, hati adalah organ utama dari metabolism obat. Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. Jaringan-jaringan lain menunjukkan aktivitas yang besar juga termasuk saluran cerna, paru, kulit dan ginjal. Setelah pemberian obat secara oral, banyak obat diserap secara utuh dari usus kecil dan dibawa lebih dahulu melalui system porta ke hati, di mana obat-obat mengalami metabolisme. Proses ini dikenal dengan efek lintas-pertama. Obat-obat yang diberikan secara oral banyak dimetabolisme di dalam usus. Jadi, metabolisme intestinal mungkin menambah efek lintas- pertama. Efek-efek lintas-pertama kemungkinan sangat membatasi bioavalabilitas obat-obat yang diberikan secara oral Katzung., 2002. Menurut Neal 2005,ada dua tipe umum reaksi metabolisme obat; 1. Reaksi fase 1 Reaksi ini meliputi biotransformasi suatu obat menjadi yang lebih polar melalui pemasukkan atau pembukaan suatu gugus fungsional. Metabolisme fase 1 meliputi reaksi oksidasi, reduksi, hidrolisis dan hidrasi, juga isomesrisasi dan reaksi-reaksi lain yang lebih jarang Gibson dan Skett, 1991. Oksidasi merupakan reaksi yang paling umum dan reaksi ini dikatalisis suatu kelas enzim yang penting yang disebut oksidase dengan fungsi campuran sitokromP-450. 2. Reaksi fase 2 Yang sangat menarik dalam antarhubungan dari berbagai rute metabolik adalah reaksi kompetisi dari substrat untuk enzim-enzim fase 2. Banyak bukti mengungkapkan bahwa reaksi-reaksi fase 1 menciptakan gugus fungsional reaksi pada molekul sehingga dapat diserang oleh enzim-enzim fase 2. Jadi reaksi fase 2 merupakan jalur detoksifikasi yang sebenarnya Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009. dan memberikan produk-produk yang berarti terhadap curah dari produk tidak aktif yang diekkresikan dari suatu obat Gibson dan Skett, 1991. Banyak produk-produk fase 1 tidak segera dieliminasi dan mengalami reaksi berikutnya dimana suatu substrat endogen seperti glucuronic acid, sulfuric acid, acetic acid, atau amino acid bergabung dengan gugus fungsional yang baru terjadi membentuk konjugat yang sangat polar. Reaksi-reaksi konjugasi atau reaksi-reaksi sintesis yang demikian adalah tanda-tanda metabolisme fase 2 Katzung., 2002. Enzim sitokrom P450 adalah kelompok besar protein hemetiolat yang terdistribusi luas di semua mahluk hidup. Ditingkat mikrosomal, elektron dipasok dari NADPH malalui sitokrom P450 ada membrane lipid retikulum endoplasma halus. Sitokrom P450 mempunyai tiga famili yang terdiri dari CYP1, CYP2 dan CYP3 dan yang paling berperan adalah CYP1A2, CYP2A6, CYP2B6, CYP2C9, CYP2C19, CYP2D6, CYP2E1, dan CYP3A4 dalam metabolisme obat Uetrecht and Trager, 2007. Dan parasetamol dimetabolisme oleh enzim CYP2E1 Nadendla, 2005. Sitokrom P450 mengkatalisis banyak reaksi, termasuk hidroksilasi cincin aromatik dan rantai samping; N-, O-, dan S-dealkilasi; N- Oksidasi; N-hidroksilasi; sulfoksidasi; deaminasi; dehalogenasi; dan sulfurasi. Sedangkan parasetamol tersebut merupakan reaksi N-Oksidasi Gilman, 2007. Suatu ciri menarik dari beberapa substrat-substrat obat tertentu untuk menginduksi sitokrom P450 dengan menaikkan laju sintesisnya atau mengurangi laju degradasinya. Induksi ini berakibat pada suatu akselerasi metabolisme dan Jonerikson Simanjuntak : Pengaruh Penggunaan Vitamin C Pada Khasiat Antipiretik Parasetamol Pada Merpati Jantan Columba livia, 2009.