Identifikasi variabel Deskripsi Pengungkapan Lingkungan

inovasi untuk mempertinggi efisiensi dan kinerja lingkungan. 3. Jumlah biaya yang dihabiskan untuk denda yang berhubungan dengan masalah lingkungan. EN16 Soft Disclosure Item Sesuai dengan GRI A5 Pernyataan strategi dan visi 1. Pernyataan tertulis tentang kinerja lingkungan, oleh CEO kepada shareholder dan stakeholder. 2. Pernyataan tentang kebijakan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip perusahaan yang berkenaan dengan lingkungan. 3. Pernyataan tentang sistem manajemen resmi yang menghargai kinerja dan resiko lingkungan. 4. Pernyataan bahwa perusahaan secara berkala me-review dan mengevaluasi kinerja lingkungannya. 5. Pernyataan tentang inovasi lingkungan khusus atau teknologi baru. 1.1, 1.2 1.1, 1.2, 3.7 3.19 3.19 1.1, 1.2 A6 Profil lingkungan 1. Pernyataan tentang pemenuhan perusahaan dengan standar lingkungan khusus. 2. Gambaran tentang pengaruh industri terhadap lingkungan. 3. Gambaran tentang bagaimana operasi bisnis, produk, dan pelayanan mempengaruhi lingkungan. 4. Gambaran tentang kinerja lingkungan perusahaan berhubungan dengan industri sejenis. GN8 GN8 GN8 GN8 A7 Prakarsa Lingkungan 1. Penjabaran yang sebenarnya tentang pelatihan karyawan dalam operasi dan manajemen lingkungan. 2. Eksistensi rencana pertanggungjawaban dalam kasus kecelakaan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. 3. Penghargaan lingkungan secara internal. 4. Audit lingkungan secara internal. 5. Sertifikasi internal untuk program-program lingkungan. 6. Keterlibatan komunitas danatau donasi yang berhubungan dengan lingkungan. 3.19 3.19, 3.20 3.19 SO1, EC10

D. Identifikasi variabel

Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel dependen Variabel dependen dinyatakan dengan notasi Y, yaitu indeks pengungkapan lingkungan Environmental Disclosure IndexEDI. Untuk mendapatkan nilai EDI, jumlah skor pengungkapan masing-masing perusahaan sampel dibagi dengan jumlah skor maksimal seluruh item pengungkapan. 2. Variabel independen Variabel independen dinyatakan dengan notasi X, terdiri dari: 1.Ukuran perusahaan Size Ukuran perusahaan diproksikan dari jumlah tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan sampel. 2.Profitabilitas perusahaan Profitabilitas perusahaan adalah kemampuan suatu perusahaan menghasilkan laba. Rasio profitabilitas diukur dengan profit margin yaitu perbandingan laba bersih terhadap pendapatanpenjualan. 3.Financial leverage perusahaan Ketergantungan perusahaan terhadap hutang dalam membiayai kegiatan operasinya tercermin dalam tingkat financial leverage, yang diukur dengan rasio leverage yaitu perbandingan total hutang terhadap modal sendiri. 4.Profil dewan komisaris Berdasarkan teori agensi, dewan komisaris dianggap sebagai mekanisme pengendalian intern tertinggi, yang bertanggung jawab untuk memonitor tindakan manajemen puncak. Profil dewan komisaris diwakili oleh jumlah anggota dewan komisaris. 5.Kepemilikan manajemen Kepemilikan manajemen pada perusahaan sampel diwakili dengan skoring. Skor 1 untuk perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajemen, dan skor 0 untuk perusahaan tanpa kepemilikan saham oleh manajemen.

E. Alat Analisis

Alat uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda multiple regression. Regresi berganda digunakan dengan tujuan mengetahui bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, tingkat leverage, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan manajemen terhadap tingkat pengungkapan lingkungan.

1. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi ini bertujuan agar asumsi-asumsi yang mendasari model linier dapat terpenuhi dan penelitian tidak menjadi bias. Pengujian ini dilakukan sebelum suatu model regresi linier digunakan. Pengujian asumsi yang perlu digunakan antara lain : Uji normalitas, Uji Multikolenearitas, Uji Heteroskedastisitas dan Uji Autokorelasi. 1.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji keberadaan distribusi normal dalam suatu model regresi. Model regresi yang baik memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Alat uji asumsi yang digunakan adalah normal probability regression standardized residual. Dasar pengambilan keputusan: a Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b Jika data menyebar jauh dari garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Untuk hasil yang lebih akurat, dilakukan juga pengujian Kolmogorov-Smirnov dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut: a jika nilai Kolmogorov-Smirnov signifikan pada 0,05 maka residual tidak normal. b Jika nilai Kolmogorov-Smirnov tidak signifikan pada 0,05 maka residual terdistribusi secara normal. 1.2 Uji Multikolonieritas Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Uji multikolonieritas adalah untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan problem multikolinieritas. Dimana deteksi adanya multikolinieritas adalah dengan melihat nilai VIF dan tolerance. Nilai yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10.

1.3 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 sebelumnya. Untuk mengetahui bahwa model regresi yang dihasilkan tidak terjadi autokorelasi, dilakukan uji Durbin-Watson dengan hipotesis yang akan diuji adalah sebagai berikut: H0 : tidak ada autokorelasi positif Ha : ada autokorelasi Dengan dasar pengambilan keputusan seperti pada tabel berikut ini: Tabel 3.4. : Dasar Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson Hipotesis nol Keputusan Jika Tidak ada autokorelasi Positif Tolak 0 d dl Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4-dl d 4 Tidak ada korelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du ≤ d ≤ 4-dl Tidak ada autokorelasi, positif atau negative Tidak ditolak du d 4-du 1.4 Uji Heteroskedastisitas Apabila dalam suatu model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain maka terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Deteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual Y prediksi – Y sesungguhnya yang telah distandarkan. Jika pada grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk suatu pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

2. Pengujian Hipotesis

Adapun model persamaan struktural yang digunakan untuk menguji hipotesis secara keseluruhan dalam penelitian adalah sebagai berikut: Y=k+aX1+bX2+cX3+dX4+dX5+e Dimana: Y = tingkat pengungkapan lingkungan k = konstanta X1 = ukuran perusahaan X2 = profitabilitas perusahaan X3 = financial leverage perusahaan X4 = Profil dewan komisaris X5 = kepemilikan manajemen e = error term Pengujian ini dilakukan dengan pengujian regresi berganda pada tingkat keyakinan 95 dengan pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut: Apabila t-hitung ≤ t-tabel dan p-value 0,05 : Ha ditolak Apabila t-hitung t-tabel dan p-value 0,05 : Ha diterima Pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan software SPSS Statistical Product and Serviese Solution versi 12.00. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pengungkapan Lingkungan

Berdasarkan hasil perhitungan tingkat pengungkapan lingkungan dengan menghitung Environmental Disclosure Index EDI per tahunnya, tampak bahwa kesadaran perusahaan kehutanan dan pertambangan di Indonesia untuk secara sukarela melakukan pengungkapan lingkungan semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan nilai EDI dari tahun ke tahun selama periode penelitian seperti terlihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Tingkat pengungkapan lingkungan perusahaan sampel Kode Perusahaan Tingkat pengungkapan tahun 2004 2005 2006 2007 2008 1. ANTM 0,212 0,273 0,333 0,318 0,424 2. APEX 0,045 0,061 0,076 0,273 0,258 3. BUMI 0,258 0,242 0,258 0,439 0,348 4. BRPT 0,212 0,258 0,333 0,318 0,152 5. CNKO 0,045 0,045 0,045 0,045 0,045 6. ENRG 0,182 0,273 0,242 0,333 0,379 7. INCO 0,106 0,227 0,318 0,379 0,379 8. MEDC 0,106 0,136 0,333 0,394 0,439 9. PTBA 0,196 0,167 0,273 0,273 0,652 10. SULI 0,182 0,227 0,302 0,273 0,364 11. TINS 0,152 0,167 0,182 0,576 0,742 12. TIRT 0,031 0,045 0,045 0,015 0,015 Rata-rata 0,144 0,177 0,228 0,279 0,349 Namun begitu, peningkatan yang cukup baik hanya terlihat pada beberapa perusahaan saja, sebagian besar hanya menunjukkan peningkatan yang rendah, beberapa bahkan tetap atau malah menurun. Kategori yang paling banyak diungkapkan perusahaan adalah kategori A6 tentang profil lingkungan perusahaan, yaitu sebanyak 136 pengungkapan atau 85 dari total pengungkapan di kategori A6 yang diharapkan dari seluruh sampel penelitian. Sedangkan kategori yang paling sedikit diungkapkan adalah kategori A4 tentang biaya pemeliharaan lingkungan yang hanya 21 pengungkapan atau 12 dari total pengungkapan di kategori A4 yang diharapkan dari seluruh sampel penelitian. Ringkasan nilai minimum, maksimum, mean, dan standar deviasi dari variabel dependen dan independen dari 60 data penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 4.2. Statistik deskriptif sampel penelitian N Minimum Maximum Mean Std. Deviation EDI 60 ,015 ,742 ,24037 ,154916 SIZE 60 55 11099 2740,77 1915,398 PROFIT 60 -,269 ,839 ,10885 ,186446 LEV 60 -6,721 25,447 2,03987 3,981575 KOM 60 3 10 5,37 2,033 KM 60 1 ,58 ,497 Valid N listwise 60 Sumber: data olahan 2010 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai EDI yang mencerminkan tingkat pengungkapan lingkungan perusahaan kehutanan dan pertambangan di Indonesia menunjukkan nilai rata-rata sebesar 24,04. Dengan tingkat pengungkapan maksimum sebesar 74,2, yaitu pada pengungkapan lingkungan yang dilakukan oleh PT Timah pada tahun 2008, dan tingkat pengungkapan minimum sebesar 1,5, yaitu pengungkapan yang dilakukan oleh PT Tirta Mahakam pada tahun 2008. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa tingkat pengungkapan lingkungan rata-rata perusahaan kehutanan dan pertambangan di Indonesia masih sangat rendah, karena tidak mencapai 50 dari total pengungkapan yang diharapkan. Nilai rata-rata dari variabel SIZE yang diwakili dengan jumlah tenaga kerja pada perusahaan sampel, adalah 2.741 orang. Dengan jumlah tenaga kerja minimum adalah 55 orang yaitu pada PT Central Korporindo, dan jumlah tenaga kerja maksimum adalah 11.099 orang yaitu pada PT Barito Pacific Timber. Profitabilitas perusahaan yang diproksikan dengan variabel PROFIT, mendapatkan nilai rata-rata sebesar 10,885. Dengan nilai minimum sebesar - 26,9 yaitu pada PT Central Korporindo International, dan nilai maksimum sebesar 83,9 yaitu pada PT Barito Pacific Timber. Rata-rata variabel LEV yang mewakili financial leverage perusahaan adalah sebesar 203,987. Dengan nilai minimum dan maksimum sebesar -672,1 pada PT Barito Pacific Timber dan 2544,7 pada PT Sumalindo Lestari Jaya. Sedangkan rata-rata jumlah komisaris dari seluruh data penelitian adalah 6 orang. Dengan jumlah komisaris minimum adalah 3 orang, yaitu pada PT Central Korporindo International, PT Energi Mega Persada, dan PT Timah. Jumlah komisaris maksimum adalah 10 orang, yaitu pada PT International Nickel Indonesia. Nilai mean 0,58 pada variabel KM, menunjukkan bahwa 58 dari sampel penelitian adalah perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajemen.

B. Pengujian Asumsi Klasik