Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di Kabupaten Langkat
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Oleh
SUJARNO
067018063/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN LANGKAT
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains
dalam Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
SUJARNO
067018063/EP
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN NELAYAN DI KABUPATEN LANGKAT Nama Mahasiswa : Sujarno
Nomor Pokok : 067018063
Program Studi : Ekonomi Pembangunan
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Dr. Rahmanta, M.Si)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Dr. Murni Daulay, M.Si) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 23 Desember 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : 1. Dr. Murni Daulay, M.Si Anggota : 2. Dr. Rahmanta, M.Si
3. Irsyad Lubis, M.Soc.Sc., PhD 4. Drs. Iskandar Syarief, M.A 5. Drs. Rujiman, M.A
(5)
ABSTRAK
Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya, sehingga tingkat pendapatan nelayan tidak meningkat.
Tujuan penelitian ini mengamati dan menganalisis 4 faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yaitu: modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut dengan menggunakan metode Ordinary
Least Squares (OLS) pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
diperoleh hasil bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut secara bersama-sama mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.
Dari 4 faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian dalam kegiatan melaut para nelayan untuk lebih memperhatikan modal kerja. Namun, juga harus memperhatikan faktor tenaga kerja, jarak tempuh melaut karena faktor tersebut juga merupakan faktor-faktor penunjang pendapatan nelayan.
Dengan memperhatikan hasil penelitian yang diperoleh bahwa modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan faktor-faktor yang lain terhadap pendapatan nelayan, maka disarankan untuk membuka akses mendapatkan modal kerja dengan cara bekerjasama dengan koperasi atau lembaga keuangan bank dan non bank. Disamping itu juga para nelayan diberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan dalam menangkap ikan dan juga meningkatkan teknologi dalam menangkap ikan dengan teknologi yang tepat guna.
Kata kunci: Pendapatan Nelayan, Modal Kerja, Tenaga Kerja, Pengalaman, Jarak Tempuh Melaut, Ordinary Least Squares (OLS)
(6)
ABSTRACT
In Law No.32 Year 2004 as guideline of Local Middle Term Development Plan of Langkat District year 2006/2010 has decided that the goal of development is to improve the people prosperity. The improvement of people prosperity can be achieved if the income of the people increase sufficiently so that it can meet the basic need of their life.
Fishery resources is actually potential benefited to improve the standard of living and the prosperity of the fishermen, but in reality, there are so many fishermen who still can not improve the result of their catching fish that the income of the fishermen does not increase.
This study observes and analyzes four factors, such s working capital, manpower, experience, and distance of going to sea which influence on the income of found that working capital, manpower, experience and distance of going to sea all together influence the income of the fishermen in Langkat District.
Of the four factors which influence on the fishermen income, working capital factors gives nigger contribution compared with manpower, experience and distance of going to sea factors. However, manpower and distance of going to sea factors must also be considered because these factors are supporting factors to the income of fishermen.
By taking care of the result of this study that working capital factors gives bigger contribution compared with other factors on the income of the fishermen, it is suggested to open access to get working capital by cooperating with cooperation or banks and non-banking institutions. It is also necessary to perform founding and the development of ability in catching the fish and to improve the technology in catching fish by using effective technology.
Key words: Fishermen’ income, Working Capital, Manpower, Experience, Distance of Going to Sea, Ordinary Least Square (OLS)
(7)
KATA PENGANTAR
Tiada kata yang dapat penulis ucapkan, selain puji syukur yang sangat dalam kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang karena limpahan Rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan judul: Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat.
Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
Penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari bantuan semua pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini perkenankan penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis yaitu kepada;
1. Ibu Dr. Murni Daulay M.Si sebagai komisi pembimbing dan sekaligus sebagai Ketua Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan dan Bapak Dr. Rahmanta, M.Si. sebagai anggota komisi pembimbing, atas kesempatan/waktu dan pikiran yang telah diberikan mulai dari penulisan proposal sampai dengan selesainya penulisan tesis ini.
2. Bapak dan Ibu staf pengajar pada Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, yang dengan tulus dan ikhlas telah memberikan ilmu dan pengetahuan selama mengikuti pendidikan.
(8)
3. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
5. Para Staf Administrasi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
6. Teman-teman khususnya angkatan XI yang telah bersama-sama menambah ilmu selama masa perkuliahan dari awal sampai akhir.
7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah membantu dan memberikan dorongan baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Akhir kata penulis menyadari bahwa apa yang tertuang dalam tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan tesis ini senantiasa penulis harapkan.
Mudah-mudahan penulisan tesis ini dapat memberikan banyak manfaat sehingga memperkaya khazanah ilmu pengetahuan di bidang ekonomi pembangunan khususnya bagi rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Pembangunan Universitas Sumatera Utara yang akan menyusun penulisan tesis. Akhir kata semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridho dari Tuhan yang Maha Kuasa.
Medan, Desember 2008
(9)
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Sujarno 2. Agama : Islam
3. Tempat/Tgl. Lahir : Tandam Hulu II, 6 Juni 1964 4. Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil
5. Nama orangtua
Ayah : Pungut Dikromo Ibu : Rinem
6. Pendidikan
a. SD MAJU BINJAI : Lulus Tahun 1976 b. SMP MELATI BINJAI : Lulus Tahun 1980 c. SMA NEGERI 1 BINJAI : Lulus Tahun 1983 d. D3 APDN MEDAN : Lulus Tahun 1990 e. S1 FISIPOL UMA : Lulus Tahun 2002 f. Sekolah Pascasarjana USU Medan : Lulus Tahun 2008
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
ABSTRACT... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Nelayan ... 9
2.2 Landasan Teori... 10
2.2.1 Teori Produksi... 10
2.2.2 Fungsi Produksi... 13
2.3 Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan 15
2.3.1 Modal dan Biaya Produksi ... 21
2.3.2 Faktor Tenaga Kerja... 22
2.3.3 Faktor Jarak Tempuh Melaut ... 23
2.3.4 Faktor Pengalaman... 23
2.4 Pengertian Pendapatan ... 24
2.5 Penelitian Sebelumnya ... 25
2.6 Kerangka Pemikiran... 27
2.7 Hipotesis Penelitian... 29
BAB III. METODE PENELITIAN ... 30
3.1 Ruang Lingkup Penelitian ... 30
3.2 Lokasi Penelitian... 30
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 30
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 31
3.5 Uji Validasi ... 33
(11)
3.7 Metode Analisis ... 35
3.8 Definisi Operasional... 36
3.9 Uji Kesesuaian ... 37
3.10 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik ... 37
3.10.1 Multikolinearitas ... 37
3.10.2 Heteroskedastisitas... 39
3.10.3 Normalitas ... 40
3.10.4 Linieritas ... 41
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 42
4.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Langkat ... 42
4.1.1 Wilayah dan Iklim... 42
4.1.2 Kependudukan dan Jumlah Nelayan... 43
4.1.3 Ketenagakerjaan... 46
4.1.4 Perikanan... 46
4.2 Uji Validasi ... 47
4.3 Karakteristik Nelayan Pada Obtek Penelitian ... 49
4.3.1 Usia Nelayan ... 50
4.3.2 Tingkat Pendidikan ... 50
4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga... 51
4.3.4 Lantai Rumah ... 52
4.3.5 Dinding Rumah ... 52
4.3.6 Atap Rumah ... 53
4.3.7 Alat Penerangan ... 53
4.3.8 Sumber Air Minum ... 54
4.3.9 Tempat Membuang Kotoran/Tinja... 54
4.3.10 Status Kepemilikan Rumah... 55
4.3.11 Kepemilikan Perahu, Perahu dan Kapal Motor ... 55
4.3.12 Sistem Pembagian Hasil... 56
4.4 Karakteristik Nelayan Terhadap Pendapatan di Kabupaten Langkat... 57
4.4.1 Usia Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat... 57
4.4.2 Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 57
4.4.3 Jumlah Anggota Keluarga Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat... 58
4.4.4 Status Kepemilikan Rumah Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat... 59
4.4.5 Status Kepemilikan Perahu/Kapal Motor Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 60
(12)
4.5 Tingkat Pendapatan Nelayan dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya ... 61
4.6 Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Metode OLS ... 63
4.7 Uji Asumsi Klasik ... 67
4.7.1 Uji Multikolinieritas... 68
4.7.2 Uji Heteroskedastisitas... 69
4.7.3 Uji Normalitas... 69
4.7.4 Uji Linieritas ... 70
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 72
5.1. Kesimpulan ... 72
5.2. Saran-Saran ... 73
(13)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Tahun 2000 - 2005
Kabupaten Langkat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 ... 4
1.2 Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2006 ... 5
3.1 Jumlah Nelayan di Kabupaten Langkat Tahun 2007 ... 31
3.2 Jumlah Sampel Nelayan di Kabupaten Langkat Tahun 2007 ... 33
4.1 Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2004 – 2007 ... 44
4.2 Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2007 ... 45
4.3 Perkembangan Jumlah Nelayan Kabupaten Langkat... 45
4.4 Produksi Ikan Menurut Jenis Penangkapan di Kabupaten Langkat Tahun 2007 ... 47
4.5 Uji Validasi Variabel Sosial... 48
4.6 Uji Validasi Variabel Kegiatan Usaha ... 49
4.7 Kondisi Usia Nelayan di Kabupaten Langkat... 50
4.8 Kondisi Tingkat Pendidikan Nelayan di Kabupaten Langkat... 51
4.9 Kondisi Jumlah Anggota Keluarga Nelayan di Kabupaten Langkat ... 51
4.10 Kondisi Lantai Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat ... 52
4.11 Kondisi Dinding Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat... 52
(14)
4.13 Kondisi Alat Penerangan Nelayan di Kabupaten Langkat... 53
4.14 Kondisi Sumber Air Minum Nelayan di Kabupaten Langkat... 54
4.15 Kondisi Tempat Membuang Kotoran/Tinja Nelayan di Kabupaten
Langkat... 55
4.16 Status Kepemilikan Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat... 55
4.17 Status Kepemilikan Perahu/Kapal Motor Nelayan di Kabupaten
Langkat... 56
4.18 Tabulasi Silang Antara Usia Terhadap Pendapatan Nelayan di
Kabupaten Langkat ... 57
4.19 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Terhadap Pendapatan
Nelayan di Kabupaten Langkat... 58
4.20 Tabulasi Silang Antara Jumlah Anggota Keluarga Terhadap
Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 59
4.21 Tabulasi Silang Antara Status Kepemilikan Rumah Terhadap
Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 60
4.22 Tabulasi Silang Antara Status Kepemilikan Perahu/Kapal Motor
Terhadap Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 61
4.23 Tingkat Pendapatan per bulan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 61
4.24 Pendapatan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Nelayan di Kabupaten Langkat... 62
4.25 Hasil Estimasi Uji Multikolinieritas ... 68
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-Rata
Produksi ... 12
2.2 Kerangka Pemikiran ... 29
4.1 Lokasi Kabupaten Langkat ... 43
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Kuesioner ... 77
2 Data Hasil Penelitian ... 81
3 Statistik Deskriptif ... 86
4 Matriks Korelasi ... 87
5 Hasil Estimasi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat ... 88
6 Hasil Uji Multikolinieritas Modal Kerja ... 89
7 Hasil Uji Multikolinieritas Tenaga Kerja... 90
8 Hasil Uji Multikolinieritas Pengalaman... 91
9 Hasil Uji Multikolinieritas Jarak Tempuh Melaut ... 92
10 Hasil Uji White Heteroskedasticity ... 93
11 Hasil Uji Normalitas (JB-Test) ... 94
12 Hasil Uji Linieritas (Ramsey RESET Test) ... 95
13 Tabel Distribusi Frekuensi ... 96
(17)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hasrat untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera dalam arti sebenarnya
adalah tujuan mulia yang hendak dicapai oleh bangsa Indonesia termasuk Kabupaten
Langkat sebagai sub sistem di dalam Sistem Pemerintahan Republik Indonesia.
Dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 sebagai pedoman dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Langkat tahun
2006-2010 telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan penduduk. Peningkatan kesejahteraan penduduk dapat dimungkinkan
apabila pendapatan penduduk mengalami kenaikan yang cukup hingga mampu
memenuhi kebutuhan dasar untuk kehidupannya. Hal ini dapat diartikan bahwa
kebutuhan kebutuhan pangan, sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan, keamanan
dan sebagainya tersedia dan mudah dijangkau setiap penduduk sehingga pada
gilirannya penduduk yang miskin semakin sedikit jumlahnya.
Sumber daya perikanan sebenarnya secara potensial dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, namun pada kenyataannya
masih cukup banyak nelayan belum dapat meningkatkan hasil tangkapannya,
(18)
Masyarakat yang mempunyai mata pencaharian dan berpenghasilan sebagai
nelayan merupakan salah satu dari kelompok masyarakat yang melakukan aktivitas
usaha dengan mendapat penghasilan bersumber dari kegiatan nelayan itu sendiri.
Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi
penangkapan ikan dan binatang air lainnya/tanaman air. Tingkat kesejahteraan
nelayan sangat ditentukan oleh hasil tangkapannya. Banyaknya tangkapan tercermin
pula besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar
untuk keperluan konsumsi keluarga. Dengan demikian tingkat pemenuhan kebutuhan
konsumsi keluarga atau kebutuhan fisik minimum(KFM) sangat ditentukan oleh
pendapatan yang diterimanya.
Para nelayan melakukan pekerjaannya dengan tujuan untuk memperoleh
pendapatan demi kebutuhan hidup. Untuk pelaksanaannya diperlukan beberapa
perlengkapan dan dipengaruhi pula oleh banyak faktor guna mendukung keberhasilan
kegiatan. Menurut Salim (1999) faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan
meliputi faktor sosial dan ekonomi yang terdiri dari besarnya modal, jumlah perahu,
jumlah tenaga kerja, jarak tempuh melaut dan pengalaman. Dengan demikian
pendapatan nelayan berdasarkan besar kecilnya volume tangkapan, masih terdapat
beberapa faktor-faktor yang lain yang ikut menentukannya yaitu faktor sosial dan
ekonomi selain diatas.
Dalam rangka mewujudkan Pembangunan Nasional yang dilakukan melalui
(19)
kemampuan dan kekuatan industri yang maju yang didukung oleh kekuatan dan
kemajuan pertanian yang tangguh dengan sasaran untuk menaikkan tingkat kehidupan
dan kesejahteraan rakyat. Upaya peningkatan kehidupan untuk lebih sejahtera
dilakukan dengan peningkatan setiap produk yang dihasilkan sektor kegiatan
ekonomi.
Upaya yang dilakukan dalam kaitannya dengan rencana kebijaksanaan
pembangunan sektor pertanian, khususnya sub sector perikanan, bertujuan untuk :
a) Meningkatkan produksi dan mutu hasil perikanan baik untuk memenuhi
pangan, gizi dan bahan baku industri dalam negeri serta ekspor hasil
perikanan.
b) Meningkatkan produktivitas usaha perikanan dan nilai tambah serta
meningkatkan pendapatan nelayan.
c) Memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha serta menunjang
pembangunan daerah
d) Meningkatkan pembinaan kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan
hidup.
Dengan kenyataan tersebut maka sudah sewajarnyalah apabila potensi
sumberdaya perikanan yang ada dikembangkan penangkapannya untuk kemakmuran
rakyat dengan tetap memelihara dan menjaga kelestarian sumberdaya perikanan ini,
disamping memperhatikan faktor-faktor yang menunjang perolehan produksi nelayan
(20)
Wilayah Kabupaten Langkat memiliki potensi perikanan dan kelautan yang
cukup besar. Wilayah pantai/laut Kabupaten Langkat berada disepanjang 110 km
Pantai Timur Sumatera atau Selat Malaka. Wilayah kelautan yang demikian luas,
sudah tentu akan dapat memproduksi ikan laut (tangkap) yang cenderung meningkat.
Ditambah lagi produksi perikanan darat yang pada umumnya dilakukan melalui
budidaya.
Kontribusi sub sektor perikanan terhadap PDRB Kabupaten Langkat cenderung
meningkat, akan tetapi tingkat pertumbuhan produksi ikan di Kabupaten Langkat
belum berarti, jika dibandingkan dengan kondisi potensi dan teknologi yang
digunakan.
Tabel 1.1. Kontribusi Sub Sektor Perikanan Terhadap PDRB Tahun 2000 – 2005 Kabupaten Langkat Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000
Tahun Jumlah (Rp) Kontribusi terhadap PDRB (%)
2000 368.628.250 7,22
2001 378.803.460 7,34
2002 379.602.470 7,14
2003 384.532.100 7,02
2004 373.598.440 6,75
2005 369.600.000 6,46
Sumber : Kabupaten Langkat dalam angka, 2007
Meskipun sub sektor perikanan mampu bertahan dalam menghadapi krisis
tahun 1998-1999, namun berdasarkan Tabel 1.1, menunjukkan adanya kecenderungan
(21)
Namun, dengan memperhatikan data dari Dinas Perikanan dan Kelautan
Kabupaten Asahan menunjukkan bahwa produksi perikanan tangkap (penangkapan
ikan laut + penangkapan perairan umum) tahun 2005 sebesar 20.307,7 ton dan naik
menjadi 20.764,0 ton pada tahun 2006 atau dengan kata lain mengalami peningkatan
sebesar 2,2%. Secara total produksi perikanan tangkap di Kabupaten Langkat masih
tetap dominant dibandingkan dengan produksi perikanan budi daya. Untuk lebih
detailnya dapat dilihat pada Tabel 1.2, sebagai berikut :
Tabel 1.2. Perkembangan Produksi Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat Tahun 2005 – 2006
Tahun No. Sumber Produksi
2005 (ton)
2006 (ton) 1. Perikanan Tangkap 20.307,7 20.764,0 2. Perikanan Budi Daya 5.163,2 5.402,7 Total 25.470,9 26.166,7 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, 2007
Dilihat dari produksi perikanan tangkap di Kabupaten Langkat setiap tahun
mengalami peningkatan yang berarti tingkat pendapatan nelayan tentu lebih baik
yang tercermin dari kehidupan nelayan itu sendiri, karena produksi berhubungan
dengan pendapatan, apabila produksi meningkat tentunya pendapatan juga akan
meningkat, namun pada kenyataan yang dilihat dari struktur sosial kehidupan
masyarakat nelayan di Kabupaten Langkat belum mencerminkan tingkat pendapatan
(22)
Penelitian ini ingin mengamati dan menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan nelayan yaitu modal tenaga kerja, tenaga kerja, waktu
melaut, pengalaman dan jarak tempuh melaut.
Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian ini karena pendapatan sangat
dipengaruhi oleh modal kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor
produksi jumlah output/ produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan
bergantung pada modal kerja. Hal ini berarti bahwa dengan adanya modal kerja
maka nelayan dapat melaut untuk menangkap ikan dan kemudian mendapatkan ikan.
Makin besar modal kerja maka makin besar hasil tangkapan ikan yang diperoleh
(produksi).
Faktor tenaga kerja masuk kedalam penelitian ini karena pendapatan sangat
dipengaruhi oleh tenaga kerja. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam teori faktor
produksi jumlah output/ produksi yang nantinya berhubungan dengan pendapatan
bergantung pada jumlah tenaga kerja.
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku tentang ekonomi
tidak ada yang membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau
keuntungan. Namun, dalam kegiatan menangkap ikan (produksi) dalam hal ini
nelayan dengan semakin berpengalamannya nelayan akan meningkatkan pendapatan.
Faktor jarak tempuh melaut masuk kedalam penelitian ini karena jarak
tempuh yang semakin jauh akan mempunyai lebih banyak kemungkinan memperoleh
(23)
Dari uraian diatas penulis akan mengkaji lebih jauh tentang pendapatan nelayan
dalam judul tesis yaitu “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Nelayan di Kabupaten Langkat”.
1.2 Rumusan Masalah
Dengan memperhatikan latar belakang dan uraian yang telah diungkapkan
maka permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
3. Bagaimana pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
4. Bagaimana pengaruh jarak tempuh melaut terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh modal kerja terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
2. Untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di
(24)
3. Untuk mengetahui pengaruh pengalaman terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat.
4. Untuk mengetahui pengaruh jarak tempuh melaut terhadap pendapatan
nelayan di Kabupaten Langkat.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pemerintah
dan pihak lain, dalam upaya mencari pendekatan dan strategi terbaik
dalam melakukan upaya untuk meningkatkan pendapatan nelayan.
2. Untuk menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat.
3. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya terutama yang berminat
untuk meneliti mengenai sektor perikanan terutama pada pendapatan
nelayan.
4. Bagi penulis untuk menambah wawasan terutama yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di
(25)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nelayan
Nelayan adalah orang yang hidup dari mata pencaharian hasil laut. Di
Indonesia para nelayan biasanya bermukim di daerah pinggir pantai atau pesisir laut.
Komunitas nelayan adalah kelompok orang yang bermata pencaharian hasil laut dan
tinggal didesa-desa pantai atau pesisir (Sastrawidjaya, 2002). Ciri komunitas nelayan
dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut :
a) Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah mereka yang segala aktivitasnya
berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau mereka yang menjadikan
perikanan sebagai mata pencaharian mereka.
b) Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong.
Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada
saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan
pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah atau
tanggul penahan gelombang di sekitar desa.
c) Dari segi ketrampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat
namun pada umumnya mereka hanya memiliki ketrampilan sederhana.
Kebanyakan mereka bekerja sebagai nelayan adalah profesi yang di turunkan
(26)
Dari bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas
komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah
mereka yang bermukim di desa-desa yang mudah dijangkau secara
transportasi darat, sedangkan komunitas yang homogen terdapat di desa-desa
nelayan terpencil biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang
sederhana, sehingga produktivitas kecil. Sementara itu kesulitan transportasi
angkutan hasil ke pasar juga akan menjadi penyebab rendahnya harga hasil
laut di daerah mereka. (Sastrawidjaya, 2002).
2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Produksi
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang hubungan di antara
tingkat produksi suatu barang dengan jumlah tenaga kerja yang digunakan untuk
menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut
dimisalkan bahwa faktor-faktor produksi lainnya adalah tetap jumlahnya, yaitu modal
dan tanah jumlahnya dianggap tidak mengalami perubahan. Juga teknologi dianggap
tidak mengalami perubahan. Satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya adalah tenaga kerja (Sukirno, 2004).
Produksi merupakan hasil akhir dan proses atau aktivitas ekonomi dengan
memanfaatkan beberapa masukan atau input. Lebih lanjut Putong (2002) produksi
(27)
barang akan bertambah bila memberikan manfaat baru atau lebih dari bentuk semula.
Lebih spesifik lagi produksi adalah kegiatan perusahaan dengan mengkombinasikan
berbagai input untuk menghasilkan output dengan biaya yang minimum (Joesron dan
Fathorrozi, 2003)
Produksi merupakan konsep arus. Apa yang dimaksud dengan konsep arus
(flow concept) di sini adalah produksi merupakan kegiatan yang diukur sebagai
tingkat-tingkat output per unit periode/waktu. Sedangkan outputnya sendiri senantiasa
diasumsikan konstan kualitasnya. Jadi bila kita berbicara mengenai peningkatan
produksi, itu berarti peningkatan tingkat output dengan mengasumsikan faktor-faktor
lain yang sekiranya berpengaruh tidak berubah sama sekali (konstan). Pemakaian
sumber daya dalam suatu proses produksi juga diukur sebagai arus. Modal dihitung
sebagai sediaan jasa, katakanlah mesin, per jam; jadi bukan dihitung sebagai jumlah
mesinnya secara fisik. (Miller dan Miners, 1999).
Hubungan antara Produksi Total (TP), produksi rata-rata (AP) dan Produk
Marginal (MP) dalam jangka pendek untuk satu input (input lain dianggap konstan)
(28)
TP C
B TP
A
Ep>1 1>EP>0 EP<0
0 L1 L2 L3 Input L
AP,MP
Kenaikan Kenaikan Hasil Kenaikan Hasil Hasil Ber Berkurang Negatif tambah
A1 B1
C1 AP
0
L1 L2 L3 MP Input L
Gambar 2.1. Hubungan Total Produksi, Marginal Produksi dan Rata-rata Produksi
Gambar 2.1 di atas memperlihatkan bahwa antara titik A dan C adalah
pertambahan produksi yang semakin berkurang (law of diminishing marginal
productivity). Titik C adalah total produksi mencapai maksimum artinya tambahan
input tidak lagi menyebabkan tambahan output atau produksi marginal (MP) adalah
nol (C1). Sedangkan Produksi Rata-rata (AP) mencapai maksimum adalah pada saat
elastisitas produksi sama dengan 1 dan AP berpotongan dengan MP artinya produksi
rata-rata sama dengan tambahan output akibat tambahan 1 unit input produksi,
(29)
2.2.2 Fungsi Produksi
Menurut Joesron dan Suhartati (2003) produksi merupakan hasil akhir dari
proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input.
Dengan pengertian ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi adalah
mengkombinasikan berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output.
Hubungan teknis antara input dan output tersebut dalam bentuk persamaan, tabel atau
grafik merupakan fungsi produksi. Jadi, fungsi produksi adalah suatu persamaan
yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi
tertentu.
Masing-masing faktor mempunyai fungsi yang berbeda dan saling terkait satu
sama lain. Kalau salah satu faktor tidak tersedia maka proses produksi tidak akan
berjalan , terutama tiga faktor yaitu tanah, modal dan manajemen saja, tentu proses
produksi atau usaha tani tidak akan jalan karena tidak ada tenaga kerja. Tanpa tenaga
kerja, apa yang dapat dilakukan, begitu juga dengan faktor lainnya seperti modal.
Hubungan antara jumlah output (Q) dengan jumlah input yang digunakan
dalam proses produksi (X1, X2, X3, …, Xn) secara matematika dapat dituliskan
sebagai berikut :
Q = f(X1, X2, X3, … , Xn)
dimana :
Q = output
(30)
Input produksi sangat banyak dan yang perlu dicatat disini bahwa input
produksi hanyalah input yang tidak mengalami proses nilai tambah. Jadi didalam
fungsi produksi diatas tidak bisa dimasukkan material sebab dalam fungsi produksi
ada substitusi antara faktor produksi. Hubungan antara input dan output ini dalam
dunia nyata sangat sering kita jumpai. Hubungan antara input dan output dari yang
paling sederhana sampai yang paling kompleks, sekalipun ada disekitar kita, belum
banyak yang memahami berbagai model yang dapat diterapkan untuk mempelajari
pola hubungan antara input dan output.
Fungsi produksi Cobb-Douglas dapat juga dipakai untuk menganalisis
produktivitas tenaga kerja. Fungsi produksi dapat ditunjukkan pada persamaan
berikut :
Q = f(K, L) (2.1)
Q = A Kα Lβ (2.2)
dimana :
Q = output
A = konstanta
K = input kapital
L = input tenaga kerja
α = koefisien kapital
(31)
Yang ditransformasikan ke dalam bentuk ekonometrika :
Log Q = Log A + α Log K + β Log L + μ
2.3 Nelayan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Masyarakat nelayan yang sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat
menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu yang selalu
muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi
penguasa baik secara ekonomi maupun secara politik.
Nelayan orang yang melakukan penangkapan (budidaya) di laut dan di tempat
yang masih dipengaruhi pasang surut (Tarigan, 2000). Jadi bila ada yang menangkap
ikan di tempat budidaya ikan seperti tambak, kolam ikan, danau, sungai tidak
termasuk nelayan. Selanjutnya, menurut Tarigan (2000), berdasarkan pendapatnya,
nelayan dapat dibagi menjadi :
a) Nelayan tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya
berasal dari perikanan.
b) Nelayan sambil utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya
berasal dari perikanan.
c) Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil
pendapatannya berasal dari perikanan.
d) Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim-musim tertentu saja aktif
(32)
Rendahnya kualitas sumber daya manusia masyarakat nelayan yang terefleksi
dalam bentuk kemiskinan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal
masyarakat. Faktor internal misalnya pertumbuhan penduduk yang cepat, kurang
berani mengambil resiko, cepat puas dan kebiasaan lain yang tidak mengandung
modernisasi. Selain itu kelemahan modal usaha dari nelayan sangat dipengaruhi oleh
pola piker nelayan itu sendiri. Faktor eksternal yang mengakibatkan kemiskinan
rumah tangga nelayan lapisan bawah antara lain proses produksi didominasi oleh toke
pemilik perahu atau modal dan sifat pemasaran produksi hanya dikuasai kelompok
dalam bentuk pasar monopsoni (Kusnadi, 2003).
Ada 3 (tiga) faktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan nelayan dan
diuraikan sebagai berikut :
1. Teknologi
Teknologi dan kendalanya.
Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan (produksi)
adalah perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin yang kecil (motorisasi),
jaring dan pancing.
Peralatan/ modal nelayan adalah nilai daripada peralatan yang digunakan
seperti :
Harga perahu, apakah mempergunakan mesin atau tidak yang dimiliki
nelayan.
(33)
Bahan makanan yang dibawa melaut dan yang ditinggalkan di rumah.
Ini semua adalah merupakan input bagi nelayan dalam melaut
(menangkap ikan).
Tenaga kerja, banyak atau sedikit tenaga kerja yang digunakan dalam
melaut (menangkap ikan), digaji atau tidak tenaga tersebut atau bagi hasil,
atau keluarga misalnya istri, anak (keluarga) sehingga tidak dibayar
gajinya.
2. Sosial Ekonomi
Umur, seseorang yang telah berumur 15 tahun ke atas baru disebut nelayan, dibawah umur tersebut walaupun ia turut melaut tidak disebut sebagai
nelayan.
Pendidikan, biasanya sebelum menjadi nelayan pada umumnya mereka telah menempuh pendidikan, misalnya : sampai tingkat SMA, SMP, SD atau tidak
menempuh pendidikan sama sekali.
Pengalaman, apabila seseorang yang dianggap nelayan yang telah berumur 15 tahun sampai 30 tahun, diatas 30 tahun telah dianggap sebagai nelayan
yang berpengalaman (pawing). Hal ini juga merupakan kategori atau
klasifikasi untuk menentukan banyaknya jumlah tangkapan ikan dilaut.
Peralatan, apakah nelayan itu mempunyai peralatan sendiri dalam melaut dan menangkap ikan atau tidak, jadi apabila ia tidak memiliki peralatan sendiri
(34)
Anggota organisasi atau tidak anggota, apakah nelayan tersebut menjadi anggota organisasi atau tidak, dalam hal ini KUD (Koperasi Unit Desa), disini
dimaksud KUD adalah KUD nelayan yang tujuannya adalah untuk kelompok
nelayan dan menydiakan peralatan dan keperluan nelayan, sehingga apabila
nelayan itu menjadi anggotanya maka nelayan itu memperoleh kemudahan
dan kemurahan dalam melaksanakan usahanya yaitu nelayan.
Musim, musim sangat berpengaruh kepada keadaan kehidupan nelayan yaitu musim barat dan musim timur. Dalam 1 tahun ada 2 musim yaitu musim
timur dari bulan Maret sampai awal Agustus keadaan pasang tidak terlampau
tinggi, arus tidak terlampau deras, gelombang tidak terlampau besar jadi
sedang-sedang saja. Pada musim inilah nelayan banyak mendapat ikan. Pada
musim barat, biasanya dari akhir Agustus sampai awal Maret, umumnya
gelombang besar, pasang tinggi, arus deras, curah hujan selalu terjadi,
dipuncaknya apa yang disebut pasang Perdani, yaitu pasang paling
besar/tinggi pada satu kali setahun. Keadaan ini pada umummnya nelayan
sangat jarang ke laut karena takut bahaya, jadi produksi sedikit dan biasanya
harga ikan akan tinggi. Disamping kedua musim dalam satu kali setahun tadi
ada lagi pengaruh musim bulanan yaitu pada bulan purnama dan pada bulan
gelap. Pada bulan purnama atau terang arus akan deras dan pasang akan
tinggi. Sebaliknya pada bulan gelap, gelombang akan kecil, arus tidak
(35)
musim barat keadaan ini umumnya nelayan tidak akan turun melaut, kalaupun
turun melaut hanya dipingir-pinggir saja. Oleh sebab itu nelayan yang turun
kelaut dan mempunyai harapan penangkapan banyak yaitu pada keadaan laut
yang normal yaitu pada waktu pasang tidak terlampau besar, arus tidak
terlampau deras, jadi lebih kurang yaitu pada tanggal 7, 8, 9 selanjutnya 10,
11, 12, 13 sudah mulai kurang sampai tanggal 17 dan tanggal 18, 19, 20 dan
tanggal 21 sudah mulai kurang sampai tanggal 22, 23, 24 dan tanggal 25
sampai tanggal 26, 27, 28 dan 29 sudah mulai kurang pasang mati. Jadi pada
tanggal 15 pada bulan purnama tidak akan kelaut, demikian juga pada tanggal
30 bulan gelap, karena pasang mati, sedangkan pada tanggal 8 dan 22 pasang
akan mati pada saat ini nelayan tidak akan melaut. Bulan dihitung tidak
menurut matahari tetapi menurut perputaran bulan.
3. Tata Niaga
Ikan adalah komoditi yang mudah rusak dan busuk, jadi penyampaiannya dari
produsen (nelayan) kepada konsumen harus cepat agar kualitasnya atau kondisinya
tidak rusak atau bsuk kalau ikan itu tidak diolah. Kondisi atau keadaan ikan ini
sangat berpengaruh kepada harga ikan, demikian juga nilai gizinya. Jadi dalam hal
ini dilihat nilai efisiensi dari penggunaan tata niaga perikanan tersebut, dari produsen
ke konsumen berarti semakin baik dan semakin efisien tata niaganya dan kriterianya
(36)
Panjang atau pendek saluran distribusi yang dilalui oleh hasil produksi dalam
hal ini ikan (karena tangkapan) dari nelayan (produsen/ sampai ke konsumen
akhir agar jangan sampai rusak).
Banyak atau sedikit dari jumlah pos-pos yang terdapat pada saluran distribusi
tersebut. Apabila banyak mengakibatkan panjangnya (jauhnya) jarak antara
produsen dan konsumen sedangkan kalau pendek (dekat) jarak antara
produsen dan konsumen akhir yang artinya makin efisien.
Menambah keuntungan atau tidak yaitu setiap pos saluran distribusi tersebut
apakah menambah keuntungan atau tidak bagi nelayan. Dalam hal ini kita
bandingkan dari kemungkinan-kemungkinan yang ada dan meneliti apakah
ada korelasi antara hal-hal di atas, apakah ke tiga hal di atas tadi akan
menambah atau memperbesar pendapatan nelayan. Meningkatnya tangkapan
ikan nelayan berarti meningkatnya kesejahteraan nelayan tersebut. Demikian
juga hal tersebut menunjang program pemerintah yaitu pengentasan
kemiskinan
Saluran distribusi
Hasil tangkapan (produksi) nelayan itu selanjutnya kita lihat cara
pemasarannya, khususnya saluran distribusi dari produsen (nelayan)
kepada pemakai akhir atau konsumen. Saluran distribusi dari hasil laut ini
dapat dibagi sebagai berikut :
(37)
Saluran distribusi untuk pengawetan
Saluran distribusi untuk coldstorage (pedagang besar atau eksportir)
2.3.1 Modal dan Biaya Produksi
Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap
diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprecition cost dan bunga modal.
Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama
denga nilai modal yang bergerak.
Setiap produksi sub sektor perikanan dipengaruhi oleh faktor produksi modal
kerja. Makin tinggi modal kerja per unit usaha yang digunakan maka diharapkan
produksi ikan akan lebih baik, usaha tersebut dinamakan padat modal atau makin
intensif.
Sebagian dari modal yang dimiliki oleh nelayan digunakan sebagai biaya
produksi atau biaya operasi, yaitu penyediaan input produksi (sarana produksi), biaya
operasi dan biaya-biaya lainnya dalam suatu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi
atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya ataupun
pemiliki modal (toke), karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai
modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan (produksi) ikan nelayan
digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya
ditentukan oleh pemilik modal.
Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan
(38)
jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil tangkapan ikan/ produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya
dipengaruhi oleh hasil tangkapan ikan/ produksi yang diperoleh, contohnya biaya
untuk tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya
variabel (VC), maka TC = FC + VC (Rahardja, Manurung, 2006).
2.3.2 Faktor Tenaga Kerja
Berbicara masalah tenaga kerja di Indonesia dan juga sebagian besar
negara-negara berkembang termasuk negara-negara maju pada umumnya merupakan tenaga kerja
yang dicurahkan untuk usaha nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang
dengan semakin meningkatnya kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu
kegiatan usaha nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam
operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang
khusus dibayar setiap sekali turun melaut sesuai dengan produksi yang dihasilkan.
Setiap usaha kegiatan nelayan yang akan dilaksanakan pasti memerlukan
tenaga kerja, banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan harus disesuaikan dengan
kapasitas kapal motor yang dioperasikan sehingga akan mengurangi biaya melaut
(lebih efisien) yang diharapkan pendapatan tenaga kerja akan lebih meningkat, karena
tambahan tenaga tersebut profesional (Masyhuri, 1999). Oleh karena itu dalam
analisa ketenagakerjaan usaha nelayan, penggunaan tenaga kerja dinyatakan oleh
(39)
2.3.3 Faktor Jarak Tempuh Melaut
Setidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh
nelayan. Pertama adalah pola penangkapan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan
seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekatnya daerah
tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut.
Kedua adalah pola penangkapan ikan satu hari. Biasanya nelayan berangkat melaut
sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan
seperti ini biasanya dikelompokkan juga sebagai penangkapan ikan lepas pantai.
Ketiga pola penangkapan ikan tengah hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan
penangkapan ikan dekat pantai. Umumnya mereka berangkat sekitar jam 03.00 dini
hari atau setelah subuh, dan kembali mendarat pagi harinya sekitar jam 09.00. Pada
umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam waktu yang lebih
lama dan lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak
kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu
memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat
pantai (Masyhuri, 1999).
2.3.4 Faktor Pengalaman
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang
membahas bahwa pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan.
(40)
makin berpengalaman dalam menangkap ikan bisa meningkatan pendapatan atau
keuntungan.
2.4 Pengertian Pendapatan
Pendapatan nelayan adalah selisih antara penerimaan (TR) dan semua biaya
(TC). Jadi Pd = TR – TC. Penerimaan nelayan (TR) adalah perkalian antara produksi
yang diperoleh (Y) dengan harga jual (Py). Biaya nelayan biasanya diklasifikasikan
menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya
tetap (FC) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun
produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang
besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh, contohnya biaya untuk
tenaga kerja. Total biaya (TC) adalah jumlah dari biaya tetap (FC) dan biaya variabel
(VC), maka TC = FC + VC (Soekartawi, 2002).
Menurut Sukirno (2006) pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima
oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian,
mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain:
1. Pendapatan pribadi. yaitu: semua jenis pndapatan yang diperoleh tanpa
memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu negara.
2. Pendapatan disposibel, yaitu; pcndapatan pribadi dikurangi pajak yang harus
dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap
(41)
3. Pendapatan nasional, yaitu; nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa
yang diproduksikan oleh suatu negara dalam satu tahun.
Menurut Sobri (1999) pendapatan disposibel adalah suatu jenis penghasilan
yang diperoleh seseorang yang siap untuk dibelanjakan atau dikonsumsikan.
Besarnya pendapatan disposibel yaitu pendapatan yang diterima dikurangi dengan
pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak penghasilan.
Menurut teori Milton Friedman bahwa pendapatan masyarakat dapat
digolongkan menjadi dua, yaitu pendapatan permanen (permanent income) dan
pendapatan sementara (transitory income). Pendapatan permanen dapat diartikan:
1. Pendapatan yang selalu diterima pada periode tertentu dan dapat
diperkirakan sebelumnya, sebagai contoh adalah pendapatan dan upah,
gaji.
2. Pendapatan yang diperoleh dan hasil semua faktor yang menentukan
kekayaan seseorang.
2.5 Penelitian Sebelumnya
Zulfikar (2002), hasil penelitiannya tentang analisis sistem bagi hasil terhadap
pendapatan buruh nelayan di Kabupaten Deli Serdang, bahwa hasil analisis dapat
diketahui untuk uji beda rata-rata nelayan melaut rawai dan melaut pancing diperoleh
hitung 12,20 pada tingkat pengujian signifikan 5% maka tabel = 1.734. Karena
(42)
pendapatan melaut merawai dan pancing. Untuk uji beda rata-rata melaut pancing
dan melaut jaring diperoleh t-hitung 2,12 pada tingkat signifikan 5% maka t-tabel =
1,734. Karena t-hitung > t-tabel maka Ho ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan
yang signifikan antara melaut pancing dan jaring.
Salim (1999), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh,
menyatakan bahwa variabel independent jarak tempuh melaut, modal, pengalaman,
jumlah perahu dan tenaga kerja dapat menerangkan variansi variabel dependent
(pendapatan nelayan) sebesar 98,7%, dan variabel independent yang bisa
diperhitungkan atau berpengaruh terhadap variabel dependent adalah pengalaman dan
jumlah perahu yang masing-masing nyata pada taraf signifikansi 95% dan 99%.
Untuk variabel pengalaman dan jumlah perahu masing-masing hipotesis diterima
sedangkan untuk variabel yang lain ditolak.
Sasmita (2006), dalam penelitian tentang analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyakan bahwa
variabel independent modal kerja, jumlah tenaga kerja, waktu melaut dan pengalaman
yang dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan usaha nelayan)
sebesar 60,7%. Dari variabel independent yang diteliti modal kerja dan melaut
signifikan pada tingkat signifikan 5% sedangkan jumlah tenaga kerja signifikan pada
tingkat signifikansi 10%.
(43)
Medan Labuhan Kota Medan, menyatakan bahwa variabel independen modal
investasi/awal, jam melaut, jumlah tanggungan, pendidikan dan biaya oprasional
dapat menerangkan variansi variabel dependent (pendapatan nelayan tradisional)
sebesar 85,6%. Dari variabel independent yang diteliti modal investasi/awal, jam
melaut, biaya operasional signifikan pada tingkat α = 5% sedangkan jumlah tanggungan signifikan pada tingkat α = 10%.
2.6 Kerangka Pemikiran
Dalam kerangka pemikiran perlu dijelaskan secara teoritis antara variabel
bebas dan variabel terikat. Berdasar pada uraian sebelumnya maka kerangka
pemikiran peneliti dalam penelitian ini adalah pendapatan nelayan (sebagai variabel
terikat) yang dipengaruhi oleh modal kerja, tenaga kerja, waktu melaut, pengalaman
dan jarak tempuh melaut (sebagai variabel bebas).
Variabel terikat (dependen variable) adalah pendapatan nelayan yang
menggunakan sampan dayung (perahu) biasa disebut nelayan tradisonal, perahu
motor dan kapal motor
Variabel bebas (independent variable) adalah modal kerja, tenaga kerja,
lamanya waktu melaut, pengalaman dan jarak tempuh melaut.
Faktor modal kerja masuk kedalam penelitian ini karena secara teoritis modal
kerja mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan
(44)
meningkatkan pendapatan. Modal kerja adalah modal yang digunakan nelayan untuk
melaut, misalnya: bahan bakar minyak, makanan, rokok, upah tenaga kerja, peralatan
menangkap ikan (umpan).
Faktor tenaga kerja masuk dalam penelitian ini karena secara teoritis tenaga
kerja akan mempengaruhi pendapatan usaha. Tenaga kerja yang dimaksud disini
adalah banyaknya orang yang pergi melaut dalam 1 perahu atau kapal.
Pada umumnya penangkapan ikan lepas pantai yang dilakukan dalam jarak
yang lebih jauh dari daerah sasaran tangkapan ikan mempunyai lebih banyak
kemungkinan memperoleh hasil tangkapan (produksi) yang lebih banyak dan tentu
memberikan pendapatan lebih besar dibandingkan dengan penangkapan ikan dekat
pantai.
Faktor pengalaman, faktor ini secara teoritis dalam buku, tidak ada yang
membahas pengalaman merupakan fungsi dari pendapatan atau keuntungan. Namun,
dalam prakteknya, nelayan yang semakin berpengalaman dalam melaut bisa
meningkatan pendapatannya. Dengan demikian kerangka pemikiran hubungan antara
modal kerja, tenaga kerja, lamanya waktu melaut, pengalaman dan jarak tempuh
(45)
Jarak Tempuh Melaut Tenaga Kerja
Pendapatan Nelayan
Pengalaman Modal Kerja
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran
2.7 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka pemikiran diatas , maka dapat
dibuat hipotesis sebagai berikut :
a) Terdapat pengaruh positif antara modal kerja terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat, ceteris paribus.
b) Terdapat pengaruh positif antara tenaga kerja terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat, ceteris paribus.
c) Terdapat pengaruh positif antara pengalaman terhadap pendapatan nelayan di
Kabupaten Langkat, ceteris paribus.
d) Terdapat pengaruh positif antara jarak tempuh melaut terhadap pendapatan
(46)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup faktor-faktor yang mempengaruhi
pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat, khususnya pengaruh modal kerja, jumlah
tenaga kerja, lamanya waktu melaut, pengalaman dan jarak tempuh melaut.
Untuk nelayan yang akan menjadi obyek penelitian ini adalah nelayan yang
menggunakan sampan dayung atau biasa disebut nelayan tradisional, nelayan yang
menggunakan perahu motor atau kapal motor.
3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilaksanakan di Kabupaten Langkat yang menyebar di 8
(delapan) Kecamatan yaitu : Kecamatan Secanggang, Tanjung Pura, Gebang,
Babalan, Sei Lepan, Pangkalan Brandan Pangkalan Susu dan Besitang.
3.3 Jenis dan Sumber Data
Data primer berupa data langsung yang dikumpulkan melalui wawancara
dengan responden dan menggunakan alat yaitu daftar pertanyaan (kuesioner) dan
observasi yaitu mengamati secara langsung hal-hal yang berhubungan dengan
(47)
dalam menangkap ikan, kehidupan sosial masyarakat nelayan dan juga perilaku
nelayan itu sendiri.
Data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Langkat, BPS Kabupaten Langkat dan dinas-dinas terkait lainnya.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah nelayan yang menyebar di 9 (sembilan)
Kecamatan wilayah pesisir Kabupaten Langkat. Adapun perincian jumlah nelayan di
Kabupaten Langkat adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1. Jumlah Nelayan di Kabupaten Langkat Tahun 2007
No. Kecamatan Jumlah Nelayan (Jiwa)
1. Secanggang 2.630
2. Tanjung Pura 4.125
3. Gebang 1.470
4. Babalan 453
5. Sei Lepan 1.542
6. Brandan Barat 1.752
7. Pangkalan Susu 3.500
8. Besitang 900
9. Pematang Jaya 1.275
Total 17.647
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Langkat, 2007
Sampel dipilih pada 8 (delapan) kecamatan wilayah pesisir secara proporsi .
(48)
Tanjung pura, Gebang, Babalan, Sei Lepan, Brandan Barat, Pangkalan Susu dan
Besitang. Untuk Kecamatan Pematang Jaya tidak diambil karena sebelumnya
merupakan daerah Kecamatan Pangkalan Susu dan sebagian Kecamatan Besitang.
Alasan pemilihan sampel di 8 (delapan) kecamatan tersebut berdasarkan pada :
Di 8 kecamatan tersebut merupakan daerah yang dekat dengan selat malaka
Nelayan berdomisili lebih banyak di 8 kecamatan tersebut.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
sampel acak sederhana (simple random sampling) sehingga diperoleh sampel yang
dapat mewakili (representatif). Dengan perhitungan sampel sebagai berikut :
n ≥ N Nd2 +1
Dengan jumlah populasi sebesar 17.647 nelayan dan standard error sebesar 0,10
(10%) maka jumlah sampel minimal adalah :
n ≥ 17.647
17.647 (0,10)2 + 1
≥ 99,4 ≈ 100
Dengan demikian jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 100
(49)
Tabel 3.2. Jumlah Sampel Nelayan di Kabupaten Langkat tahun 2007
No. Kecamatan Jumlah Nelayan (Jiwa)
Jumlah Sampel (Jiwa)
1. Secanggang 2.630 16
2. Tanjung Pura 4.125 25
3. Gebang 1.470 9
4. Babalan 453 3
5. Sei Lepan 1.542 9
6. Brandan Barat 1.752 11
7. Pangkalan Susu 3500 21
8. Besitang 900 6
Jumlah 100
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Kab. Langkat, 2007
3.5 Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah instrumen kuesioner yang dipakai cukup layak
digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan
ukurannya, maka dilakukan uji validitas. Ghozali (2005) menyatakan bahwa
pengukuran validitas internal menggunakan uji validitas setiap butir pertanyaan
(content validity) dengan cara melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan
total konstruk atau variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi masing-masing skor
pertanyaan dengan total skor pertanyaan. Apabila nilai validitas yang terdapat pada
Corrected Item-Total Correlation dari suatu variabel lebih besar dari 0,30. Dengan
(50)
3.6 Model Analisis
Dalam penelitian ini akan menjelaskan pengaruh antara modal kerja, tenaga
kerja, lamanya waktu melaut, pengalaman dan jarak tempuh melaut terhadap
pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yang dirumuskan dalam fungsi :
INC = f (MODAL, LAB, EXPE, DST) (3.1) Dimana :
INC = Pendapatan nelayan
MODAL = Modal kerja
LAB = Banyaknya orang yang melaut dalam 1 sampan
dayung atau perahu motor atau kapal motor
EXPE = Pengalaman
DST = Jarak tempuh melaut
Dalam analisis ini pendekatan yang dilakukan adalah analisis fungsi produksi,
dimana fungsi produksi menggambarkan hubungan antara input dan output. Bentuk
fungsi produksi yang digunakan adalah :
INC = A MODALβ1 LABβ2 EXPEβ3 DSTβ4 (3.2)
Selanjutnya fungsi tersebut ditranformasikan ke dalam bentuk
ekonometrikannya sebagai berikut :
Log INC = β0 + β1log MODAL + β2 log LAB + β3 log EXPE
(51)
dimana :
INC = Pendapatan nelayan (Rp.) per bulan
MODAL = Modal kerja (Rp.) per bulan
LAB = Banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 sampan dayung
atau perahu motor atau kapal motor (jiwa)
EXPE = Pengalaman (tahun)
DST = Jarak tempuh melaut (km)
β0 = Intercept
βi = Koefisien regresi, i = 1, 2, 3 dan 4
μ = Error term (kesalahan penganggu)
3.7 Metode Analisis
Metode Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuadrat
terkecil biasa atau Ordinary Least Square (OLS) dan dengan alat (software) Eviews
versi 4.1. Pengujian statistik dilakukan dengan menggunakan uji F, uji t, dan uji R2.
Uji F digunakan untuk mengetahui signifikansi secara serentak (simultan) dari model
yang diteliti dan uji t digunakan untuk mengetahui signifikansi dari masing-masing
variabel yang diteliti atau secara parsial, sedangkan uji R2 untuk mengetahui seberapa
(52)
3.8 Definisi Operasional Variabel Penelitian
a) Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya menangkap ikan di laut
dengan menggunakan sampan dayung atau biasa nelayan tradisional, perahu
motor dan kapal motor.
b) Pendapatan nelayan adalah pendapatan bersih yang dibawa pulang oleh
nelayan yang diperoleh dari hasil penjualan tangkapan/produksi ikan setelah
dikurangi modal kerja selama sebulan (satuan Rp.)
c) Modal kerja adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh nelayan dalam
memperoleh hasilnya. Biaya-biaya itu terdiri dari : makan, rokok, minyak
solar, minyak bensin, upah tenaga kerja, peralatan menangkap ikan (umpan)
selama sebulan (satuan Rp.).
d) Tenaga kerja adalah banyaknya orang yang ikut melaut dalam 1 perahu atau
kapal motor (satuan jiwa).
e) Pengalaman adalah orang yang sudah menjalani profesi hidupnya sebagai
nelayan dalam jangka waktu tertentu (satuan tahun).
f) Jarak tempuh melaut adalah rata-rata jarak yang ditempuh oleh nelayan dalam
(53)
Uji kesesuaian (test of goodness of fit) dilakukan berdasarkan perhitungan
nilai koefisien determinasi (R2) yang kemudian dilanjutkan dengan uji F
(F-test) dan uji t (t-(F-test).
a. Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
variabel bebas (modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh
melaut) dapat menjelaskan variabel terikat (keuntungan nelayan).
b. Uji serempak (F-test) digunakan untuk menguji signifikansi dari model
penelitian.
c. Uji parsial (t-test) digunakan untuk menguji signifikansi dari
masing-masing (parsial) variabel bebas terhadap variabel terikat.
3.10 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
Dalam suatu model regresi berganda ada beberapa permasalahan yang bisa
terjadi yang secara statistik dapat mengganggu model yang ditentukan, bahkan dapat
menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang dibentuk. Untuk itu perlu
dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik.
3.10.1 Multikolinieritas
Multikolinieritas timbul karena satu atau lebih variabel bebas (penjelas)
merupakan kombinasi linier yang pasti (sempurna) atau mendekati pasti dari variabel
penjelas lainnya. Jika terdapat multikolinieritas sempurna, koefisien regresi dari
(54)
terhingga. Jika multikonilinieritas kurang sempurna, koefisien regresi dapat
ditentukan, namun variansnya sangat besar, sehingga tidak dapat menaksir koefisien
secara akurat. Dalam model regresi linier, diasumsikan tidak terdapat
multikolinieritas di antara variabel-variabel penjelas, untuk itu perlu dideteksi dengan
mengamati besaran-besaran regresi yang didapat, yaitu :
1. Interval tingkat kepercayaan lebar (karena varians besar maka standar
error besar, sehingga interval kepercayaan lebar);
2. Koefisien determinasi tinggi dan signifikasi nitai t statistik rendah;
3. Koefisien korelasi antar variable bebas tinggi;
4. Nilai koefisien korelasi parsial tinggi.
Untuk melihat ada tidaknya multikolinieritas dalam suatu model pengamatan,
dapat dilakukan dengan regresi antar variabel bebas, sehingga dapat diperoleh nilai
koefisien determinan (R2) masing-masing. Selanjutnya R2 hasil regresi antar variabel
bebas tersebut dibandingkan dengan R2 hasil regresi model, sehingga diperoleh
kesimpulan sebagai berikut:
Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas > R2 model penelitian, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada multikolinieritas dalam model
empiris yang digunakan ditolak.
Jika nilai R2 hasil regresi antar variabel bebas < R2 model penelitian, maka
hipotesis yang menyatakan bahwa tidak ada masalah multikolinieritas model
(55)
3.10.2 Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi dari model regresi linier klasik adalah varian dari setiap
kesalahan pengganggu μi untuk variabel-variabel bebas yang diketahui merupakan
suatu bilangan konstan dengan symbol σ2. Kondisi seperti ini disebut dengan homoskedastisitas, dengan persamaan sebagai berikut :
E (μi2) = σ2 , dimana i = 1,2,...,n (3.4)
Sedangkan bila varian tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
heteroskendastisitas.
Dalam prakteknya, heteroskendastisitas banyak ditemui pada data
cross-section, karena pengamatan dilakukan pada individu yang berbeda pada saat yang
lama, akan tetapi bukan berarti heteroskendastisitas tidak mungkin terjadi dalam data
time series.
Untuk melihat atau mendeteksi adanya heteroskendastisitas dapat dilakukan
dengan menggunakan Park Test (Uji dari Park RE). Park memformalkan metode
grafik, dengan menganjurkan bahwa σ2, merupakan fungsi dari variabel bebas Xi.
Fungsi yang dianjurkan adalah sebagai berikut :
σi2 = σ2 Xi β evi (3.5)
atau bila ditulis dalam bentuk logaritma natural adalah sebagai berikut:
ln σi2 = ln σ2 + β ln Xi + vi (3.6)
Karena σi2 pada umumnya tidak diketahui, maka Park menyarankan σi2 digantikan dengan μi (residual), sehingga diperoleh :
(56)
ln μi2 = In μ2 + β ln Xi + vi
= α + β ln Xi + vi (3.7)
Sebagai pedoman, apabila koefisien β dari persamaan (3.7) signifikan secara statistik, ini menunjukkan bahwa dalam data dari model empiris yang sedang
diestimasi terdapat heteroskedastisitas, dan sebaliknya, bila koefisien parameter β dari persamaan (3.7) tidak signifikan secara statistik, maka asumsi homoskedastisitas
atau tidak adanya heteroskedastisitas dalam data dari model empiris yang sedang
diestimasi tidak dapat ditolak.
Untuk dapat menerapkan uji Park, maka ada beberapa langkah yang harus
dilakukan, yaitu :
1. Melakukan regresi dengan menggunakan model yang sedang diamati,
kemudian didapatkan nilai estimasi residual, μi2 . 2. Lakukan regresi dengan menggunakan persamaan (3.7)
3.10.3 Normalitas
Untuk mengetahui apakah normal dan tidaknya faktor pengganggu, μt dengan
J-B test. Adapun kriteria untuk mengetahui normal atau tidaknya dari faktor
pengganggu adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai JB hitung (= χ2hitung) > nilai χ2tabel , maka hipotesis yang
menyatakan bahwa residual, μt adalah berdistribusi normal ditolak.
(57)
menyatakan bahwa residual, μt adalah berdistribusi normal tidak dapat
ditolak.
3.10.4 Linieritas
Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah spesifikasi model yang
digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan sebaiknya
berbentuk linier atau tidak. Apakah suatu variabel baru relevan atau tidak
dimasukkan dalam model. Untuk uji linieritas dalam penelitian ini digunakan uji
Ramsey (Ramsey RESET Test), yaitu dengan membandingkan Fhitung dan Ftabel.
Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:
a. Bila nilai Fhitung > nilai Ftabel , maka hipotesis yang menyatakan bahwa
spesifikasi model digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar ditolak
b. Bila nilai Fhitung < nilai Ftabel , maka hipotesis yang menyatakan bahwa
spesifikasi model digunakan dalam bentuk fungsi linier adalah benar tidak
(58)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Wilayah Kabupaten Langkat 4.1.1 Wilayah dan Iklim
Kabupaten Langkat merupakan salah satu daerah yang berada di Sumatera
Utara. Secara geografis Kabupaten Langkat berada pada 3o 14” – 4o 13” Lintang
Utara, 97o52” – 98o45” Bujur Timur dan 4 – 105 m dari permukaan laut. Kabupaten
Langkat menempati area seluas ± 6.263,29 Km2 yang terdiri dari 20 Kecamatan dan
226 Desa serta 34 Kelurahan dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Tamiang dan Selat Malaka
Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang
Sebelah Selatan : Kabupaten Karo
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Tenggara/ Tanah Alas
Berdasarkan luas daerah menurut kecamatan di Kabupaten Langkat, luas
daerah terbesar adalah Kecamatan Bahorok dengan luas 955,10 km2 atau 12,25
persen diikuti Kecamatan Batang Serangan dengan luas 934,90 km2 atau 14,93%.
Sedangkan luas daerah terkecil adalah Kecamatan Binjai dengan luas 49,55 km2 atau
0,79 persen dari total luas wilayah Kabupaten Langkat. (BPS, Kabupaten Langkat
(59)
Seperti umumnya daerah-daerah lainnya yang berada di kawasan Sumatera
Utara, Kabupaten Langkat termasuk daerah yang beriklim tropis. Sehingga daerah ini
memiliki 2 musim yaitu musim kemarau dan musim hujan. Musim kemarau dan
musim hujan biasanya ditandai dengan sedikit banyaknya hari hujan dan volume
curah hujan. (Dinas Pertanian Kabupaten Langkat yang berada di 14 daerah
pengamatan).
Gambar 4.1. Lokasi Kabupaten Langkat
4.1.2 Kependudukan dan Jumlah Nelayan
Berdasarkan data BPS tahun 2007, Penduduk Kabupaten Langkat berjumlah
1.027.414 jiwa terdiri dari laki-laki 513.651 jiwa dan perempuan 513.763 jiwa.
(60)
ke tahun sampai dengan tahun 2005 diperkirakan sebesar 2,46 persen dan rata-rata
hunian setiap rumah tangga ± 5 jiwa.
Pada tahun 2005 komposisi penduduk dapat diuraikan sebagai berikut :
jumlah anak balita 0-4 tahun sebesar 109.744 jiwa, usia 5-14 tahun sebesar 228.263
jiwa, usia 15-64 tahun 653.256 jiwa dan jumlah lanjut usia 65 tahun keatas sebesar
36.151 jiwa.
Perkembangan dan kepadatan penduduk Kabupaten Langkat selama 4 tahun
(2004-2007) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Perkembangan Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2004 – 2007
No. Tahun Jumlah Penduduk (Jiwa)
Pertumbuhan (%)
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)
1. 2004 955.348 - 153
2. 2005 970.433 1,58 155
3. 2006 1.013.849 4,47 162
4. 2007 1.027.414 1,34 164
(61)
Tabel 4.2. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Langkat Tahun 2007
No. Kecamatan Luas
(Km2)
Penduduk (Jiwa)
Kepadatan (Jiwa/km2)
1. Bahorok 955,10 45.547 47,69
2. Salapian 469,90 51.114 108,78
3. Sei. Bingei 338,45 47.130 139,25
4. Kuala 194,76 44.079 226,32
5. Selesai 152,08 67.227 442,05
6. Binjai 49,55 40.430 815,94
7. Stabat 90,64 82.018 904,88
8. Wampu 193,75 40.658 209,85
9. Batang Serangan 934,90 38.279 40,94 10. Sawit Seberang 435,07 28.395 65,27 11. Padang Tualang 274,91 52.162 189,74
12. Hinai 114,28 46.394 405,97
13. Secanggang 248,73 67.571 271,66
14. Tanjung Pura 165,78 69.990 422,19
15. Gebang 162,99 47.295 290,17
16. Babalan 101,80 62.905 617,93
17. Sei Lepan 306,81 53.006 172,76
18. Brandan Barat 92,00 23.515 255,60
19. Besitang 710,48 64.345 90,57
20. Pangkalan Susu 271,31 55.354 204,02 Total 6.263,29 1.027.414
Sumber: BPS Kabupaten langkat, 2008
Tabel 4.3. Perkembangan Jumlah Nelayan Kabupaten Langkat
No. Tahun Jumlah Nelayan (Jiwa)
Pertumbuhan (%)
1. 2004 15.647
-2. 2005 15.751 0,66
3. 2006 15.803 0,33
4. 2007 15.803 0,00
(62)
4.1.3 Ketenagakerjaan
Jumlah pencari kerja yang terdaftar di Kabupaten Langkat pada tahun 2007
sebanyak 2.772 orang, yang terdiri dari 1220 tenaga kerja laki-laki dan 1552
perempuan. Pencari kerja yang terdaftar tersebut paling banyak mempunyai tingkat
pendidikan tamat SLTA umum/kejuruan/lainnya yaitu 1663 orang atau 59,99 persen,
sedangkan Sarjana lengkap 498 orang atau 17,96 persen, SLTP umum/sederajat 140
orang atau 5,05 persen dan sisanya tamat DII/DIII 409 orang atau 14,75 persen, dan
tamat SD 62 orang atau 2,24 persen.
4.1.4 Perikanan
Produksi perikanan di Kabupaten Langkat pada tahun 2007 tercatat 26.167,2
ton yang berasal dari 20.763,9 ton perikanan tangkap dan 5403,3 ton perikanan budi
daya. Perahu yang digunakan untuk menangkap ikan ada 231 perahu tanpa motor dan
3.693 perahu dengan motor (kapal motor). Perahu tanpa motor terdiri dari 231 perahu
kecil. Kemudian perahu motor dibagi lagi menurut kekuatan mesin yaitu dibawah 5
GT sebanyak 3156 perahu, 5 – 9 GT sebanyak 527 perahu, 10 – 19 GT sebanyak 8
perahu, 20 – 30 GT sebanyak 2 perahu, Sedangkan alat penangkap ikan yang
(63)
Tabel 4.4. Produksi Ikan Menurut Jenis Penangkapan di Kabupaten Langkat Tahun 2008
No. Komoditi Satuan Produksi
A. Perikanan Tangkap
1. Penangkapan ikan laut
a. Ikan Laut Ton 16.428,1
b. Hasil laut lainnya Ton 4.211,9 2. Penangkapan Ikan Perairan Umum
a. Ikan Darat (Sungai/Rawa) Ton 123,9 B. Perikanan Budidaya
1. Budidaya laut (Keramba Jaring Apung) Ton 507,1 2. Budidaya air payau (Tambak/keramba) Ton 4.628,4 3. Budidaya air tawar (Kolam) Ton 260,3 4. Budidaya Perairan Umum (Keramba) Ton 7,5 Total Produksi Ikan Ton 26.167,2 Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Langkat, 2008
4.2 Uji Validitas
Untuk mengetahui apakah instrument kuesioner yang dipakai cukup layak
digunakan sehingga mampu menghasilkan data yang akurat sesuai dengan tujuan
ukurannya, maka dilakukan uji validitas. Ghozali (2005) menyatakan bahwa
pengukuran validitas internal menggunakan uji validitas setiap butir pertanyaan
(content validity) dengan cara melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan
total konstruk atau variabel. Dalam hal ini melakukan korelasi masing-masing skor
pertanyaan dengan total skor pertanyaan. Untuk perincian dari uji validitas
(64)
a. Variabel Sosial
Tabel 4.5. Uji Validitas Variabel Sosial
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
II.1 13.5000 2.0303 .5712 .6091 II.2 14.1700 2.3647 .3363 .4129 II.3 14.0300 2.3526 .3872 .4061 II.4 12.8500 2.5328 .3101 .3844 II.5 13.5400 2.2913 .3889 .4047 II.6 13.2700 1.7546 .5300 .5815 II.7 13.0200 2.2420 .3847 .4119
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
Berdasarkan hasil uji validitas diatas, maka nilai validitas yang terdapat pada
kolom Corrected Item-Total Correlation dari variabel sosial lebih besar dari 0,30.
(65)
b. Variabel Kegiatan Usaha
Tabel 4.6. Uji Validitas Variabel Kegiatan Usaha
Scale Scale Corrected
Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted
III.2 806200.2371 1913151799312 .5370 .7246 III.5 639623.4330 1347258167798 .6650 .5023 III.6 258058.4845 147209441471.6 .8402 .6869 III.7 714774.1546 1621145602873 .8380 .6069 III.9 806192.0000 1913137886371 .4132 .4246 III.10 806184.9897 1913106928410 .7898 .6246 III.11 806199.2474 1913148918131 .5668 .5246 III.13 806183.4742 1913158472983 .4285 .4246 III.14 806198.2474 1913152430589 .4278 .4246
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3 Karakteristik Nelayan Pada Obyek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah nelayan yang memiliki
sampan dayung, perahu motor sampai kapal motor yang tersebar di 8 kecamatan di
Kabupaten Langkat. Karakteristik responden yang di bahas dalam penelitian ini
meliputi karakter sosial ekonomi masyarakat nelayan di 8 kecamatan di kabupaten
(66)
4.3.1 Usia Nelayan
Bagian pertama wawancara digunakan untuk mengumpulkan data sosial
ekonomi nelayan di Kabupaten Langkat adalah usia/umur. Berdasar tabel 4.7 ada
sebanyak 5,0% nelayan yang berusia dibawah 24 tahun dan 3,0% berusia diatas 60
tahun. Rendahnya nelayan yang berusia tua menunjukkan semakin besarnya usia
produktif yang bekerja sebagai nelayan. Usia produktif antara 25 – 59 tahun sebesar
92,0%.
Tabel 4.7. Kondisi Usia Nelayan di Kabupaten Langkat Usia Nelayan
(Tahun)
Jumlah Persen (%)
15 – 24 5 5,0
25 – 34 23 23,0
35 – 44 41 41,0
45 – 59 28 28,0
Lebih dari 59 tahun 3 3,0
Total 100 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3.2 Tingkat Pendidikan
Untuk tingkat pendidikan berdasar 4.8 menunjukkan hasil bahwa sebanyak
84,0% nelayan berpendidikan sampai dengan tamat SD (tidak pernah sekolah atau
tidak tamat sekolah atau tamat SD). Sedangkan yang berpendidikan tamat SMA
(67)
Tabel 4.8. Kondisi Tingkat Pendidikan Nelayan di Kabupaten Langkat Tingkat Pendidikan Jumlah Persen
(%)
Tidak pernah sekolah 1 1,0
Tidak tamat SD 17 17,0
Tamat SD 66 66,0
Tamat SMP 12 12,0
Tamat SMA 4 4,0
Total 100 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3.3 Jumlah Anggota Keluarga
Untuk jumlah anggota keluarga berdasar tabel 4.9 menunjukkan hasil bahwa
jumlah anggota keluarga sampai dengan 2 jiwa sebanyak 31,0%. Sedangkan jumlah
anggota 3, 4 dan 5 jiwa sebanyak 50,0%. Rata-rata jumlah anggota dalam 1 (satu)
rumah tangga ± 4 anggota rumah tangga untuk nelayan di Kabupaten Langkat. Tabel 4.9. Kondisi Jumlah Anggota Keluarga Nelayan di Kabupaten Langkat
Jumlah Anggota keluarga (Jiwa)
Jumlah Persen (%)
1 11 11,0
2 20 20,0
3, 4, 5 50 50,0
6,7,8 16 16,0
Lebih dari 9 3 3,0
Total 100 100,0
(68)
4.3.4 Lantai Rumah
Untuk lantai rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel
4.10 menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggalnya lantainya berasal dari
papan sebanyak 65,0% kemudian diikuti dari semen sebesar 29,0% dan yang dari
tanah sebesar 6,0%.
Tabel 4.10. Kondisi Lantai Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat
Lantai Rumah Jumlah Persen
(%)
Tanah 6 6,0
Papan 65 65,0
Semen 29 29,0
Total 100 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3.5 Dinding Rumah
Untuk dinding rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel
4.11 menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggalnya dinding rumahnya
berasal dari papan sebanyak 77,0% kemudian diikuti dari tepas sebesar 13,0%.
Sedangkan yang permanen hanya 3,0%.
Tabel 4.11. Kondisi Dinding Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat
Dinding Rumah Jumlah Persen
(%)
Papan 77 77,0
½ Permanen 5 5,0
Permanen 3 3,0
Tepas 13 13,0
Total 100 100,0
(69)
4.3.6 Atap Rumah
Untuk atap rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat berdasar tabel 4.12
menunjukkan bahwa sebagian besar tempat tinggalnya atap rumah berasal dari seng
sebanyak 70,0% kemudian diikuti dari atap rumbia sebesar 30,0%.
Tabel 4.12. Kondisi Atap Rumah Nelayan di Kabupaten Langkat
Atap Rumah Jumlah Persen
(%)
Atap Rumbia 30 30,0
Seng 70 70,0
Total 100 100,0
Sumber : Data Primer, diolah, 2008
4.3.7 Alat Penerangan
Untuk alat penerangan rumah di kawasan nelayan Kabupaten Langkat
berdasar tabel 4.13 menunjukkan bahwa mayoritas alat penerangan yang digunakan
penduduk di kawasan nelayan Kabupaten Langkat menggunakan listrik yaitu sebesar
94,0% kemudian diikuti dengan teplok sebesar 6,0%.
Tabel 4.13. Kondisi Alat Penerangan Nelayan di Kabupaten Langkat Alat Penerangan Jumlah Persen
(%)
Teplok 6 6,0
Petromak 0 0,0
Listrik 94 94,0
Total 100 100,0
(1)
Lampiran 13. Tabel Distribusi Frekuensi
Umur Nelayan
Frequency Percent Valid Percent
Valid 20 1 1.0 1.0
21 1 1.0 1.0
22 2 2.0 2.0
24 1 1.0 1.0
25 1 1.0 1.0
27 1 1.0 1.0
28 5 5.0 5.0
29 4 4.0 4.0
30 5 5.0 5.0
31 1 1.0 1.0
32 1 1.0 1.0
33 1 1.0 1.0
34 4 4.0 4.0
35 5 5.0 5.0
36 2 2.0 2.0
37 6 6.0 6.0
38 5 5.0 5.0
39 1 1.0 1.0
40 9 9.0 9.0
41 2 2.0 2.0
42 6 6.0 6.0
43 1 1.0 1.0
44 4 4.0 4.0
45 4 4.0 4.0
46 2 2.0 2.0
47 1 1.0 1.0
48 4 4.0 4.0
49 1 1.0 1.0
50 2 2.0 2.0
51 3 3.0 3.0
52 3 3.0 3.0
53 1 1.0 1.0
55 2 2.0 2.0
56 2 2.0 2.0
57 1 1.0 1.0
58 1 1.0 1.0
(2)
Lampiran 13. Tabel Distribusi Frekuensi
60 2 2.0 2.0
65 1 1.0 1.0
Total 100 100.0 100.0
Pendidikan Nelayan
Frequency Percent
Valid Percent
Valid Tidak pernah sekolah 1 1.0 1.0
Tidak tamat sekolah SD 17 17.0 17.0
SD 66 66.0 66.0
SMP 12 12.0 12.0
SMA 4 4.0 4.0
Total 100 100.0 100.0
Jumlah anggota keluarga
Frequency Percent Valid Percent
Valid 1 11 11.0 11.0
2 20 20.0 20.0
3 24 24.0 24.0
4 19 19.0 19.0
5 7 7.0 7.0
6 4 4.0 4.0
7 6 6.0 6.0
8 6 6.0 6.0
9 1 1.0 1.0
10 1 1.0 1.0
11 1 1.0 1.0
(3)
Lampiran 13. Lanjutan Tabel Distribusi Frekuensi
Lantai rumah
Frequency Percent Valid Percent
Valid Tanah 6 6.0 6.0
Papan 65 65.0 65.0
Semen 29 29.0 29.0
Total 100 100.0 100.0
Dinding rumah
Frequency Percent Valid Percent
Valid Papan 77 77.0 77.0
1/2 permanen 5 5.0 5.0
Permanen 3 3.0 3.0
Tepas 15 15.0 15.0
Total 100 100.0 100.0
Atap rumah
Frequency Percent Valid Percent
Valid Atap rumbia 30 30.0 30.0
Seng 70 70.0 70.0
Total 100 100.0 100.0
Alat penerangan
Frequency Percent Valid Percent
Valid Teplok 6 6.0 6.0
Listrik 94 94.0 94.0
(4)
Lampiran 13. Lanjutan Tabel Distribusi Frekuensi
Sumber air minumFrequency Percent Valid Percent
Valid Air sungai 7 7.0 7.0
Air sumur 67 67.0 67.0
Air ledeng/PDAM 26 26.0 26.0
Total 100 100.0 100.0
Tempat membuang kotoran/tinja
Frequency Percent Valid Percent
Valid Sungai 25 25.0 25.0
Tempat toilet umum 4 4.0 4.0
WC/ Jamban milik sendiri 71 71.0 71.0
Total 100 100.0 100.0
Status milik rumah
Frequency Percent Valid Percent
Valid Sewa 6 6.0 6.0
Milik keluarga 15 15.0 15.0
Milik sendiri 78 78.0 78.0
numpang di kantor TPI 1 1.0 1.0
Total 100 100.0 100.0
Kepemilikan perahu/kapal motor
Frequency Percent
Valid Percent
Valid Milik sendiri 53 53.0 53.0
Sewa 41 41.0 41.0
Kredit 6 6.0 6.0
(5)
Lampiran 14. Hasil Uji Validitas
****** Method 1 will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Mean Std Dev Cases 1. II.1 2.2300 .5478 100.0 2. II.2 1.5600 1.1039 100.0 3. II.3 1.7000 .4606 100.0 4. II.4 2.8800 .4774 100.0 5. II.5 2.1900 .5449 100.0 6. II.6 2.4600 .8695 100.0 7. II.7 2.7100 .5911 100.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev VariablesSCALE 15.7300 2.4415 1.5625 7
Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted II.1 13.5000 2.0303 .5712 .6091
II.2 14.1700 2.3647 .3363 .4129
II.3 14.0300 2.3526 .3872 .4061
II.4 12.8500 2.5328 .3101 .3844
II.5 13.5400 2.2913 .3889 .4047
II.6 13.2700 1.7546 .5300 .5815
II.7 13.0200 2.2420 .3847 .4119
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 N of Items = 7 Alpha = .6393
(6)
****** Method 1 will be used for this analysis ******
R E L I A B I L I T Y A N A L Y S I S - S C A L E (A L P H A)
Mean Std Dev Cases 1. III.2 1.5464 .6127 100.0 2. III.5 166578.3505 305943.5556 100.0 3. III.6 548143.2990 1045062.6299 100.0 4. III.7 91427.6289 129035.3907 100.0 5. III.9 9.7835 12.1157 100.0 6. III.10 16.7938 20.5076 100.0 7. III.11 2.5361 1.7973 100.0 8. III.13 18.3093 5.6832 100.0 9. III.14 3.5361 1.9635 100.0 N of Statistics for Mean Variance Std Dev VariablesSCALE 806201.784 1.913E+12 1383167.28 9
Item-total Statistics Scale Scale Corrected Mean Variance Item- Alpha if Item if Item Total if Item Deleted Deleted Correlation Deleted III.2 806200.2371 1913151799312 .5370 .7246
III.5 639623.4330 1347258167798 .6650 .5023
III.6 258058.4845 147209441471.6 .8402 .6869
III.7 714774.1546 1621145602873 .8380 .6069
III.9 806192.0000 1913137886371 .4132 .4246
III.10 806184.9897 1913106928410 .7898 .6246
III.11 806199.2474 1913148918131 .5668 .5246
III.13 806183.4742 1913158472983 .4285 .4246
III.14 806198.2474 1913152430589 .4278 .4246
Reliability Coefficients N of Cases = 100.0 N of Items = 9 Alpha = .7179