Asas Limited Liability

1. Asas Limited Liability

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 40 ayat (2) dinyatakan bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham- saham. Di dalam suatu perseroan terbatas, pemegang saham Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) Pasal 40 ayat (2) dinyatakan bahwa pemegang saham tidak bertanggung jawab lebih dari pada jumlah penuh dari saham- saham. Di dalam suatu perseroan terbatas, pemegang saham

tanggung gugat terbatas. 72 Tanggung gugat ini secara jelas dapat dibaca dari ketentuan Pasal 3 ayat (1) UU PT yang menyatakan:

Pemegang saham Perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama Perseroan dan tidak bertanggung jawab atas kerugian Perseroan melebihi saham yang dimiliki.

Digunakannya pendekatan perseroan tunggal menyebabkan induk perusahaan memperoleh limited liability. Dari ketentuan tersebut dapat dikatakan bahwa induk perusahaan sebagai pemegang saham dari anak perusahaan tidak bertanggung jawab melebihi jumlah saham yang dimilikinya atas kerugian yang dialami anak perusahaan atau atas tidak mampunya anak perusahaan memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga (kreditor). Namun demikian limited liability adalah asas yang dalam keadaan dan kondisi tertentu dapat disimpangi. Karena dalam penerapannya sering ditemukan penyalahgunaan terhadap asas limited liability khususnya oleh induk perusahaan.

Para ahli mengajukan kritik terkait penerapan prinsip hukum limited liability pada relasi antara induk dan anak perusahaan. Prinsip hukum limited liability dipandang sebagai insentif pengambilan resiko yang mengizinkan suatu korporasi

72 Tri Budiyono, Hukum Perusahaan Telaah Yuridis terhadap Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas , Griya Media, Salatiga, 2011, h. 104.

untuk menghindari biaya penuh dari kegiatan usahanya. Penerapan limited liability dari pemegang saham dalam kasus perbuatan melawan hukum menjadi prinsip hukum yang berlaku untuk perseroan atau korporasi. Berlakunya limited liability menciptakan insentif bagi perbuatan hukum beresiko tinggi yang memungkinkan perseroan untuk menghindarkan biaya yang timbul dari tindakan

mereka 73 . Prinsip hukum limited liability dianggap dapat menciptakan

moral hazard bagi induk perusahaan untuk mengeksternalisasikan kegiatan usaha yang beresiko kepada anak perusahaan. 74 Apabila

resiko yang dimaksud terjadi, anak perusahaan dibebani tanggung jawab hukum atas kerugian dari kegiatan usaha tersebut, sementara itu, induk perusahaan sebagai pemegang saham anak perusahaan

memperoleh limited liability 75 . Penerapan limited liability dalam perusahaan grup dapat

disalahgunakan oleh induk perusahaan. Induk perusahaan secara rutin mengeksternalisasikan resiko dari lahirnya tanggung jawab atas suatu perbuatan melawan hukum kepada anak perusahaan, meskipun mereka memperoleh keuntungan dari kegiatan yang sangat beresiko. Bahkan, sebagian anak perusahaan dibentuk oleh induk perusahaan yang bergerak pada industri yang beresiko untuk membatasi gugatan tanggung jawab atas adanya perbuatan

melawan hukum 76 .

Selain dengan mengeksternalisasi kegiatan usaha yang beresiko kepada anak perusahaan, terdapat bentuk penyalahgunaan lain, induk perusahaan dapat mengalihkan sebagian aset dari anak

73 Ibid., h. 107. 74 Ibid., h. 108.

75 Sulistiowati, “Doktrin-Doktrin Hukum Mengenai Tanggung Jawab Hukum dalam Perusahaan Grup”, Jurnal Hukum Bisnis, Volumen 31, 2012, h. 9. 76

Sulistiowati, Op.Cit., h. 108.

perusahaan yang hampir bangkrut kepada anak perusahaan yang lain, tanpa sepengetahuan dari pemegang saham minoritas atau

kreditor dari anak perusahaan yang hampir bangkrut. 77 Sehingga apabila anak perusahaan tidak mampu memenuhi tanggung jawab

kepada kreditor, induk perusahaan hanya bertanggungjawab tidak melebihi sebesar saham yang dimiliki pada anak perusahaan. Dengan cara itu apabila anak perusahaan mengalami kebangkrutan, aset anak perusahaan tersebut sudah dialihkan pada anak perusahaan lain sehingga induk perusahaan maupun perusahaan grup tidak kehilangan aset. Dalam hal ini tentunya yang dirugikan adalah kreditor, pemegang saham minoritas, dan karyawan dari anak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena mengalami kesulitan untuk mnuntut aset yang telah dialihkan kepada anak perusahaan lain.