Sistem Pertanggungjawaban Perusahaan Grup Belanda dan Jerman

3. Sistem Pertanggungjawaban Perusahaan Grup Belanda dan Jerman

a. Sistem Pertanggungjawaban Perusahaan Grup di Belanda

Belanda tidak mengatur secara khusus perusahaan grup dalam suatu peraturan perundang-undangan. Kerangka pengaturan Belanda tidak mengatur secara khusus perusahaan grup dalam suatu peraturan perundang-undangan. Kerangka pengaturan

grup 94 . Di Belanda yang dimaksud dengan perusahaan grup atau

concern adalah suatu susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara yuridis mandiri, yang terkait satu dengan yang lain secara organisatoris sehingga membentuk suatu kesatuan ekonomis yang tunduk pada suatu pimpinan dari suatu perusahaan induk sebagai pimpinan sentral. Semua anggota perusahaan grup merupakan badan hukum yang mandiri atau saparate legal entity, walaupun concern merupakan suatu kesatuan

ekonomi 95 . Perusahaan-perusahaan di dalam suatu concern terkait satu

sama lain melalui penyertan modal atau melalui cara lain seperti melalui perjanjian atau melalui suatu fakta. Perusahaan-perusahaan yang tergabung di dalam perusahaan grup dianggap sebagai kesatuan ekonomi, implikasinya ke dalam sektor hukum antara lain berupa diterobosnya batas-batas kemandirian badan hukum dari anak

perusahaan maupun perusahaan induk 96 .

94 Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup Di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2013, h. 81.

95 Ibid., h. 82. 96 Ibid.

Sebagai konsekuensi logis, berkembangnya teori-teori hukum tentang ikut ditariknya induk perusahaan atau holding company maupun anak perusahaan lain dalam satu grup dalam hal-hal tertentu mempertanggungjawabkan perbuatan hukum yang dilakukan oleh salah satu atau lebih anak perusahaan. Pihak perusahaan induk atau perusahaan holding dalam batas-batas tertentu berwenang untuk

mencampuri urusan bisnis anak perusahaan 97 . Sejauh mana hak, kewajiban, dan kewenangan perusahaan

induk terhadap anak perusaahaan sangat bervariasi. Dalam perusahaan grup yang di dalamnya berlaku prinsip sentralisasi, perusahaan induk sangat jauh terlibat langsung sehingga anak perusahaan hanya menjalankan tugas-tugas rutin saja (day to day operation) tanpa bisa menentukan keputusan. Akan tetapi dalam perusahaan grup yang menerapkan desentralisasi, anak perusahaan diberi kewenangan sangat besar. Oleh karena ikut campur tangan perusahaan induk atau holding company tersebut akan terkait dengan kepentingan berbagai pihak, maka berbagai benturan kepentingan baik antara perusahaan- perusahaan yang tergabung di dalam perusahaan grup maupun antara perusahaan-perusahaan dalam perusahaan grup dengan pihak ketiga seperti kreditur dan pemegang saham minoritas sangat mungkin

terjadi 98 . Konsepsi pengaturan perusahaan di Belanda telah mengalami

perubahan. Perubahan ini diarahkan untuk mengadopsi kepentingan

97 Ibid., h. 83. 98 Ibid.

yang lebih luas dengan melakukan pemisahan kepemilikan dan kontrol pada suatu perseroan dibandingkan kerangka pengaturan sebelumnya, ketika perseroan dipandang sebagai kongsi yang dikualifikasikan menjadi instrumen dari pemegang saham. Kerangka pengaturan Belanda mengakui bahwa korporasi sering kali tidak menjalankan kegiatan bisnis sebagai perusahaan tunggal. Sejumlah organisasi bisnis terdiri dari holding company, berupa subholding company, dan

beberapa anak perusahaan 99 . Setiap perusahaan di dalam suatu grup atau concern harus

dipandang sebagai pemegang hak dan kewajiban mandiri. Asas ini berlaku juga dalam hubungan antara perusahaan grup dengan pihak ketiga terhadap siapa perusahaan itu betanggung jawab berdasarkan kewajibannya. Pada prinsipnya perusahaan-perusahaan dalam perusahaan grup tidak ada urusannya dengan hak dan kewajiban keluar dari perusahaan satu sama lain. Mereka tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap pihak ketiga dan juga tidak memperoleh hak mereka berdasarkan hubungan hukum antara salah satu perusahaan di dalam concern dengan pihak luar atau pihak

ketiga 100 . Kedudukan pihak ketiga yang berhubungan dengan suatu

perusahaan, seperti kreditur dan pemegang saham minoritas, dapat dengan mudah dipengaruhi oleh fakta keterikatan debitur mereka atau perusahaan mereka dengan perusahaan lain dalam perusahaan grup atau

99 Ibid. 100 Ibid., h. 85.

menjadi salah satu mata rantai dari susunan suatu concern. Peristiwa tertentu yang sedang dihadapi suatu concern dapat berpengaruh

terhadap kedudukan pihak ketiga 101 . Dari segi hukum pihak ketiga tidak dapat dirugikan hanya

karena perusahaan-perusahaan diorganisasikan sebagai suatu kelompok, tetapi secara faktual mereka dapat menderita rugi sebagai akibat dari perusahaan terikat dari aspek ekonomi dalam suatu grup. Yang perlu dipikirkan adalah perlindungan hukum bagi mereka untuk menuntut ganti kerugian, apakah sarana hukum untuk menuntut ganti kerugian yang tersedia di dalam hukum telah mencukupi untuk tujuan ini ataukah

harus dibuat suatu peraturan khusus 102 . Di Belanda, induk perusahaan dapat bertanggungjawab tetapi

harus ada bentuk penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh perusahaan induk, misalnya dengan memberikan modal yang tidak mencukupi untuk anak perusahaan sehingga menimbulkan kerugian jangka panjang, dan banyak penyalahgunaan lainnya sehingga induk perusahaan yang memberikan instruksi harus beratanggungjawab.

What the different national provisions have in common is that for liability to exist there must be a form of abuse of power by the parent company, for example because it has provided insufficient capital for the subsidiary, has failed to intervene in loss-making activities over a long period or has engineered transactions within the

101 Ibid. 102 Ibid.

group designed to work to the detriment of creditors. 103 Basically, under this scheme a parent company that issues instructions to a

subsidiary must guarantee any debts of that subsidiary. 104 Sehingga walaupun masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal dan

masih mengakui bahwa induk dan anak perusahaan sebagai badan hukum mandiri tetapi dalam hal-hal tertentu yang secara faktual menimbulkan dampak yang buruk bagi anak perusahaan, induk perusahaan harus ikut bertanggung jawab.

Di Belanda juga terdapat undang-undang yang disebut Wet Op Misbruik van Rechtpersonen . Menurut undang-undang ini, apabila suatu perusahaan jatuh pailit di mana penyebab utama dari jatuhnya pailit tersebut adalah karena direksinya tidak bertindak secara pantas, maka direksi yang bersangkutan secara pribadi atau secara bersama- sama yang harus bertanggung jawab secara hukum kepada pihak ketiga. Dalam hal ini, yang harus bertanggung jawab tidak hanya direksi semata-mata. Melainkan juga termasuk pihak-pihak lain yang dalam kenyataanya menentukan dalam mengambil keputusan perusahaan.

pemegang saham/pemilik perusahaan/holding company.

Misalnya,

para

b. Sistem Pertanggungjawaban Perusahaan Grup di Jerman

103 A.G. Castermans, J.A. van der Weide dan Leiden, “The legal liability of Dutch parent companies for subsidiaries’ involvement in violations of fundamental, internationally recognised

rights”, Business Journal, 2009, h. 36. 104 Ibid., h. 37.

Jerman merupakan negara yang pertama kali mengatur secara khusus hukum perusahaan grup (Konzernrecht) melalui Stock Corporation Act atau Aktiengesetz (AktG) pada tahun 1965. Konzernrecht menjadi standar atas pembebanan tanggung jawab induk perusahaan dalam kerangka perusahaan grup yang mengatur secara khusus dan menyeluruh perusahaan grup dan afiliasi, yang meliputi peraturan perundang-undangan yang kontekstual dengan tanggung

jawab dalam relasi induk-anak perusahaan 105 . Konzernrecht menggunakan pendekatan atas realitas yang

terjadi pada perusahaan grup, berupa batasan kritis atas pemisahan dua jenis perusahaan grup berbeda yang berkorespondensi dengan kerangka regulasi berbeda pula, meliputi perusahaan grup kontraktual dan perusahaan grup faktual atau de facto group. Berbeda dengan hukum perseroan yang menekankan keterkaitan antara perseroan dengan pemegang saham perseorangan, maka kerangka pengaturan perusahaan grup di Jerman merupakan artikulasi dari tanggung jawab induk perusahaan berdasarkan perbedaan skema tanggung jawab dari masing-

masing kategori 106 . Kerangka pengaturan korporasi Jerman merupakan wujud dari

tanggung jawab induk perusahaan, sebagai kebalikan dari investor individu-pemegang saham. Pemerintah Federal Jerman merumuskan versi terbaru Stock Corporation Act, berupa provisi UU yang membedakan secara khusus dua kategori perusahaan grup berdasarkan

Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup Di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2013, h. 86.

106 Ibid., h. 87.

perbedaan skema tanggung jawab dari masing-masing kategori. Kerangka pengaturan perusahaan grup di Jerman dibedakan atas

perusahaan grup kontraktual dan faktual sebagai berikut 107 :

1) Perusahaan Grup Kontraktual Alasan keberadaan dari perusahaan grup kontraktual adalah sifat sukarela dari induk perusahaan yang mengendalikan dan anak perusahaan yang dikendalikan. Selanjutnya, induk dan anak perusahaan

pengendalian atau beherrschungsvertrag . Induk perusahaan menjalankan kesatuan ekonomi dan memiliki kekuasaan untuk mengarahkan anak perusahaan. Kekuasaan ini dilegitimasi oleh kontrak khusus dengan

menjalankan

perjanjian

anak perusahaan 108 . Ketentuan ini memberikan manfaat berupa terbukanya

deviasi dari hukum perusahaan klasik yang hanya mengatur mengenai perseroan tunggal. Hukum memberikan justifikasi berupa hak yang lebih luas kepada induk perusahaan untuk memberikan instruksi kepada anak perusahaan dan menjalankan kegiatan bisnis dengan lebih mengutamakan kepentingan kelompok. Syaratnya, induk perusahaan dibebani terlebih dahulu dengan suatu kewajiban untuk menutup seluruh kerugian yang timbul atau tanggung jawab

kolektif atas penyelesaian pinjaman 109 . Perjanjian pengendalian memberikan legitimasi kepada

induk perusahaan untuk menjalankan kuasa manajerial pada anak

107 Ibid., h. 88. 108 Ibid. 109 Ibid., h. 89.

perusahaan. Anggaran dasar mengizinkan induk perusahaan untuk mengarahkan dan mempengaruhi korporasi, bahkan ketika anak perusahaan harus mengalami kerugian atau detrimental, sepanjang arahan induk perusahaan dapat memenuhi dua persyaratan. Pertama, induk perusahaan mengutamakan kepentingan bisnis keseluruhan perusahaan grup secara konsisten. Kedua, induk perusahaan tidak membahayakan eksistensi yuridis dari anak perusahaan. Dengan kata lain, pengendalian induk terhadap anak perusahaan pada perusahaan grup kontraktual, bertujuan untuk kepentingan perusahaan grup dan induk perusahaan tidak membiarkan anak

perusahaan berada dalam insolvency 110 . Aktiengesetz menerapkan respon kontraktual melalui bentuk

campuran dari statutory contractual yang menjadi quid pro quo dari hapusnya limited liability induk perusahaan sebagai pihak yang berhadapan dengan anak perusahaan yang dikontrol. Dengan berlakunya ketentuan ini, induk perusahaan melakukan perjanjian kontrol dengan anak perusahaan dengan membentuk kelompok kontraktual yang menggunakann asumsi berupa statutory obligation yang diciptakan bagi kepentingan jalannnya perjanjian kontrol sebagai kompensasi yang diberikan kepada anak perusahaan terhadap kerugian yang diakibatkan oleh kontrol yang dijalankan induk perusahaan selama periode perjanjian kontrol berlangsung. Hal yang perlu dicatat bahwa tanggung jawab dari induk perusahaan

110 Ibid.

terhadap kompensasi anak perusahaan di seluruh dunia dijalankan tidaklah mengacu kepada relasi faktual, ataupun hubungan kausalitas antara kerugian anak perusahaan dan fakta pengendalian yang dijalankan oleh induk perusahaan. Jika induk perusahaan menolak untuk membayar kewajiban anak perusahaan terhadap kreditor, kreditor dari anak perusahaan dapat memaksa anak perusahaan menuntut kompensasi dari induk perusahaan sesuai

dengan pengaturan German bankcruptcy 111 .

2) Perusahaan Grup Faktual Kategori kedua perusahaan grup di Jerman adalah perusahaan grup faktual atau de facto concern. Karakteristik perusahaan grup faktual tidak didasarkan pada perjanjian pengendalian antara induk dan anak perusahaan terhadap pengelolaan jalannya perusahaan grup. Sebaliknya, de facto group merupakan persilangan murni dalam penyusunan anggaran dasar yang menjadi eksistensi dari isi pengaturan kelompok faktual yang

memenuhi dua persyaratan berikut 112 :

a) Melalui kepemilikan saham mayoritas induk terhadap anak perusahaan, ada praduga yang berimplikasi kepada ketidakmandirian anak perusahaan untuk menjalankan instruksi induk perusahaan.

b) Keberadaan kesatuan ekonomi atau einheitliche leitung yang diterapkan oleh induk perusahaan yang menjadi pemegang

111 Ibid., h. 90. 112 Ibid.

saham mayoritas dan memegang seluruh kepemilikan saham anak perusahaan, sebagaimana yang terjadi pada kedua perusahaan jika dijalankan sebagai perusahaan tunggal. Kepemimpinan kegiatan bisnis terkait dengan manajemen korporasi dan kontrol.

Konsekuensi dari kelompok faktual adalah induk perusahaan harus bertanggung jawab terhadap pinjaman dari anak perusahaan, dengan megikuti skema anggaran dasar yang berbeda dengan penerapan kelompok kontraktual. Di samping munculnya tanggung jawab terhadap seluruh pinjaman anak perusahaan, sebagaimana penerapan contractual concern di Jerman berdasarkan aktualisasi dari kerugian yang disebabkan oleh kontrol induk perusahaan, tanggung jawab diantara anggota kelompok dalam kelompok faktual menekankan kepada upaya untuk mengisolasi terhadap adanya kasus campur tangan induk perusahaan yang mengakibatkan kerugian saja. Hal ini sebagaimana terjadi pada pengabaian kemandirian anak perusahaan yang diekspresikan secara seragam, struktur manajemen yang terpusat ada pada kelompok faktual, dan beberapa tambahan dari wrongful conduct oleh induk perusahaan

yang merugikan anak perusahaan 113 . Tanggung jawab diantara anggota kelompok juga

membutuhkan keterkaitan sebab untuk mengukur kerugian yang disebabkan oleh induk perusahaan dan kerusakan atau kerugian

113 Ibid., h. 91.

yang dialami anak perusahaan. Hal ini membatasi upaya perbaikan terhadap anak perusahaan, hanya terbatas pada kerugian yang secara langsung disebabkan oleh pihak tertentu, berupa campur tangan yang menyebabkan kerugian terkait ketidakmandirian yuridis anak perusahaan. Realitas korporasi pada perusahaan grup faktual kadang ditandai oleh keterkaitan antarperusahaan yang erat dengan multitude dari campur tangan induk perusahaan, bahkan dimungkinkan menggunakan dasar kegiatan sehari-hari. Secara prosedural, tidak dimungkinkan suatu anak perusahaan dikontrol secara ketat oleh induk perusahaan secara khusus, yang ketika menjalankan fungsi kontrol menyebabkan kerugian yang berdiri sendiri dan dapat dikuantifikasikan secara tepat untuk kepentingan

perbaikan anak perusahaan 114 . Pada perusahaan grup faktual, induk perusahaan tidak

dijamin dengan hak untuk memberikan instruksi, diizinkan untuk menggunakan pengaruh dominasi hanya untuk kepentingan dari anak perusahaan dan bertanggung jawab untuk memberikan kompensasi kepada setiap kerugian yang dialami oleh subsidiary atas kerusakan atau kerugian yang disebabkan oleh penggunaan

pengaruh induk perusahaan 115 . Keseluruhan sistem hukum Jerman yang mengatur mengenai

perusahaan grup berdasarkan pada model tradisional dari perusahaan tunggal yang otonom. Model ideal, yang menjadi dasar pengembangan

114 Ibid. 115 Ibid.

model, menggunakan asumsi bahwa perusahaan merupakan unit ekonomi dan entitas hukum mandiri, dari akumulasi ekuitas modal sejumlah pemegang saham perseorangan yang berkepentingan atas tingkat pengembalian investasi dan manajemen yang mempunyai komitmen untuk menjadi badan independen yang menjalankan fungsi sebagai agen dengan ketrampilan untuk memenuhi kepentingan bisnis dari para pemegang saham. Pada model ini, pemegang saham memiliki hak suara yang menjamin keseimbangan di antara pemegang saham lainnya dan homogeitas, untuk menjaga stabilitas antara berbagai kepentingan pemegang saham individu dengan kepentingan perusahaan secara keseluruhan. Secara tidak langsung, keselarasan di antara para pemegang saham ini akan menjaga kepentingan pihak

ketiga, seperti kreditur dan karyawan 116 .