Hubungan Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan di Dalam Suatu Perusahaan Grup

1. Hubungan Induk Perusahaan dan Anak Perusahaan di Dalam Suatu Perusahaan Grup

Di dalam suatu perusahaan grup terdapat satu induk perusahaan dan satu atau beberapa anak perusahaan. Keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain kepemilikan induk perusahaan atas saham anak Di dalam suatu perusahaan grup terdapat satu induk perusahaan dan satu atau beberapa anak perusahaan. Keterkaitan induk dan anak perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain kepemilikan induk perusahaan atas saham anak

Keterkaitan tersebut menyebabkan induk perusahaan berperan sebagai pimpinan sentral dalam perusahaan grup. Induk perusahaan dapat melakukan pengawasan dan pengurusan terhadap anak perusahaan. Induk perusahaan juga dapat melakukan pengendalian dengan memberikan instruksi kepada anak perusahaan dalam melakukan kegiatan sehari- harinya. Keterkaitan induk dan anak perusahaan tidaklah menghapuskan status badan hukum induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri. Pengakuan yuridis terhadap induk dan anak perusahaan yang berbadan hukum mandiri menjadikan perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara yuridis. Sebaliknya, pengendalian induk terhadap anak perusahaan dan realitas bisnis perusahaan grup diarahkan untuk mendukung kepentingan bisnis perusahaan grup sebagai kesatuan

ekonomi. 117 Sehingga menyebabkan ketidakmandirian yuridis dari anak prusahaan.

Tergabungnya anak perusahaan dalam perusahaan grup menciptakan kontradiksi antara aspek yuridis dan realitas bisnis. 118 Secara

yuridis anak perusahaan merupakan badan hukum mandiri sehingga induk

117

Ibid., h. 46. 118 Sulistiowati, “Doktrin-Doktrin Hukum Mengenai Tanggung Jawab Hukum dalam

Perusahaan Grup”, Jurnal Hukum Bisnis, Volumen 31, 2012, h. 8.

perusahaan sebagai pemegang saham anak perusahaan mendapatkan perlindungan berupa tanggung jawab terbatas limited liability (diatur dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007). Sedangkan pengendalian induk perusahaan terhadap anak perusahaan mengakibatkan ketidakmandirian anak perusahaan karena perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi. Kontradiksi tersebut juga menimbulkan celah hukum dalam perusahaan grup. Celah hukum ini dapat mendorong munculnya sikap oportunistik induk perusahaan yang menyalahgunakan konstruksi perusahaan grup. Sikap opportunistik dalam hal ini berarti induk perusahaan memiliki kesempatan menghindari tanggung jawab yang seharusnya ada pada induk perusahaan. Konstruksi dalam perusahaan grup dapat pula mendorong munculnya moral hazard apabila limited liability

berlaku secara mutlak 119 . Ketegangan antara bentuk jamak secara yuridis dengan kesatuan

ekonomi tidaklah bersifat mutually exclusive 120 , sehingga pengabaian terhadap salah satu dari bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi

berimplikasi kepada ketidakmandirian yuridis anak perusahaan atau hilangnya realitas kelembagaan perusahaan grup, sebagaimana penjabaran

sebagai berikut: 121

a. Pengabaian terhadap bentuk jamak secara yuridis dalam konstruksi perusahaan grup berimplikasi kepada ketidakmandirian yuridis anak

Ibid. 120 mutually exclusive dalam hal ini berarti perusahaan grup sebagai bentuk jamak secara

yuridis dan kesatuan ekonomi tidak dapat berganti-ganti dengan sendirinya (tidak otomatis), karena apabila salah satu diabaikan akan menimbulkan dampak bagi perusahaan grup.

Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup Di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2013, h. 122.

b. Sebaliknya, pengabaian terhadap perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi berimplikasi kepada kemandirian yuridis anak perusahaan sebagai subjek hukum mandiri yang berhak melakukan perbuatan hukum sendiri. Pengurusan anak perusahaan semata-mata untuk kepentingan ekonomi anak perusahaan sesuai maksud dan tujuan anak perusahaan. Pengabaian ini menyebabkan hilangnya realitas kelembagaan perusahaan grup, karena induk perusahaan sebagai pimpinan sentral tidak lagi memiliki kewenangan untuk mengandalikan anak perusahaan.

Bagan 1

Bagan Dualitas Perusahaan Grup sebagai Bentuk Jamak Secara

Yuridis dan Kesatuan Ekonomi 122

Perusahaan Grup

Aspek Realitas Yuridis

Kesatuan Secara Yuridis

Bentuk Jamak

Tidak Mutually

Exclusive

Ekonomi

Dalam bukunya, Munir Fuady menyatakan, perbedaan pandangan dari sektor ekonomi dan sektor hukum ini tidak reasonable untuk dipertahankan terus. Titik temu diantara keduanya tentu harus di cari, karena hal tersebut merupakan kebutuhan manusia dalam berbisnis. Sektor hukumlah yang banyak harus mengalah ke sektor ekonomi, mengingat merupakan salah satu tugas hukum, yang secara prinsip, regulatoris maupun aplikatif, menciptakan keadaan yang kondusif bagi lancarnya perkembangan hidup manusia, termasuk perkembangannya di sektor bisnis. Karena itu, tentang kewenangan induk perusahaan dalam suatu perusahaan grup, dalam banyak hal sektor hukumlah yang harus

menyesuaikan diri dengan kenyataan dan perkembangan ekonomi 123 .

122 Ibid.

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 135.

Jadi sektor hukum memang harus mengikuti laju perkembangan sektor ekonomi. Sungguhpun ini tidak berarti bahwa sektor hukum harus menari menuruti suling dan gendangan para ekonom. Sebab, sektor hukum harus juga tetap berfungsi sebagai palang pintu penjaga nilai-nilai keadilan, kesebandingan, kepastian dan prediktif, demokrasi, keteraturan, ketertiban, perlindungan pihak lemah, dan sebagainya. Dengan demikian, sektor ekonomipun harus bersedia berkorban demi menjaga kelestarian

nilai-nilai dipelihara oleh hukum tersebut 124 . Dalam perusahaan grup di Indonesia pengaruh induk perusahaan

(bisa disebut sebagai pemilik/owner dari anak perusahaan) masih sangat besar. Dalam Pasal 94 ayat (2) UU PT dikatakan untuk pertama kali pengangkatan anggota direksi dilakukan oleh pendiri dalam akta pendirian. Pasal tersebut dikatakan hanya untuk pertama kali waktu akta pendirian atau dapat dikatakan waktu pendirian perseroan, dan untuk selanjutnya anggota direksi diangkat oleh RUPS. Tetapi yang masih sering terjadi dalam perusahaan grup untuk pengangkatan direksi masih langsung dipilih oleh pemilik perusahaan dan direktur tersebut ditempatkan

diperusahaan yang dianggap sesuai dengan keahliannya 125 . Dalam tesis yang disusun oleh Rita Dyah menyatakan bahwa,

apabila direktur dipilih langsung oleh pemilik perusahaan, secara tidak langsung direktur hanya merupakan boneka dari pemilik perusahaan dalam arti direktur dalam menjalankan perusahaan hanya menuruti keinginan dari pemilik perusahaan tersebut. Jadi sebagai anak perusahaan yang berbadan hukum Perseroan Terbatas dapat dikatakan kemandiriannya sudah hilang karena kewenangan untuk membuat perjanjian dengan pihak ketiga (kreditor) untuk mendapatkan kredit guna kepentingan perusahaan

124 Ibid. 125 Rita Dyah Widawati, Tanggung Jawab Induk Perusahaan Terhadap Perikatan Yang

Dilakukan Oleh Anak Perusahaan , Tesis, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009, h. 92.

dipengaruhi atau didikte oleh induk perusahaannya atau pemilik perusahaan 126 .

Walaupun masih terdapat kontradiksi dalam hubungan induk perusahaan dan anak perusahaan, yaitu antar realitas bisnis dan kesatuan ekonomi. Tetapi di dalam perusahaan grup dibutuhkan keadilan khususnya untuk anak perusahaan sekaligus menghindari terjadinya penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh induk perusahaan. Dalam UU PT telah terdapat pengaturan mengenai tanggung jawab terbatas (limited liability) dan doktrin piercing the corporate veil yang seharusnya dapat diterapkan pada induk perusahaan apabila memenuhi salah satu dari 4 ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (2) UU PT. Diberlakukannya dokrin tersebut bertujuan untuk memberikan perlindungan kepada kreditor dari anak perusahaan.

Dengan diterapkannya doktrin piercing the corporate veil maka induk perusahaan tidak mendapatkan perlindungan berupa limited liability dan pada induk perusahaan dibebankan tanggung jawab pribadi. Oleh karena itu piercing the corporate veil dapat dijadikan dasar untuk ikut ditariknya induk perusahaan terhadap kerugian yang dialami anak perusahaan, tetapi hanya bisa diterapkan apabila memenuhi salah satu dari

4 ketentuan yang terdapat dalam Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 40 Tahun 2007. Dan jika induk perusahaan tidak memenuhi salah satu dari 4 ketentuan tersebut induk perusahaan tetap mendapat perlindungan berupa limited liability . Pada dasarnya limited liability merupakan aturan mengenai distribusi resiko dan biaya yang ditanggung oleh perseroan,

126 Ibid.

yang di desain dan diciptakan untuk perseroan tunggal. Sehingga menurut Sulistiowati, limited liability seharusnya tidak ditujukan untuk perusahaan

grup. 127

Berdasarkan uraian di atas, menurut penulis dalam kontruksi perusahaan grup sebaiknya bentuk jamak secara yuridis diterobos atau dikesampingkan, sehingga induk perusahaan dan anak perusahaan dalam suatu perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi bukan sebagai badan hukum mandiri atau bentuk jamak secara yuridis. Karena seperti yang dikemukakan oleh Munir Fuady bahwa dalam hal ini hukum harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi. Dengan diterobosnya kedudukan mandiri dari induk perusahaan dan anak perusahaan maka induk perusahaan tidak mendapatkan perlindungan berupa limited liability atas kepemilikan saham dari anak perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat dari Sulistiowati bahwa sebenarnya limited liability di tujukan dalam konstruksi perusahaan tunggal bukan di tujukan untuk perusahaan grup.

Diterobosnya aspek yuridis mengakibatkan ketidakmandirian yuridis anak perusahaan. Memang pada dasarnya dalam perusahaan grup kewajiban anak perusahaan adalah menjalankan instruksi induk perusahaan dan orientasi kegiatan usaha anak perusahaan dalam perusahaan grup ditujukan untuk menjalankan instruksi induk perusahaan, bukan untuk kepentingan anak perusahaan yang bersangkutan sesuai dengan maksud dan tujuan badan hukum perseroan anak perusahaan.

127 Sulistiowati, “Limited Liability Dalam Limited Liability Pada Konstruksi Perusahaan Kelompok Piramida”, Mimbar Hukum, Volumen 23, 2011, h. 254.

Karena dipandang sebagai kesatuan ekonomi, suatu perusahaan grup seharusnya membentuk kontrak/perjanjian diantara induk dan anak perusahaan dapat berupa perjanjian pengendalian maupun dengan mengaturnya pada anggaran dasar dari anak perusahaan sebagai landasan yuridis hubungan keduanya. Dapat di buat kontrak khusus oleh induk perusahaan dan anak perusahaan yang berisikan hak dan kewajiban dari induk dan anak perusahaan yang tergabung dalam perusahaan grup, diatur pula mengenai pertanggungjawaban dari induk perusahaan. Atau membuat perjanjian yang bersifat personal, misalnya apabila anak perusahaan membuat perjanjian kredit dengan pihak ketiga, induk perusahaan dapat bertindak sebagai corporate guarantee atas hutang anak perusahaan tersebut. Perjanjian diantara induk dan anak perusahaan mengikat kedua belah pihak. Sehingga kembali lagi pada pendapat dari Munir Fuady bahwa hukum harus menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi tetapi dengan di susunnya kontrak khusus dalam suatu perusahaan grup tetap mencerminkan nilai-nilai keadilan dan kepastian yang dipelihara oleh hukum.

Perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi ditunjukkan melalui penyajian laporan keuangan konsolidasi perusahaan grup, ketika induk perusahaan mengonsolidasikan laporan keuangan anak-anak perusahaan

menjadi laporan keuangan konsolidasi induk dan anak perusahaan. 128 Dalam Paragraf 4 PSAK No. 4 menyatakan bahwa Laporan keuangan

konsolidasian adalah laporan keuangan suatu kelompok usaha yang

Sulistiowati, Tanggung Jawab Hukum Pada Perusahaan Grup Di Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2013, h. 44.

Tujuan dari diterobosnya kedudukan mandiri anak perusahaan sehingga perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi adalah untuk melindungi anak perusahaan khususnya kreditor, pemegang saham minoritas, dan karyawan anak perusahaan dari penyalahgunaan yang dilakukan oleh induk perusahaan. Karena pada dasarnya limited liability melindungi induk perusahaan dari tanggung jawabnya sebagai pimpinan sentral dalam perusahaan grup. Selain itu bertujuan agar tidak menimbulkan dominasi tanpa tanggung jawab dari induk perusahaan.