Sistem Pertanggungjawaban yang Sebaiknya Diterapkan Untuk Perusahaan Grup Di Indonesia

2. Sistem Pertanggungjawaban yang Sebaiknya Diterapkan Untuk Perusahaan Grup Di Indonesia

Pada dasarnya hukum di Indonesia berkiblat pada hukum negara Belanda. Karena Belanda merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia. Pada awal kemerdakaan, Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang memadai, agar tidak terjadi kekosongan hukum maka pada saat itu hukum Belanda diterapkan di Indonesia. Salah satunya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pada saat ini baik di Indonesia maupun di Belanda sama- sama belum memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur Pada dasarnya hukum di Indonesia berkiblat pada hukum negara Belanda. Karena Belanda merupakan salah satu negara yang pernah menjajah Indonesia. Pada awal kemerdakaan, Indonesia belum memiliki peraturan perundang-undangan yang memadai, agar tidak terjadi kekosongan hukum maka pada saat itu hukum Belanda diterapkan di Indonesia. Salah satunya adalah Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Pada saat ini baik di Indonesia maupun di Belanda sama- sama belum memiliki peraturan perundang-undangan yang mengatur

a. Baik Indonesia maupun Belanda belum terdapat pengaturan yang secara khusus mengatur sistem pertanggungjawaban di dalam perusahaan grup sehingga masih menggunakan pendekatan perseroan tunggal.

b. Baik di Indonesia maupun Belanda masih terdapat dualitas bentuk perusahaan grup antara bentuk jamak secara yuridis dan kesatuan ekonomi.

c. Di Indonesia dan Belanda sama-sama terdapat doktrin maupun teori- teori hukum yang dapat membuat induk perusahaan ikut mempertanggungjawabkan perbuatan hukum yang dilakukan anak perusahaan

d. Di Belanda dikenal prinsip sentralisasi dan desentralisasi yang menunjukkan sejauh mana hak, kewajiban, dan kewenangan perusahaan induk terhadap anak perusaahaan. Di Indonesia derajat pengendalian induk terhadap anak perusahaan dipengaruhi oleh sejauh mana anak perusahaan dapat mendukung pencapaian tujuan kolektif perusahaan grup, sehingga ketidakmampuan direksi anak perusahaan untuk menjalankan pengurusan anak perusahaan dapat menjadi alasan bagi induk perusahaan untuk meningkatkan derajat pengendalian induk terhadap anak perusahaan.

Secara garis besar sistem hukum Indonesia dan sistem hukum Belanda mengenai pengaturan megenai tanggung jawab di dalam perusahaan grup Secara garis besar sistem hukum Indonesia dan sistem hukum Belanda mengenai pengaturan megenai tanggung jawab di dalam perusahaan grup

Dengan masih digunakannya pendekatan perseroan tunggal untuk perusahaan grup di Indonesia, maka induk perusahaan mendapatkan perlindungan berupa Limited liability sesuai dengan Pasal 3 ayat (1) UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Sedangkan Limited liability yang diterapkan dalam konstruksi perusahaan grup di Indonesia dirasa kurang tepat karena tidak memenuhi unsur keadilan bagi anak perusahaan khususnya bagi pihak ketiga dari anak perusahaan, pemegang saham mayoritas, maupun karyawan dari anak perusahaan.

Diterapkannya limited liability untuk induk perusahaan yang merupakan pemegang saham mayoritas dari anak perusahaan berarti menyamakan antara induk perusahaan dengan pemegang saham perseorangan pada perseroan tunggal. Kedudukan induk perusahaan sebagai pemegang saham dan pimpinan sentral perusahaan grup menunjukkan bahwa induk perusahaan memiliki peran ekonomi yang

berbeda dengan pemegang saham perseorangan pada perseroan terbatas. 129 Melalui Rapat Umum Pemegang Saham, holding company, sebagai

pemegang saham dapat 130 :

a. menentukan anggota Direksi perseroan;

b. menentukan Komisaris perusahaan;

129 Sulistiowati, “Doktrin-Doktrin Hukum Mengenai Tanggung Jawab Hukum dalam Perusahaan Grup”, Jurnal Hukum Bisnis, Volumen 31, 2012, h. 10.

Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Perseroan Terbatas, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2000, h. 187.

Berdasarkan kewenangan yang berbeda dari induk perusahaan apabila dibandingkan dengan pemegang saham perseorangan pada perseroan tunggal, menurut penulis limited liability tidak tepat apabila diterapkan untuk induk perusahaan. Hal tersebut di dukung oleh pendapat dari Sulistiowati yang menyatakan, limited liability seharusnya tidak ditujukan untuk perusahaan grup. Pada dasarnya induk perusahaan sangat

di untungkan dengan adanya limited liability. 131 Blumberg juga menyatakan sebuah silogisme, “limited liability protected shareholders, a

parent corporation was a shareholder of the subsidiary, ergo, limited liability protected parent corporation 132 ”.

Pada perseroan tunggal limited liability merupakan perlindungan yang diberikan untuk pemegang saham sehingga apabila suatu perseroan mengalami kerugian maka pemegang saham hanya bertanggung jawab yang besarnya tidak melebihi dari jumlah saham yang dimilikinya pada perseroan. Diterapkannya limited liability pada perusahaan grup sama saja memberikan perlindungan bagi induk perusahaan. Apabila anak perusahaan mengalami kerugian maka induk perusahaan hanya bertanggung jawab sebesar saham yang dimiliki pada anak perusahaan. Penerapan limited liability pada induk perusahaan secara mutlak akan menimbulkan moral hazard ataupun penyalahgunaan yang dilakukan oleh

131 Phillip I.Blumberg, “Limited Liability and Corporate Group”, Unconn Library Faculty Article and Paper , 1986, h. 607.

132 Sulistiowati, “Limited Liability Dalam Limited Liability Pada Konstruksi Perusahaan Kelompok Piramida”, Mimbar Hukum, Volumen 23, 2011, h. 253.

induk perusahaan dan pada akhirnya merugikan anak perusahaan ataupun membahayakan eksistensi dari anak perusahaan.

Sebenarnya dalam suatu perusahaan grup yang perlu dilindungi adalah anak perusahaan dari sikap induk perusahaan yang kemungkinan besar akan memanfaatkan ataupun menyalahgunakan adanya limited liability . Posisi dari anak perusahaan yang berada di bawah pengawasan dan di bawah kendali dari induk perusahaan membahayakan eksistensi dari anak perusahaan dan anak rentan mengalami kerugian. Untuk mencapai tujuan strategis dari perusahaan grup terkadang induk perusahaan melakukan hal-hal yang membahayakan eksistensi dari anak perusahaan dalam memberikan instruksi yang harus dilaksanakan oleh anak perusahaan. Terkadang induk perusahaan telah mengetahui bahwa instruksi yang diberikan akan memberikan keuntungan bagi perusahaan grup tetapi membahayakan anak perusahaan. Di kemudian hari apabila anak perusahaan mengalami kerugian maka induk perusahaan hanya akan bertanggungjawab yang besarnya tidak melebihi dari jumlah nilai saham yang dimiliki pada anak perusahaan.

Penyalahgunaan lain yang dilakukan induk perusahaan adalah dengan memindahkan aset satu anak perusahaan yang sudah hampir bangkrut kepada anak perusahaan lain tanpa sepengetahuan dari kreditor anak perusahaan. Sehingga apabila anak perusahaan tersebut bangkrut, asetnya sudah berpindah ke perusahaan lain. Dalam hal ini yang dirugikan adalah kreditor, pemegang saham minoritas maupun karyawan dari anak perusahaan yang mengalami kebangkrutan.

Karena diperlukannya perlindungan untuk anak perusahaan, maka menurut penulis dalam perusahaan grup bentuk induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai saparate legal entity atau bentuk jamak secara yuridis harus dikesampingkan. Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya induk perusahaan dan anak perusahaan dalam suatu perusahaan grup sebaiknya dipandang sebagai suatu kesatuan ekonomi.

Dengan dikesampingkannya bentuk jamak secara yuridis maka dapat dikatakan induk perusahaan tidak mendapat perlindungan berupa limited liability . Sehingga harus ditentukan bentuk tanggung jawab yang lebih tepat diterapkan untuk induk perusahaan. Menurut Sulistiowati, ketentuan Pasal 1367 KUHPerdata secara mutatis mutandis dapat diterapkan pada relasi induk dan anak perushaan dalam perusahaan grup. Induk perusahaan sebagai pimpinan sentral perusahaan grup, memiliki kewenangan untuk mengendalikan dan mengoordinasikan kegiatan usaha anak-anak perusahaan bagi terpenuhinya tujuan kolektif perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi. Dalam konstruksi perusahaan grup ini, pengurus anak-anak perusahaan lebih ditujukan untuk mendukung kepentingan ekonomi induk atau perusahaan grup yang berimplikasi kepada

ketidakmandirian secara ekonomi anak perusahaan. ketidakmandirian secara ekonomi anak perusahaan ini seharusnya menjadi alasan bagi lahirnya tanggung jawab hukum induk perusahaan terhadap ketidakmampuan anak perusahaan untuk menyelesaikan tanggung jawab

hukum kepada pihak ketiga 133 .

133 Sulistiowati, “Doktrin-Doktrin Hukum Mengenai Tanggung Jawab Hukum dalam Perusahaan Grup”, Jurnal Hukum Bisnis, Volumen 31, 2012, h. 24.

Sistem pertanggungjawaban yang terdapat dalam Pasal 1367 KUHPerdata berdasarkan pada the liability of a principle for the tort of his agent. Doktrin ini dibakukan dalam terminus respondeat superior, yang berarti bahwa yang lebih tinggi atau yang lebih superior bertanggung jawab atas perbuatan melawan hukum (PMH) yang dilakukan oleh

bawahannya (a master liable for the wrong of aservant). 134 Terdapat pula teori “keuntungan” (profit theori, profit of benefit theory), yang

mengajarkan seseorang yang memperoleh keuntungan dari perbuatan pihak ketiga, harus berani menanggung kerugian yang timbul karena

perbuatan tersebut. 135 Dalam hal ini dapat di posisikan seseorang yang memperoleh keuntungan adalah induk perusahaan dan pihak ketiga adalah

anak perusahaan. karena dalam konstruksi perusahaan grup induk perusahaan juga memperoleh keuntungan dari perbuatan yang dilakukan oleh anak perusahaan yang berada di bawah pengawasannya.

Berdasarkan uraian dan beberapa pendapat ahli diatas, menurut penulis dalam konstruksi perusahaan grup yang sebaiknya diterapkan asas praduga selalu bertanggung jawab (presumtion of liability) untuk induk perusahaan. sehingga apabila anak perusahaan mengalami kerugian, induk perusahaan dianggap selalu bertanggung jawab. Karena itu dapat diterapkan Pasal 1367 KUHPerdata pada induk perusahaan. Dalam perusahaan grup anak perusahaan berada di bawah pengawasan dari induk perusahaan. Sehingga apabila anak perusahaan mengalami kerugian maka induk perusahaan harus ikut bertanggung jawab, dalam hal anak

134 M.Yahya Harahap, Hukum Perseroan Terbatas, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, h. 128. 135 Ibid., h. 130.

perusahaan melaksanakan instruksi dari induk perusahaan. Pasal 1367 KUHPerdata dan praduga selalu bertanggungjawab sama-sama terdapat ketentuan bahwa pihak yang bertanggungjawab masih memiliki kesempatan untuk membuktikan bahwa pertanggungjawaban tersebut tidak seharusnya dilimpahkan kepadanya.

Hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai kesatuan ekonomi pada dasarnya dapat diatur dalam perjanjian pengendalian antara induk perusahaan dan anak perusahaan ataupun dapat diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan. Di dalam perjanjian tersebut disepakati klausula-klausula yang tentunya menguntungkan baik anak maupun induk perusahaan. Sehingga menjadi jelas apa yang menjadi kewenangan induk perusahaan dan bagaimana pertanggungjawabannya sebagai pimpinan sentral. Hubungan antara induk perusahaan dan anak perusahaan yang diatur dalam kontrak khusus, perjanjian pengendalian atau dalam anggaran dasar anak perusahaan, menjadikan hubungan antara induk dan anak perusahaan sebagai kesatuan ekonomi memiliki landasan yuridis berupa perjanjian yang mengikat kedua belah pihak. Karena memang pada dasarnya suatu perusahaan harus didirikan berdasarkan perjanjian termasuk perusahaan grup. Sehingga diharapkan dapat mengurangi adanya dominasi tanpa tanggung jawab oleh induk perusahaan dan tentunya melindungi pihak ketiga, pemegang saham mayoritas, ataupun karyawan dari anak perusahaan.

Dalam hal ini sebaiknya Indonesia dapat menjadikan pengaturan mengenai perusahaan grup di Jerman sebagai batu pijakan. Jerman

merupakan negara yang pertama kali mengatur mengenai perusahaan grup, khususnya mengatur mengenai hubungan antara induk dan anak perusahaan. Peraturan perundang-undangan yang mengatur secara khusus hubungan antara induk dan anak perusahaan dalam perusahaan grup di Jerman adalah konzernrecht. Kerangka pengaturan perusahaan grup di Jerman dibedakan atas perusahaan grup kontraktual dan perusahaan grup faktual. Pada perusahaan grup kontraktual, hubungan antara induk dan anak perusahaan diatur dalam suatu perjanjian pengendalian. Sedangkan dalam perusahaan grup faktual, hubungan antara induk dan anak perusahaan di atur dalam anggaran dasar dari anak perusahaan dan mengikuti skema pertanggungjawaban yang terdapat dalam anggaran dasar tersebut.

Konsekuensi dari perusahaan grup kontraktual dan faktual di Jerman adalah induk perusahaan harus bertanggung jawab atas pinjaman dari anak perusahaan. Termasuk ketika anak perusahaan harus mengalami kerugian, sepanjang pengendalian induk terhadap anak perusahaan memenuhi dua persyaratan. Dua persyaratan bagi perjanjian pengendalian adalah sebagai berikut: pertama, induk perusahaan mengutamakan secara konsisten kepentingan bisnis keseluruhan perusahaan grup. Kedua, induk perusahaan tidak membahayakan eksistensi yuridis dari anak

perusahaan. 136 Sehingga dengan adanya pengaturan tersebut anak perusahaan dalam perusahaan grup mendapat perlindungan dalam

menjalankan instruksi dari perusahaan grup. Selain itu dengan adanya

136 Ahmad Yani dan Gunawan Widjaja, Op.Cit., h. 48.

pengaturan tersebut menghindarkan dari dominasi tanpa tanggung jawab oleh induk perusahaan. Akan sangat lebih baik juga apabila di Indonesia dapat menyusun peraturan perundang-undangan yang secara khusus mengatur mengenai perusahaan grup seperti pengaturan perusahaan grup di Jerman.

Sehingga sistem pertanggungjawaban seperti apa yang sebaiknya diterapkan di Indonesia ?. Indonesia dapat menjadikan sistem pertanggungjawaban perusahaan grup di Jerman sebagai batu pijakan bagi pengaturan mengenai sistem pertanggungjawaban perusahaan grup di Indonesia. Salah satunya dengan mengatur hubungan antara induk dan anak perusahaan di dalam suatu perjanjian pengendalian atau dapat pula diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan. Dengan adanya suatu perjanjian maka dapat disepakati klausula-klausula yang membuat hubungan antara induk dan anak perusahaan memiliki landasan yuridis sehingga tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaan menjadi lebih jelas. Menurut penulis, dikarenakan saat ini belum terdapat pengaturan yang secara khusus mengenai tanggung jawab di dalam perusahaan grup dan masih banyak perusahaan grup yang belum memiliki landasan yuriridis yang jelas, maka untuk perusahaan grup di Indonesia sebaiknya digunakan pendekatan kesatuan ekonomi dengan induk perusahaan sebagai pimpinan sentral. Untuk itu bentuk jamak secara yuridis perusahaan grup diterobos atau dikesampingkan. Sedangkan untuk tanggung jawab dalam perusahaan grup khususnya tanggung jawab induk perusahaan terhadap kerugian yang dialami anak perusahaan dapat Sehingga sistem pertanggungjawaban seperti apa yang sebaiknya diterapkan di Indonesia ?. Indonesia dapat menjadikan sistem pertanggungjawaban perusahaan grup di Jerman sebagai batu pijakan bagi pengaturan mengenai sistem pertanggungjawaban perusahaan grup di Indonesia. Salah satunya dengan mengatur hubungan antara induk dan anak perusahaan di dalam suatu perjanjian pengendalian atau dapat pula diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan. Dengan adanya suatu perjanjian maka dapat disepakati klausula-klausula yang membuat hubungan antara induk dan anak perusahaan memiliki landasan yuridis sehingga tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaan menjadi lebih jelas. Menurut penulis, dikarenakan saat ini belum terdapat pengaturan yang secara khusus mengenai tanggung jawab di dalam perusahaan grup dan masih banyak perusahaan grup yang belum memiliki landasan yuriridis yang jelas, maka untuk perusahaan grup di Indonesia sebaiknya digunakan pendekatan kesatuan ekonomi dengan induk perusahaan sebagai pimpinan sentral. Untuk itu bentuk jamak secara yuridis perusahaan grup diterobos atau dikesampingkan. Sedangkan untuk tanggung jawab dalam perusahaan grup khususnya tanggung jawab induk perusahaan terhadap kerugian yang dialami anak perusahaan dapat

3. Pertanggungjawaban Induk Perusahaan Terhadap Anak Perusahaan yang Tidak Mampu Melaksanakan Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga Akibat Melaksanakan Instruksi Dari Induk Perusahaan

Induk perusahaan merupakan pemegang saham mayoritas dari anak perusahaan sekaligus sebagai pimpinan sentral di dalam konstruksi perusahaan grup. Sebagai pemegang saham mayoritas dari anak perusahaan, induk perusahaan mendapatkan perlindungan berupa limited liability atau tanggung jawab terbatas. Apabila anak perusahaan mengalami kerugian ataupun tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap pihak ketiga (kreditor) maka induk perusahaan bertanggung jawab tidak melebihi jumlah saham yang dimilikinya pada anak perusahaan. Sedangkan sebagai pimpinan sentral dalam perusahaan grup induk perusahaan dapat mengatur, mengawasi, ataupun melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan dengan memberikan instruksi kepada anak Induk perusahaan merupakan pemegang saham mayoritas dari anak perusahaan sekaligus sebagai pimpinan sentral di dalam konstruksi perusahaan grup. Sebagai pemegang saham mayoritas dari anak perusahaan, induk perusahaan mendapatkan perlindungan berupa limited liability atau tanggung jawab terbatas. Apabila anak perusahaan mengalami kerugian ataupun tidak mampu memenuhi kewajiban terhadap pihak ketiga (kreditor) maka induk perusahaan bertanggung jawab tidak melebihi jumlah saham yang dimilikinya pada anak perusahaan. Sedangkan sebagai pimpinan sentral dalam perusahaan grup induk perusahaan dapat mengatur, mengawasi, ataupun melakukan pengendalian terhadap anak perusahaan dengan memberikan instruksi kepada anak

Karena masih digunakan pendekatan perseroan tunggal untuk sistem pertanggungjawaban perusahaan grup di Indonesia, maka induk perusahaan mendapatkan perlindungan berupa tanggung jawab terbatas sebagai pemegang saham dari anak perusahan. Tanggung jawab terbatas atau Limited liability yang diberikan pada induk perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup terkadang disalahgunakan oleh induk perusahaan.

Sebagai pimpinan sentral yang sekaligus mendapat perlindungan berupa limited liability, induk perusahaan dalam memberikan instruksi kepada anak perusahaan, dengan sengaja menyalahgunakan limited liability untuk mencapai tujuan strategis dari perusahaan grup tetapi di sisi lain merugikan anak perusahaan. Karena dengan mendapatkan limited liability induk perusahaan dapat menghindari tanggung jawab yang seharusnya dibebabkan kepadanya. Sehingga pada pembahasan sebelumnya bentuk jamak secara yuridis dari perusahaan grup diterobos atau dikesampingkan dan perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi, oleh karena itu induk perusahaan tidak mendapatkan perlindungan berupa limited liability..

Peran induk perusahaan sebagai pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengkoordinasikan anak-anak perusahaan dalam kesatuan ekonomi dapat menjadi alasan keberadaan bagi hapusnya limited liability induk perusahaan terhadap ketidakmampuan anak perusahaan Peran induk perusahaan sebagai pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengkoordinasikan anak-anak perusahaan dalam kesatuan ekonomi dapat menjadi alasan keberadaan bagi hapusnya limited liability induk perusahaan terhadap ketidakmampuan anak perusahaan

semata-mata menjalankan instruksi induk perusahaan 137 . Limited liability dirasa kurang tepat dan kurang adil apabila

diterapkan dalam konstruksi perusahaan grup karena cenderung menguntungkan induk perusahaan. Walaupun tidak semua pengendalian dari induk perusahaan dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi anak perusahaan. Namun Sulistiowati juga menyatakan bahwa peran induk perusahaan sebagai pimpinan sentral yang mengendalikan dan mengkoordinasikan anak perusahaan dapat menjadi alasan hapusnya

limited liability 138 . Hal-hal yang menjadi pertimbangan perusahaan dipandang sebagai

kesatuan ekonomi dan diterobosnya bentuk jamak secara yuridis adalah eksistensi dari anak perusahaan serta perlunya perlindungan untuk pihak ketiga, pemegang saham minoritas, dan karyawan dari anak perusahaan. Selain itu untuk menghindari adanya dominasi tanpa tanggung jawab oleh induk perusahaan dalam konstruksi perusahaan grup. Apabila perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi maka dapat dikatakan induk perusahaan tidak mendapat perlindungan berupa limited liability dan orientasi kegiatan anak perusahaan khusus untuk mencapai tujuan kolektif perusahaan grup. Namun hubungan induk dan anak perusahaan dalam perusahaan grup sebagai kesatuan ekonomi sebaiknya diatur dalam suatu

137 Sulistiowati, “Doktrin-Doktrin Hukum Mengenai Tanggung Jawab Hukum dalam Perusahaan Grup”, Jurnal Hukum Bisnis, Volumen 31, 2012, h. 15. 138

Ibid.

perjanjian pengendalian antara induk perusahaan dan anak perushaaan ataupun diatur dalam anggaran dasar anak perusahaan.

Menurut Munir Fuady, secara lebih faktual dapat dikatakan bahwa sungguhpun dalam banyak hal hukum harus mentolelir ikut campurnya induk perusahaan ke dalam manajemen anak perusahaan, tetapi sampai batas-batas tertentu, prinsip kemandirian anak perusahaan pun harus tetap dipertahankan. Batas-batas tersebut adalah sejauh nilai-nilai yang harus dipelihara oleh hukum tersebut tidak dilanggar. Misalnya, jika dengan campur tangan induk perusahaan tersebut, akan ada pihak-pihak yang dirugikan, katakanlah kreditur dari anak perusahaan, maka prinsip kemandirian anak perusahaan sebagai badan hukum semestinya dipertahankan. Artinya, campur tangan induk perusahaan tidak dapat

dibenarkan oleh hukum 139 .

Menurut Rita Dyah, dalam perusahaan grup, campur tangan induk perusahaan terhadap kegiatan anak perusahaan akan terkait dengan kepentingan berbagai pihak seperti misalnya pemegang saham minoritas, karyawan, dan pihak ketiga dari anak perusahaan. Dengan demikian merupakan salah satu tapal batas bagi induk perusahaan dalam mencampuri urusan bisnis anak perusahaan adalah jika dengan perbuatannya itu tidak merugikan pihak-pihak seperti pemegang saham

minoritas, karyawan, pihak ketiga anak perusahaan dan lain-lain. 140

Berdasarkan dua pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa tindakan induk perusahaan sebagai pimpinan sentral (mengatur dan mengendalikan kegiatan anak perusahaan) dibenarkan apabila dalam menjalankan kedudukannya sebagai pimpinan sentral induk perusahaan tidak merugikan pihak-pihak lain seperti karyawan, pemegang saham minoritas, dan pihak ketiga atau kreditor dari anak perusahaan. Apabila perusahaan grup dipandang sebagai kesatuan ekonomi dan anak perusahaan tidak mampu melaksanakan kewajiban terhadap pihak ketiga akibat melaksanakan instruksi dari induk perusahaan lalu

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 135.

140 Rita Dyah Widawati, Tanggung Jawab Induk Perusahaan Terhadap Perikatan Yang Dilakukan Oleh Anak Perusahaan , Tesis, Universitas Sumatra Utara, Medan, 2009, h. 89.

pertanggungjawaban seperti apa yang tepat diterapkan untuk induk perusahaan?.

Konsep pertanggungjawaban terkait tetapi tidak indentik dengan kewajiban. Tanggung jawab merupakan konsekuensi yang muncul berkaitan dengan perbuatan yang telah dilakukan oleh seseorang. Induk perusahaan memberikan instruksi kepada anak perusahaan merupakan suatu perbuatan. Apabila anak perusahaan menjadi tidak mampu memenuhi kewajiban kepada pihak ketiga dikarenakan asetnya tidak mencukupi atau hal-hal lain dan tidak mampunya anak perusahaan merupakan akibat dari perbuatan hukum induk perusahaan yang memberikan instruksi kepada anak perusahaan. Walaupun tidak secara langsung dilakukan oleh induk perusahaan namun sebagai pimpinan sentral, anak perusahaan berada di bawah kendali dari induk perusahaan.

Seperti yang telah penulis uraikan pada bagian sebelumnya, hubungan induk dan anak perusahaan sebaiknya diatur dalam suatu perjanjian pengendalian ataupun anggaran dasar dari anak perusahaan (menggunakan pengaturan di Jerman sebagai batu pijakan). Dengan diatur dalam perjanjian ataupun anggaran dasar, dapat disepakati klausula- klausula yang menyangkut mengenai tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaan.

Dapat pula disepakati tanggung jawab kontraktual yang bersifat pelengkap, seperti misalnya atas permintaan kreditor, dalam suatu perjanjian kredit induk perusahaan dapat menyetujui untuk bertindak sebagai penjamin (borg) atau mengikatkan diri ikut bertanggung jawab.

Hal ini terjadi dalam aset-aset induk perusahaan ikut menjadi collateral terhadap hutang-hutang yang di buat oleh anak perusahaan. Dalam kontrak tersebut induk perusahaan bertindak sebagai corporate guarantee (jaminan

perusahaan) 141 . Namun apabila tidak terdapat perjanjian yang mengatur secara

jelas hubungan induk dan anak perusahhan serta belum terdapat corporate guarantee dari induk perusahaan, maka dapat diterapkan asas praduga selalu bertanggung jawab (presumtion of liability) pada induk perusahaan. Praduga selau bertanggung jawab adalah prinsip praduga selalu bertanggung jawab sampai ia dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah. Dasar dari teori pembalikan beban pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Dengan kata lain dalam suatu perusahaan grup apabila anak perusahaan tidak mampu melaksanakan instruksi kepada pihak ketiga akibat melaksanakan instruksi dari induk perusahaan maka induk perusahaan harus dianggap selalu bertanggung jawab. Selain itu terdapat Pasal 1367 KUHPerdata menyatakan bahwa seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau disebabkan barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Dan tanggung jawab tersebut berakhir apabila seseorang tersebut membuktikan bahwa ia tidak dapat mencegah perbuatan atas mana mereka seharusnya bertanggung jawab.

141 Ibid ., h. 89.

Dalam konstruksi perusahaan grup induk perusahaan merupakan pimpinan sentral. Sebagai pimpinan sentral, induk perusahaan berhak melakukan pengawasan ataupun memberikan instruksi kepada anak perusahaan. Dengan kata lain, bahwa anak perusahaan berada dibawah pengawasan dan dikendalikan oleh induk perusahaan dan berada dibawah tanggungan dari induk perusahaan karena melaksanakan instruksi dari induk perusahaan. Sehingga dalam hal anak perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajibannya terhadap pihak ketiga akibat melaksanakan instruksi dari induk perusahaan maka induk perusahaan dapat ikut dimintakan pertanggungjawabannya.

Induk perusahaan tidak secara langsung menyebabkan anak perusahaan tidak mampu melaksanakan kewajibannya terhadap pihak ketiga, namun hal tersebut terjadi karena anak perusahaan melaksanakan instruksi dari induk perusahaan yang merupakan pimpinan sentral. Selain itu dikenal teori kantong tebal (deep pocket theory), artinya yang harus bertanggung jawab adalah yang paling mungkin membayar, yaitu pihak yang uangnya lebih banyak. Teori kantong tebal mengajarkan bahwa suatu pihak dalam hal-hal tertentu dapat dimintakan tanggungjawabnya atas

perbuatan yang dilakukan oleh orang lain. 142 Sehingga berdasarkan deep pocket theory, induk perusahaan (sebagai pihak yang paling mungkin

membayar) ikut bertanggungjawab atas tidak mampunya anak perusahaan melaksanakan kewajiban terhadap pihak ketiga sebagai akibat dari hubungan induk perusahaan dan anak perusahaan sebagai kesatuan

Munir Fuady, Hukum Perusahaan Dalam Paradigma Hukum Bisnis, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, h. 122.

kerugian yang timbul karena perbuatan tersebut. 143 Dalam hal ini dapat di posisikan seseorang yang memperoleh keuntungan adalah induk

perusahaan dan pihak ketiga adalah anak perusahaan. karena dalam konstruksi perusahaan grup induk perusahaan juga memperoleh keuntungan dari perbuatan yang dilakukan oleh anak perusahaan yang berada di bawah pengawasannya

Sehingga dalam membuat suatu perjanjian kredit anak perusahaan dengan kreditor dapat menyertakan induk perusahaan sebagai penjamin (corporate guarantee). Namun apabila anak perusahaan tidak mampu melaksanakan kewajiban terhadap pihak ketiga (kreditor) akibat melaksanakan instruksi dari induk perusahaan dan belum terdapat penjaminan dari induk perusahaan (corporate guarantee) dan belum terdapat landasan yuridis yang mengatur hubungan antara induk dan anak perusahaan, maka dapat diterapkan asas praduga selalu bertanggung jawab (presumtion of liability). Tanggung jawab induk perusahaan terhadap anak perusahaan juga dapat di dasarkan pada Pasal 1367 KUHPerdata karena anak perusahaan dapat dikatakan berada di bawah tanggungan dari induk perusahaan. Selain itu dikenal pula teori kantong tebal (deep pocket theory ) dan teori keuntungan (profit theory). Sehingga induk perusahaan harus ikut bertanggung jawab atas tidak mampunya anak perusahaan

143 Ibid., h. 130.

melaksanakan kewajiban terhadap pihak ketiga akibat melaksanakan instruksi dari induk perusahaan. Dan dalam konstruksi perusahaan grup dapat dikatakan bahwa induk perusahaan merupakan pihak yang paling mungkin membayar dan mendapatkan keuntungan dari hal tersebut.