Bayi Bisa Alergi ASI

Bayi Bisa Alergi ASI

Oleh: Wieke Apriana, S.Gz.

ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui (Khasanah, 2011). Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan, sehingga dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social, maupun spiritual. Selain mengandung nutrisi, ASI juga mengandung hormone, unsur kekebalan tubuh, anti alergi, serta anti inflamasi (Hubertin & Purwati, 2004). Menurut WHO, ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa diberi tambahan cairan atau makanan lain. Menurut Depkes RI (2005), ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja ASI merupakan cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar payudara ibu melalui proses menyusui (Khasanah, 2011). Nutrisi dalam ASI mencakup hampir 200 unsur zat makanan, sehingga dapat mencukupi seluruh kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, social, maupun spiritual. Selain mengandung nutrisi, ASI juga mengandung hormone, unsur kekebalan tubuh, anti alergi, serta anti inflamasi (Hubertin & Purwati, 2004). Menurut WHO, ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja selama 6 bulan tanpa diberi tambahan cairan atau makanan lain. Menurut Depkes RI (2005), ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja

Pemberian ASI dapat memberi manfaat bagi bayi dan bagi ibu yang menyusui. Bagi ibu, memberikan asi dapat mengurangi perdarahan setelah melahirkan, karena pada ibu yang menyusui akan terjadi peningkatan kadar oksitosin yang berguna untuk konstriksi/penutupan pembuluh darah sehingga dapat menghentikan perdarahan (Siswono, 2001). Pemberian ASI dapat memberikan jarak kehamilan berikutnya karena menyusui merupakan cara kontrasepsi alami yang aman, murah, dan cukup berhasil. Menurut (Anna, 2005), selama ibu masih memberikan ASI eksklusif maka 98% ibu tidak akan hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak akan hamil hingga bayi berusia 12 bulan. Memberian ASI kepada bayi juga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker ovarium pada ibu.

Manfaat ASI bagi bayi yang utama adalah sebagai nutrisi, selain itu ASI juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi, mengembangkan kecerdasarn, dan dapat meningkatkan hubungan kasih sayang antara ibu dan bayi (Roesli, 2000). Namun, di masyarakat masih ada saja keyakinan atau mitos-mitos yang berkembang terkait dengan ASI yang belum terbukti kebenarannya. Salah satu mitosnya adalah “Bayi dapat alergi ASI” atau “ASI dapat menyebabkan alergi pada bayi”. Dengan adanya mitos seperti ini, membuat beberapa ibu-ibu yang memberikan makanan atau minuman selain ASI pada anaknya pada usia <6 bulan yang dapat berakibat tidak baik bagi kesehatan pencernaannya. Pada bagian ini, kita akan membuktikan bahwa mitos tersebut tidak benar.

UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI hingga 6 bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan pada anak usia tersebut. Justru pengenalan dini makanan yang rendah energy dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi yang tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami UNICEF dan WHO merekomendasikan pemberian ASI hingga 6 bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan mengandung banyak gizi yang diperlukan pada anak usia tersebut. Justru pengenalan dini makanan yang rendah energy dan gizi atau yang disiapkan dalam kondisi yang tidak higienis dapat menyebabkan anak mengalami

Menurut (Roesli, 2005), ASI dapat merangsang pembentukan faktor daya tahan tubuh bayi sehingga ASI berfungsi sebagai imunisasi aktif. Tabel 1. komposisi air susu berbagai spesies

Spesies

2 x BL (hari)

Lemak (%)

Protein (%) Karbohidrat (%)

Kandungan gizi ASI:

a. Lemak Kalori ASI 50% berasal dari lemak yang terutama terdiri dari triglisderida yang mudah diuraikan menjadi asam lemak bebas dan gliserol oleh enzim lipase yang terdapat dalam usus bayi dan di dalam ASI (Colon AR, 1985). Bayi yang mendapatkan ASI memiliki kadar asam asetat dari spectrum asam lemak berantai pendek lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Asam asetat bersama dengan monogliserida dapat menghambat pertumbuhan virus, bakteri, dan fungi (Siigur, Ormission, & Tamm, 1993).

b. Protein Protein dalam ASI jumlahnya lebih sedikit dibandingkan protein dalam susu sapi. Protein ASI sangat cocok untuk bayi karena unsur protein yang terkandung dalam ASI hampir seluruhnya terserap oleh system pencernaan bayi. Hal ini disebabkan karena protein ASI merupakan kelompok protein whey (protein yang bentuknya lebih halus). Protein whey memiliki karakteristik yang sangat halus, lembut, dan mudah dicerna, sedangkan kelompok protein yang terkandung pada susu sapi merupakan kelompok kasein yang kasar, bergumpal, dan sangat sukar dicerna oleh unsur bayi (Purwanti, 2004).

Perbandingan protein whey dan kasein dalam ASI adalah 60:40, sedangkan pada susu sapi perbandingannya 20:80. Hal ini menunjukkan bahwa protein susu sapi hanya 1/3nya protein ASI yang dapat diserap oleh system pencernaan bayi dan harus membuang dua kali lebih banyak protein yang sukar diresorpsi dan harus dikeluarkan dari system pencernaan, sehingga dapat menimbulkan gangguan metabolism, membebani system pencernaan usus bayi (Purwanti, 2004).

Sebagian susu formula telah mengubah perbandingan Casein dan Whey protein hingga mendekati ASI. Begitu juga dengan Taurin yang cukup banyak terdapat dalam ASI, namun tidak terdapat dalam susu formula telah ditambahkan ke dalamnya. Taurin berfungsi sebagai neurotransmitter dan pematangan otak (Suradi, 2001).

Tabel 2. Komposisi protein antara ASI dan Susu sapi

ASI

Susu sapi

Protein (g/l)

Whey protein

Sangat sedikit

IgA

c. Karbohidrat Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa yang hanya terdapat dalam air susu dan tidak terdapat padda jaringan tubuh lain. Laktosa dalam ASI memiliki konsentrasi paling tinggi dibandingkan dalam air susu mamalia lain dan sering dihubungkan dengan berat otak. Laktosa meningkatkan absorbs kalsium dan mudah terurai menjadi glukosa yang digunakan sebagai sumber energy untuk pertumbuhan otak. Selain itu, ASI juga mengandung oligosakarida yang dapat merangsang pertumbuhan Lactobacillus bifidus yang dapat meningkatkan keasaman saluran pencernaan dan menghambat pertumbuhan kuman pathogen.

Selain memiliki kandungan gizi tersebut, di dalam ASI juga terdapat faktor anti infeksi yang dapat memberikan proteksi local pada mukosa saluran pencernaan. Di dalam ASI juga mengandung zat penangkal penyakit berupa faktor selular dan faktor humeral.

Tabel 3. faktor protektif dalam ASI

Faktor antibakteri

Efektif terhadap

SIgA E. coli, C. tetani, C. diphteriae, K. pneumonia, Salmonella, Shigella, Streptokokus, H. influenza Virus : Polio, Rubella, GMV, Rotavirus, Influenza, RSV Parasit :

G. lamblia, E. histolitika

IgG, IgM

V. cholera, E. coli

IgD

E. coli

Bifidobacterium bifidum Enterobacteriacea, pathogen enteric Laktoferin

E. coli

Laktoperoksidase Streptococus, Pseudomonas, E. coli, S. typhimurium Lysozyme

E. coli, Salmonella

Makrofag, neutrophil, Dengan cara fagositosis, pembentukan interferon, limfosit

sitokin, dan limfokin

Lipid S. aureus, H. simplex, G. Lamblia, E. histolytica, T. vaginalis

Dari penjelasan di atas terlihat bahwa kandungan ASI kaya akan manfaat, baik bagi ibu maupun bagi bayi sendiri. ASI justru memberikan pertahanan terhadap imunitas bayu, sehingga tidak terbukti jika ASI dapat menimbulkan alergi bagi bayi.