Jantung Pisang Menyebabkan Anak Bodoh

Jantung Pisang Menyebabkan Anak Bodoh

Oleh: Safrullah Amir, S.Gz.

Pisang merupakan tanaman yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari buah, batang, daun, kulit hingga jantungnya. Iklim di Indonesia sangat mendukung pertumbuhan dan budi daya tanaman pisang. Keuntungannya lagi, pisang dapat berbuah tanpa mengenal musim sehingga kita bisa menikmatinya sepanjang tahun. Buah pisang memang lazim dikonsumsi oleh masyarakat termasuk kalangan anak-anak, namun tidak disertai dengan pemanfaatan bagian lain yang dapat dijadikan bahan makanan. Misalnya saja jantung pisang, meski oleh para ahli telah ditetapkan sebagai bahan pangan fungsional, nampaknya tidak sejalan dengan tingkat penggunaanya yang masih rendah.

Jantung pisang merupakan bunga yang dihasilkan oleh pohon pisang yang akan berkembang menjadi buah pisang. Jantung pisang ini dihasilkan selama proses pisang berbunga dan menghasilkan tandan pisang. Dalam perkembangan akhir setelah tandan pisan lengkap, jantung pisang ini akan tetap tinggal. Pada tahap inilah jantung pisang kerapkali dapat dimanfaatkan sebagai sayur-sayuran.

Memberikan gizi secara seimbang kepada anak adalah sesuatu yang mutlak dipenuhi. Termasuk ke dalam komponen ini adalah pemunahan zat gizi dari golongan sayur-sayuran. Susunan makanan sehari –hari anak harus mengandung zat-zat gizi dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dengan memerhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan. Patut disyukuri sebab Indonesia adalah negara yang hamparan alamnya begitu luas sehingga menyediakan berbagai hasil alam yang potensial digunakan sebagai bahan pangan. Berbagai komoditi sayuran dapat tumbuh, hal ini memungkinkan prinsip penganekaragaman pangan terwujud. Tak salah, jika kemudian ada orang tua yang mengolah jantung pisang sebagai hidangan pelengkap buah hati mereka.

Ketersediaan jantung pisang sama melimpahnya dengan buah pisang, dimana sepanjang tahun dapat kita nikmati. Namun, sepertinya jumlah jantung pisang yang melimpah tidak disertai dengan daya terima oleh masyarakat. Selain penolakan oleh anak, kerapkali jantung pisang dilekatkan stigma negatif. Jantung pisang selalu disebut-sebut sebagai makanan kelas bawah, di samping beberapa budaya tertentu yang menganggap pemberian jantung pisang pada anak adalah sesuatu yang pamali.

Mitos yang hingga saat ini berkembang adalah jantung pisang dilarang dikonsumsi oleh anak karena berpotensi menyebabkan kebodohan. Pernyataan ini sebetulnya tidak didasarkan atas temuan-temuan ilmiah, melainkan asumsi masyarakat yang terbungkus oleh budaya atau adat istiadat. Budaya ini kemudian diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya, seakan tak ada upaya untuk mencari kebenaran sesungguhnya. Tak heran jika jantung pisang belum dimanfaatkan secara optimal sebagai bahan pangan alternatif dalam memenuhi kebutuhan zat gizi anak dari golongan sayuran.

Kandungan zat gizi di dalam jantung pisang cukup menjanjikan dalam pemenuhan beberapa komponen zat gizi penting yang dibutuhkan oleh anak. Dalam jantung pisang terkandung flavonoid, protein, fospor, kalsium, vitamin B 1 , vitamin C hingga serat. Diantara sekian banyak kandungan zat gizi jantung pisang, berbagai riset telah membuktikan bahwa jantung pisang menjadi faktor prndukung tumbuh kembang anak, faktor prevensi, dan bahkan faktor kurasi atau penyembuhan penyakit.

Jantung pisang berkhasiat hampir sama baiknya dengan pisang. Jantung pisang mengandung berbagai zat yang baik bagi kesehatan anak, seperti protein, mineral, vitamin, dan kandungan serat yang cukup tinggi. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1992) merilis beberapa kandungan zat gizi yang terdapat dalam 100 gram jantung pisang, antara lain; energi 31 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,1 g, kalsium 3,0 mg, fosfor 50 Jantung pisang berkhasiat hampir sama baiknya dengan pisang. Jantung pisang mengandung berbagai zat yang baik bagi kesehatan anak, seperti protein, mineral, vitamin, dan kandungan serat yang cukup tinggi. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI (1992) merilis beberapa kandungan zat gizi yang terdapat dalam 100 gram jantung pisang, antara lain; energi 31 kkal, protein 1,2 g, lemak 0,3 g, karbohidrat 7,1 g, kalsium 3,0 mg, fosfor 50

Kandungan serat pangan yang cukup tinggi dan rendah lemak menambah keunggulan jantung pisang. Serat pangan baik untuk kesehatan pencernaan dan memberikan rasa kenyang yang lebih lama. Khasiat serat yang dihubungkan dengan efek memberi rasa kenyang dapat mencegah anak memiliki berat badan lebih. Sementara lemak yang rendah baik untuk sistem kardiovaskular sehingga dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan stroke serta dapat memperlancar siklus darah yang dapat mencegah terjadinya penggumpalan di dalam darah.

serta mengandung yodium untuk mencegah penyakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa efek jantung pisang sebagai penyebab

kebodohan pada anak tidak dapat dibuktikan secara ilmiah. Hal yang menjadi momok bagi orang tua dan menjadikan jantung pisang sebagai makanan tabu semestinya dihilangkan. Mengingat begitu banyak manfaat yang terdapat dalam jantung pisang yang dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal disamping menurunkan faktor resiko berbagai penyakit berbahaya di masa mendatang bagi anak.

Saat Diare Anak Minum Sari Lemon Tanpa Campuran Apapun

Oleh: Safrullah Amir, S.Gz.

Ada beberapa jenis penyakit tertentu pada anak yang bisa diobati dengan kandungan vitamin maupun mineral yang terdapat pada air perasan lemon. Lemon juga memiliki efek antiseptik yang berguna untuk membersihkan organ-organ dalam tubuh anak dari serangan berbagai macam mikroorganisme dan radikal bebas. Fakta-fakta ini menjadikan sari lemon sebagai salah satu alternatif pengobatan yang dipilih oleh orang tua saat sang buah hati terserang penyakit. Diare dianggap salah satu penyakit yang dapat disembuhkan dengan pemberian sari lemon.

Diare merupakan kondisi yang ditandai dengan encernya tinja yang dikeluarkan dengan frekuensi buang air besar (BAB) yang lebih sering dibandingkan dengan biasanya. Pada umumnya, diare terjadi akibat konsumsi makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri, virus, atau parasit. Diare yang berkepanjangan menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh anak dan pengeluaran substansi yang diperlukan tubuh anak disebabkan intensitas buang air besar yang sering. Diare memang kondisi yang umum terjadi pada anak, namun tetap bisa berdampak fatal apabila anak telah mengalami dehidrasi berat akibat kehilangan banyak cairan dari tubuh. Oleh sebab itu diare pada anak tidak boleh dianggap remeh.

Dehidrasi yang disebut-sebut sebagai keluaran dari kejadian diare pada anak membuat orang tua merasa cemas. Oleh karena itu, orang tua berusaha memberikan air dalam jumlah banyak untuk tetap menjaga keseimbangan cairan. Akan tetapi, kondisi anak yang memburuk terkadang disertai dengan penolakan untuk meminum air putih dalam jumlah yang banyak terlebih lagi rasanya yang hambar. Kondisi ini menyebabkan orang tua mencari alternatif lain, salah satunya dengan pemberian sari lemon. Selain rasanya yang memiliki daya terima lebih tinggi, kandungan cairannya juga relatif banyak.

Apa sebenarnya kandungan sari lemon ini? Mengapa orang tua tidak menghendaki sari lemon dicampur dengan bahan lain? Sama halnya dengan buah citrus, lemon kaya akan vitamin C. Kandungannya bahkan lebih tinggi dibandingkan jeruk nipis, yakni dapat memenuhi memenuhi 88% kebutuhan harian per 100 gram. Asam sitrat merupakan asam organik yang paling melimpah di dalam lemon, dengan jumlahnya mencapai 47 gram/liter dalam sari buahnya. Kandungan asam sitrat yang melimpah inilah yang membuat rasa asam pada sari lemon.

Selain itu, kita juga dapat menemukan vitamin dan mineral penting lainnya di dalam sari lemon seperti vitamin B 6 , potasium, zat besi, magnesium, kalsium, dan serat pangan. Lebih jauh lagi, banyak senyawa-senyawa fitokimia yang terdapat dalam sari lemon. Buah yang berwarna kuning segar umumnya diperkaya dengan senyawa fitokimia seperti polifenol, terpenes, naringin, naringenin, hesperidin, diosmin, eriositrin, dan d-limonene.

Lalu, dengan kandungan zat gizi dan non-gizi yang begitu banyak, apa manfaat sari lemon bagi kesehatan anak? Terdapat berbagai manfaat sari lemon bagi anak bahkan orang dewasa. Salah satunya mengatasi masalah pencernaan dan konstipasi. Serat yang terkandung dalam buah lemon dapat memperlancar proses pencernaan melalui mekanisme penambahan massa feses. Dengan lancarnya proses pencernaan, maka proses pembuangan kotoran juga teratur dalam artian memiliki waktu yang jelas. Alasan inilah yang kadangkala mendorong orang tua untuk memberikan sari lemon kitika anak mengalami diare.

Selain fungsi tersebut, sari lemon juga dapat mengatasi flu, demam, dan infeksi tenggorokan, bertindak sebagai antikanker, mencegah pengerasan pembuluh darah, memperlambat proses penuaan, mencegah keriput, membersihkan kulit, meningkatkan stamina, menghilangkan lesu dan lelah, mengatasi sariawan, dan berbagai fungsi lain.

Ada alasan yang dapat dibenarkan dari pilihan orang tua memberikan sari lemon saat anak diare. Yang pertama substansi sari lemon yang didominasi oleh cairan dapat mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat berimplikasi pada keselamatan anak. Dengan asupan cairan yang disuplai dari sari lemon keseimbangan cairan di dalam tubuh anak dapat tercapai. Alasan berikutnya adalah kandungan serat yang terdapat dalam buah lemon dapat memperlancar proses pencernaan dan menormalkan kembali frekuensi Buang Air Besar (BAB) sebagaimana biasanya. Pertimbangan yang lain bahwa kandungan vitamin C pada sari lemon yang tinggi ditambah berbagai substansi bioaktif dapat mendeteksi kehadiran benda asing (kontaminan) dalam tubuh dan dapat mengeluarkannya. Dengan kandungan ini pula, terjadi peningkatan sistem imun pada tubuh anak yang dapat melawan mikroorganisme patogen penyebab diare.

Salah satu keputusan yang tepat bagi orang tua dengan memberikan sari lemon saat anak diare. Namun, nampaknya belum ada alasan mendasar terkait anjuran agar sari lemon tidak boleh dicampur dengan bahan lain. Kemungkinan beredar anggapan bahwa efek sari lemon akan berkurang jika diberikan bersamaan dengan bahan makanan yang lain. Memang benar, dalam proses metabolisme terjadi interaksi antara zat gizi satu dengan yang lainnya dan dapat mempengaruhi proses pencernaan, penyerapan, bahkan utilisasinya. Ada zat-zat tertentu yang dapat bertindak sebagai inhibitor (penghambat) dan enhancer (pelancar) pada proses metabolisme zat-zat gizi spesifik. Namun belum memadainya temuan-temuan ilmiah cenderung melemahkan asumsi ini. Kekhawatiran berikutnya, anggapan ini dapat mengabaikan prinsip penganekaragaman bahan makanan sementara saat anak mengalami diare terjadi peningkatan kebutuhan akibat kondisi yang dideritanya. Dapat dipastikan bahwa pemberian sari lemon saja sebagai pendamping makanan utama bagi anak belum dianggap cukup. Dibutuhkan tambahan makanan lain untuk benar-benar memenuhi kebutuhan zat gizi anak terlebih dalam proses penyembuhan kondisi diare yang dialami.

Mengamati begitu banyak kandungan gizi dan manfaat buah lemon memberikan rekomendasi kepada orang tua bahwa lemon semestinya tidak hanya diberikan saat anak diare. Berbagai kandungan zat gizi pada lemon memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan anak dengan aktivitas yang begitu padat. Selain itu, proses pemberiannya pun tidak mesti dalam bentuk sari lemon dan tetap boleh diberikan berbarengan dengan bahan lain, seperti madu dan gula.