Kumpulan Esai Mitos Bayi dan Anak (1)

Kumpulan Esai Mitos Bayi dan Anak

Dosen Pembimbing: A. Fahmy Arif Tsani, S.Gz., M.Sc., Dietisien

Tim Penyusun Mitos Bayi

Arif Rahmat Kurnia, S.Gz. Nadia Savitri, S.Gz. Nurhidayah Husna, S.Gz. Wieke Apriana, S.Gz.

Tim Penyusun Mitos Anak

Izka Sofiyya, S.Gz. Nurwafia Marda, S.Gz. Safrullah Amir, S.Gz. Sri Wahyuni Muhsin, S.Si.

Pisang Dapat Menyembuhkan Diare Pada Bayi

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Diare merupaan penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, atau parasit lain yang menyebabkan tubuh mengeluarkan tinja dalam bentuk cairan 3 kali sehari atau lebih. Penyakit ini merupakan penyakit berbahaya yang menyebabkan kematian bagi lebih dari 760.000 balita di seluruh dunia. Kabar baiknya, penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang mudah dicegah melalui perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

PHBS dalam Pedoman Umum PHBS yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (2011) diartikan sebagai sekumpulan perilaku yang dipraktekkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Definisi tersebut membuat PHBS dapat diartikan secara luas, meliputi dari hal-hal yang bisa dilakukan oleh pribadi seperti makan- makanan yang bergizi dan tidak merokok sampai ke kebiasaan komunitas seperti membersihkan lingkungan sekitar dan aktif dalam kegiatan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM). Dalam rangka mempermudah pengawasan dan evaluasi, maka sejak 2007 pemerintah menetapkan 10 indikator PHBS yaitu, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan, menggunakan air bersih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur setiap hari, melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan tidak merokok di dalam rumah. Jika masyarakat melakukan seluruh indikator tersebut setiap hari, maka dapat dijamin bahwa penyakit, virus, dan bakteri akan tertolak dengan sendirinya.

PHBS merupakan upaya yang efektif untuk mencegah penyakit diare, namun bila bayi kita terkena diare tentu diperlukan pengetahuan khusus untuk mengatasinya.Salah satu kepercayaan yang umum di Indonesia adalah, bahwa pisang mampu menyembuhkan bayi PHBS merupakan upaya yang efektif untuk mencegah penyakit diare, namun bila bayi kita terkena diare tentu diperlukan pengetahuan khusus untuk mengatasinya.Salah satu kepercayaan yang umum di Indonesia adalah, bahwa pisang mampu menyembuhkan bayi

Penelitian pada tikus galur wistar yang diberikan asupan pisang ( Musa paradisiaca ) menunjukkan bahwa pisang memiliki aktivitas anti diare yang tinggi. Aktivitas anti diare pada pisang disebabkan oleh kandungan alkaloid, fenol, flavonoid, dan/atau saponin yang mungkin meningkatkan penyerapan cairan dan elektrolit melalui sintesis de novo dari potassium ATPase dan/atau mengurangi tingkat nitrit oksida. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa kandungan pektin dan inulin atau serat tidak larut air pada pisang, dapat membantu untuk menyerap kotoran dalam usus besar. Namun pertanyaannya, apakah perlu memberikan pisang pada bayi yang diare?

Pertanyaan di atas merupakan pertanyaan yang mudah dijawab dengan akal sehat. Bayi memiliki ukuran usus yang sangat kecil, hanya seukuran jari kelingking orang dewasa. Ukuran yang sangat kecil tersebut membuat usus bayi tidak akan bisa menerima makanan padat yang bila dipaksakan dapat membuat eksaserbasi atau yang lebih dikenal sebagai bocor usus. Usus bayi baru bisa menerima makanan padat pada usia 6 bulan ke atas. Jadi sudah jelas bahwa bayi yang diare tidak boleh diberikan pisang bila berumur di bawah 6 bulan, bila di atas itu maka boleh memberikan pisang namun tentu saja setelah dihaluskan.

Bila bayi mengalami diare maka Ibu cukup memberikan ASI secara lebih sering. Hal ini dikarenakan ASI mengandung imun dan zat gizi lain yang diperlukan sehingga akan mampu membantu bayi untuk bertahan dari serangan penyakit. Bila bayi mengalami kejang atau muntah dan diare berat selama lebih dari 3 hari, maka bayi harus segera dibawa ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

Bayi Yang Sedang Sakit Tidak Boleh Disusui

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Mitos ini timbul dikarenakan kekhawatiran seorang ibu pada anaknya yang sakit. Hanya saja mitos ini tidak tepat, karena berhenti untuk menyusui bayi meskipun sebentar memiliki dampak yang sangat besar. ASI merupakan makanan yang paling cocok dengan organ pencernaan bayi sehingga mudah untuk dicerna dan diserap tubuh bayi, selain itu ASI juga memberikan antibodi yang dibuat khusus oleh tubuh ibu untuk melawan penyakit yang menghinggapi. Proses menyusui juga membuat bayi merasa tenang dan nyaman sehingga turut membantu membuat proses penyembuhannya menjadi lebih cepat.

Satu hal yang patut menjadi perhatian adalah ketika bayi menolak untuk menyusu. Hal ini biasanya terjadi saat bayi mengalami radang tenggorokan atau merasa tidak nyaman akibat infeksi telinga. Kedua penyakit tersebut membuat bayi mengalami rasa sakit ketika menyusus. Saat hal ini terjadi seorang Ibu harus pintar-pintar mencari cara agar bayi tetap mau menyusu dikarenakan ASI merupakan makanana terbaik yang dapat diberikan dalam kondisi itu. Beberapa cara agar bayi mau menyusu antara lain:

1. Mencoba menyusui dengan posisi lain, misalnya menyusui dengan posisi tegak dan tetap mencoba memberikan ASI maksimal setiap 1 jam sekali.

2. Cobalah memberikan ASI yang telah diperah dengan menggunakan sendok atau gelas.

3. Ibu bisa mencoba untuk membekukan ASI dan kemudian diberikan dalam kondisi lembut seperti es krim.

4. ASI dapat dicoba untuk diolah menjadi makanan lain semisal bubur susu atau yogurt. Mitos lain yang terkait dengan hal ini adalah larangan bagi seorang ibu memberikan ASI pada bayi yang sedang pilek dikarenakan bahwa susu dapat menyebabkan bayi merasa kembung sehingga membuatnya semakin tidak nyaman. Hal ini tidaklah benar karena ASI 4. ASI dapat dicoba untuk diolah menjadi makanan lain semisal bubur susu atau yogurt. Mitos lain yang terkait dengan hal ini adalah larangan bagi seorang ibu memberikan ASI pada bayi yang sedang pilek dikarenakan bahwa susu dapat menyebabkan bayi merasa kembung sehingga membuatnya semakin tidak nyaman. Hal ini tidaklah benar karena ASI

Berkebalikan dengan hal di atas, terkadang ada pula ibu atau pengasuh yang percaya bahwa ibu yang sedang sakit tidak boleh menyusui bayi. Padahal yang seharusnya seorang Ibu yang sedang sakit sebaiknya tetap menyusui anaknya dikarenakan dengan begitu antibodi dari Ibu dapat membantu meningkatkan imunitas dari sang bayi. Hal yang harus diperhatikan dari ibu adalah untuk tidak sembarang bersin ke arah bayi, sering mencuci tangan dengan sabun, dan membatasi kontak wajah dengan bayi. Hanya ada satu kondisi dimana seorang Ibu harus menghentikan pemberian ASI yaitu saat Ibu terkena penyakit HIV dan HTLV-1.

Bayi Yang Belum Tumbuh Gigi Tidak Boleh Diberikan Makanan Bertekstur

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Gigi bayi mulai tumbuh sejak bulan kedua (minggu ke-6) usia kehamilan Ibu, namun pada saat itu gigi bayi masih tertutup oleh gusi sehingga tidak terlihat secara kasat mata. Usia terlihatnya gigi bayi pun berbeda-beda antara satu anak dan anak yang lain, ada yang sudah terlihat di usia 3 atau 4 bulan, namun ada juga yang baru terlihat setelah berusia 1 atau 2 tahun. Hal inilah yang tentunya membuat diet untuk bayi tidak bisa disamaratakan antara satu dan lainnya juga.

Pemberian makanan pada bayi sebenarnya tidak sekedar melihat ada atau tidaknya gigi bayi tetapi melihat saat kondisi pencernaan bayi sudah mampu menerima makanan atau belum. Saat masih di bawah 4 bulan kondisi pencernaan bayi masih belum siap menerima makanan selain ASI dikarenakan organ-organ pencernaan seperti usus dan lambung masih belum siap untuk menerima makanan padat. Makanan yang terbaik diberikan pada usia tersebut adalah ASI atau susu lain sesuai dengan kondisinya.

Pemberian makanan pendamping ASI sebaiknya diberikan di atas usia 6 bulan yang langkahnya dimulai dengan memberikan ASI dahulu baru memberikan makanan lain.

Pemberian makanan lain harus memperhatikan frekuensi, jumlah, kepekatan, variasi, pemberian makan aktif/responsif, dan kebersihan. Makanan yang diberikaan tidak harus makanan instan siap saji, tetapi bisa juga makanan keluarga yang dihaluskan teksturnya. Pemberian makanan halus dapat diberikan pada bayi sampai dengan usia 8 bulan, setelah usia tersebut bayi dapat diberikan makanan dengan tekstur yang lebih padat.

Kesimpulannya, tidak sepenuhnya benar karena bayi memerlukan makanan yang bertekstur lembut untuk dapat belajar mengunyah.

Semua Yang Berwarna Putih: Susu, Roti Tawar Boleh Diberikan Pada Bayi

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Seorang anak dikatakan sebagai bayi mulai dari hari kelahirannya sampai dengan berusia satu tahun. Bila bayi masih berusia di bawah 6 bulan maka makanan yang boleh diberikan hanyalah ASI atau lebih populer dikenal sebagai ASI eksklusif. Hal ini penting karena ASI merupakan satu-satunya makanan yang cocok bagi bayi, baik bentuk, tekstur, komposisi, dan rasanya. Pemberian ASI sendiri tidak hanya sekedar makan, tetapi juga merupakan sebuah proses membangun kedekatan antara ibu dan anak sehingga hal ini juga akan berperan pada perkembangan anak ke depannya.

Pemberian ASI tidak hanya bermanfaat untuk bayi tetapi juga memberi banyak manfaat untuk Ibu. Ibu yang menyusui akan menjadi lebih rileks dan tidak mudah terkena depresi pasca kelahiran (baby blue syndrome) , selain itu menyusui juga merupakan kontrasepsi alami. Ibu yang menyusui secara eksklusif selama 6 bulan akan mendapati menstruasinya tertunda sehingga dapat terhindarkan dari kehamilan.

Pemaksaan untuk memberikan makanan bayi berupa makanan campuran (misal: bubur sayur, pisang yang dihaluskan, susu formula, air putih, madu) dapat memberikan dampak negatif yang berupa diare, pneumonia, atau bahkan gizi buruk. Pemberian makanan campuran juga dapat merusak mukosa pada usus bayi sehingga mengurangi efektivitas dari pemberian

ASI. Apabila hal ini terjadi maka manfaat dari ASI eksklusif dapat berkurang, atau bahkan hilang sama sekali.

Bayi baru diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan yang lebih padat semisal bubur saring atau bubur halus/ sum-sum setelah berusia 6 bulan. Pada usia ini pencernaan bayi sudah cukup sempurna sehingga bisa mulai dikenalkan makanan yang lembut. Hal yang patut diingat, bahwa di usia ini refleks muntah masih ada sehingga terkadang bayi menyemburkan apa yang dikonsumsinya. Ibu tidak perlu khawatir, tetap berikan makanan dalam jumlah sedikit-sedikit namun beberapa kali sekali, niscaya bayi akan mulai makan dengan baik. Makanan yang diberikan tidak harus berwarna putih, malahan semakin berwarna atau bervariasi akan lebih baik karena sekaligus membuat anak terbiasa mengkonsumsi berbagai jenis makanan. Kebiasaan mengonsumsi makanan bervariasi akan membuat anak tidak pilih- pilih makan sehingga mempermudah pemberian makan di fase usia selanjutnya.

Kesimpulannya, mitos dalam judul tidak benar pada bayi berusia di bawah 6 bulan tetapi untuk usia di atas itu tergantung dari kondisi pencernaannya.

Merebus ASI Zat Gizinya Hilang

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

ASI merupakan makanan pokok bagi bayi, namun ada kalanya seorang ibu tidak bisa menyusui bayinya dikarenakan kesibukan di kantor atau alasan-alasan lain. Hal ini terkadang membuat ibu harus memerah dan merebus ASI nya lagi sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa zat gizi dalam ASI akan hilang semua. Kekhawatiran ini menyebabkan ibu menambahkan susu formula pada makanan bayi untuk menambah kandungan zat gizinya. Penambahan ini tentu tidak baik dikarenakan hal ini merusak pemberian ASI eksklusif dan mungkin akan timbul komplikasi lain akibat perilaku tidak perlu ini.

Penurunan nilai gizi dalam jumlah besar sebenarnya tidak akan terjadi kecuali bila dilakukan siklus pembekuan dan pencairan dalam waktu yang lama. Bila tidak maka Penurunan nilai gizi dalam jumlah besar sebenarnya tidak akan terjadi kecuali bila dilakukan siklus pembekuan dan pencairan dalam waktu yang lama. Bila tidak maka

Dalam melakukan pemerahan dan penyimpanan ASI sebaiknya memperhatikan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Siapkan dahulu wadah yang terbuat dari plastik yang aman untuk makanan (kode 5 PP atau kode 7 SAN dan ABS) atau yang berbahan kaca.

2. Berikan label yang berisi tanggal dan waktu pemerahan serta identitas dari bayi (nama dan usia).

3. Perhatikan standar keamanan yang digunakan oleh Rumah Sakit atau tempat kerja secara lebih seksama mengingat hal ini bisa bervariasi di tempat yang berbeda.

4. Batasi waktu berada di suhu ruang maksimal selama 4 jam dan 48 jam di dalam lemari es, bila lebih dari itu maka sebaiknya ASI di buang saja.

5. ASI dapat bertahan dalam keadaan beku selama 3 bulan, tetapi setelah dicairkan ASI hanya bisa dipakai dalam waktu 1 x 24 jam.

6. Jangan pernah gunakan microwave untuk menghangatkan ASI, lebih baik menggunakan air hangat yang mengalir atau direndam dalam air hangat.

7. Bila memungkinkan hindari pemberian dengan menggunakan botol bayi, lebih baik menggunakan gelas atau sendok.

Beberapa teknik penghangatan ASI telah terbukti mampu mengeliminasi bakteri patogen sekaligus mempertahankan kandungan gizinya secara optimal. Tiga teknik terbaik untuk memanaskan ASI adalah sebagai berikut,

1. o Teknik pemanasan suhu tinggi waktu singkat, yaitu memanaskan ASI pada suhu 72

C selama 15 detik.

2. o Teknik pasteurisasi terbatas, yaitu memanaskan ASI pada uhu 62,5

C selama 30 detik.

3. Teknik flash heating yaitu merendam botol ASI dalam waterbath selama beberapa detik lalu ASI dikeluarkan dan dengan cepat didinginkan.

Zat gizi yang hilang dalam ketiga teknik pemanasan di atas sangatlah minimal, namun hal ini menurunkan konsentrasi dan aktivitas dari komponen bioaktif terutama yang berasal dari protein. Zat bioaktif yang mengalami penurunan secara signifikan antara lain adalah sIgA, lisozim, BSSL, sitokin, lipase, TGF- β, dan adiponektin serta beberapa protein lainnya. Pasteurisasi merusak beberapa jenis protein secara lebih banyak daripada lainnya tetapi hal ini menjadi lebih merusak ketika digabungkan dengan siklus pembekuan dan pencairan yang berulang-ulang.

Susu Formula Membuat Bayi Lebih Sehat

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Iklan susu formula yang begitu aktif dilakukan di berbagai media informasi, bahkan ada yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, membuat banyak Ibu merasa tergiur dengan manfaat yang dijanjikan olehnya. Padahal sebenarnya kandungan gizi dalam susu formula tidak selengkap kandungan gizi di dalam ASI, terlebih lagi susu formula mengandung protein susu (kasein) jauh lebih banyak dari ASI.

Kandungan kasein yang tinggi dalam susu formula dapat menyebabkan diare pada bayi dikarenakan belum sempurnya produksi laktosa adalam sistem pencernaan. Kejadian diare pada bayi akan jauh lebih rendah pada mereka yang mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan ASI mengandung enzim laktase sehingga mampu bekerja sinergis di dalam usus halus dan membantu pemecahan dan penyerapan protein. Selain zat gizi, ASI juga mengandung enzim Kandungan kasein yang tinggi dalam susu formula dapat menyebabkan diare pada bayi dikarenakan belum sempurnya produksi laktosa adalam sistem pencernaan. Kejadian diare pada bayi akan jauh lebih rendah pada mereka yang mendapatkan ASI eksklusif dikarenakan ASI mengandung enzim laktase sehingga mampu bekerja sinergis di dalam usus halus dan membantu pemecahan dan penyerapan protein. Selain zat gizi, ASI juga mengandung enzim

Bahaya lain dari pemberian susu formula adalah kemungkinan terjadinya kontaminasi silang dari alat-alat yang digunakan untuk menyiapkan maupun memberikan ASI pada bayi. Kontaminasi tersebut bisa terjadi karena bahan yang digunakan tidak bersih, peralatan yang tidak steril, atau penyimpanan yang tidak tepat. Salah satu kasus kontaminasi yang pernah terkenal adalah ditemukannya bakteri

E. sakazakii dalam beberapa merek susu bayi yang beredar di Indonesia. Bakteri

E. sakazakii adalah bakteri gram negatif, berbentuk batang, dan tahan panas yang dapat menyebabkan diare, infeksi usus, dan bahkan sepsis. Kasus lain yang berkaitan dengan susu formula adalah adanya dugaan penambahan melamin pada produk- produk susu yang diimpor oleh China. Melamin yang masuk ke tubuh bayi dapat menghambat kecerdasan dan memungkinkan timbulnya kanker di masa depan, sehingga meskipun produk bermelamin sudah ditarik, dampak yang mungkin timbul tinggal menunggu waktu saja.

Lebih baik mencegah daripada mengobati, itu pula prinsip yang harus dipegang oleh Ibu saat menghadapi dilema memberikan susu formula pada bayi. Ketika Ibu telah siap dengan langkah-langkah pencegahan dan memang tidak ada solusi lainnya maka baru boleh dilakukan pemberian susu formula meskipun hanya sampai batas yang ditentukan.

Frekuensi Menyusui Hendaknya Dikurangi Saat Anak Mulai MP ASI

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Ada sebagian orang tua yang berpikir bahwa setelah selesai masa ASI eksklusif maka pemberian ASI harus sengaja dikurangi. Hal ini tidak lah benar, dikarenakan berkurang atau bertambahnya konsumsi ASI seharusnya ditentukan oleh bayi itu sendiri. Bila bayi berusia 2 tahun, baru pemberian ASI dapat dihentikan secara bertahap. Pada umumnya fase pemberian MP ASI dibagi menjadi 3 yaitu di usia 6-9 bulan, 9-12 bulan, dan 12-24 bulan.

Pemberian MP ASI pada bayi berusia 6-9 bulan berbeda dari fase-fase selanjutnya, dikarenakan ASI masih memberikan kontribusi sebesar 50% dari total kebutuhan energi bayi. Hal ini berarti bayi harus tetap disusui sesuai permintaan baik siang dan malam serta diberikan ASI dahulu sebelum makanan lain. Proses pemberian seperti yang telah disebutkan dapat membantu bayi untuk menjaga kesehatan dan kekuatannya. MP ASI diberikan dalam bentuk makanan keluarga yang dilunakkan dengan frekuensi 3 kali sehari dan volume kira- kira 125 ml per pemberian. Setelah bayi berusia 8 bulan dapat mulai diberikan makanan yang bisa digenggamnya Variasi makanan harus diperhatikan, terutama yang mengandung zat besi, protein dan karbohidrat dalam jumlah cukup. Selama pemberian Ibu harus bersabar dan tidak memaksa anak untuk makan dengan cepat serta selalu memperhatikan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Setelah mencapai usia 9-12 bulan, bayi mulai bisa diberikan makanan yang diiris-iris dan makanan keluarga yang dipotong-potong. Untuk pemberian ASI, pada usia ini masih sama dengan di rentang usia sebelumnya. Pada usia 12-24 bulan, ASI hanya dapat memenuhi 1/3 kebutuhan gizi bayi sehingga jumlah MP ASI yang diberikan harus ditingkatkan menjadi 200 ml per hari. Konsistensi makanan yang diberikan pada usia ini sama dengan yang diberikan pada usia sebelumnya hanya saja bila bayi telah mampu maka bisa ditingkatkan menjadi makanan keluarga. Pada fase ini biasanya anak sudah mulai jarang meminta menyusu dan lebih memilih untuk makan-makanan yang sama dengan anggota keluarga lainnya.

Menambahkan Gula dan Garam Pada Makanan Bayi Agar Bayi Mau Makan

Oleh: Arif Rahmat Kurnia, S.Gz.

Banyak Ibu yang khawatir anaknya tidak mau makan sehingga kemudian menambahkan gula dan garam ke dalam makanan. Hal ini dalam pandangan ilmu gizi tidaklah tepat dikarenakan penambahan gula dan garam dapat menyebabkan anak menjadi ketergantungan Banyak Ibu yang khawatir anaknya tidak mau makan sehingga kemudian menambahkan gula dan garam ke dalam makanan. Hal ini dalam pandangan ilmu gizi tidaklah tepat dikarenakan penambahan gula dan garam dapat menyebabkan anak menjadi ketergantungan

Penambahan gula pada makanan bayi dapat membuat anak menjadi suka makanan manis sehingga menolak bila diberikan makanan yang tidak manis. Hal ini akan memberikan dampak buruk pada anak berupa timbulnya berbagai penyakit, baik yang bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Penyakit jangka pendek yang mungkin muncul antara lain adalah gigi berlubang, mudah rewel, dan hiperaktif, sedangkan penyakit jangka panjang yang muncul dapat berupa obesitas, diabetes tipe 2, kanker, dan penyakit jantung koroner.

Bila penambahan gula memberikan banyak efek yang buruk, maka penambahan garam pada makanan bayi tidak lah lebih baik. Bayi yang pada makanannya selalu ditambahkan garam, maka lama-lama kelamaan akan menolak untuk makan-makanan yang terasa hambar. Hal ini dapat membuat bayi tidak menyukai sayur-sayuran dan makanan sehat lainnya. Kebiasaan mengkonsumsi garam dalam jumlah banyak dapat merusak ginjal sehingga pada akhirnya akan menyebabkan bayi memiliki masalah gagal ginjal dan tekanan darah tinggi.

Seorang Ibu seharusnya tidak menambahkan zat-zat aditif seperti gula dan garam pada makanan anak. Makanan terbaik bagi anak tentu saja adalah ASI, sayur-sayuran, buah- buahan, dan makanan lain yang bervariasi. Anak tidak boleh dibiasakan mengkonsumsi makanan tinggi garam, tinggi gula, atau tinggi lemak. Jika anak rewel dan menolak makan, maka bisa dibiarkan dahulu dan ketika lapar baru kita tawari untuk makan.

Asi Yang Pertama Keluar Tidak Baik Bagi Bayi Karena Susu Basi ?

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Air susu ibu atau ASI telah diketahui secara luas manfaatnya bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Seluruh masyarakat pun telah mengetahui bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi hingga balita. Namun, terdapat sebuah kepercayaan atau mitos di sebagian masyarakat mengenai ASI yang pertama kali keluar. ASI yang pertama kali keluar dikatakan tidak baik bagi bayi karena merupakan susu basi. Hal ini mungkin dikarenakan penampakan dari ASI tersebut berwarna kekuningan, sedikit pekat dan lengket, tidak seperti air susu pada umumnya yang berwarna putih bersih dan cair. Karena kepercayaan inilah sebagian masyarakat membuang ASI yang pertama kali keluar setelah bayi dilahirkan, sehingga bayi tidak mendapatkannya. Apakah hal ini benar atau salah ? Anda perlu mengetahui jawabannya, terutama bagi Anda para calon ibu. Jadi, mari simak ulasannya dengan seksama.

Berdasarkan ilmu gizi dan kesehatan, pada kenyataannya kepercayaan bahwa ASI yang pertama kali keluar adalah susu basi sehingga tidak baik bagi bayi tidaklah benar. Dengan kata lain, hal tersebut hanyalah sebuah mitos belaka. Kebenarannya justru sebaliknya, ASI yang pertama kali keluar sangat baik dan sangat diperlukan bayi. ASI yang pertama kali keluar setelah bayi lahir, disebut dengan kolostrum. Kolostrum di produksi di akhir masa kehamilan hingga beberapa hari setelah melahirkan. Kolostrum sangat baik untuk perkembangan fisik dan mental bayi serta dapat mencegah berbagai macam penyakit, karena memiliki kandungan zat gizi dan zat kekebalan tubuh yang lengkap. Kolostrum bekerja sebagai vaksin alami yang 100% aman bagi bayi. Dengan mendapatkan kolostrum, bayi dapat terhindar dari berbagai macam infeksi karena telah memiliki sistem pertahanan tubuh atau imunitas yang kuat.

Meskipun kolostrum kaya akan zat gizi dan zat kekebalan tubuh, namun kolostrum hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit, yaitu sekitar 50 ml pada manusia. Kolostrum tinggi akan karbohidrat, protein, dan antibodi, namun rendah lemak. Hal ini tidak masalah, Meskipun kolostrum kaya akan zat gizi dan zat kekebalan tubuh, namun kolostrum hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit, yaitu sekitar 50 ml pada manusia. Kolostrum tinggi akan karbohidrat, protein, dan antibodi, namun rendah lemak. Hal ini tidak masalah,

A dan E, vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin C, asam folat atau vitamin B9, tiamin atau vitamin B1, riboflavin atau vitamin B2, asam pantotenat atau vitamin B5, piridoksin atau vitamin B6, dan vitamin B12. Selain vitamin, kolostrum juga mengandung berbagai macam mineral, diantaranya kalsium, potasium, zat besi, magnesium, fosfor, kromium, zink, dan sodium, serta berbagai macam immunoglobulin. Immunoglobulin adalah antibodi utama yang menyediakan imunitas pasif bagi bayi yang responsif untuk pencegahan infeksi virus dan bakteri di masa mendatang.

Kolostrum dikatakan sebagai “ golden milk ” atau susu emas karena berbagai macam kandungan dan manfaatnya. Dengan demikian, diharapkan semua bayi yang lahir mendapatkan kolostrum. Hal inilah yang mendorong munculnya anjuran untuk Inisiasi Menyusui Dini atau dikenal dengan istilah IMD. IMD pada prinsipnya adalah memberikan ASI secepat mungkin pada bayi setelah dilahirkan. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan IMD paling lambat dilakukan satu jam setelah bayi dilahirkan, artinya semakin cepat bayi diberikan ASI setelah lahir akan semakin baik. Dengan keberhasilan IMD, maka dapat dipastikan bahwa bayi mendapatkan kolostrum. Jadi bagi Anda calon ibu, jangan ragu lagi untuk memberikan kolostrum untuk bayi Anda. Lakukan IMD dan berikan ASI saja secara eksklusif pada bayi Anda hingga berusia 6 bulan, karena ASI adalah makanan terlengkap dan terbaik yang disediakan oleh Tuhan khusus untuk bayi Anda.

Susu Formula Membuat Bayi Lebih Sehat ?

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Pernyataan di atas adalah pernyataan yang sangat membuat para ibu gundah gulana. Apalagi, apabila tidak mengetahui kebenarannya secara pasti. Jika pernyataan tersebut benar, maka susu formula akan semakin banyak digunakan oleh para ibu. Apalagi, susu dianggap praktis terutama bagi ibu yang bekerja yang tidak dapat setiap saat menyusui bayinya. Dengan demikian tidak ada masalah apabila susu formula menjadi pilihan untuk menggantikan peran air susu ibu atau ASI. Namun jika pernyataan tersebut salah, masih perlu kah memberikan susu formula pada bayi ? Manakah yang lebih baik, bayi yang diberikan ASI dan susu formula, bayi yang diberikan ASI saja, atau bayi yang diberikan susu formula saja ? Untuk mendapatkan jawabannya mari simak pembahasan berikut.

Pernyataan bahwa susu formula membuat bayi lebih sehat tidak sepenuhnya salah dan tidak sepenuhnya benar. Pada kondisi tertentu, ada bayi yang akan lebih sehat apabila mendapatkan susu formula sebagai tambahan, karena jika hanya diberikan ASI pertumbuhan dan perkembangannya tidak akan optimal. Pada kondisi tertentu pula, misalnya jika ibu tidak dapat memberikan ASI pada bayinya karena alasan medis, maka bayi akan lebih sehat jika mendapat susu formula. Namun pada kondisi normal, baik pada ibu dan bayi, ASI tetaplah makanan terbaik bagi bayi. Sehingga, pada 6 bulan pertama bayi dianjurkan untuk diberikan ASI saja secara eksklusif, karena pada usia 0-6 bulan, kebutuhan gizi bayi sudah dapat dipenuhi hanya dengan ASI dan sistem pencernaannya pun belum sempurna sehingga belum dapat menerima makanan lainnya selain ASI.

Lalu sepenting apakah ASI bagi bayi ? Dan sehebat apa ASI jika dibandingkan dengan susu formula ? Sebagai anak manusia, tentu ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi. ASI merupakan makanan dengan kandungan gizi terlengkap yang sesuai dengan kebutuhan bayi, yang telah diciptakan oleh Tuhan. Bahkan di Indonesia sudah terdapat kebijakan dari pemerintah yang mengatur mengenai anjuran untuk memberikan ASI eksklusif Lalu sepenting apakah ASI bagi bayi ? Dan sehebat apa ASI jika dibandingkan dengan susu formula ? Sebagai anak manusia, tentu ASI adalah makanan yang terbaik bagi bayi. ASI merupakan makanan dengan kandungan gizi terlengkap yang sesuai dengan kebutuhan bayi, yang telah diciptakan oleh Tuhan. Bahkan di Indonesia sudah terdapat kebijakan dari pemerintah yang mengatur mengenai anjuran untuk memberikan ASI eksklusif

mortalitas atau kematian pada bayi yang disebabkan “ common childhood illnessess ” seperti diare atau pneumonia, dan membantu mempercepat proses penyembuhan selama sakit. Maka,

jika dibandingkan dengan susu formula, tentu ASI memiliki komposisi yang lebih lengkap. Perbandingan komposisi dari ASI dan susu formula dapat dilihat dari tabel berikut ;

Susu Formula ASI

Antibodi Hormon Anti virus Anti alergi Anti parasit Faktor pertumbuhan Enzim

DHA/ARA

DHA/ARA

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa seluruh kandungan dalam susu formula juga terdapat dalam ASI, namun tidak semua kandungan dalam ASI terdapat dalam susu formula. Dengan demikian, jelas sudah bahwa ASI sangat penting bagi bayi.

Perlu diketahui pula bahwa sesuai anjuran, susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi dibawah usia satu tahun. Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada kondisi tertentu atau khusus yaitu apabila bayi tidak dapat mendapatkan ASI, susu formula dapat diberikan sebagai pengganti ASI. Kondisi khusus tersebut diantaranya apabila bayi Perlu diketahui pula bahwa sesuai anjuran, susu formula sebaiknya tidak diberikan pada bayi dibawah usia satu tahun. Namun, seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa pada kondisi tertentu atau khusus yaitu apabila bayi tidak dapat mendapatkan ASI, susu formula dapat diberikan sebagai pengganti ASI. Kondisi khusus tersebut diantaranya apabila bayi

Bayi Belum Mengerti Rasa Makanan Sehingga Hanya Perlu Diberikan Satu Jenis

Makanan

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Masyarakat Indonesia khususnya yang berada di perdesaan tidak dapat dipisahkan dari berbagai anggapan atau kepercayaan yang belum terbukti kebenaran atau kesalahannya. Hal tersebut yang biasa disebut dengan mitos. Begitu banyak mitos yang berkembang dari mulut ke mulut dan dipercayai oleh sebagian masyarakat, tidak terkecuali mitos yang berhubungan dengan bayi. Salah satu mitos tentang bayi yang beredar di masyarakat adalah anggapan bahwa bayi belum mengerti rasa makanan, sehingga hanya perlu diberikan satu jenis makanan. Mitos tersebut tidak dapat serta-merta dikatakan benar atau salah. Karena mitos tersebut bisa menjadi benar atau salah, tergantung dengan kondisi atau keadaannya. Berikut penjelasannya agar Anda dapat memahami artinya dan dapat menilai dalam kondisi apa mitos tersebut benar dan dalam kondisi apa mitos tersebut salah.

Sebenarnya, bayi boleh saja diberikan satu jenis makanan, yaitu air susu ibu atau ASI. Namun, perlu digarisbawahi bahwa hal tersebut hanya berlaku pada saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan. Pada usia tersebut bayi memang diharuskan hanya mendapatkan ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya boleh diberikan ASI saja tanpa tambahan apapun. Namun, Sebenarnya, bayi boleh saja diberikan satu jenis makanan, yaitu air susu ibu atau ASI. Namun, perlu digarisbawahi bahwa hal tersebut hanya berlaku pada saat bayi berusia 0 hingga 6 bulan. Pada usia tersebut bayi memang diharuskan hanya mendapatkan ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya boleh diberikan ASI saja tanpa tambahan apapun. Namun,

Makanan pendamping ASI diberikan agar bayi tidak mengalami perlambatan kenaikan berat badan akibat kekurangan zat gizi yang dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan bayi selanjutnya. Selain untuk memenuhi kebutuhan zat gizinya, makanan pendamping ASI harus diberikan karena bertujuan agar bayi dapat mulai belajar untuk merasakan dan menerima jenis makanan yang lain selain makanan bertekstur cair. Pemberian jenis makanan pendamping ASI pun bertahap, diawali dengan makanan bertekstur halus, kemudian makanan bertekstur kasar, dan terakhir makanan padat seperti yang dimakan oleh orang dewasa. Beberapa penelitian mengatakan bahwa bayi yang terlambat diberikan makanan pendamping ASI, yaitu pada usia di atas 10 bulan, maka ia akan cenderung menerima makanan yang lebih tidak bervariatif atau cenderung menjadi pemilih dalam hal makanan, dibandingkan bayi yang mendapat makanan pendamping ASI sejak usia 6 bulan, karena motorik mulutnya terganggu. Dalam jangka lama, hal ini dapat mengakibatkan bayi mengalami berat badan kurang dibandingkan dengan rata-rata berat badan pada kelompok usianya.

Lalu, perlukah bayi mendapatkan makanan yang beragam ? Atau hanya cukup diberikan satu jenis makanan saja karena masih mendapatkan ASI ? Jawabannya sebagai berikut. Bayi berusia di atas 6 bulan membutuhkan banyak zat gizi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gizi tersebut tidak dapat hanya didapatkan dari satu jenis makanan, karena tidak ada satu jenis makanan pun yang memiliki zat gizi terlengkap. Oleh sebab itu, makanan yang diberikan harus bervariasi agar berbagai zat gizi didapatkan Lalu, perlukah bayi mendapatkan makanan yang beragam ? Atau hanya cukup diberikan satu jenis makanan saja karena masih mendapatkan ASI ? Jawabannya sebagai berikut. Bayi berusia di atas 6 bulan membutuhkan banyak zat gizi untuk membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Zat gizi tersebut tidak dapat hanya didapatkan dari satu jenis makanan, karena tidak ada satu jenis makanan pun yang memiliki zat gizi terlengkap. Oleh sebab itu, makanan yang diberikan harus bervariasi agar berbagai zat gizi didapatkan

Meskipun begitu pentingnya pemberian makanan tambahan untuk pemenuhan kebutuhan zat gizi bayi, namun pemberiannya harus memperhatikan kesiapan bayi dalam menerima jenis makanan tertentu, misalnya memberikan makanan dengan tekstur yang bertahap agar menyesuaikan dengan kemampuan sistem pencernaannya, kemudian diberikan dalam porsi yang sesuai dengan porsi bayi, sehat, bersih, dan aman. Untuk mendapatkan informasi yang lebih lanjut, konsultasikan dengan Ahli Gizi mengenai kebutuhan gizi bayi dan makanan tambahan yang tepat untuk bayi Anda.

Bayi Yang Tidak Mau Makan Boleh Diberikan Asi Saja

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Anda memiliki bayi yang telah berusia 6 bulan ke atas ? Apakah Anda mengalami masalah dimana bayi Anda susah makan atau menolak makanan yang diberikan ? Lalu solusi apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya ? Sudah benarkah solusi tersebut ? Berikut ini adalah ulasan yang perlu Anda baca untuk mendapatkan jawabannya.

Bayi berusia di atas 6 bulan sudah seharusnya mendapatkan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI diberikan dengan tekstur makanan yang bertahap, mulai dari Bayi berusia di atas 6 bulan sudah seharusnya mendapatkan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI diberikan dengan tekstur makanan yang bertahap, mulai dari

Di kalangan masyarakat, masih terdapat anggapan yang salah kaprah, jika bayi tidak mau makan, mereka hanya memberikan ASI saja. Hal ini mungkin dikarenakan masyarakat telah mengetahui bahwa ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, maka mereka menganggap tidak menjadi masalah jika bayi tidak mau makan, karena ASI saja sudah cukup. Anggapan tersebut benar, jika bayi mereka berusia 0 hingga 6 bulan, dimana bayi dengan usia tersebut memang hanya boleh mendapatkan ASI saja. Namun, jika bayi mereka telah berusia 6 bulan atau lebih, maka anggapan tersebut tidaklah tepat, karena bayi berusia 6 bulan ke atas membutuhkan zat gizi yang lebih banyak daripada bayi berusia dibawah 6 bulan. Sementara kebutuhan gizi yang meningkat tersebut tidak cukup hanya didapatkan dari ASI saja, mengingat beberapa kandungan ASI telah menurun prosentasenya seiring dengan bertambahnya usia bayi. Oleh sebab itu, bayi berusia di atas 6 bulan dianjurkan untuk diberikan makanan pendamping ASI untuk mencegah kekurangan gizi pada bayi hingga menyebabkan status gizi menurun. Selain itu, melalui pemberian makanan pendamping ASI, bayi dapat mulai belajar menerima makanan bertekstur selain cair. Hal tersebut juga berefek baik terhadap perkembangan motorik mulut bayi.

Dengan demikian, para ibu seharusnya bijak dalam memberikan makanan atau asupan terhadap bayinya. Meskipun ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, namun di saat usia bayi Dengan demikian, para ibu seharusnya bijak dalam memberikan makanan atau asupan terhadap bayinya. Meskipun ASI adalah makanan terbaik bagi bayi, namun di saat usia bayi

Makanan pendamping ASI dapat di buat sendiri di rumah atau dapat dibeli dalam bentuk kemasan siap pakai. Keduanya sama-sama baik dalam pemenuhan gizi bayi, namun apabila ibu membuat sendiri di rumah, bahan makanan yang digunakan dapat lebih beragam dan berganti-ganti setiap harinya agar bayi tidak bosan dan semakin mendapatkan zat gizi yang beragam pula. Namun dalam pembuatannya secara “home made” ibu harus

memperhatikan kualitas masing-masing bahan makanan, serta menjaga higiene dan sanitasi agar terhindar dari kontaminasi yang dapat membahayakan kesehatan bayi.

Memberi Makan Bayi Bisa Dengan Bermain, Yang Penting Bayi Mau Makan

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Sebagai orang tua, Anda tentu khawatir jika bayi Anda yang tidak mau atau susah menerima makanan. Karena seperti yang kita tahu bahwa bayi di atas usia 6 bulan harus mendapat makanan pendamping ASI untuk mencukupi kebutuhan gizinya yang telah bertambah. Di usia saat bayi mendapat makanan pendamping ASI, biasanya bayi tidak akan menolak makanan, bayi cenderung menerima apa yang disuapkan kepadanya. Namun, di usia satu atau dua tahun ke atas, mereka sudah mampu merasakan jenis-jenis makanan sehingga dapat menjadi pemilih soal makanan. Akibatnya, anak menjadi susah makan atau pun hanya mau makan jenis-jenis makanan tertentu saja.

Banyak orang tua yang anaknya susah makan melakukan segala cara agar anaknya mau makan, salah satunya dengan mengajak bermain. Meskipun akan memakan lebih banyak Banyak orang tua yang anaknya susah makan melakukan segala cara agar anaknya mau makan, salah satunya dengan mengajak bermain. Meskipun akan memakan lebih banyak

Menurut responsive feeding practice yang dianjurkan oleh WHO, salah satu yang disarankan adalah pada saat makan anak seharusnya tidak dengan bermain, menonton tv, ataupun bermain gadget. Hal ini agar anak tidak terdistraksi di saat makan. Pada saat makan, aktivitas yang dilakukannya seharusnya hanya makan saja tidak ada hal lain. Setelah selesai makan, sebaiknya tidak ada makanan lagi di dekat anak. Hal tersebut untuk menanamkan disiplin makan pada anak, sehingga mencegah anak kelebihan asupan dan mengalami obesitas. Dengan mengenali waktu makannya, anak akan mengerti kapan ia harus makan dan kapan ia merasa lapar, sehingga pada saatnya makan, ia akan memakan makanannya dan tidak menolak.

Makan dengan bermain membuat anak menjadi tidak fokus dengan makanannya, tidak dapat merasakan makanan dengan baik, tidak dapat mengenali kapan merasa kenyang dan lapar, serta cenderung tidak mengenali waktu atau jadwal makannya. Selain itu, makan dengan bermain dapat memperpanjang durasi makan. Durasi yang dianjurkan responsive feeding practice adalah tidak lebih dari 30 menit. Apabila sudah lebih dari 30 menit, singkirkan makanan dari anak. Selain itu, makan sambil bermain dapat pula diartikan oleh anak sebagai hal yang menyenangkan. Jika telah tertanam bahwa makan adalah hal yang menyenangkan maka ketika dewasa di saat ia mengalami stress, ia akan mengalihkan perhatiannya dengan banyak makan. Hal tersebut akan memicu obesitas ketika dewasa. Dengan demikian, sebaiknya orang tua tidak memberi makan anak dengan mengajaknya bermain, namun mencontohkan dengan benar bagaimana seharusnya sikap saat makan.

Boleh Hanya Memberikan Makanan Pendamping ASI yang Disukai Bayi

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Ketika bayi Anda sudah memasuki usia 6 bulan, maka sudah tiba saatnya bagi Anda untuk mulai memberikan makanan pendamping ASI. Makanan pendamping ASI diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi yang sudah tidak dapat dipenuhi dari ASI saja dan juga penting untuk perkembangan kemampuan psikomotor bayi. Namun muncul masalah ketika bayi Anda memasuki tahun kedua, pada usia ini bayi mengalami masa transisi untuk mulai beralih ke makanan dewasa sehingga ada kecenderungan untuk takut atau tidak mau menerima makanan baru yang ia anggap asing dan mulai memilih-milih makanan. Dengan problema tersebut terdapat anggapan di masyarakat bahwa boleh hanya memberikan makanan pendamping ASI yang disukai bayi. Apakah hal tersebut dibenarkan ?

Dengan hanya memberikan makanan yang disukai bayi, terdapat beberapa akibat yang berkaitan dengan asupan zat gizi. Yang pertama, belum tentu makanan yang disukai bayi adalah makanan yang sehat dan dapat memenuhi kebutuhan gizinya. Kedua, bayi hanya akan mendapatkan makanan yang monoton atau tidak beragam, dengan demikian asupan zat gizinya pun akan tidak beragam. Padahal tidak ada satu jenis makanan pun yang memiliki zat gizi paling lengkap, maka anjurannya adalah makan makanan yang beragam agar zat gizinya saling melengkapi. Ketiga, bayi tidak dapat belajar menerima makanan baru terutama di masa transisinya, sehingga di saat usianya sudah cukup untuk makan makanan dewasa ia belum mau menerimanya. Dengan beberapa akibat di atas, dapat dikatakan bahwa anggapan untuk hanya memberikan makanan pendamping ASI yang di sukai bayi tidaklah tepat.

Preferensi makanan anak-anak sangat mempengaruhi asupannya, dan oleh karena itu penting untuk memahami bagaimana preferensi ini timbul. Penelitian psikologis mengungkapkan interaksi yang kompleks dari faktor bawaan, faktor belajar dan faktor

lingkungan adalah yang membentuk pola makan anak. Preferensi makanan berkembang dari kecenderungan yang ditentukan secara genetik seperti rasa manis dan asin dan tidak suka rasa pahit dan asam. Dalam usia 1-3 tahun, regulasi asupan energi akan efektif jika ada tawaran jenis makanan polos atau tidak berasa. Dengan makanan polos, anak akan memilih diet mereka dan memiliki pertumbuhan yang teratur, tanpa instruksi dari orang dewasa. Selain teori self-regulation ada bukti bahwa perilaku makan dapat dipelajari dan sangat mungkin untuk memodifikasi asupan energi dengan cara menawarkan makanan secara berulang-ulang. Akuisisi rasa untuk makanan tertentu merupakan konsekuensi dari pembelajaran. Dengan demikian apabila bayi menolak makanan tertentu dan menerima makanan tertentu, orang tua tidak boleh mengikutinya. Sebaiknya orang tua tetap memperkenalkan makanan-makanan lain yang sehat selain yang diinginkan anak, karena meskipun preferensi makanan berkembang dari kecenderungan genetik, namun dapat dimodifikasi dengan pengalaman.

Hati Adalah Organ Beracun Jangan Diberikan Pada Bayi !

Oleh: Nadia Savitri, S.Gz.

Mitos mengenai makanan tumbuh dan berkembang di masyarakat Indonesia. Mitos tersebut berawal dari kepercayaan – kepercayaan yang ada di tengah - tengah masyarakat itu sendiri. Mitos tentang makanan tidak selamanya akan menjadi mitos, karena seiring dengan berkembangnya ilmu dan teknologi khususnya di bidang gizi dan juga pangan, mitos - mitos makanan yang dipercayai masyarakat dapat dibuktikan kebenaran atau ketidakbenarannya. Salah satu mitos atau kepercayaan yang cukup dikenal masyarakat adalah tentang memakan organ hati. Meskipun di Indonesia sendiri khususnya Pulau Jawa, organ hati sapi dan hati ayam mudah ditemukan di penjual daging di pasar tradisional maupun di pasar modern seperti supermarket, namun tidak semua masyarakat mengonsumsinya dengan alasan yang mereka tidak ketahui benar atau salahnya.

Sebagian dari masyarakat terbiasa mengonsumsi hati dan sebagian lagi tidak mengonsumsinya karena percaya bahwa hati adalah organ yang beracun. Sehingga apabila dimakan akan menyebabkan keracunan pada si pemakan. Dari sebagian yang terbiasa mengonsumsi hati pun ada yang beranggapan bahwa hati hanya boleh dimakan oleh orang dewasa dan tidak diperbolehkan untuk bayi dan anak-anak. Dengan demikian cukup terlihat kekhawatiran masyarakat dalam mengonsumsi hati sapi dan ayam, terutama untuk dikonsumsi bayi dan anak-anak. Lalu bagaimanakah kebenarannya ? Benarkah hati beracun jika dimakan ? Atau benarkah hati berbahaya jika dimakan bayi dan anak-anak ? Berikut ulasannya.

Hati merupakan organ vital bagi manusia dan hewan. Salah satu fungsi utama hati adalah detoksifikasi atau memecah senyawa yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Fungsi inilah yang dikatakan bahwa hati berfungsi untuk menetralkan racun. Hal ini yang menjadi salah kaprah di masyarakat, hati dikatakan sebagai organ yang beracun untuk dimakan. Padahal, hati bertugas menetralkan racun, dan bukan berarti karena fungsi tersebut hati menjadi tempatnya racun sehingga beracun untuk di makan, karena senyawa-senyawa racun telah dipecah oleh hati dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat yang kemudian dikeluarkan melalui urin.

Hati aman untuk dikonsumsi apabila hati tersebut berasal dari hewan yang sehat, dalam kondisi yang baik ketika akan dimasak atau tidak busuk, dan dengan proses pemasakan yang baik pula. Orang tua tidak perlu khawatir untuk memberikan hati sebagai makanan pendamping ASI, karena hati merupakan sumber lemak, protein hewani, vitamin A, asam folat, zat besi, dan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi. Dalam 100 gram hati sapi mengandung 161 kalori, 24.4 gram protein, 4.9 gram lemak, 389 mg kolesterol, 20357 µg vitamin A, 290 µg asam folat, 235 mg kalium, 404 mg fosfor,

6.8 mg zat besi, dan 6.1 zink. Sedangkan dalam 100 gram hati ayam mengandung 157 kalori,

24.4 gram protein, 5.5 gram lemak, 631 mg kolesterol, 11325 µg vitamin A, 590 µg asam folat, 140 mg kalium, 312 mg fosfor, 8.5 mg zat besi, dan 4.3 mg zink. Lemak dan kolesterol diperlukan oleh bayi untuk perkembangan otak, protein diperlukan untuk metabolisme, mengganti sel yang rusak, dan mencegah bayi mengalami kekurangan energi protein atau KEP, vitamin A diperlukan untuk kesehatan penglihatan dan kekebalan tubuh, asam folat dan zat besi berfungsi untuk mencegah anemia, serta zink dan fosfor dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Dengan demikian, pernyataan bahwa hati adalah organ beracun sehingga tidak boleh diberikan pada bayi tidaklah benar. Kebenarannya justru sebaliknya, hati mengandung zat – zat gizi yang sangat dibutuhkan oleh bayi. Hati dapat diberikan sebagai makanan pendamping ASI, konsistensinya yang lunak tidak akan menyusahkan bayi. Untuk bayi yang belum dapat mendapat makanan lunak, setelah direbus hati dapat diblender atau dihaluskan bersamaan dengan sayuran.

Zat Gizi

Hati Sapi

Hati Ayam

Kalori/energi

Protein (g)

Lemak (g)

Kolesterol (mg)

Vitamin A (µg)

Kalium (mg)

Asam Folat (µg)

Zat Besi (mg)

Fosfor (mg)

Zink (mg)

Kandungan Gizi Hati Sapi dan Hati Ayam dalam 100 gr

Madu Untuk Bayi

Oleh: Nurhidayah Husna, S.Gz.

Siapa sih yang tidak tahu dengan makanan satu ini? Yaap.. madu.. sejak dari jaman kakek nenek moyang dulu madu sudah di kenal sebagai makanan dengan banyak manfaatnya. Manfaat yang dihasilkan setelah mengonsumsi madu tidak lepas dari kandungan yang ada dalam madu. Madu mengandung gula yang berbeda dengan gula pasir atau pemanis pada umummnya. Dalam madu kandungan gula utamanya adalah jenis glukosa dan fruktosa sementara gula pasir atau gula lainnya mengandung sukrosa. Hal ini yang membuat madu mudah di serap dalam darah.

Madu juga dalam beberapa kajian ilmiah dapat menjadi anti oksidan karena mengandung berbagai vitamin dan mineral yang baik bagi tubuh. Kandungan Fe dalam madu juga dapat membantu penderita anemia dalam meningkatkan kadar hemoglobin darahnya.