BUTIR-BUTIRAN DAN LIMBAHNYA

3. Pollard (dedak gandum – Triticum sativum lank)

Pollard merupakan limbah dari penggilingan gandum menjadi terigu. Angka konversi pollard dari bahan baku sekitar 25-26%. Pollard merupakan pakan yang

popular dan penting pada pakan ternak, karena palatabilitanya cukup tinggi.

Pollard tidak mempunyai antinutrisi, tetapi penggunaan pollard perlu dibatasi mengingat adanya sifat pencahar yang ada pada pollard. Karena danya sifat pencahar, maka pollard akan bernilai apabila diberikan pada ternak yang baru atau setelah melahirkan. Pollard juga akan bernilai sangat baik apabila diberikan pada ternak-ternak dara.

Secara kualitatif kualitas pollard dapat diuji dengan menggunakan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density pollard adalah 208.7 g/l. Bulk density yang lebih besar atau lebih kecil dapat berarti adanya kontaminasi atau pemalsuan. Makin banyak pollard yang mengapung, makin banyak sekam yang terdapat pada pollard tersebut. Uji flouroglunicol dapat juga dipakai untuk menguji sekam pollard. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, raa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui pollard yang baik. Kualitas pollard secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan mengunakan metode proksimat (tabel 8).

Gambar 5. Pollard halus (giling)

Pollard merupakan salah satu pakan ternak yang popular, dan nilai produksi yang dihasilkan tampaknya lebih besar daripada yang diperkirakan dari kandungan protein dan kecernaan nilai zat makanannya. Pemberian pollard biasanya dicampur dengan butiran dan dengan pakan yang kaya protein seperti bungkil-bungkilan. Pollard mempunyai nilai yang tinggi ketika dipakai lebih dari ¼ bagian konsentrat.

Kualitas protein pollard lebih baik dari jagung, tetapi rendah daripada kualitas protein bungkil kedelai, susu, ikan dan daging. Pollard kaya akan phospor (P) feerum (fe) tetapi miskin akan kalsium (Ca). Pollard mengandung 1.29% P, tetapi hanya mengandung 0.13% Ca. Bagian terbesar dari P ada dalam bentuk phitin phospor. Pollard tidak mengandung vitamin A atau vitamin, tetapi kaya akan niacin dan thiamin.

4. Ampas Bir

Bir dibuat dari bahan baku yang terdiri dari gandum, beras dan jagung. Untuk setiap kilogram bahan baku akan menghasilkan limbah yang sama banyaknya

yaitu satu kilogram. Ampas bir cukup disukai ternak, sedangkan ampas segar yang telah disimpan tanpa perlakuan yang baik dapat menurunkan palatabilitas.

Ampas bir yang dibuat dari bijian yang tidak mengandung antinutrisi, maka ampas bir juga tidak mengandung antinutrisi. Ampas bir yang dibuat dari bahan baku gandum akan mempunyai sifat pencahar, sedangkan bila dipergunakan butiran lain yang tidak mempunyai sifat pencahar, maka ampas bir yang dihasilkannya pun tidak mempunyai sifat pencahar.

Secara kualitatif kualitas tepung ampas bir dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu juga organoleptik seperti tekstur, rasa,

warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas bir, analisa PK dan SK perlu dilakukan.

5. Shorgum (Shorgum bicolor)

Kulaitas shorgum hampir mirip dengan jagung (tabel 8), walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi Kulaitas shorgum hampir mirip dengan jagung (tabel 8), walaupun ukuran butirannya lebih kecil. Proteinnya umumnya lebih tinggi daripada jagung, tapi

Kandungan serat kasar shorgum cukup rendah sehingga dapat diberikan pada unggas, tapi bila pengunaannya menggantikan jagung perlu diperhatikan

karena shorgum tidak mempunyai xanthopyll. Penggunaan shorgum perlu mendapatkan perhatian karena kandungan tanninnnya yang tinggi. Diduga kandungan tannin ini dapat menyebabkan gangguan pada ternak.

Gambar 6. Shorgum

6. Biji Kedele (Glycine max)

Produksi per hektar tergantung tipe kedele, jenis tanah, pemupukan serta cuaca. Biji kedele sangat disukai ternak. Pemakaian yang terlalu tinggi tanpa

diikuti dengan penambahan hijauan berkualitas baik akan berdampak negatif pada kandungan vitamin A dan warna kuning lemak mentega yang dihasilkan.

Biji kedelai mengandung zat penghambat protease yang bila bergabung dengan trypsin akan membentuk senyawa kompleks yang tidak aktif. Penghambat ini dapat menyebabkan hipertropy pada pancreas. Mode aksi dari penghambat ini adalah dihambatnya sekresi enzym pancreas. Perlakuan pemanasan pada temperatur yang tepat (250 o

F selama 2.5-3.5 menit) dapat menghancurkan bahan ini. Anti vitamin B-12 merupakan cara yang terbaik untuk menanggulangi masalah ini. Goitrogens merupakan bahan yang menghampbat penyrapan yodium.

Secara kualitatif kualitas tepung kedele dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density tepung kedelai tidak dikuliti yang baik adalah 642.3 g/l. Makin banyak bahan yang mengambang pada uji apung menandakan, makin banyak biji yang rusak yang terdapat pada biji kedele tersebut. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas tepung kedele yang baik.

Gambar 7. Pohon Kedelai

Kualitas tepung kedele secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8).

Tepung kedelai mengandung protein yang tin ggi dibandingkan dengan bijian lainnya yang umum dipakai untuk pakan. Kandungan protein kasar rata -rata tepung kedele adalah 37.9%.

Tepung kedele juga tinggi kandungan lemaknya (18%) dan rendah kandungan serat kasarnya (5%). TDN tepung kedele lebih tingg i dari jagung. Hal ini dapat dimengerti karena tingginya kadar lemak pada kedele. Varietas kedele hitam mengandung lemak yang lebih rendah dari varietas kuning.

Kedele agak rendak kandungan Ca (0.25%). Kandungan phospor kedele juga randah (0.59) bila dibandingkan dengan kandungan phospor pada bungkil kapas dan gandum. Seperti halnyabijian lainnya, kedele defisiensi vitamin D dan

tidak mengandung caroten. Walaupun kedele mengandung riboflavin yang rendah, kandungan ini masih lebih tinggi dari jagung dan oat.

7. Bungkil Kedele

Bungkil kedele merupakan limbah dari industri minyak biji kedele. Bungkil ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedele yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah.

Secara kualitatif kualitas bungkil kedelai dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kedele yang baik adalah 594.1-610.2 gr/l. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau

dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bungkil kedele.

Gambar 8. Bungkil Kedelai dan Penyimpanannya

Kualitas bungkil kedele secara kuantitatif dapat dilakuakan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8). Kandungan protein bungkil

kedele yang diperoleh dengan cara mekanik adalah 41% dan mempunyai kandungan lemak 4.8%, sedangkan yang diperoleh dengan pelarutan mempunyai kandungan lemak sebesar 1.32%. Bungkil kedele mengandung serat kasar lebih rendah dibandingkan bungkil biji kapas.

Bungkil kedele agak rendah mengadung kalsium (0.27%). Kandungan phospor lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0.63%. Seperti biji kedele, bungkil kedele tidak menyediakan carotin dan vitamin

D. Bungkil kedele tidak kaya riboflavin tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niacin tidak tinggi. Kandungan thiamin bungkil kedele sama dengan butiran lainnya.

8. Ampas Tahu

Ampas tahu merupakan limbah dari pabrik tahu yang jumlahnya bervariasi tergantung dari proses pembuatan. Jumlah ampas tahu yang dihasilkan berselang dari 25% sampai 67% dengan rata-rata adalah 39.2%. Ampas ini cukup disukai ternak terutama yang masih segar.

Ampas tahu berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas tahu adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas tahu tidak mempunyai sifat pencahar. Akan tetapi penanganan ampas tahu segar harus sebaik mungkin, Penanganan yang tidak baik terhadap ampas tahu segar dapat mengakibattkan penurunan nilai nutrisi dan juga menurunkan palatabilitas.

Secara kualitatif ampas tahu dapat diuji dengan bulk density. Selain itu uji oragnoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas tahu yang baik. Kualitas ampas tahu secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium d engan metode proksimat (tabel 8).

Gambar 9. Ampas Tahu

Ampas tahu tersedia dalam bentuk basah. Kandungan air ampas tahu tinggi yaitu sekitar 89.96%. Komposisi kimia ampas tahu bervariasi yang salah satunya tergantung pada proses pembuatan yang beragam. Ampas tahu sudah banyak digunakan untuk pakan ternak. Dilapangan ampas tahu digunakan berkisar 12% sampai 95% dari campuran konsentrat. Berdasarkan perhitungan kadar air yang ada pada ampas tahu, maka sebaiknya ampas tahu basah tidak diberikan ke ternak lebih dari 41%. Kandungan TDN ampas tahu berkisar antara 21-24% tergantung pada cara pengolahan dan kualitas bahan baku.

9. Ampas Kecap

Bahan baku untuk membuat kecap adalah biji kedele. Ampas kecap dihasilkan sebesar 59.7% dari bahan baku kedele. Ampas ini cukup disukai oleh ternak.

Ampas kecap berasal dari kedele dan oleh karena itu anti nutrisi yang terdapat pada ampas kecap adalah sama dengan kedele hanya konsentrasinya lebih sedikit karena telah mengalami pengolahan. Ampas kecap tidak mempunyai sifat pencahar. Tetapi perlakuan yang tidak baik terhadap ampas kecap khususnya ampas kecap segar dapat mengakibatkan tumbuhnya jamur yang selanjutnya dapat mengakibatkan menurunnya nilai nutrisi ampas tersebut.

Secara kualitatif kualitas ampas kecap dapat diuji dengan menggunakan bulk density ataupun uji apung. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas ampas kecap yang baik. Kualitas ampas kecap secara kualitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8).

Ampas kecap masih mempunyai nilai gizi yang baik. Oleh karena itu dibeberapa daerah ampas kecap masih dipergunakan untuk makanan manusia. Ampas kecap mempunyai kandungan protein berkisar antara 21-34% tergantung pada proses pengolahan dan kualitas bahan baku yang digunakan.

10. Kacang Tanah (Arachis hypogea)

Produksi per hektar tergantung pada jenis kacang tanah, jenis tanah, pemupukan dan cuaca. Kacang ini disukai ternak dan merupakan pakan

suplementasi protein dari tumbuhan yang secara luas dipakai untuk ternak. Goitrogens adalah antinutrisi yang terdapat pada kacang tanah. Anti nutrisi ini dapat mengakibatkan thyroid membesar. Perlakuan panas dan pemberian yodium (I) yang cukup merupakan metode yang baik untuk menanggulangi masalah anti nutrisi ini. Selain kacang tanah mempunyai sifat pencahar, sehingga perlu pembatasan penggunaannya dalam ransum.

Gambar 10. Kacang Tanah

Secara kualitaitif kualitas kacang tanah dapat diuji dengan menggunakan bulk density. Sela in itu uji organoleptik seperti tekstur. Rasa, warna dan bau dapat

dipakai untuk mengetahui kualitas kacang tanah yang baik. Kualitas kacang tanah secara kuantitatif dapat dialkuka dilaboratorium dengan menggunakan metode prosimat.

Meskipun kacang tanah yang tidak dikuliti mengandung serat kasar tinggi, mereka mempunyai TDN yang tinggi karena tingginya kandungan lemak (36%). Seperti kedele, kacang tanah juga defisien dalam carotin, vitamin D, kalsium (Ca)

dan mengandung phospor yang tidak terlalu tinggi.

11. Bungkil Kacang Tanah

Bungkil kacang tanah adalah merupakan limbah dari pengolahan minyak kacang tanah. Bungkil kacang tanah disukai ternak dan merupakan supplemen

protein tumbuhan yang berkualitas baik. Tapi bungkil ini mempunyai anti nutrisi yang dapat mengakibatkan kelenjar thyroid membesar dan juga mempunyai sifat pencahar, tapi pengaruhnya lebih randah dibandingkan dengan kacang tanah.

Secara kualitatif kualitas bungkil kacang tanah dapat diuji dengan uji bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kacang tanah adalah 465.6 g/l. Selain itu juga uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kacang tanah yang baik. Uji sekam dengan flouroglucinol dapat juga dilakukan. Kualitas bungkil kacang tanah secara kuantitatif dapat dilakukan dilaboratorium dengan menggunakan metode proksimat (tabel 8).

Bungkil kacang tanah mengandung protein sekitar 46.62% dan serat kasar 5.5%. Bila serat kasar lebih tinggi maka telah terjadi pemalsuan sekam dan karena itu produk tersebut tidak dapat disebut bungkil kacang tanah tetapi bungkil kacang tanah dan sekam.

Bungkil kacang tanah mempunyai protein tercerna (DP) 42.4% dan TDN 84.5%. Nilai ini lebih tinggi dari bungkil kedele. Bungkil kacang tanah dan sekam mengandung protein kasar (PK) 41%, protein tercerna 36.6% dan total nutrien tercerna (TDN) 73.3% lebih tinggi dari PK, DP dan TDN bungkil biji kapas.

Tabel 8. Komposisi kimia butir -butiran dan limbahnya (%BK)

BetaN Ca P

Jagung 88.0 2.41 10.82 5.89 3.37 77.49 0.05 0.31 Dedak kasar

89.6 15.87 6.53 2.36 29.81 34.89 0.14 0.60 Dedak halus

88.0 3.60 16.90 4.10 7.40 67.60 0.09 0.75 Bungkil kedelai

88.0 6.97 47.12 3.80 8.69 33.29 0.27 0.68 Bk. K. anah

89.2 5.51 35.78 11.13 7.42 33.29 0.29 0.52 Kacang tanah

- 0.22 0.66 Ampas tahu

11.0 11.04 3.26 26.81 7.79 43.93 0.47 0.18 Ampas Kecap

12.0 12.00 29.31 17.79 6.35 20.55 0.46 0.43 Ampas Bir

Kualitas protein bungkil kacang tanah adalah baik dan hampir sama dengan bungkil kedele. Tetapi bungkil kacang tanah biasanya mengandung lisin yang lebih rendah daripada bungkil kedele. Bungkil kacang tanah mengandung kalsium (Ca) yang rendah dan kandungan phospornya (P) adalah setengah dari kandungan bungkil biji kapas. Selain itu bungkil kacang tanah kurang karotin, vitamin D, thiamin, riboflavin,tetapi kaya akan niacin dan asam pantotenat. Direkomendasikan untuk memberikan bungkil kacang tanah ke ternak sebanyak kurang lebih ¼ dari total konsentrat.