Limbah peternakan/hewan Isi Rumen
2. Limbah peternakan/hewan Isi Rumen
Isi rumen diperoleh dari rumen sapi yang telah dipotong (terutama di rumah pemotongan hewan). Kualitas isi rumen tergantung dari makanan ternak yang dikonsumsinya. Isi rumen akan mengandung zat antinutrisi bila ternak tersebut mengkonsumsi zat antinutrisi. Isi rumen tersebut dapat pula mengandung mikroba patogen (berbahaya) jika proses pengolahan dengan pemanasan tidak sempurna.
Isi rumen dipisahkan antar cairan dan padatan melalui proses pengepresan. Padatan dikeringkan dengan suhu 100 0
C sehingga mengandung kadar air 12% dan juga untuk membunuh bakteri yang patogen.
Penyimpanan isi rumen bentuk padatan dengan temperatur kamar pada kadar air dibawah 12%. Komposisi kimia isi rumen (%BK) adalah: abu 11%, protein kasar 17.6%, lemak kasar 2.1%, serat kasar 28%, Beta -N 41.40%, Ca 0.79% dan P 0.67%. Kendala penggunaan isi rumen sebagai makanan ternak adalah baunya, sehingga palatabilitasnya sangat rendah.
Limbah Penetasan
Termasuk limbah penetasan adalah telur infertil, telur tetas dengan embrio mati dan anak ayam umur sehari (DOC). Nilai gizinya hampir sama dengan tepung daging. Tepung limbah penetasan mengandung protein 10-16% untuk ternak unggas. Selain sebagai sumbe protein tepung limbah penetasan juga dapat digunakan sebagai sumber mineral kalsium dan phosphor.
Tepung Limbah Kodok
Tepung ini dapat dibuat dari limbah kodok yang terdiri dari tubuh kodok tanpa paha belakang dengan konversi 70% dari total kodok. Kodok mentah sudah
sering diberikan pada ternak babi dan bebek dengan cara dicacah. Untuk unggas perlu mengalami pengolahan menjadi tepung. Keuntungan proses penepungan adalah menghilangkan unsur-unsur yang patogen dan merugikan unggas. Pemakaiannya dalam ransum berkisar 10%, lebih dari 10% kurang palatabel dan bau amis yang menyengat. Komposisi zat makanan tepung kodok (%BK) adalah: abu 18.33%, protein kasar 67.70%, lemak kasar 10.84%, serat kasar 0.61%, Beta- N 2.18%, Ca 5.14% dan P 2.84%.
Tepung Bekicot
Tepung bekicot merupakan bahan makanan ternak sumber protein hewani yang dapat menggantikan tepung ikan dalam ransum babi, bebek dan ayam. Tepung bekicot terbuat dari bekicot mengandung protein 60% (Cresswell dan Kompiang, 1981), 56.1% (Pujowiyatno, 1982), sedangkan menurut Emmy S. (1980) adalah 69-70.39%. kandungan serat kasarnya hanya 0.08%, bahan kering 9.19-9.25%. kandungan Ca 2%, P 8%, lysine 0.6%, methionin % dan ME = 3400 kkal/kg.
Cresswell dan Habibie (1981) menunjukkan bahwa penggunaan 10% tepung bekicot dalam ransum ayam petelur dapat menghasilkan produksi yang sama dengan kontrol. Lestari Gunawan (1972) menyatakan kombinasi tepung ikan dengan tepung bekicot pada ransum ayam broiler akan menghasilkan pertambahan bobot ayam yang lebih baik dari ransum yang hanya mengandung tepung ikan saja atau tepung bekicot saja. Sedangkan Beng et al (1982) dan Kompiang (1979) menganjurkan penggunaan tepung bekicot mentah dalam ransum tidak lebih dari 10% dan 15% untuk bekicot yang direbus.
Keong Mas
Keong mas merupakan sumber protein hewani alternatif untuk ternak. Rumah atau cangkangnya bisa digunakan sebagai sumber mineral, terutama Ca. walaupun tidak sebaik kualitas tepung ikan, daging keong mas bisa digunakan sebagai sumber protein. Komposisi kimianya (%BK) adalah: bahan kering 92.49%, abu 9.03%, protein kasar 30.68%, lemak kasar 3.2%, serat kasar 2.45%, Beta-N 24.32%, Ca 7.5% dan P 0.97% masalah utama penggunaan keong mas adalah adanya racun pada lendirnya, tetapi tidak terlalu berbahaya untuk ternak. Metode pengolahan yang baik akan menghilangkan racun tersebut. Penggunaannya pada ransum maksimal 15%.
Cacing Tanah (Lumbricus sp.)
Cacing tanah adalah salah satu bahan yang mempunyai potensi sebagai sumber protein dan merupakan bahan berasal hewan yang belum begitu banyak digunakan sebagai bahan makanan ternak. Cacing tanah selain jarang dikonsumsi langsung oleh ternak juga dijumpai pada areal tanah kebun rumput yang mendapatkan pupuk kandang atau pembuangan sampah yang dalam keadaan lembab. Berdasarkan penelitian-penelitian pada bedengan yang diberi kotoran ternak berukuran 0.4072 ha terdapat kurang lebih satu juta ekor cacing Cacing tanah adalah salah satu bahan yang mempunyai potensi sebagai sumber protein dan merupakan bahan berasal hewan yang belum begitu banyak digunakan sebagai bahan makanan ternak. Cacing tanah selain jarang dikonsumsi langsung oleh ternak juga dijumpai pada areal tanah kebun rumput yang mendapatkan pupuk kandang atau pembuangan sampah yang dalam keadaan lembab. Berdasarkan penelitian-penelitian pada bedengan yang diberi kotoran ternak berukuran 0.4072 ha terdapat kurang lebih satu juta ekor cacing
Keistimewaan cacing tanah adalah mempunyai protein kasar yang tinggi dan sumber mineral fosfor, akan tetapi Ca-nya rendah. Kandungan asam amino lisin dan metioninnya lebih tinggi dibandingkan dengan protein biji-bijian. Cacing tanah mampu mensubstitusi sumber protein seperti tepung ikan dan bungkil kedele. Tepung cacing tanah sebaiknya digunakan sebesar 10% dalam ransum.