Bijian dan butiran

1. Bijian dan butiran

Bungkil jagung

Pengolahan jagung untuk min ya k jagung dapat menghasilkan makanan ternak yang tergolong inkonvensional yaitu bungkil biji jagung. Komposisi gizi limbah minyak jagung (%BK) adalah sebagai berikut BK = 88.06%, Abu = 11.10%,

Protein Kasar = 21.89%, Lemak = 0.33% , Serat Kasar = 8.9%, Beta -N = 53.10%, Ca= 0.06% dan P = 2.18%.

Bungkil jagung dipergunakan sebagai sumber energi untuk ternak. Penggunaan bungkil jagung untuk ternak telah diteliti oleh Sudaryanti (1981)

bahwa bungkil jagung dapat mengganti bungkil kelapa sebanyak 10 – 20%. Sedang Nitis (1981) telah menggunakan bungkil jagung untuk unggas 30 – 40%, Babi 40 – 50% dan sapi sebanyak 30% tetapi Wahyu (1984) menyarankan penggunaan bungkil jagung tidak lebih dari 20% untuk unggas.

Biji Kecipir (Psophocarpus Tetrabonolobus (L.) DC )

Jenis Psophocarpus mempunyai sembilan species, 2 diantaranya adalah psophocarpus tetragonolobus dan psophocarpus palustris telah lama digunakan

sebagai sumber pangan. Psophocarpus tetragonolobus tampil lebih produktif.

Tanaman kecipir diduga berasal dari Papua Nugini dan Asia Tenggara dan tersebar ke Ghana dan Nigeria (NAS, 1975 dan KAY, 1979). Nilai gizi (%BK) biji

kecipir hampir sama dengan kedelai sebagai berikut : Kadar air 8.7 – 24.6%, Protein 29.8 – 39.0%, Lemak 15.0 – 20.4%, Beta-N 23.9 – 42.0 %, Serat kasar,

3.7 – 16.1% da Abu 3.3 – 4.9%.

Komposisi asam amino biji kecipir mirip dengan kacang kedelai, tetapi agak berbeda kandungan lisin yaitu masing-masing 9.6 mg/g dan 6.83 mg/g. Kandungan Trypthopan kecipir (0.73 mg/g) lebih randah daripada kacang kedelai (1.28 mg/g). Biji kecipir kekurangan asam amino bersulfur methionin dan sistin sama seperti kedelai.

Kandungan anti nutrisi dalam kecipir juga mirip dengan kedelai yaitu mengandung anti tripsin dan anti chimotripsin yang dapat menghambat kerja

tripsin dan chimotripsin yang bersifat yang bersifat proteolitik. Untuk menghilangkan zat anti nutrisi ini dapat dilakukan dengan : perendaman,

pengukusan/pemasakan atau penyanggraian/penggorengan tanpa minyak. Biji kecipir dapat mengganti kacang kedelai dalam ransum ternak setelah dipanaskan seperti tersebut di atas.

Biji Kapuk (Ceiba Petanra)

Hasil utama dari tanaman kapuk adalah serat buah kapuk sedangkan biji kapuk merupakan limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai sumber bahan

baku pembuatan minyak biji kapuk. Bungkil biji kapuk dihasilkan dari proses pembuatan minyak kapuk adalah sebanyak 40% menurut Vademekum Pertanian (1957) sedangkan PT. Kimia Farma memperoleh hasil sebanyak 70% dan kotorannya 11%. Pemanfaatan bungkil biji kapuk di masyarakat kita yaitu untuk pupuk organik tanaman tembakau atau untuk makanan ternak. Kandungan gizinya (%BK) adalah : BK 90.73%, Abu 6.94%, Protein kasar 31.37%, Lemak kasar 5.83%, Serat kasar 31.81%, Beta-N 32.42%, Ca 0.40% dan P 0.87%. Pemberian bungkil biji kapuk terhadap ternak adalah sebagai berikut : untuk unggas tidak lebih 5%.

Bungkil Biji Kapas (Gossypium Irsutum)

Pertanian tanaman kapas menghasilkan hasil utama adalah kapas, sedangkan biji kapas merupakan hasil sampingan yang dapat diproses menjadi

minyak biji kapas dengan limbahnya yaitu bungkil biji kapas. Bungkil biji kapas dihasilkan dari proses pembuatan minyak kapas sebanyak 47%. Berdasarkan McDonald et al (1973) bahwa komposisi kimia (%BK) bungkil kapas adalah : dengan kulit bahan kering 80%, Abu 7.2%, Protin kasar 25.37%, Lemak Kasar 6.00%, Serat Kasar 27.25% dan Beta-N 34.13%. Sedangkan tanpa kulit mempunyai komposisi kimia ( 5% BK) adalah : Bahan Kering 90%, Abu 7.39%, Protein 45.625%, Lemak Kasar 8.80%, Serat Kasar 8.60%, Beta -N 30.35%, Ca 0.20% dan P 1.28%.

Protein bungkil kapas mempunyai kualitas yang baik tetapi asam amino sistin, methionin dan lisin rendah. Bungkil ini kaya akan thiamin tetapi miskin akan caroten. Energi Metabolisme bungkil biji kapas untuk ternak ruminansia masing-

masing 1.99 kkal/g (dengan kulit) dan 2.84 kkal/g. Bungkil biji kapas mengandung gossipol yang dapat mempengarusi kuning telur pada proses penyimpanan.

Pemberian bungkil biji kapas untuk ternak sapi perah dengan dosis 50% akan meningkatkan produksi susu sedangkan Kompyang (1984) menyatakan dapat sebagai pengganti tepung kedelai dalam ransum ayam petelur sebanyak 50-100%. Pemberian pada babi terbatas sampai 9% dari ransum.