LIMBAH INDUSTRI PERKEBUNAN

C. LIMBAH INDUSTRI PERKEBUNAN

1. Bungkil Kelapa (Cocos nucifera)

Limbah industri kelapa yang dapat dimanfaatkan ternak terutama adalah bungkil kelapa. Kualitas bungkil kelapa bervariasi tergantung pada cara pengolahan dan mutu bahan baku. Berdasarkan komposisi kimianya, bungkil kelapa termasuk sumber protein untuk ternak. Dalam pemakaian terutama untuk monogastrik perlu diperhatikan keseimbangan asam aminonya, karena bungkil kelapa kekurangan asam amino lisin dan histidin. Bungkil kelapa bisa digunakan untuk unggas sebaiknya tidak lebih dari 20%, babi 40 -50% dan ruminansia 30%.

2. Limbah Industri Coklat (Theobroma cacao)

Limbah industri coklat adalah kulit buah, kulit biji dan Lumpur coklat. Kulit buah merupakan 71% dari buah sedangkan kulit biji coklat sekitar 15%.

Limbah industri coklat merupakan sumber protein yang baik untuk ternak ruminansia karena tidak mudah untuk didegradsi dalam rumen. Namun bahan ini

mengandung zat racun.

Kulit coklat buah mengandung protein rendah dan serat kasar yang tinggi sehingga penggunaannya terbatas hanya untuk ruminansia. Akan tetapi kulit biji coklat mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bisa digunakan untuk semua jenis ternak. Penggunaan kulit buah coklat pada ungas dan babi bisa sekitar 10-24%, sedangkan pada ruminansia bisa sekitar 30-40%.

3. Limbah Industri Kelapa Sawit

Ada dua tahap pengolahan kelapa sawit. Tahap pertama pengolahan sawit dari buah sawit yang menghasilkan minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), inti kelapa sawit, serat kelapa sawit dan lumpur kelapa sawit. Tahap kedua adalah pengolahan inti kelapa sawit yang akan menghasilkan minyak inti sawit dan bungkil kelapa sawit.

Tiga jenis limbah industri kelapa sawit yang dapat dimanfaatkan oleh ternak adalah, bungkil kelapa sawit, lumpur kelapa sawit dan serat kelapa sawit. Angka konversi dari Lumpur sawit adalah 30% dan serat 20%, sedangkan bungkil inti sawit 40-60% dari inti.

Gambar 11. Bungkil Inti Sawit

Komposisi bungkil kelapa sawit sangat bervariasi dalam kandungan serat kasar dan lemak kasar, tergantung pada cara pengolahan dan bahan baku yang dipaka i. Dibandingkan dengan bungkil kelapa, bungkil kelapa sawit mempunyai kadar protein yang rendah. Kadar asam amino yang menjadi faktor pembatas adalah methionin, sedangkan keseimbangan asam amino lain cukup baik.

Bungkil kelapa sawit bisa diberikan sebanya k 20% pada unggas dan babi, dan 30—40% pada ruminansia.

Serat kelapa sawit mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga hanya dapat digunakan untuk ransum ternak ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan pada ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum.

Tabel 11. Komposisi kimia limbah perkebunan dan ikutannya.

Beta-N Ca P

Bungkil Kelapa 88.5 6.36 18.58 12.55 15.38 37.26 0.08 0.52 Limbah coklat • Kulit buah

93.47 11.63 8.01 1.28 40.08 38.49 0.58 0.18 • Kulit biji

88.10 7.57 16.16 8.36 20.94 46.80 0.34 0.39 Limbah kelapa sawit • Lumpur sawit

90.5 8.56 8.56 24.10 32.40 2.10 - - • Bk. Sawit

88.32 15.83 15.83 2.94 33.01 43.21 0.40 0.71 • Serat sawit

91.45 7.02 7.02 14.67 36.14 35.18 0.48 0.18 Limbah Gula

• Pucuk tebu 24.77 5.47 5.47 1.37 37.90 45.06 0.47 0.34 • Baggase

87.1 1.45 1.45 0.70 48.00 44.55 0.09 0.08 • Tetes

82.4 3.95 3.95 0.29 0.40 84.40 0.89 0.14 Pengolahan Nanas

89.6 4.5 4.5 15.8 1.60 63.9 - -

Produk utama dari industri kelapa sawit yaitu Crude Palm Oil (CPO) merupakan sumber lemak yang sudah banyak digunakan untuk pakan ayam baik broiler maupun layer. Penggunaan CPO ini menggantikan minyak ikan dan beef tallow yang sudah mulai ditinggalkan karena harganya yang lebih mahal. Selain murah penggu naan CPO dalam pakan juga dapat meningkatkan warna kuning dalam pakan sehingga menambah nilai jual karena pakan yang berwarna kuning lebih disukai peternak dibandingkan dengan warna yang pucat sehingga penggunaannya dapat menurunkan penggunaan pewarna. CPO yang baik mempunyai kandungan lemak 99.5%, kandungan air tidak lebih dari 0.5% dan kandungan free fatty acid (FFA) tidak lebih dari 5%.

Gambar 12. Crude Palm Oil (CPO)

4. Limbah Industri Gula (Saccharum officinarum)

Limbah indusri gula dapat dimanfa atkan sebagai pakan ternak adalah seperti pucuk tebu, tetes, ampas tebu (bagasse) dan blotong.

Pucuk Tebu

Pucuk tebu digunakan sebagai hujauan makanan ternak pengganti rumput gajah tanpa ada pengaruh negatif pada ternak ruminansia. Komposisi kimianya

dapat dilihat pada tabel 11.

Ampas Tebu (bagasse)

Begasse merupakan hasil limbah kasar setelah tebu digiling yang mengandung serat kasar yang tinggi yang terdiri dari sellulosa, pentosan dan lignin.

Mengingat tingginya serat kasar. Ampas tebu hanya bisa digunakan untuk ternak ruminansia sebanyak 25%. Komposisi kimia ampas tebu bisa dilihat pada

tabel 11.

Tetes

Tetes bisa diberikan pada ternak secara langsung setelah melalui proses pengolahan menjadi protein sel tunggal dan asam amino. Keuntungan tetes untuk

pakan ternak adalah kadar karbohidratnya tinggi (48 – 60% sebagai gula), kadar mineral dan rasanya disukai ternak. Tetes juga mengandung vitamin B kompleks dan unsure mikro yang dibutuhkan ternak seperti cobalt, boron, iodium, tembaga, mangan dan seng. Kelemahannya adalah kadar kaliumnya yang tinggi dapat menyebabkan diare jika dikonsumsi terlalu banyak. Tetes dapat digunakan dalam ransum unggas sebesar 5 -6% serta babi dan ruminansia sebesar 15%.

5. Limbah Pengolahan Nanas (Annanas comosus)

Industri pengalengan nanas menghasilkan limbah berupa kulit, mahkota daun dan hati buah nanas sebanyak 30-40%. Bila buah nanas tersebut diproses menjadi juice atau sirup akan diperoleh limbah lagi yaitu ampas nanas. Ampas nanas masih mengandung kadar gula yang tinggi dan serat kasarnya juga cukup tinggi, tetapi proteinnnya rendah.