Penyalaan dengan Bunga Api
20 mampu menimbulkan aliran arus listrik pada molekul-molekul dari campuran
udara bahan bakar yang kerapatannya cukup tinggi. Karena pembakaran dari campuran udara bahan bakar adalah berupa reaksi ion, maka sistem penyalaan
listrik sangat sesuai untuk mendapatkan suhu yang tinggi, dan dapat berlangsungnya proses ionisasi.
1 Busi Busi dihubungkan dengan sebuah kabel pada terminal yang berada di bagian
atas dari busi. Ujung kabel yang lain berhubungan dengan sumber daya tegangan tinggi. Tegangan tinggi masuk ke busi melalui permukaan elektroda
tengah yang mempunyai isolasi, kemudian melintasi celah busi. Pembakaran akan dimulai pada saat bunga api melintasi celah busi atau pada saat bunga
api meloncat antara celah atau elektroda busi. Bunga api menyalakan campuran yang berada disekitarnya kemudian
menyebar ke seluruh arah dalam ruang bakar. Pembakaran tidak terjadi serentak, tapi bergerak secara progresif melintasi campuran yang belum
terbakar, dan dimulai di tempat yang paling panas yaitu di dekat busi. Busi tidak boleh terlalu panas, karena akan memudahkan terbentuknya endapan
karbon pada permukaan isolatornya dan dapat menimbulkan hubungan singkat. Untuk menghindari kejadian ini suhu isolatornya harus mencapai
700-800
o
Pada motor yang cenderung untuk mudah terjadinya overheating panas yang berlebihan karena pengaruh sistem pendingin, kita harus menggunakan busi
panas, sedangkan pada motor yang cenderung akan terjadi endapan karbon digunakan busi dingin.
C agar karbon dapat terbakar. Tapi bila suhu tinggi isolatornya dapat rusak atau preignition akan terjadi yaitu penyalaan sebelum terjadi
loncatan bunga api pada busi. Jika hal ini terjadi akan memperpendek umur motor.
2 Alat pembangkit tegangan tinggi Tegangan antara 5000 sampai lebih dari 10.000 volt harus diberikan pada
elektroda tengah agar dapat terjadi loncatan bunga api antara celah atau elektroda busi. Mobil dilengkap dengan sebuah generator dan baterai sebagai
21 sumber tenaga. Berhubung baterai terlalu berat dan harus diisi bila lama tidak
dipakai, maka umumnya pada motor-motor kecil dipakai magnet. Magnet permanen ditetapkan pada roda penerus yang dipasang pada poros engkol.
Inti besi ditempatkan sebagai stator. Magnet berputar bersama-sama dengan roda penerus, dan antara inti besi dengan magnet terdapat suatu celah kecil.
Medan magnet berubah-ubah karena perputaran magnet dan menimbulkan listrik dalam lilitan primer pada inti besi. Sirkuit dilengkapi dengan titik
kontak. Akibat gerakan cam titik kontak terbuka maka akan terjadi arus tegangan tinggi yang memungkinkan terjadinya loncatan bunga api pada busi.
Kenaikan tegangan pada transformator yang terdiri dari lilitan primer dan lilitan sekunder, dan tegangan tinggi yang terjadi pada lilitan sekunder inilah
yangdibutuhkan oleh busi. Kapasitor yang disisipkan dalam sirkuit akan menghindari terjadinya loncatan bunga api pada titik kontrol akibat tegangan
tinggi yang timbul dalam lilitan sekunder. Dewasa ini hubungan magnet tidak dipergunakan secara luas, dengan
penggunaan solid state sebagai transistor untuk mengganti alat penahan arus secara mekanik. Sistem penyalaan solid state mempunyai keuntungan bila
dibandingkan dengan sistem mekanik. Salah satu sistem penyalaan yang tidak mekanik adalah sistem CDI Capasitor Discharge Ignition. Magnet CDI
prinsip kerjanya sama dengan magnet roda penerus. Bila magnet berputar bersama-sama dengan roda penerus yang merupakan satu kesatuan, aus
diinduksikan dalam coil yang stasioner dan kemudian mengisi kapasitor. Bila kapasitor telah diisi, sebuah isyarat tegangan untuk mengontrol timbulnya
penyalaan dalam coil sensor dengan menggunakan pintu G dari SCR Silicon Controlled Rectifier untuk mengalirkan arus dari A ke K. Kemudian listrik
yang dikumpulkan dalam kapasitor disalurkan pada suatu saat melalui SCR dalam lilitan primer dari coil. Arus ini membangkitkan tegangan yang lebih
tinggi dalam lilitan sekunder, yang menyebabkan terjadinya loncatan bunga api pada busi.
22