Analisa perbandingan Kadar Oksigen O

111

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Nilai kalor bawah LHV bahan bakar premium semakin menurun dengan ditambahkan serbuk biomassa pelepah kelapa sawit dimana premium 100 memiliki nilai kalor sebesar 43966 kJkg ; premium 99 + serbuk 1 memiliki nilai kalor sebesar 41466 kJkg ; premium 97,5 + serbuk 2,5 memiliki nilai kalor sebesar 38525 kJkg; sedangkan premium 95 + serbuk 5 memiliki nilai kalor sebesar 28525 kJkg. 2. Pembakaran menghasilkan lebih banyak karbon pada ruang bakar saat mesin menggunakan campuran serbuk biomassa pelepah kelapa sawit. Itu ditunjukkan secara visual pada elektroda busi. Pembakaran yang kurang sempurna dikarenakan turunnya nilai kalor bahan bakar dan turunnya nilai penguapan volatily bahan bakar. 3. Turunnya nilai kalor pembakaran ini menyebabkan mesin membutuhkan putaran yang lebih tinggi untuk menghasilkan daya keluaran yang sama. contohnya pada beban 2 lampu bahan bakar premium 100 membutuhkan putaran mesin 4330 rpm untuk menghasilkan daya keluaran 200,4 watt ; bahan bakar premium 99 + serbuk 1 membutuhkan putaran mesin 4360 untuk menghasilkan daya keluaran 200,8 watt ; bahan bakar premium 97,5 + serbuk 2,5 membutuhkan putaran mesin 4380 untuk menghasilkan daya keluaran 201,2 watt ; sedangkan bahan bakar premium 95 + serbuk 5 membutuhkan putaran mesin 4430 untuk menghasilkan daya keluaran 202,1 watt. Kenaikan putaran pada mesin untuk menghasilkan daya yang sama menunjukkan bahwa kualitas bahan bakar yang semakin menurun. Mesin genset otto ini hanya maksimal menghasilkan daya 1008 watt . 4. Semakin kecil putaran yang dilakukan mesin untuk menghasilkan daya keluaran yang sama maka semakin besar torsi yang dihasilkan. Torsi terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 95 + serbuk pelepah sawit 5 pada putaran mesin 4430 rpm 112 yaitu 0,436 Nm. Sedangkan torsi tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 100 pada putaran mesin 4560 rpm yaitu sebesar 2,112 Nm. 5. Semakin banyak campuran serbuk pelepah kelapa sawit pada bahan bakar maka konsumsi bahan bakar semakin boros karena mesin beroperasi di putaran yang lebih tinggi sehingga laju aliran bahan bakar semakin besar yang menyebabkan kenaikan nilai Sfc pada mesin. Sfc terendah mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 100 pada putaran mesin 4690 rpm yaitu 922 gkW.h untuk menghasilkan daya sebesar 1001 watt. Sedangkan Sfc tertinggi mesin terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 95 + serbuk pelepah sawit 5 pada putaran mesin 4430 rpm yaitu sebesar 3444 gkW.h untuk menghasilkan daya sebesar 200 watt. 6. Efisiensi thermal yang dihasilkan tiap bahan bakar tergantung nilai kalor bahan bakarnya. Semakin besar nilai kalor bahan bakarnya, semakin kecil efisiensi thermalnya. Efisiensi thermal brake terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 100 pada putaran mesin 4330 rpm yaitu sebesar 2,764 . Sedangkan efisiensi termal brake tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar Premium 95 + serbuk 5 pada putaran mesin 4760 rpm yaitu sebesar 12,94 . 7. Rasio udara bahan bakar AFR pada tiap jenis bahan bakar yang terjadi adalah AFR terendah terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar Premium 95 + serbuk 5 pada putaran mesin 4460 rpm yaitu sebesar 9,34. Sedangkan AFR tertinggi terjadi pada pengujian dengan menggunakan bahan bakar premium 100 pada putaran mesin 4330 rpm yaitu sebesar 16,48. Besar nilai AFR yang dihasilkan tiap bahan bakar tergantung dari besar laju aliran bahan bakar pada mesin sehingga semakin boros mesin maka AFR semakin rendah 8. Kadar emisi gas buang yakni CO, CO 2 dan HC semakin meningkat sejalan dengan peningkatan konsentrasi serbuk biomassa pelepah kelapa sawit pada bahan bakar dimana kadar CO tertinggi terjadi pada pengujian