Teori Perubahan Struktur Ekonomi

2.10. Teori Perubahan Struktur Ekonomi

Banyak defenisi yang dikemukakan oleh para pakar ekonomi dan lembaga tentang perubahan struktur ekonomi diantaranya seperti dikemukakan oleh UNIDO yang menyatakan The terms “structure” and “structural change” have become widely used in economic research,although with different meanings and interpretations. In development economics and in economic history, structural change is commonly understood as “the different arrangements ofproductive activity in the economy and different distributions of productive factors among various sectors of the economy, various occupations, geographic regions, types of product,etc …” (Machlup, 1991: 76 in Silva and Teixeira, 2008: 275).

http://www.unido.org/fileadmin/user_media/Publications/Pub_free/Structural_change_in_the_world_economy.pdf

Selanjutnya, Teixeira dan Silva (2008) mengatakan bahwa More specifically, structural change is associated with modifications in the relative importance of different sectors over time, measured by their share of output or employment. Other aspects taken into account are changes in the location of economic activity, such as the urbanisation process, or in a broader sense, changes in the institutional environment. Thus, structural change analysis assumes that economic dynamics

“can be studied by focusing on a relatively small number of groups or activities that comprise the economic system, and thus form the economic structure”.

Sementara itu menurut The Free Encyclopedia Wikipedia, perubahan struktur ekonomi adalah Economic structural change refers to a long-term shift in the fundamental structure of an economy, which is often linked to growth and economic development. For example, asubsistence economy may be transformed into a manufacturing economy, or a regulated mixed economy is liberalized. A current driver of structural change in the world economy is globalization. Structural change is possible because of the dynamic nature of the economic system.

Patterns and changes in sectoral employment drive demand shifts through the income elasticity. Shifting demand for both locally sourced goods and for imported products is a fundamental part of development. The structural changes that move countries through the development process are often viewed in terms of shifts from primary, to secondary and finally, to tertiary production. Technical progress is seen as crucial in the process of structural change as it involves the obsolescence of skills, vocations, and permanent changes in spending and production resulting in structural unemployment.

http://en.wikipedia.org/wiki/Structural_change

Menurut Weiss (1988) dalam Tambunan (2008) pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan produk domestik bruto atau produk nasional bruto akan membawa perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke sektor ekonomi modern yang didominasi oleh sektor – sektor non primer., khususnya industri manufaktur dengan increasing return to scale (relasi positif antara pertumbuhan output dan pertumbuhan produktivitas) yang dinamis sebagai motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi.

Pandangan lain, umpamanya Kuznets mengemukakan perubahan struktur ekonomi yang lazim disebut transformasi struktural dapat di defenisikan sebagai rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan aggregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor) dan penawaran aggregat (produksi dan faktor – faktor produksi yang diperlukan untuk mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan (Chenery, 1979 dalam Tambunan, 2008).

Teori perubahan struktural menitik beratkan pembahasan pada mekanisme transformasi ekonomi yang dialami oleh Negara berkembang yang semula bersifat subsisten dan menitikberatkan pada sektor pertanian menuju ke sektor pertanian yang lebih modern, yang didominasi oleh sektor – sektor non primer. Tambunan (2008) mengemukakan Ada 2 teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi yakni dari Arthur Lewis dan Hollis Chenery. Teori Arthur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi yang terjadi di daerah perdesaan dan perkotaan. Dalam teori tersebut Lewis berasumsi bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di perdesaan yang didominasi oleh sektor pertranian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di perdesaan karena pertumbuhan penduduknya tinggi, maka terjadi kelebihan (surplus) tenaga kerja. Tingkat hidup masyarakatnya pun berada dalam kondisi subsisten akibat perekonomian juga bersifat subsisten. Kelebihan tenaga kerja ini ditandai dengan nilai produk marjinalnya nol dan tingkat upah riil rendah. Lebih rendahnya upah di sektor pertanian/ perdesaan daripada di industri/perkotaan menarik tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sektor kedua, maka terjadfilah proses migrasi dan urbanisasi. Tenaga kerja yang pindah ke industri mendapat penghasilan yang lebih tinggi dibanding saat masih bekerja di pertanian.

Secara aggregat, berpindahnya sebagian tenaga kerja dari sektor – sektor dengan tingkat upah rendah ke sektor – sektor dengan tingkat upah tinggi membuat pendapatan di negara bersangkutan meningkat. Bersamaan dengan peningkatan pendapatan tersebut permintaan terhadap makanan juga meningkat. Ini menjadi pendorong utama pertumbuhan output di sektor tersebut. Dari sisi permintaan aggregat dan dalam jangka panjang perekonomian perdesaan mengalami pertumbuhan. Di pihak lain, terjadi terjadi perubahan permintaan konsumen, masyarakat atau pekerja mengalami peningkatan pendapatan mengkonsumsikan sebagian besar pendapatannya untuk berbagai macam produk industri dan jasa (non makanan). Perubahan pola konsumsi ini menjadi motor utama pertumbuhan output dan diversifikasi produksi di sektor – sektor non pertanian.

Sementara itu kerangka pemikiran teori Chenery pada dasarnya sama dengan model analisis Lewis. Teori Chenery yang dikenal dengan teori pola pembangunan memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di Negara sedang berkembang, yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama penggerak pertumbuhan ekonomi. Hal ini ditunjang dengan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Chenery dan Syrquin (1975) mengidentifikasi bahwa struktur perekonomian suatu negara bergeser dari yang semula didominasi olwh sektor pertanian dan/atau sektor pertambangan menuju ke sektor nonprimer, khususnya industri. Hal ini sejalan dengan peningkatan pendapatan masyarakat perkapita yang membawa perubahan dalam pola permintaan konsumen dari penekanan pada makanan dan barang kebutuhan pokok lain ke berbagai macam barang manufaktur dan jasa, akumulasi modal fisik dan manusia (SDM), perkembangan kota – kota dan industri di perkotaan bersamaan dengan proses migrasi penduduk dari perdesaan ke perkotaan dan penurunan laju pertumbuhan penduduk dan ukuran keluarga yang semakin kecil (Tambunan, 2008). Defenisi lain dikemukakan oleh Kuznets (1966) dalam Hughes (1992) memberikan defenisi trnasformasi struktural sebagai rangkaian perubahan dakm kompoisisi permintaan, perdagangan, produksi dan penggunaan faktor – faktor produksi yang diperlukan guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi.

Transformasi struktur perekonomian wilayah juga berlaku menurut pola yang terjadi pada perekonomian nasional, walaupun dalam kenyataannya dapat saja faktor – faktor pendorong perubahan struktur ekonomi seperti terjadi migrasi dan urbanisasi yang didominasi leh perpindahan dan mobilisasi tenaga kerja atau angkatan produktif pada setiap wilayah boleh jadi tidak begitu kentara, apalagi perubahan struktur ekonomi pada wilayah tersebut berjalan relatif lamban.