Sistem Pelaksanaan Perizinan Penanaman Modal Asing di Provinsi

BAB IV SISTEM KOORDINASI ANTARA PEMERINTAH PROVINSI

SUMATERA UTARA DENGAN PEMERINTAH DAERAH HASIL PEMEKARAN PEMERINTAH KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DALAM BIDANG PENANAMAN MODAL

A. Sistem Pelaksanaan Perizinan Penanaman Modal Asing di Provinsi

Sumatera Utara Dengan Daerah Hasil Pemekaran Pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara Izin merupakan kewenangan pemerintah untuk mengatur sesuatu hal yang berhubungan dengan peran atau tugasnya. Izin adalah salah satu instrument yang paling banyak digunakan dalam hukum khususnya hukum administrasi. Pemerintah menggunakan izin sebagai sarana yuridis untuk mengemudikan tingkah laku para warga. Pengertian izin oleh P. M. Hadjon diartikan sebagai “suatu persetujuan pemerintah, untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan-ketentuan larangan perundangan”. Tujuan dari pada dikeluarkannya suatu izin adalah untuk mengendalikan sekaligus sebagai alat pengawasan bagi pemerintah terhadap kegiatan-kegiatan warga masyarakat. Utrecht mengartikan izin sebagai “perbuatan yang tidak tertuju kepada hal-hal bahaya, akan tetapi oleh karena undang-undang menyebutkan, maka harus ada izin”. 33 33 Aminuddin Ilmar, Op.Cit., hal.131. Lain lagi dengan uraian dari Kranenburg-Vegting mengartikan izin pada pokoknya sebagai “suatu perbuatan hukum yang bersegi yang dilakukan oleh pemerintah”. Dari berbagai rumusan tentang apa yang dimaksudkan dengan izin, maka dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya izin merupakan kewenangan pemerintah sehingga dalam hal pemberian izin peranan pemerintah menjadi sangat menentukan. Berkaitan dengan perizinan penanaman modal secara tegas dan jelas telah diatur oleh pemerintah baik dengan melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 maupun beberapa peraturan pelaksanaannya. Berdasarkan aturan yang ada perizinan penanaman modal dilaksanakan Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM pusat sesuai dengan Keppres Nomor 33 Tahun 1981 tentang BKPM yang salah satu tugasnya adalah meneliti atau menilai permohonan penanaman modal. Selain itu, bertugas pula memberikan informasi atau penerangan mengenai kebijaksanaan pemerintah di bidang penanaman modal dan menampung masalah-masalah yang timbul dalam rangka pelaksanaannya. Selanjutnya dalam Pasal 3 Keppres Nomor 33 Tahun 1981 disebutkan fungsi Badan Koordinasi Penanaman Modal BKPM yakni melakukan koordinasi perencanaan penanaman modal baik secara sektoral maupun regional, merumuskan kebijaksanaan penanaman modal, menyusun dan menerbitkan daftar skala prioritas Daftar Negatif Investasi, mengarahkan penyebaran kegiatan penanaman modal di daerah-daerah sesuai dengan kebijaksanaan pembangunan nasional dan menyelenggarakan pengawasan pelaksanaan penanaman modal. 34 34 Ibid., hal. 134. Melihat tugas maupun fungsi BKPM tentu dapat dimengerti bilamana dalam pelaksanaan perizinan penanaman modal khususnya penanaman modal asing merupakan satu-satunya instansi yang berwenang untuk memberikan izin usaha penanaman modal di Indonesia. Keunggulan komparatif yang diunggulkan oleh Indonesia dalam menarik minat penanaman modal asing untuk masuk ke Indonesia dalam menarik minat penanaman modal asing untuk masuk ke Indonesia, tampaknya tidak akan berarti tanpa adanya dukungan peraturan di bidang perizinan penanaman modal. Penerapan peraturan, kebijaksanaan serta prosedur dalam pelaksanaanya, seringkali menimbulkan hambatan yang menyebabkan lambannya penanganan proses aplikasi penanaman modal sehingga dapat mempengaruhi minat penanam modal khususnya penanam modal asing untuk menanamkan modalnya ke Indonesia. Dikaitkan dengan birokrasi yang berbelit-belit sehingga pada akhirnya menimbulkan biaya tinggi seringkali menjadi keluhan pihak penanam modal. Hal tersebut disebabkan ulah para aparat pelaksanaan khususnya pelaksanaan tingkat bawah yang bekerja di sektor pemrosesan izin seringkali memperlambat keluarnya izin pelaksanaan penanaman modal. 35 Adanya perampingan dalam pengurusan izin penanaman modal khususnya penanaman modal asing diharapkan tentunya dapat menarik minat penanam modal khususnya penanaman modal asing untuk menanam modalnya ke Indonesia. Dalam ketentuan tersebut juga ditetapkan bahwa jika semua dokumen yang diperlukan dalam aplikasi penanaman modal. Dinyatakan lengkap 35 Ibid., hal. 139. persetujuan dapat diperoleh sekitar 14 empat belas hari. Namun kadang-kadang ditemukan juga adanya persyaratan prinsip yang belum dipenuhi sehingga memperlambat proses. Proses perizinan penanaman modal dalam daerah kabupatenkota dilakukan BKPMD seperti dalam perizinan penanaman modal di daerah pemekaran Provinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Padang Lawas Utara. 36 Pemekaran Kabupaten Tapanuli Selatan menjadi 3 tiga kabupaten berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2007, salah satunya adalah Kabupaten Padang Lawas Utara merupakan bentuk otonomi daerah yang dapat mengelola potensi dan keanekaragaman daerah secara efektif dan efisien. Melalui amanat Undang-Undang No. 32 Tahun 2004, wujud otonomi yang luas adalah keleluasaan daerah menyelenggarakan pemerintahan yang mencakup kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali kewenangan tertentu yang diatur oleh peraturan pemerintah. Adalah salah satu pemerintah otonomi daerah di bidang penanaman modal yang merupakan salah satu urusan penyelenggaraan pemerintah yang berpeluang didalam pengembangan pembangunan. Pemerintah daerah perlu terus menggalang strategis untuk menciptakan investasi di daerahnya. 37 Untuk menyelenggarakan program ini, pemerintah perlu memahami perspektif ekonomi dan perspektif hukumnya. Perspektif ekonomi penting untuk menganalisis kemanfaatan dan kerugian suatu bentuk investasi dan kerjasama. Sedangkan perspektif hukum penting untuk memahami peraturan perundang- 36 Bahan Riset Peningkatan Kegiatan Pemantauan, Pembinaan Dan Pengawasan Pelaksanaan Penanaman Modal, Op.Cit., hal.3. 37 Ibid., hal.5. undangan yang berlaku, payung hukum yang dibutuhkan dalam suatu kerjasama dan mengantisipasi jika ada kesalahan pada pihak terlibat yang sekaligus pedoman bagi penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam kegiatan pemantauan, pembinaan dan pengawasan. Menyikapi hal itu perlu adanya wahana yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengendalian penanaman modal yang lebih komprehensip, akomodatif, objektif, dan terarah serta berkelanjutan. Dengan demikian diperlukan struktur yang jelas, tugas pokok dan fungsi, regulasi serta data-data pokok potensi dan pengembangan penanaman modal yang dapat menghasilkan perencanaan pembangunan terarah dan tepat sasaran. Sebelum menanamkan modalnya, baik penanam modal asing maupun penanam modal dalam negeri harus melalui tahapan-tahapan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di bidang penanaman modal di Indonesia. Sama halnya dengan penanaman modal di Provinsi Sumatera Utara yang berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Padang Lawas Utara juga memiliki sistem pelaksanaan perizinan penanaman modalnya. Menurut Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2009, pedoman tentang tata cara permohonan penanaman modal meliputi: 1. Persyaratan teknis dan non teknis. 2. Tahapan memperoleh perizinan dan non perizinan. 3. Mekanisme pengawasan dan sanksi. Ruang lingkup pelayanan penanaman modal terdiri dari jenis : a Pelayanan perizinan. b Pelayanan non perizinan. Jenis pelayanan perizinan bidang penanaman modal meliputi : 1. Pendaftaran penanaman modal; 2. Izin prinsip penanaman modal; 3. Izin prinsip perluasan penanaman modal; 4. Izin prinsip perubahan penanaman modal; 5. Izin usaha, izin usaha perluasan, izin usaha penggabungan perubahan penanaman modal merger dan izin usaha perubahan; 6. Izin lokasi; 7. Persetujuan pemanfaatan ruang; 8. Izin mendirikan bangunan; 9. Izin bangunan; 10. Surat izin pengambilan air bawah tanah; 11. Tanda daftar perusahaan TDP; 12. Hak atas tanah; 13. Izin-izin lain dalam rangka pelaksanaan penanaman modal. Jenis pelayanan non perizinan meliputi : 1. Fasilitas bea masuk atas impor mesin; 2. Fasilitas bea masuk atas impor barang dan jasa; 3. Usulan masuk mendapatkan fasilitas pajak penghasilan PPH; 4. Angka pengenal import produsen API-P; 5. Rencana penggunaan tenaga kerja asing RPTKA; 6. Rekomendasi visa izin tinggal terbatas TA.01; 7. Izin memperkerjakan Tenaga Kerja Asing IMTA; 8. Insentif Daerah; 9. Layanan Informasi dan Layanan Pengaduan. Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah KabupatenKota 38 1. Permohonan ini diajukan untuk mendapatkan : : a. Izin prinsip dalam rangka pendirian perusahaan barudalam rangka memulai usaha sebagai penanaman modal asing atau penanaman modal dalam negeridalam rangka perpindahan lokasi proyek untuk penanaman modal dalam negeri, atau b. Izin prinsip perluasan penanaman modal dalam rangka perluasan usaha, 2. Diajukan kepada instansi penyelenggara pelayanan terpadu satu pintu PTSP bidang penanaman modal PTSP BKPMPDPPMPDKPMPTSP KPBPBPTSP KEK A. Bagi pemohon yang belum berbadan hukum Indonesia : I. Keterangan Pemohon 38 Bahan Riset Bidang Penanaman Modal Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Padang Lawas Utara Tahun 2013. 1. Dalam hal pemohon adalah Pemerintah Negara Lain, wajib melampirkan surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besarkantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia; 2. Dalam hal pemohon adalah perseorangan asing, agar melampirkan rekaman paspor yang mencantumkan dengan jelas nama, tandatangan pemilik paspor serta masa berlaku paspor; 3. Dalam hal pemohon adalah badan usaha asing, agar melampirkan rekaman anggaran dasar article of association dalam bahasa Inggris atau terjemahannya dalam bahasa Indonesia dari penterjemah tersumpah; 4. Dalam hal pemohon adalah perseorangan Indonesia, agar melampirkan rekaman Kartu Tanda Penduduk KTP yang masih berlaku dan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; 5. Dalam hal pemohon adalah badan hukum Indonesia agar melampirkan rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya lengkap dengan pengesahan dan persetujuanpemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM, serta rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan. II. KETERANGAN RENCANA PENANAMAN MODAL 1. Keterangan rencana kegiatan : a. Untuk industri, berupa diagram alir produksi flow chart of production dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; b. Untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan; 2. Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait apabila dipersyaratkan perusahaan dapat mengajukan permohonan kepada PTSP BKPM, PTSP PDPPM, PTSP PDKPM, PTSP KPBPB atau administrator KEK untuk mendapatkan surat pengantar kepada instansi pemerintah terkait sebelum perusahaan mengajukan permohonan izin prinsip. B. Bagi pemohon yang TELAH berbadan hukum Indonesia: I. KETERANGAN PEMOHON 1. Rekaman Akta Pendirian perusahaan dan perubahannya; 2. Rekaman Pengesahan Anggaran Dasar Perusahaan dan persetujuanpemberitahuan atas perubahan dari Menteri Hukum dan HAM; 3. Rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan; 4. Bukti diri pemegang saham, berupa: 1 Dalam hal pemegang saham adalah pemerintah negara lain, wajib melampirkan surat dari instansi pemerintah negara yang bersangkutan atau surat yang dikeluarkan oleh Kedutaan Besarkantor perwakilan negara yang bersangkutan di Indonesia; 2 Dalam hal pemegang saham adalah perseorangan asing, agar melampirkan rekaman paspor yang mencantumkan dengan jelas nama, tandatangan pemilik paspor serta masa berlaku paspor; 3 Dalam hal pemegang saham adalah badan usaha asing, agar melampirkan rekaman anggaran dasar article of association dalam bahasa Inggris atau terjemahannya dalam Bahasa Indonesia dari penerjemah tersumpah; 4 Dalam hal pemegang saham adalah perseorangan Indonesia, agar melampirkan rekaman Kartu Tanda Penduduk KTP yang masih berlaku dan rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP; 5 Dalam hal pemegang saham adalah badan hukum Indonesia agar melampirkan rekaman Akta Pendirian Perusahaan dan perubahannya lengkap dengan pengesahan dan persetujuanpemberitahuan dari Menteri Hukum dan HAM serta rekaman Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP perusahaan. II. KETERANGAN RENCANA PENANAMAN MODAL 1. Rekaman Izin PrinsipIzin Prinsip PerluasanSurat Persetujuan PerluasanIzin Usaha dan perubahannya bila ada; 2. Keterangan rencana kegiatan: a. Untuk industri, berupa diagram alir produksi flow chart of productive dilengkapi dengan penjelasan detail uraian proses produksi dengan mencantumkan jenis bahan baku; b. Untuk sektor jasa, berupa uraian kegiatan yang akan dilakukan dan penjelasan produk jasa yang dihasilkan; c. Rekomendasi dari instansi pemerintah terkait apabila dipersyaratkan; d. Khusus untuk proyek perluasan dalam bidang usaha industri, melampirkan rekapitulasi kapasitas produksi terhadap jenis produksi industri. a. Laporan Kegiatan Penanaman Modal LKPM periode laporan terakhir untuk permohonan perluasan dan alih status; b. Hasil pemeriksaan lapangan apabila diperlukan. Penanaman modal yang ada di Kabupaten Padang Lawas Utara meningkat tiap tahunnya. Akan tetapi, daerah yang baru hasil pemekaran dari Tapanuli Selatan ini tidak bisa berjalan dengan semestinya karena akibat dari hasil pemekaran seperti ini lembaga-lembaga pemerintahan di Padang Lawas Utara belum sesuai dengan prosedur. Yang mana ada beberapa dinas-dinas yang seharusnya terpisah tetapi, di Kabupaten Padang Lawas Utara saat ini masih belum sesuai dengan prosedur. Hal ini dapat dilihat seperti bidang penanaman modal yang masih di bawah naungan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPEDA Padang Lawas Utara. Hal inilah menyebabkan tugas pokok dan fungsi masing-masing bidang seperti penanaman modal yang ada di BAPPEDA tidak berjalan dengan semestinya. 39 39 Bahan Riset Penelitian Pengembangan KomoditasProdukJenis Usaha KPJU Unggulan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah UMKM Provinsi Sumatera Utara Kab. Padang Lawas Utara Tabel 1 Jumlah Investasi Yang Ada di Kabupaten Padang Lawas Utara No Jenis Investasi Jumlah investasi Tahun 1. Pertanian, Perikanan, UMKM dan lain-lain Rp. 653.000.000 2009 2. Pertanian, Perikanan, UMKM dan lain-lain Rp. 782.500.000 2010 3. Pertanian, Perikanan, UMKM dan lain-lain Rp. 992.400.000 2011 4. Pertanian, Perikanan, UMKM dan lain-lain Rp. 1.280.750.000 2012 Sumber : Data Jumlah Investasi Perusahaan PMA PMDN Kabupaten Padang Lawas Utara

B. Sistem Pelaksanaan dan Pengawasan Penanaman Modal Asing Dalam