I Made Yudi Arsana*)
I Made Yudi Arsana*)
S atau tidak, semakin dikuatkan oleh berbagai pihak termasuk Kondisi seperti ini juga di alami oleh beberapa KSM Sanimas
alah satu pembelajaran yang dapat diambil dari Sementara untuk biaya operasional termasuk untuk gaji Sanimas adalah “ternyata orang miskin bisa bayar
operator, listrik, penggantian alat-alat, berlangganan koran iuran dan urus sanitasinya sendiri”. Selama ini
mencapai 900 ribu – 1 juta rupiah, sehingga saldo bersih ada anggapan, yang terkesan menjadi semacam
bisa mencapai Rp 1 juta/bulan. Oleh karena itu, dalam stigma, bahwa orang miskin tidak bisa bayar
waktu 2 tahun operasional, KSM Sanimas tersebut mampu iuran untuk sanitasi. Bahkan stigma ini justru sering, sadar
membangun balai RW di atas MCK yang cukup megah.
pemerintah dan juga LSM sendiri, dengan mengatakan seperti di Sidoarjo, Mojokerto, Tegal dan beberapa lainnya. bahwa “masyarakat miskin jangan ditarik iuran, sebab untuk
Namun di beberapa tempat, operator Sanimas tidak makan saja susah, bagaimana harus iuran untuk sanitasi?”.
memperoleh bayaran meskipun operator sangat aktif Mungkin maunya baik yaitu membela masyarakat yang
melakukan control dan perawatan Sanimas. Bayaran memang secara ekonomi kekurangan atau sulit. Tetapi
yang diterima hanya berupa ucapan terimakasih jika hal ini dilakukan secara terus menerus
dan THR “sekadarnya” yang diberikan pada saat maka semakin lama akan terbentuk
lebaran. Ada juga operator “panggilan” , yakni menjadi semacam mental dan lama-lama
Selama ini gapan, kalau ada masalah dengan system pemipaan
dianggap sebagai “budaya”.
ada ang erkesan kemudian operator dipanggil dan kemudian
diberikan upah yang besarnya telah disepakati bahwa orang miskin pun bisa dan mampu
Tetapi pengalaman Sanimas membuktikan
yang t menjadi
semacam wa bersama seperti yang dilakukan di Sanimas
membayar iuran untuk sanitasinya. Tidak saja Kauman Blitar. Meskipun begitu sarana untuk pembangunan infrastruktur tetapi juga
Sanimas tetap berjalan dengan baik. Namun untuk keperluan operasional dan pemeliharaan
orang miskin
an
bayar iur asi
sarana sanitasi yang dibangun. Dan harap
untuk sanit
diketahui, bahwa iuran juga merupakan cara untuk membangkitkan rasa memiliki ( sense of ownership atau rasa handarbeni) masyarakat terhadap sarana sanitasinya sendiri.
Berdasarkan monitoring yang dilakukan, rata-rata tingkat pemasukan KSM Sanimas setiap bulannya memang sangat bervariasi, dari 0 rupiah sampai di atas 2 juta rupiah/ bulannya. Begitu pula dengan biaya operasional, dari “ikhlas untuk beribadah” sampai bayaran professional dalam arti minta dibayar minimal UMR. Dan ternyata semua itu dapat berjalan dengan baik tanpa harus menganggu operasional dan pemeliharaan/OP Sanimas.
Di Semarang umpamanya, MCK Sanimas memperoleh pemasukan rata-rata Rp 2.1 juta/bulan yang bersumber dari iuran pengguna, jasa penyediaan biogas dari
tinja manusia untuk masak.
Pembelajaran
BOWO
sayangnya, banyak pihak selalu melihat keberlanjutan Sanimas atau model sanitasi yang lain diukur dari berapa besar iurannya.
Jika dijumlahkan total uang terkumpul dari semua pengguna Sanimas yang dikelola oleh KSM di Indonesia, yakni sekitar 315 KSM, setiap bulan sebesar Rp 170an juta. Dan rupiah yang dikumpulkan dari para pengguna Sanimas yang notabene mereka adalah warga miskin yang tinggal di kawasan padat penduduk perkotaan di berbagai kota di seluruh Indonesia. Angka ini tentu bukan angka yang kecil, bahkan sangat besar, jika ditinjau dari kondisi rata-rata ekonomi para pengguna Sanimas.
Hal ini menunjukkan bahwa jika pendekatannya benar, maka warga miskin pun bisa dan mampu membayar iuran untuk sanitasi mereka sendiri. Iuran tersebut terbukti bukan hanya sekedar pada saat pembangunan saja tetapi juga untuk keperluan operasional dan pemeliharaan sarana
tersebut. Bahkan KSM Sanimas yang sudah terbentuk sejak tahun 2003, hingga sekarang iuran tersebut masih tetap berjalan dengan baik, teradministrasi dengan baik dan dipertanggungjawabkan secara rutin kepada masyarakat pengguna Sanimas setiap bulan.
BORDA
Sebenarnya, iuran pengguna bukanlah satu-satunya ukuran keberlanjutan Sanimas di masyarakat. Memang semakin besar iuran maka pengurus KSM akan semakin senang karena mudah mengelolanya, sebaliknya, semakin besar iuran akan semakin berat beban yang harus ditanggung oleh para penggunanya. Tetapi keberlanjutan Sanimas di masyarakat lebih banyak dipengaruhi oleh factor semangat, kekompakan, keikhlasan dari para pengelola dan penggunanya. Kondisi ini akan bisa berjalan hanya jika memang sanitasi benar-benar menjadi kebutuhan. Dan saya kira, salah satu kewajiban pemerintah juga adalah bagaimana
tetap menjaga semangat para pengelola dan pengguna Sanimas.
ZEN
Kondisi seperti itu sebaiknya juga jangan sampai dilupakan oleh para perencana program sanitasi. Sebab sering sekali orang sering latah,Dalam penetapan besarnya iuran pun, terjebak pada hitung-hitungan keuangan saja tanpa memperhatikan modal social yang dimiliki oleh masyarakat. Padahal itu sangat penting untuyk keberlanjutan program. Contohnya, pernah ketika merembug besarnya iuran untuk OP Sanimas ada seorang janda-tua yang marah gara-gara oleh warga yang lain dia akan dibebaskan dari beban iuran bulanan karena dianggap akan memberatkan keluarganya. Ibu ini marah karena tersinggung dan tidak mau dianggap miskin, dan kalau dibebaskan dari iuran dia merasa tidak diterima sebagai bagian dari masyarakat.
*) Koordinator Sanimas untuk BaliFokus pada 2003-2008
Pembelajaran
Menyediakan Ruang Publik
Bagi Warga Pakumis
P minggu pagi ibu-ibu berseragam seadanya dan melakukan jadi masuk MCK karena tempatnya kumuh, bau dan kotor.
ukul 3 sore anak-anak seumuran SD pada banyak comberan disekelilingnya sehingga orang terpaksa asyik bermain sepak bola plastik, tetapi satu
berjingkat agar tidak basah. Lebih parah lagi, dalam jam kemudian mereka “digusur” oleh kakak-
comberan tersebut bukan hanya air saja tetapi juga sudah kakaknya seumur pelajar SMP untuk bermain
tercampur dengan feces karena tangki septik sudah penuh bola juga. Setelah isya’, beberapa pemuda mulai
atau mampat. Jika seperti ini, siapa yang mau menggunakan? datang dan bermain gitar sampai larut malam. Pada hari
Banyak sekali kejadian, ketika orang ingin buang hajat tidak
kegiatan senam dan sebulan sekali pada malam hari tempat Oleh karena itu, agar sarana sanitasi bisa berfungsi sebagai itu diberi atap terpal untuk pertemuan warga.
ruang publik maka lokasi harus bersih, tidak boleh berbau
Semua kegiatan itu dilakukan di atas instalasi pengolahan dan sehat. Syukur bisa indah dengan menata lanskap dan air limbah, di mana limbah rumah
pembuatan taman seperti dilakukan tangga dialirkan melalui perpipaan
diberbagai MCK Sanimas di berbagai dan diolah sebelum dialirkan ke
tempat di Indonesia. Dan itulah yang sungai setelah memenuhi syarat
telah dilakukan oleh Sanimas. baku mutu lingkungan.
Memang biaya yang harus Di tempat lain, di sebuah
dikeluarkan untuk membangun sarana MCK, pada sore hari beberapa
sanitasi menjadi lebih mahal, tapi ibu muda datang membawa anak
pendekatan sanitasi hanya menyediakan balita. Mereka saling berbincang,
infrastuktur fisik saja juga perlu dikaji sementara anak-anak mereka
ulang. Karena sanitasi yang baik juga bercengkerama sambil sesekali
bisa berpengaruh pada “harga diri” minta disuapin makan di taman
dan kebanggaan seseorang, sehingga kecil depan MCK tersebut. Pada
BORDA
kalau MCK kotor si pemilik merasa malam hari, pemuda berkumpul menonton televisi (hadiah
malu. Sebaliknya, kalau MCK bersih maka si pemilik merasa dari walikota saat peresmian) sambil minum kopi yang
bangga. Ini menjadi salah satu alasan kenapa tempat sanitasi diseduh dengan api dari kompor yang menggunakan biogas
umum harus dibuat bagus, bersih dan tidak berbau. Namun dari limbah tinja manusia yang ada di rumah jaga MCK
ada juga yang mengritik kenapa membuat MCK bagus tersebut. Kegiatan itu sudah jadi kebiasaan bagi warga
sementara rumah-rumah para pengguna jelek dan kotor, masyarakat sekitar lokasi Sanimas.
bahkan jauh lebih jelek dan lebih kotor daripada MCK-nya. Dua gambaran di atas menunjukkan sarana sanitasi yang
Mungkin orang sedang berpikir bahwa kalau rumah-rumah dibangun melalui program Sanimas telah memberikan ruang
penduduk jelek maka MCK-nya cukup yang sederhana saja. bagi warga yang tinggal di perkampungan padat kumuh
Pola pikir seperti ini selalu menyulitkan dalam kegiatan untuk melakukan kegiatan sosial bersama. Mulai dari anak-
pengembangan masyarakat.
anak bermain bola, pemuda dan kongkow sambil minum Kondisi MCK umum juga harus diubah, dari tempat kopi, ibu-ibu melakukan kegiatan senam seperti di tv, bapak- yang kotor, kumuh dan berbau menjadi tempat yang bersih, bapak melakukan pertemuan RW pada malam hari.
sehat, rapi dan indah. Jika sarana sanitasi dibangun bersih Interaksi sosial antar anggota atau warga masyarakat
dan indah maka orang akan mau datang dan berkumpul, yang akrab dan baik akan dapat menekan emosi-emosi sosial
bukan saja untuk “hanya” sekadar buang hajat tetapi juga yang mungkin bisa muncul kapan saja. Apalagi di dalam
memperoleh ruangan yang lega. Dan jika warga mau datang masyarakat yang memiliki tekanan ekonomi lebih besar
di waktu senggang ke MCK maka kebersihan akan lebih biasanya kemungkinan gesekan social akan lebih sensitif.
terjaga karena lebih banyak warga yang bisa ikut mengawasi. Aktifitas ibu-ibu, anak-anak, pemuda seperti itu tidak
Jika ini dilakukan secara konsisten maka persepsi atau mungkin dilakukan apabila sarana sanitasinya kotor, kumuh,
anggapan orang terhadap sarana sanitasi tentu akan juga berbau. Padahal sudah umum di Indonesia, dan di negara
berubah. Hal ini harus benar-benar disadari oleh para berkembang lainnya, MCK umum selalu
perencana program perbaikan sanitasi dan lingkungan.
kotor, bau, bahkan terdapat
Penulis: Surur Wahyudi, CBS Program Coordinator, BORDA
Pembelajaran
Wawasan Wawasan
Pengarusutamaan
Sanitasi Berbasis
Masyarakat:
Peluang dan Tantangan
Sofyan Iskandar*)
Sekilas Sanitasi Berbasis Masyarakat
pelayanan sanitasi sebagian besar Apabila melintasi Jalan Rasuna
sistem seperti itu, tercatat hanya
penduduk Indonesia? Berdasarkan data Said menuju kawasan Menteng,
Jakarta, Bandung, Cirebon, Bogor,
BPS 2007, akses sanitasi adalah 77,15 akan melewati sebuah jembatan yang
Tangerang, Banjarmasin, Medan,
% (90,50% di perkotaan dan 67,00% membelah dua buah kolam besar berisi
Surakarta, dan Denpasar. Kementerian
di perdesaan). Sedangkan jumlah air kotor. Dengan beberapa mesin
Pekerjaan Umum merencanakan untuk
rumah tangga yang menggunakan nampak menyembul ke permukaan,
membangun sistem seperti ini di lima
tangki septik sebesar 49,13% (71% di itulah pengolahan air limbah yang
kota lain, sehingga dalam lima tahun
perkotaan dan 32% di pedesaan). Riset dimiliki Jakarta. Instalasi yang besar
mendatang di Indonesia akan ada 16
Kesehatan Dasar 2007 menunjukkan ini hanya melayani kawasan terbatas,
kota. Perkiraan dana yang dibutuhkan
bahwa 24,8% rumah masih buang air belum melayani seluruh kota.
untuk membangun sistem tersebut
sembarangan, dengan rincian 34,5% Instalasi ini menampung limbah dari
sekitar lima triliun rupiah untuk lima
dari rumah tangga di desa dan 9,2% perkantoran dan permukiman yang
kota, atau rata-rata satu triliun rupiah
dari rumah tangga di kota. disalurkan melalui jaringan perpipaan.
untuk satu kota. Angka yang sangat
Apabila dibandingkan dengan Setelah diolah dan memenuhi syarat
besar untuk ukuran daerah.
Sayangnya walaupun sudah dimiliki pelayanan sistem kota yang hanya baku mutu, baru kemudian di salurkan
2,3%, porsi pelayanan individu jauh ke badan air. Sistem yang besar dan
beberapa kota, tetapi cakupan sistem
lebih tinggi. Hal ini bisa dimaklumi padat teknologi ini tentu memerlukan
pengolahan air limbah ini belum
karena pada dasarnya masyarakat baik pengelolaan yang profesional. Sistem
melayani seluruh penduduknya.
secara individu maupun ini dikelola oleh Perusahaan Daerah Air hanya 2,3% dari penduduk yang
Berdasarkan data tahun 2007, tercatat
bersama-sama akan Limbah.
membangun sarana Tidak banyak kota yang memiliki
terlayani.
Pertanyaannya adalah, bagaimana
sanitasi
pembangunan yang hanya berorientasi
Secara sederhana, sistem terpusat
pada pembangunan fisik akan berakhir
yang dikelola oleh pemerintah atau
dengan terbengkalainya sarana
organnya dapat disebut sistem sanitasi
yang dibangun. Beberapa hal perlu
berbasis institusi atau lembaga,
dipertimbangkan, terkait keterlibatan
sedangkan sebagai kontrasnya
masyarakat sebagai berikut:
adalah sistem yang dibangun secara
a. Perilaku hidup bersih sebagai
individu atau bersama-sama oleh
tujuan
masyarakat, yang dapat disebut
Sanitasi sangat erat kaitannya
sanitasi berbasis masyarakat. Besarnya
dengan perilaku hidup bersih. Untuk
porsi sanitasi berbasis masyarakat
itu sasaran utama dalam program
ini turut mendorong lahirnya
sanitasi haruslah perubahan perilaku
Kebijakan Nasional Pembangunan
masyarakat. Hal ini hanya dapat
Air Minum dan Penyehatan
ditempuh melalui edukasi yang
Lingkungan Berbasis Masyarakat. Ini
cukup, sehingga mereka menyadari
merupakan suatu wujud keprihatinan
resiko akibat penanganan sanitasi
dalam memformulasikan kebijakan
yang buruk, dan manfaatnya apabila
pengelolaan air minum dan sanitasi
mengelola sanitasi dengan benar.
berbasis masyarakat. Lokus sanitasi
b. Pendekatan tanggap kebutuhan
berbasis masyarakat, tidak hanya di
Khusus untuk inisiatif yang datang
pedesaan, tetapi relevan juga dalam
pengelolaannya. Segala kesepakatan wilayah perkotaan.
dari luar komunitas masyarakat, perlu
mengenai konsekuensi dari keputusan Dari segi pendanaan, sanitasi
dipertimbangkan sebelum melakukan
tersebut, khususnya mengenai biaya berbasis masyarakat ini berkembang
intervensi adalah adanya kebutuhan
operasi dan pemeliharaan, harus mulai dari seluruhnya dibiayai
yang muncul dari masyarakat sendiri.
Hal ini penting karena masyarakat yang dilakukan sebelum konstruksi dimulai. oleh masyarakat, subsidi, maupun
tidak merasa butuh akan sarana sanitasi,
e. Partisipasi masyarakat dalam
sepenuhnya dari pihak luar.
apabila dipaksakan akan berakhir
seluruh tahapan
dengan tidak digunakannya sarana yang
Pentingnya partisipasi masyarakat,
Konsep Dasar Keterlibatan
dibangun tersebut. Pendekatan tanggap
bukan hanya setelah bangunan selesai
Masyarakat dalam Sanitasi
dikerjakan. Tetapi harus dilakukan sejak Persoalan sanitasi pada dasarnya
kebutuhan memerlukan upaya edukasi
dalam tahap persiapan. Kesepakatan bukan semata pada pembangunan
yang akan melahirkan kesadaran,
akan efektif dilakukan sebelum sarana fisik, hal ini telah dibuktikan secara
dan selanjutnya akan melahirkan
dibangun, daripada dilakukan setelah empiris selama beberapa dekade. Bahwa
kebutuhan.
c. Informasi pilihan teknologi
selesai.
BORDA
Setelah masyarakat merasa
f. Dampingan dan pembinaan
membutuhkan akan sarana sanitasi,
dari pemerintah
mereka perlu dikenalkan pada
Pilihan teknologi sanitasi beragam
berbagai pilihan teknologi yang dapat
dari yang sederhana sampai kompleks.
digunakan, meliputi konsekuensi
Kemampuan masyarakat dalam
pembiayaan dan pemeliharaan terkait
memahami manfaat dan konsekuensi dengan masing-masing pilihan tersebut. yang harus ditanggung dari pilihan
d. Masyarakat memutuskan
teknologi, seringkali terbatas. Oleh
Sarana sanitasi yang dibangun baik
karena itu, perlu pendampingan dari
dengan pendanaan masyarakat
pihak luar, khususnya pemerintah,
sendiri maupun pendanaan dari luar
baik langsung maupun melalui mitra
masyarakat, pada hakikatnya untuk
kerjanya. Dampingan ini tidak terbatas digunakan dan dikelola oleh masyarakat pada pemahaman teknologi, tetapi sendiri. Oleh karena itu masyarakat
juga dalam pemberian bantuan teknis
harus ditempatkan sebagai pengambil
lainnya, seperti kelembagaan pengelola,
keputusan menyangkut teknologi yang
dan pemeliharaan sarana, serta
digunakan, pembangunan, maupun
pengembangannya.
Wawasan
BORDA
dalam skala besar, melainkan skala yang ini menjadi acuan bagi semua pihak, sesuai dengan kemampuan masyarakat
khususnya pemerintah daerah dalam
pengelolanya. Hal ini menyebabkan
menata dan mengelola pembangunan
banyaknya sistem yang harus dibangun
sanitasi di daerahnya.
dalam satu wilayah yang besar. Di
Paling tidak, sampai saat ini ada dua
balik itu, ada keunggulan skala kecil
pendekatan sanitasi berbasis masyarakat
yaitu dapat dibangun secara bertahap.
yang tengah dikembangkan di
Sehingga beban pemerintah dapat
Indonesia, yaitu Sanimas dan STBM.
direntangkan dalam kurun waktu yang
Kedua pendekatan ini lebih cenderung
relatif lama, untuk mengantisipasi
diterapkan pada masyarakat yang
kekurangan dana investasi skala besar.
belum memiliki akses terhadap sanitasi.
Daripada menunggu skala besar tidak
Bagi masyarakat yang sudah memiliki
pernah terwujud, lebih baik secara
akses sanitasi tetapi belum memenuhi
bertahap dibangun skala kecil.
syarat, diperlukan intervensi khusus
c. Pilihan teknologi
berupa penyadaran melalui edukasi dan
Dalam sistem sanitasi berbasis
regulasi. Semua pendekatan ini perlu
masyarakat tidak dapat dilakukan
diterapkan secara luas untuk mencapai
penyeragaman teknologi, yang dapat
sasaran nasional.
dilakukan adalah
b. Pelibatan semua
penyediaan panduan
pihak
g. Sanitasi dan air minum satu
pilihan teknologi.
Pemerintah
Secara perundangan,
kesatuan
Sehingga masyarakat
perlu mengambil pembangunan sarana
sanitasi termasuk dibangun tidak dilengkapi dengan
Seringkali sarana sanitasi yang
dapat memahami
peran dalam
kewajiban pemerintah ketersediaan air, hal ini merupakan
dan memilih
memberikan
daerah. Namun demikian salah satu penyebab tidak berfungsinya
teknologi sesuai
arahan dan
dengan kemampuan
kebijakan dalam dalam pelaksanaannya,
sarana yang dibangun. Di Indonesia,
pendanaannya.
pembangunan semua pihak terkait
umumnya air merupakan alat pembilas
d. Penggunaan
sanitasi di daerah memiliki tanggung
utama, sehingga ketersediaannya
jawab sesuai dengan merupakan keniscayaan.
sarana
Penggunaan sarana
tingkatannya.
yang dibangun dengan partisipasi
Pemerintah perlu mengambil
Keunggulan dan
masyarakat lebih terjamin dalam
peran dalam memberikan arahan dan
Keterbatasan Keterlibatan
penggunaannya, karena masyarakat
kebijakan dalam pembangunan sanitasi
Masyarakat dalam Proses
terlibat dalam penentuan segala aspek
di daerah. Pemerintah pusat memiliki
Pembangunan Sanitasi
yang dibutuhkan.
kewajiban untuk memampukan daerah
dalam pengelolaan pembangunan Persoalan klasik dari pendekatan
a. Penyiapan masyarakat
sanitasi. Dengan menyediakan arahan, berbasis masyarakat adalah lamanya
Pengarusutamaan Sanitasi Berbasis
pedoman, program peningkatan proses penyiapan masyarakat, sehingga
Masyarakat dalam Pembangunan
kapasitas, serta bantuan teknis yang dianggap tidak efisien. Keunggulan
Sanitasi di Indonesia
diperlukan. Pemerintah daerah dari sisi ini adalah dapat didorongnya
Beberapa hal perlu diperhatikan
bertanggungjawab dalam perencanaan masyarakat untuk kontribusi
dalam upaya pengarusutamaan sanitasi
pengelolaan sanitasi skala daerah, dalam pendanaan, sehingga beban pemerintah
berbasis masyarakat:
bimbingan teknis kepada masyarakat, dapat dikurangi.
a. Kebijakan dan strategi
dan investasi untuk sarana skala kota. Penyiapan masyarakat ini
Kebijakan dan strategi
Masyarakat sebagai kelompok memerlukan kecakapan khusus yang
pembangunan sanitasi berbasis
memiliki tanggung jawab dalam harus dimiliki oleh pemerintah daerah,
masyarakat secara khusus perlu
pembangunan dan pemeliharaan sarana atau kemampuan daerah dalam
dikonsolidasikan ulang, supaya
sanitasi komunal, baik yang mengadakan fasilitator yang handal.
lebih tanggap terhadap kondisi yang
berkembang. Wilayah ini merupakan
dibangun atas inisiatif
masyarakat sendiri, atau Skala pengelolaan sanitasi berbasis
b. Skala kegiatan
tanggung jawab pemerintah pusat,
yang terdiri dari kementerian terkait
inisiatif
masyarakat tidak dapat dilakukan
dengan sanitasi. Kebijakan dan strategi
195
Wawasan
pihak luar. Masyarakat sebagai individu memiliki tanggung jawab dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana sanitasi individu yang berada di lingkungan rumahnya.
LSM, donor, swasta, serta perguruan tinggi juga perlu didorong untuk berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi berbasis masyarakat. Kelompok eksternal ini memiliki potensi dalam pengembangan teknologi, pendekatan, sumber daya manusia, bahkan pendanaan.
c. Rencana induk pengembangan sanitasi daerah
Pelayanan sanitasi secara konkrit berada di tingkat kota/kabupaten. Pada tingkat inilah ditentukan tercapai tidaknya sasaran pembangunan, yang nantinya akan diagregat secara nasional. Oleh karena itu, diperlukan rencana induk pengembangan sanitasi secara menyeluruh. Di dalamnya harus dapat dipetakan wilayah layanan dan intervensinya, bagian mana yang akan dilayani sistem skala besar yang akan dikelola secara lembaga, bagian mana yang akan dilayani dengan sistem individu atau komunal yang akan dibangun berbasis masyarakat.
d. Edukasi dan regulasi
Persoalan sanitasi sangat erat kaitannya dengan perilaku manusia. Oleh karena itu, upaya edukasi tentang resiko lingkungan yang diakibatkan oleh limbah perlu dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah daerah perlu didorong dalam melakukan edukasi melalui berbagai saluran yang ada.
Menurut lokusnya, sarana sanitasi rumah tangga yang berada di dalam lingkungan rumah merupakan wilayah
individu (privat). Namun demikian, limbah dari sarana
individu
ini akan dialirkan ke luar rumah, yang merupakan wilayah publik. Limbah ini memiliki sifat eksternalitas negatif karena karakteristiknya yang membahayakan bagi lingkungan. Oleh karena itu, diperlukan pengaturan, baik tentang kualitas limbah, standar bangunan pengolahan, retribusi pembuangan lumpur, dan lainnya.
e. Peningkatan kapasitas daerah
Kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan
pembangunan sanitasi
masih perlu ditingkatkan
secara terus menerus dan
lebih intensif. Selama ini
pandangan terhadap
persoalan sanitasi
semata-mata urusan individu, sehingga perhatian dari pemerintah daerah terhadap persoalan sanitasi sangat kurang. Hal ini diindikasikan dengan kecilnya anggaran untuk program sanitasi, dan ketidakjelasan lembaga yang mengelolanya, serta kurangnya kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan sanitasi, apalagi sanitasi berbasis masyarakat.
Untuk itu, program peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pengelolaan sanitasi umumnya, dan
berbasis masyarakat khususnya perlu dilakukan oleh pemerintah pusat. Penyediaan fasilitator masyarakat yang memahami teknis dan aspek sosial dalam sanitasi, perlu menjadi perhatian daerah. Program pelatihan pelatih perlu dilakukan oleh pemerintah pusat, sehingga daerah dapat mengembangkan pelatihan fasilitator di daerahnya.
f. Monitoring dan evaluasi
Upaya yang besar dalam pencapaian target nasional dalam pembangunan sanitasi, khususnya yang berbasis masyarakat, perlu diimbangi dengan kegiatan monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berjenjang. Semua tingkat pemerintahan berkepentingan dalam monitoring dan evaluasi, tetapi substansinya mungkin berbeda. Pemerintah pusat hanya berkepentingan dengan agregat propinsi atau kabupaten/kota dalam pencapaian layanan sanitasi. Sedangkan pemerintah propinsi dan kabupaten/kota memerlukan informasi yang lebih rinci, sampai ke tingkat layanan di desa. Hal tersebut terkait erat dengan pengelolaan data sanitasi secara keseluruhan di tingkat kabupaten/kota.
*) Koordinator Water and Sanitation Policy Formulation and Acting Planning/WASPOLA
Kemampuan
pemerintah daerah dalam
pengelolaan pembangunan sanitasi
masih perlu
ditingkatkan
OM
Wawasan