Konsep Pengembangan Implementasi Sanimas ESP

2. Konsep Pengembangan Implementasi Sanimas ESP

Pengembangan konsep implementasi sanimas, dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan kondisi dan situasi

Skema Prinsip Dasar Sanimas

masing-masing daerah, serta pengintegrasian proyek sanimas dengan komponen program ESP lainnya, yaitu:

b. Pengembangan Fungsi CBS sebagai “alat” Advokasi

a. Istilah yang digunakan dalam program ESP adalah CBS

dalam Fasilitasi ESP

( Community Base Sanitation) Dalam implementasi di daerah, uji coba proyek CBS

b. Merupakan bagian dari Rencana Aksi Sanitasi ( Action bukan merupakan program yang berdiri sendiri, namun Plan) perencanaan dan pembangunan sarana dan

merupakan bagian tak terpisahkan dalam fasilitasi bantuan prasarana sanitasi perkotaan – bagian tak terpisahkan dari

teknis ESP kepada pemerintah dan masyarakat di daerah dokumen Strategi Sanitasi Kota ( City Sanitation Strategy)

pada sektor sanitasi.

c. Uji coba proyek pembelajaran bagi pokja sanitasi kota Fasilitasi ESP untuk penguatan kapasitas kelembagaan untuk dilakukan replikasi dan atau perluasan ( scaling up)

di daerah berupa bantuan teknis penyusunan rencana bagi pembangunan sanitasi perkotaan

Strategi Sanitasi Kota (SSK/CSS) dan Rencana Aksi, yang

d. Fokus pada lokasi wilayah kumuh miskin perkotaan, diawali dengan kesepakatan kerjasama fasilitasi bantuan didahului dengan kegiatan survei sampel RDS ( Real

teknis sanitasi antara ESP dengan Pemerintah Daerah, dan Demands Survey) dan analisis Pemetaan Sanitasi

dilanjutkan dengan pembentukan Pokja Sanitasi. Uji coba

e. Sinergi dengan program pemberdayaan ESP untuk sub proyek CBS secara langsung akan berada dalam koordinasi sektor persampahan – program 3R ( reduce, reuse, recycle),

dan tanggung jawab Pokja Sanitasi melalui Tim Teknis sektor kesehatan- program Cuci Tangan Pakai Sabun

CBS. Dengan demikian CBS akan mempunyai multi fungsi (CTPS) dan kampanye PHBS dalam rangka perubahan

sebagai “alat” advokasi, dalam hal (i) penguatan kapasitas perilaku masyarakat sebagai bagian program Strategi

kelembagaan (Pokja Sanitasi) – fungsi pembelajaran; (ii) Komunikasi

pemberdayaan masyarakat dan (iii) penerimaan sosial ( social

f. Dilakukan evaluasi dan monitoring, dalam menjamin acceptance) perubahan perilaku masyarakat keberlanjutan program CBS

Untuk lebih jelasnya lihat skema fasilitasi sektor sanitasi ESP berikut.

Jejaring Sanimas

1 orang tenaga fasilitator lapangan dari Lembaga Swadaya Masyarakat (TFL-LSM) yang ditugaskan sebagai LSM Pendamping

- Keterkaitan dengan program lain ESP; Dalam pelaksanaannya di lapangan uji coba proyek CBS,

dapat secara bersamaan dilakukan intervensi dengan kom- ponen program ESP lainnya, seperti (a) program penyediaan air minum perpipaan komunal–sub komponen Hibah Kecil, contoh CBS Curung Rejo, Kab. Malang; (b) program 3 R- persampahan, contoh CBS Tembung, Medan; (c) Program CTPS dan Kesetaraan Gender, contoh CBS Tamansari, Ban- dung; (d) Program Manajemen DAS, contoh CBS Wono- kromo, Surabaya dan CBS Curung Rejo, Kabupaten Malang.

Secara fungsi, CBS-ESP dapat merupakan komponen inti dalam program Pemberdayaan Masyarakat, yang meng- integrasikan dengan sub komponen program lainnya, sehingga akan diperoleh suatu “kawasan sanitasi terpadu”. Namun kebutuhan akan keterpaduan ini dasarnya dari minat

Skema Fasilitasi Sektor Sanitasi ESP

dan keinginan kelompok masyarakat yang bersangkutan.

c. Komponen Program CBS/Sanimas

d. Mekanisme Proses CBS

- Pokja Sanitasi;

- Kesepakatan Kerjasama;

Dalam pelaksanaan pilot proyek CBS/Sanimas di daerah, Kesepakatan kerjasama ditandatangani antara pemerintah

daerah dan ESP-BORDA, sebagai tanda dimulainya kepada Pemerintah Daerah yang terpilih sebagai wilayah

ESP melakukan langkah-langkah advokasi 1 terlebih dahulu

kerjasama. Kemudian, masyarakat membentuk KSM sebagai “binaan” ESP, dan sebagai langkah awal adalah membentuk

pengelola. Selanjutnya Memorandum of Understanding Kelompok Kerja Sanitasi kota (Pokja-San), melalui Surat

(MOU) ditandatangani antara pemerintah daerah dan KSM Keputusan (SK) Kepala Daerah (Walikota/Bupati). Pelibatan

sebelum KSM menerima transfer dana dari pemerintah, ESP- Pokja dalam pelaksanaan pilot proyek CBS sangat penting,

BORDA, dan kontribusi masyarakat. Selengkapnya pada sebagai salah pelaku utama program CBS dalam fungsinya

flow chart berikut.

sebagai (a) Pemegang komitmen politik di daerah dalam penentuan kebijakan daerah terkait dengan pengintegrasian CBS ke dalam dokumen perencanaan dan pembangunan sanitasi di daerah (Renstra, Rencana Induk); (b) Dukungan kebijakan terkait dengan upaya replikasi/perluasan dan penyedia anggaran sanimas ke depan

- Tenaga Fasilitator Lapangan; Fasilitator CBS adalah orang yang diberi tugas untuk

melakukan fungsi fasilitasi masyarakat dan pemerintah kota/ kabupaten agar program sanitasi berbasis masyarakat dapat diimplementasikan dengan benar.

Pelatihan dan penyiapan fasilitator lapangan, dilakukan bersama-sama dengan program Pengembangan PLP-PU pusat dan BORDA, untuk beberapa lokasi di wilayah Indonesia bagian timur, penunjukkan fasilitator dari LSM

- Kewajiban PEMDA, setidaknya berupa (i) Membentuk lokal.

Kelompok Kerja Sanitasi; (ii) Menyediakan semua data infor- Menyediakan semua data infor- Fasilitator CBS terdiri dari 2 orang:

masi yang dibutuhkan; (iii) Bersedia menganggarkan biaya

1 orang tenaga fasilitator dari Pemerintah kota/ (sebagai bagian dari cost sharing) untuk pemetaan sanitasi kabupaten (Fasilitator Pemda) yang ditugaskan oleh Pokja-

(menyediakan peta dasar dan biaya rapat/diskusi, Sanitasi

ruangan, honorarium yang diperlukan) dan

1. Menurut Johns Hopkins (1990) advokasi adalah usaha untuk

implementasi uji coba Sanimas berupa biaya

mempengaruhi kebijakan publik melalui bermacam-macam bentuk

konstruksi minimal 50 persen.

komunikasi persuasif.

Jejaring Sanimas

Skema Pendanaan

Kemudian tim teknis yang terbentuk akan melakukan Sumber pendanaan Sanimas berasal dari berbagai pihak,

seleksi lokasi kecamatan/kelurahan untuk pilot CBS, yaitu (i) pemerintah pusat dalam bentuk material( in-

berdasarkan hasil Real Demand Survey (RDS) yang sudah kind), besarnya kurang lebih 30 persen dari total biaya

diproses memanfaatkan Geographic Information System pembangunan Sanimas; (ii) sisanya 70 persen harus

(GIS), menghasilkan Pemetaan Sanitasi (San-Map). disediakan oleh pemerintah kota/kabupaten, pemerintah

Kemudian Tim Teknis bersama-sama Tenaga Fasilitator propinsi, bantuan

Lapangan (TFL) yang berasal dari LSM yang telah donor/LSM/Swasta

menjalani proses seleksi dan pelatihan fasilitator, dan minimal 4

melakukan pendampingan di masyarakat. Proses persen secara tunai

pendampingan atau penyiapan masyarakat ataupun material/

dilakukan melalui pertemuan kelompok ( Focus tenaga merupakan

Group Discussion/FGD) yang secara intensif kontribusi

dilakukan dalam kurun waktu 3-4 bulan. Termasuk masyarakat.

didalamnya melakukan proses seleksi dan kompetisi Sementara,

tingkat Rukun Warga (RW), untuk menentukan skema pendanaan

lokasi CBS yang paling diterima secara sosial. Dari

Skema Pendanaan Sanimas

uji coba CBS-ESP proses FGD akan menghasilkan Rencana Kerja sedikit berbeda

Masyarakat (RKM) dan membentuk Kelompok dengan Sanimas dengan mempertimbangkan adanya

Swadaya Masyarakat (KSM) yang fungsinya sebagai “hibah” dari lembaga donor (USAID), yang proporsinya

pengelola proyek CBS selama tahap konstruksi, maupun ditetapkan sebesar 50 persen dari biaya konstruksi (tidak termasuk pengadaan lahan), dan bantuan teknis penuh untuk pemberdayaan masyarakat. Pendanaan 50 persen dari biaya konstruksi termasuk lahan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah serta 4 persen minimal dalam bentuk tunai atau natura dari kontribusi masyarakat, sebagai bentuk partisipasi masyarakat. Mitra pelaksanaan CBS dalam prakteknya, tidak selalu pemerintah daerah, seperti di kota Surabaya, CBS-Wonokromo dan CBS-Sawunggaling, dibiayai secara bersama oleh ESP bermitra dengan Perum Jasa Tirta I- dalam rangka program perlindungan DAS Brantas, namun masih dalam koordinasi teknis dengan Pokja-San kota Surabaya.

paska konstruksi. Evaluasi terhadap hasil akhir implementasi CBS, akan menjadi masukan/input bagi penyusunan program dan kegiatan dokumen Rencana Aksi Tahunan, yang merupakan turunan dari dokumen Strategi Sanitasi Kota (SSK), rencana strategi pembangunan sanitasi 5 (lima) tahunan. Dengan demikian program CBS secara “legal” menjadi bagian dari perencanaan sanitasi perkotaan, dan akan terjamin keberlanjutannya. Bahkan di beberapa lokasi seperti Medan, Padang, Kabupaten Malang pada tahun berikutnya direplikasikan di wilayah lain sebagai bagian

Skema Pendanaan CBS-ESP

perencanaan dan pembangunan sanitasi perkotaan dengan dukungan penuh pembiayaan dari APBD

Tahapan proses

kota/kabupaten.

Dimulai dari pembentukan Tim Teknis Pokja Sanitasi, Tugas dan Tanggungjawab Tim Teknis Pokja-San, berupa merupakan gugus tugas teknis Pokja-San, yang

(i) melakukan monitoring dan evaluasi pekerjaan lapangan;

akan bertanggung jawab dalam

(ii) terlibat aktif dalam tahapan kegiatan dengan masyarakat

bersama fasilitator; (iii) membantu proses pencairan dana Jejaring Sanimas

pelaksanaan CBS.

APBD; (iv) melaporkan kemajuan pekerjaan lapangan ke perbedaan siklus penganggaran. Hal ini akan berpengaruh POKJA

kepada jadwal pelaksanaan CBS, yang relatif butuh untuk waktu persiapan antara 6 – 12 bulan, terhitung dari ditandatanganinya nota kesepahaman; (ii) ketersediaan lahan. Komponen lahan menjadi tanggung jawab Pemda atau menjadi kontribusi masyarakat. Jika lahan sudah tersedia sebagai fasum atau milik masyarakat yang dihibahkan, tidak membutuhkan waktu lama dalam memperoleh ijin penggunaannya. Namun akan menjadi persoalan jika lahan tersebut belum dibebaskan. Faktor lahan dalam kasus tertentu bisa menjadi penentu lamanya jadwal pelaksanaan yang tertunda.

Contoh tertundanya pelaksanaan CBS oleh karena hambatan proses penganggaran dan kesiapan lahan, adalah CBS Wonokromo dan Sawunggaling, di kota Surabaya. Jadwal pelaksanaan tertunda, selama hampir 3 tahun, dan baru terselesaikan pada akhir tahun 2009.

Waktu normal yang dibutuhkan untuk pelaksanaan CBS biasanya antara 6-8 bulan, 3-4

Jangka Waktu Pelaksanaan

bulan waktu untuk seleksi lokasi dan penyiapan masyarakat, Pelaksanaan CBS sangat tergantung dari beberapa aspek,

3- 4 bulan berikutnya untuk pelaksanaan fisik konstruksi dan yaitu (i) kalender APBD tahunan. Berbagi pembiayaan

supervisi pengelolaan.

dilakukan antara ESP dan Pemda, sementara terdapat *Koordinator Sanitasi Nasional, ESP-USAID

([email protected])

WINARKO HADI

Jejaring Sanimas

Replikasi dan Adaptasi

Sanimas di Negara Lain

P Swadaya Masyarakat) yang di sana juga jumlahnya cukup bahasa Inggris dan diterjemahkan ke dalam 4 bahasa daerah

engenalan dan proyek percontohan Sanimas Masyarakat (Community-Based Sanitation/CBS) yang mulai dikenalkan ke luar Indonesia pada

didasarkan pada konsep Sanimas dilaksanakan di Bangalore. pertengahan tahun 2003, yakni di India

Pelatihan tersebut difasilitasi oleh konsultan dari Jerman, dimana BORDA (Bremen Overseas Research

Meike Zinn-Meinken, dan narasumber dari Indonesia, and Development Association) juga memiliki

Yuyun Ismawati dan Surur Wahyudi. Materi mencakup program di Asia Selatan bekerjasama dengan LSM (Lembaga

keseluruhan modul sanimas. Pelatihan diberikan dalam

banyak dan sangat aktif. mereka di India secara bergiliran. Karena kelima daerah ini Sekarang ini, selain Asia Selatan, Asia Tenggara termasuk

memiliki bahasa daerah yang berbeda-beda. Mekong-China dan Negara-negara Afrika bagian Selatan

Pelatihan dilakukan selama 6 hari, terdiri dari teori dan ( Southern African country). Dalam implementasinya di

praktik. Kemudian mereka diharapkan menindak-lanjutinya negara-negara tersebut, BORDA selalu bermitra dengan

di wilayah kerja masing-masing. Yang menarik, lokasi praktik LSM lokal dan melaksanakan program yang dipandang sesuai kemudian ditindaklanjuti dengan program, bahkan sampai dengan kebutuhan setempat menggunakan pendekatan solusi ke pembangunan fisik sarana sanitasi. Ini yang juga penting, desentralisasi.

sebagaimana kita selalu sampaikan bahwa “jangan sekali-kali masyarakat dijadikan sebagai kelinci-percobaan”.

Sanimas di India

Dan ternyata hasilnya beragam: di Bangalore, 2 tahun Pada April 2003, BORDA memperkenalkan konsep

kemudian ada 2 MCK plus yang dikelola oleh kelompok dan pendekatan Sanimas kepada mitranya di Asia Selatan,

perempuan ( self-help group) dampingan GSS, mitra BORDA di mana BORDA sudah bermitra dengan beberapa

di Bangalore. Satu MCK di kelola oleh warga India Hindu LSM di India sejak tahun 1980-an. Pendekatan Sanimas

dan satunya dikelola oleh warga India Muslim. Tiga diperkenalkan kepada 5 partner LSM yang berbasis di

tahun kemudian di Nagpur ada sistem sanitasi dengan Bangalore, Mysore, Nagpur, dan Chennai.

pemipaan sederhana ( simplified sewerage system) di salah satu Pada April 2003, pelatihan tentang Sanitasi Berbasis

permukiman kumuh.

SW

Jejaring Sanimas

Saat tsunami terjadi di akhir 2004, India juga menjadi

Sanimas di Zambia

daerah yang banyak korbannya, dan korban terparah terjadi Pada tahun 2007 SANIMAS juga telah diperkenalkan di sekitar Chennai (Madras) dan Trichy. Mitra BORDA

ke beberapa negara di Afrika Selatan (Southern African di sana, Exnora, berkesempatan menguji coba beberapa

Country), di mana BORDA juga bekerja dengan beberapa participatory tools Sanimas yang mereka terima saat pelatihan, LSM. Negara-negara Afrika Selatan dimaksud adalah dan memodifikasinya sesuai kebutuhan untuk tsunami-

seperti Afrika Selatan, Lesotho, Zambia, Tanzania. Training recovery program. Hasilnya ada 2 MCK plus yang dibangun

diorganisir oleh WASAZA (water and sanitation Zambia dan dikelola kelompok perempuan. Pada tahun 2008 2008

yang anggotan yang anggotanya adalah seluruh PDAM di Zambia) atas diresmikan lagi satu MCK plus di Mysore. Keunikan nikan

pem pembiayaan dari GTZ yang dikordinasikan oleh

MCK di Mysore adalah menyediakan jamban khusus husus sa mpaik mpaik kita selalu pa

DTF (Devolution Trust Fund). untuk anak-anak dengan gambar-gambar kartun n

“jang an bah an bah jang jang

Training diikuti oleh 23 peserta yang

di dinding, pintu samping dan bukaan kaki yang g sekali-k sekali-k an a an wa datang dari Negara-negara yang berasal dari d

mas mas

a dijadik asyar ali ali dijadik adik yarak yarak

lebih kecil dibandingkan jamban orang dewasa.

NGO dan CU (PDAM) yang berdasarkan N

s at seb a

b b b b b b b b b an an an n n n n n n n n n

k k k k k k k k k k k ke sebaga a a a a a a a a a a a a a a e e e e e e e e e e e e e e g g g g g g g g g g g g g g g g g g l g l l l l l l l l l l l l i i i i i i i i a a a a a a a a a a a a a a a a i i i i i i i i i i

Sanimas di Filipina

perc r r r r r c c c c c c c c c c c nc n n n n n o n o o o o o o o c c c b c b b b b b b i i i i i i i i i - - -

Pada tahun 2005, Sanimas juga mulai

dikenalkan di Phillippines, terutama kepada

mitra BORDA di Negara tersebut. Pelatihan tersebut diorganisir oleh BORDA-BNS Phillipine. Pelatihan diberikan kepada sekitar 20 orang yang terdiri dari staf LSM, tenaga pengajar perguruan tinggi di Ateneo University, serta beberapa PEMDA di Manila yang diorganisir oleh Environmetnal Health Institute, semacam lembaga pengembangan masyarakat milik universitas tersebut.

Pelatihan dilakukan selama 6

YUYUN

hari, termasuk teori dan praktek simulasi untuk proses seleksi lokasi/kampong dengan metode rapid participatory appraisal/ RPA dan penyusunan RKM atau Rencana Kerja Masyarakat.

peraturan memang bertanggungjawab terhadap Lokasi praktek dilakukan di

sanitasi. Training dilakukan selama 6 hari

2 kampung miskin pinggiran termasuk kelas dan lapangan. Praktek lapagan kota Manila, sekaligus untuk

dilakukan di Kariba, pemukiman miskin di menseleksi barangay (kampung)

pinggiran kota Ndola, ibukota Zambia Utara. untuk implemnetasi CBS/ community based sanitation atau

Di lokasi tersebut, pemerintah menyediakan perumahan SANIMAS. Sayang setelah pelatihan EHI tidak lagi menjadi

(semacam blok, 1 blok terdiri dari 8 rumah, tiap rumah mitra BORDA dan tidak melanjutkan pendekatan kepada

berukuran tipe 21). Setiap beberapa blok disediakan 2 pemda-pemda yang berminat sehingga sampai saat ini

MCK ( ablution block) terdiri dari 8 kamar mandi untuk belum ada implementasi Sanimas di Filipina sebagaimana

perempuan dan 8 kamar mandi untuk laki-laki. Di antara 2 direncanakan pada saat pelatihan.

blok terdapat tempat cuci berupa meja semen. Setiap blok Namun demikian, berdasarkan informasi yang diperoleh

disambungkan dengan pipa sewerage. Tetapi kondisinya pada tahun 2010 ini beberapa pemda di Filipina mulai

sangat parah, pipa sewerage mampet, air bekas mandi dan mempertimbangkan untuk adopsi pendekatan Sanimas

cucian menjadi comberan disekitar MCK. Kotoran tinja dari Indonesia yang akan difasilitasi juga oleh WSP. Dan

bercampur di comberan sehingga kondisinya sangat bau, beberapa kali sudah ada presentasi pengalaman Sanimas dari

kumuh. Pada kondisi masyarakat dan lingkungan seperti Indonesia, termasuk oleh Susmono, Direktur Pengembangan

itulah Sanimas diterapkan di Zambia, di wilayah Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jendral

Afrika bagian Selatan.

Ciptakarya, Departemen Pekerjaan Umum, untuk bisa

Penulis: Yuyun Ismawati, Direktur BalifFkus dan Surur Wahyudi, CBS Program Coordinator, BORDA.

diadopsi di Filipina.

Jejaring Sanimas

Regulasi

Peraturan Perundangan Terkait

Pengelolaan

Air Limbah Domestik

di Indonesia

P maran lingkungan akibat dihasilkannya donesia.

engelolaan air limbah do- satu faktor yang berpengaruh terhadap

mestik saat ini belum men- kondisi sanitasi adalah ketersediaan per- jadi prioritas utama, hal aturan perundangan. ini dapat terlihat dari jum-

Tulisan berikut mencoba merang- lah penduduk yang belum kum peraturan perundangan terkait memiliki akses sanitasi yang baik. Pence- pengelolaan air limbah domestik di In-

limbah domestik memberikan dampak

yang sangat luas bagi kehidupan umat Undang-Undang Nomor 26 Tahun manusia. Menurut laporan United Na- 2009 tentang Kesehatan

tion Development Programme (UNDP),

Pembangunan kesehatan bertujuan pembangunan yang terkait dengan ting- untuk meningkatkan kesadaran, ke- kat kesejahteraan manusia yang disebut mauan, dan kemampuan hidup sehat Human Development Index (HDI), salah bagi setiap orang agar terwujud derajat satu kriterianya adalah kesehatan di kesehatan masyarakat yang setinggi- samping pendidikan dan ekonomi, salah tingginya, sebagai investasi bagi pem-

bangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

BOWO

Pemerintah bertanggung jawab me- rencanakan, mengatur, menyelenggara- kan, membina, dan mengawasi penye- lenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat.

Untuk mewujudkan derajat kese- hatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kese- hatan yang terpadu dan menyeluruh da- lam bentuk upaya kesehatan perseorang- an dan upaya kesehatan masyarakat.

Upaya kesehatan lingkungan ditu- jukan untuk mewujudkan kualitas ling- kungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memung- kinkan setiap orang mencapai derajat

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

hidup wajib melakukan penanggu- 2004 tentang Sumber Daya Air.

langan pencemaran dan/atau kerusakan

Sejalan dengan perkembangan jum-

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Asas dan Tujuan

lingkungan hidup. Masyarakat memi- lah penduduk dan meningkatnya ke-

Bab III Hak dan Kewajiban : Bab IV Tanggungjawab Pemerintah

liki hak dan kesempatan yang sama dan gi atan masyarakat, mengakibatkan

Bab V Sumberdaya di Bidang Kesehatan : Bab VI Upaya Kesehatan

selu as-luasnya untuk berperan aktif da- per u bahan fungsi lingkungan yang

Bab VII Kesehatan Ibu, Bayi, Anak, Remaja,

lam perlindungan dan pengelolaan ling- berdampak negatif terhadap kelesta-

Lanjut Usia, dan Penyandang Cacat Bab VIII Gizi

kungan hidup.

rian sumber daya air dan meningkatnya

Bab IX Kesehatan Jiwa Bab X Penyakit Menular dan Tidak Menular

daya rusak air. Hal tersebut menuntut

Bab XI Kesehatan Lingkungan

pengelolaan sumber daya air yang utuh

Bab XII Kesehatan Kerja Bab XIII Pengelolaan Kesehatan

dari hulu sampai ke hilir dengan basis

Bab XIV Informasi Kesehatan

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

wilayah sungai dalam satu pola pengelo-

Bab XV Pembiayaan Kesehatan

tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Bab XVI Peran Serta Masyarakat

laan sumber daya air tanpa dipengaruhi

Lingkungan Hidup

oleh batas-batas wilayah administrasi

Bab XVIII Pembinaan dan Pengawasan

Bab I Ketentuan Umum

Bab XIX Penyidikan

Bab II Asas, Tujuan, dan Ruang Lingkup

yang dilaluinya.

Bab XX Ketentuan Pidana

Bab III Perencanaan

Konservasi sumber daya air dilaku-

Bab XXI Ketentuan Peralihan

Bab IV Pemanfaatan

Bab XI Ketentuan Penutup

Bab V Pengendalian

kan melalui kegiatan perlindungan dan

pelestarian sumber air, pengawetan air, kesehatan yang setinggi-tingginya.

Bab VI Pemeliharaan Bab VII Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun

serta pengelolaan kualitas air dan pe- Masyarakat berperan serta, baik se-

Serta Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun Bab VIII Sistem Informasi

ngendalian pencemaran air dengan cara perseorangan maupun terorgan-

Bab IX Tugas dan Wewenang Pemerintah dan

mengacu pada pola pengelolaan sum- isasi dalam segala bentuk dan tahapan

Pemerintah Daerah Bab X Hak, Kewajiban, dan Larangan

ber daya air yang ditetapkan pada setiap pembangunan kesehatan dalam rangka

Bab XI Peran Masyarakat

Bab XIII Penyelesaian Sengketa Lingkungan

wilayah sungai.

membantu mempercepat pencapaian Bab XV Ketentuan Pidana Pengelolaan kualitas air dan pengen- derajat kesehatan masyarakat yang se-

dalian pencemaran air ditujukan untuk tinggi-tingginya. Bab XVII Ketentuan Penutup mempertahankan dan memulihkan

Bab XVI Ketentuan Peralihan

kualitas air yang masuk dan yang ada

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Peng- BORDA

e lolaan Lingkungan Hidup.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup dilaksana- kan oleh Pemerintah, Pemerintah Dae- rah, dan penanggung jawab usaha dan/ atau kegiatan sesuai dengan kewena- ngan, peran, dan tanggung jawab mas- ing-masing.

Mengenai pencemaran lingkungan hidup ditentukan melalui baku mutu lingkungan hidup, sedangkan untuk menentukan terjadinya kerusakan ling- kungan hidup, ditetapkan kriteria baku kerusakan lingkungan hidup.

Setiap orang diperbolehkan untuk membuang limbah ke media lingkung- an hidup dengan persyaratan memenuhi baku mutu lingkungan hidup dan mendapatkan izin dari Menteri, Guber- nur, atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.

Setiap orang yang melakukan pence-

Regulasi Regulasi

Setiap orang wajib melestarikan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004

tentang Sumber Daya Air

pada instansi teknis yang bertanggung kualitas air dan mengendalikan pence-

Bab I Ketentuan Umum

jawab, di bidang pengelolaan lingkung- maran air pada sumber air. Pemerintah

Bab II Wewenang dan Tanggung Jawab Bab III Konservasi Sumber Daya Air

an hidup di daerah.

dan Pemerintah Propinsi, Pemerintah

Bab IV Pendayagunaan Sumber Daya Air

Metode analisa untuk setiap para- Kabupaten/Kota wajib memberikan

Bab V Pengendalian Daya Rusak Air Bab VI Perencanaan

meter baku mutu air dan baku mutu informasi kepada masyarakat mengenai

Bab VII Pelaksanaan Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan

limbah cair ditetapkan oleh Menteri. pengelolaan kualitas air dan pengenda-

Bab VIII Sistem Informasi Sumber Daya Air

Apabila kualitas air lebih rendah dari lian pencemaran air.

Bab IX Pemberdayaan dan Pengawasan Bab X

kualitas air menurut golongan yang te-

Dalam hal terjadi perbuatan melang-

Pembiayaan

Bab XI Hak, Kewajiban dan Peran Masyarakat

lah ditetapkan, Gubernur Kepala Dae- gar hukum berupa pencemaran dan/

Bab XII Koordinasi Bab XIII Penyelesaian Sengketa

rah Tingkat I menetapkan program atau perusakan lingkungan hidup, maka

Bab XIV Gugatan Masyarakat dan Organisasi Bab XV Penyidikan

pening katan kualitas air.

akan dikenakan sanksi ganti kerugian

Bab XVI Ketentuan Pidana

Setiap orang atau badan yang mem- maupun sanksi administrasi untuk be-

Bab XVII Ketentuan Peralihan Bab XVIII Ketentuan Penutup

buang limbah cair wajib menaati baku berapa pelanggaran yang ditetapkan ses- mutu limbah cair sebagaimana telah di- uai dengan peraturan perundangan. tentukan dalam izin pembuangan lim-

pada sumber-sumber air. Pengendalian bah cair yang telah ditetapkan. Sedang-

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

pencemaran air dilakukan dengan cara kan penanggung jawab kegiatan wajib

tentang Pengelolaan Kualitas Air dan

mencegah masuknya pencemaran air Pengendalian Pencemaran Air membuat saluran pembuangan limbah pada sumber air dan prasarana sumber cair sedemikian rupa, sehingga memu-

Bab I

Ketentuan Umum

daya air. Oleh karena itu, setiap orang Bab II Pengelolaan Kualitas Air dahkan pengambilan contoh dan pe-

Bab III Pengendalian Pencemaran Air

atau badan usaha dilarang melakukan Bab IV Pelaporan ngukuran debit limbah cair di luar areal

Bab V Hak Dan Kewajiban

kegiatan yang mengakibatkan rusaknya kegiatan.

Bab VI Persyaratan Pemanfaatan Dan

sumber air dan prasarananya, meng- Bab VII Pembinaan Dan Pengawasan Baku mutu limbah cair yang diizin-

Bab VIII Sanksi

ganggu upaya pengawetan air dan/atau kan dibuang ke dalam air oleh suatu

Bab IX Ketentuan Peralihan Bab X Ketentuan Penutup

mengakibatkan pencemaran air.

kegi-atan ditetapkan oleh Gubernur

Pengendalian daya rusak air dilaku- Kepala Daerah Tingkat I berdasarkan kan secara menyeluruh yang mencakup baku mutu limbah cair. upaya pencegahan, penanggulangan,

dan pemulihan. Hal tersebut merupakan Peraturan Pemerintah Nomer 82 Ta- tanggung jawab Pemerintah, Pemerintah hun 2001 tentang Pengelolaan Kuali- Daerah, serta pengelola sumber daya air tas Air dan Pengendalian Pencemaran

wilayah sungai dan masyarakat.

Air

Penyelenggaraan pengelolaan kuali-

Peraturan Pemerintah Nomor 20 tas air dan pengendalian pencemaran Tahun 1990 tentang Pengendalian air dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga

Pencemaran Air.

berdasarkan peraturan perundangan.

Gubernur menunjuk instansi teknis Pengelolaan kualitas air dilakukan untuk di daerah untuk melakukan inventa- menjamin kualitas air yang diinginkan risasi kualitas dan kuantitas air untuk sesuai peruntukannya agar tetap dalam kepentingan pengendalian pencemaran kondisi alamiahnya. Sedangkan pengen- air. Kemudian data kualitas dan kuan- dalian pencemaran air dilakukan untuk

menjamin kualitas air sesuai dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1990

baku mutu air melalui upaya pencega-

tentang Pengendalian Pencemaran Air

han dan penanggulangan pencemaran

Bab I Ketentuan Umum

air serta pemulihan kualitas air.

Bab III Penggolongan

Setiap orang yang membuang air

Bab IV Upaya Pengendalian Bab V Perizinan

limbah ke prasarana dan/atau sarana

Bab VI Pengawasan dan Pemantauan

pengelolaan air limbah yang disediakan

Bab VII Pembiayaan Bab VIII Sanksi

oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dike-

Bab IX Ketentuan Peralihan Bab X Ketentuan Penutup

nakan retribusi.

Regulasi

Peraturan Pemerintah Nomor 16 Ta-

Dalam hal Prasarana dan Sarana Air terpusat dilakukan secara kolektif mela- hun 2005 tentang Pengembangan Limbah, setiap orang perseorangan atau lui jaringan pengumpul dan diolah serta

Sistem Penyediaan Air Minum.

kelompok masyarakat dilarang mem- dibuang secara terpusat. Pengaturan pengembangan SPAM buang air limbah secara langsung tanpa

Pelayanan minimal sistem pem- diselenggarakan secara terpadu dengan pengolahan ke sumber air baku. PS Air buangan air limbah berupa unit pengo- pengembangan Prasarana dan Sarana Limbah dilakukan melalui sistem pem- lahan kotoran manusia/tinja dilakukan Sanitasi yang berkaitan dengan air mi- buangan air limbah setempat dan/atau dengan menggunakan sistem setempat num. Air minum yang tidak memenuhi terpusat. Untuk sistem pembu angan atau sistem terpusat agar tidak mence- syarat dilarang didistribusikan kepada air limbah setempat dilakukan secara mari daerah tangkapan air/resapan air masyarakat.

individual melalui pengolahan dan baku.

Air minum yang dihasilkan dari pembuangan air limbah setempat. Se- Pemantauan kualitas dan kuantitas SPAM yang digunakan oleh masyarakat dangkan sistem pembuangan air limbah hasil pengolahan air limbah wajib di- pengguna/pelanggan harus memenuhi

lakukan secara rutin dan berkala sesuai syarat kualitas berdasarkan peraturan

dengan standar yang ditetapkan Menteri Menteri yang menyelenggarakan urusan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005

yang menyelenggarakan urusan peme- pemerintahan di bidang kesehatan. Un-

tentang Pengembangan Sistem

rintahan di bidang lingkungan hidup. tuk limbah akhir dari proses pengolahan

Penyediaan Air Minum

Mengenai pemilihan lokasi instalasi air baku menjadi air minum wajib dio-

Bab I

Ketentuan Umum

pengolahan air limbah harus memper- lah terlebih dahulu sebelum dibuang ke

Bab II Sistem Penyediaan Air Minum Bab III Perlindungan Air Baku

hatikan aspek teknis, lingkungan, so- sumber air baku dan daerah terbuka.

Bab IV Penyelenggaraan Bab V Wewenang dan Tanggung Jawab

sial budaya masyarakat setempat, serta Perlindungan air baku dilaku-

Bab VI Badan Pendukung Pengembangan SPAM

dilengkapi dengan zona penyangga. kan melalui keterpaduan pengaturan

Bab VII Pembiayaan dan Tarif Bab VIII Tugas, Tanggung Jawab,

Untuk lokasi pembuangan akhir hasil pengembangan SPAM dan Prasarana Bab IX Pembinaan dan Pengawasan

Peran, Hak, dan Kewajiban

pengo lahan air limbah yang berbentuk dan Sarana Sanitasi yang meliputi Prasa-

Bab X Gugatan Masyarakat dan Organisasi

cairan, wajib memperhatikan faktor rana dan Sarana Air limbah dan Prasa-

keamanan, pengaliran sumber air baku rana dan Sarana Persampah an.

Bab XII Ketentuan Peralihan

Bab XIII Ketentuan Penutup

dan daerah terbuka.

BOWO

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/M/PRT/2008 tentang Ke- bijakan Strategi Nasional Sistem Pe- ngelolaan Air Limbah Permukiman.

Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Pengolahan Air Limbah Permukiman dimaksudkan sebagai pedoman dan arahan dalam penyusunan kebijakan teknis, perenca- naan, pemrograman, pelaksanaan dan pengelolaan dalam penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman, baik di lingkung- an Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Pemerintah Daerah, maupun bagi masyarakat dan dunia usaha.

Kebijakan pengelolaan air limbah permukiman dirumuskan dengan men- jawab isu strategis dan permasalahan dalam pengembangan pen- golaan air limbah permuki- man.

Regulasi Regulasi

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum

Nomor 16/M/PRT/2008 tentang Kebijakan

membuat saluran pembuangan air lim- bulkan pencemaran air.

Strategi Nasional Sistem Pengelolaan Air Limbah Permukiman

bah domestik tertutup dan kedap air

Permohonan izin yang diberikan

sehingga tidak terjadi perembesan air didasarkan pada hasil kajian analisis

Bab I Ketentuan Umum

Bab II Ketentuan Teknis dan Pengaturan di Daerah

limbah ke lingkungan, serta membuat mengenai dampak lingkungan atau ka-

Bab III Ketentuan Peralihan Bab IV Ketentuan Penutup

sarana pengambilan sample pada outlet jian upaya pengelolaan lingkungan dan unit pengolahan air limbah.

upaya pemantauan lingkungan. Di tingkat daerah adopsi terhadap

Dalam izin pembuangan air limbah kebijakan dan strategi ini memerlukan dae rah ditetapkan dengan Peraturan ke air atau sumber air, Bupati/Walikota penyesuaian sesuai dengan karakteristik, Daerah Provinsi. Bupati/Walikota wajib wajib mencantumkan seluruh kewajiban kondisi serta permasalahan dari masing- men cantumkan persyaratan dalam izin dan larangan bagi usaha dan/atau ke- masing daerah yang bersangkutan.

Baku mutu air limbah domestik

pembuangan air limbah domestik bagi giatan sebagaimana yang tercantum da- usaha dan/atau kegiatan permukiman lam PP Nomor 82 Tahun 2001 tentang

Keputusan Menteri Lingkungan Hi- ( real estate), rumah makan (restauran), Pengelolaan Kualitas Air dan Pengenda- dup Nomor 112 Tahun 2003 tentang per kantoran, perniagaan, apartemen lian Pencemaran Air.

Baku Mutu Air Limbah Domestik.

dan asrama.

Kebijakan Nasional Air Minum dan lah ukuran batas atau kadar unsur pence- Keputusan Menteri Negara Lingkung- Penyehatan Lingkungan Berbasis Ma- mar dan/atau jumlah unsur pencemar an Hidup Nomor 42 Tahun 2003 ten- Nomor 42 Tahun 2003 ten- 42 Tahun 2003 ten- syarakat (AMPL-BM). yang ditenggang keberadaannya dalam tang Perubahan atas Keputusan Men-

Baku mutu air limbah domestik ada-

Tujuan pembangunan AMPL adalah air limbah domestik yang akan dibuang teri Negara Lingkungan Hidup Nomor meningkatkan pembangunan, penyedi- atau dilepas ke air permukaan.

111 Tahun 2003 tentang Pedoman aan, pemeliharaan dan meningkatkan

Baku mutu air limbah domestik mengenai Syarat dan Tata Cara Peri- kehandalan dan keberlanjutan pelayan- berlaku bagi usaha dan/atau kegiatan zinan Serta Pedoman Kajian Pembu- an prasarana dan sarana air minum dan permukiman ( real estate), rumah makan angan Air Limbah ke Air atau Sumber penyehatan lingkungan. Agar tujuan

(restauran), perkantoran, perniagaan dan Air

tersebut dapat dicapai maka diperlukan apartemen. Untuk setiap penanggung

Setiap usaha dan/atau kegiatan yang perubahan paradigma pembangunan jawab usaha dan/atau kegiatan terse- akan membuang air limbah ke air atau yang dimanifestasikan melalui perubah- but diwajibkan melakukan pengolahan sumber air wajib mendapat izin tertulis an kebijakan air minum dan penyehatan air limbah domestik sehingga mutu air dari Bupati/Walikota. Bupati/Walikota lingkungan yang berdasar kepada :

limbah domestik yang dibuang ke ling- dilarang menerbitkan izin pembuangan a. Air merupakan benda sosial dan ben- kungan tidak melampaui baku mutu air air limbah ke air atau sumber air yang

da ekonomi.

b. Pilihan yang diinformasikan sebagai dasar dalam pendekatan tanggap ke- butuhan.

PU

c. Pembangunan berwawasan lingkung- an.