Perilaku Bisnis

5. Barang dan Jasa yang Diharamkan dalam Muamalah

Secara umum, Islam pada dasarnya mempersilahkan manusia untuk mengonsumsi apa saja yang mereka kehendaki dan mereka kuasai dari apa saja yang ada di bumi, sejauh barang-barang yang dikonsumsinya iyu benar-benar halal lahi baik (halalan thayyiban; lawful and good). Dengan kalimat lain, Islam jelas menghalalkan barang (makanan/minuman dan lain-lain) yang baik-baik (at-thayyibat;lawful). Pada saat bersamaan, Islam juga tegas mengharamkan seseorang dari kemungkinan mengonsumsi makanan/minuman lain-lain yang buruk-buruk (al-

khabisat;unlawful 29 ). Hal ini dapat dipahami dari sejumlah ayat al-Quran diantaranya:

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan ; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh nyata bagimu.”

28 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 184.

29 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 185.

Al-halal, al-hilal atau al-halil, adalah lawan dari kata al-haram, artinya halal. Sedangkan thayyib secara harfiah berarti baik, bagus, lezat, nyaman, dan sehat. Kata al-ashafani, makna kata asal at-thayyib ialah sesuatu yang oleh indera maupun nafsu dianggap lezat (matastalidzdzuh al-hawass wa-ma tastalidzdzuh al-nafs) . Yang dimaksud dengan at- thayyib (makanan yang baik) dalam konteks syariah ialah makanan yang memenuhi (kriteria) boleh dari sisinya yang maupun misalnya dari sisi bahan bakunya, dari sisi kadar/ukurannya, dari sisi tempat atau asal usulnya, dari sisi kebaikannya untuk jangka pendek maupun jangka panjang.

Dari sisi bahan baku, tidak boleh ada bahan baku yang haram. Dari sisi kadar/ukuran, tidak boleh melampaui batas yang diperlukan (kebutuhan), bukan keinginan hawa nafsu. Dari sisi perolehan, jelas asal- usulnya dalam pengertian bersumber dari hal-hal yang halalan-thayyiban. Dari sisi kebesihan dan kesehatan, dapat dipertanggungjawabkan secara agama maupun ilmu pengetahuan dan teknologi. Demikian pula dengan efek dari produk yang dihasilkan, baik itu untuk jangka pendek maupun

jangka panjang. 30

Suatu hal yang mutlak perlu diingatkan disini ialah bahwa barang- barang konsumtif ini ketika dihubungkan dengan teknologi terutama pengolahan produk pangan di zaman modern sekarang ini mudah

30 Muhammad Amin Suma, Menggali Akar Mengurai Serat Ekonomi dan Keuangan Islam, (Jakarta: Kholam Publishing, 2008), h. 187.

tercampur atau bahkan dicampuri dengan barang-barang haram atau paling sedikit diragukan kehalalannya. Teknologi yang diterapkan dalam pengolahan makanan (produk pangan) antara lain: pembersihan, sortasi, grading , pengupasan, pengecilan ukuran, pencampuran, pemisahan, pemekatan, fermentasi, pemanasan, irradiasi, pengeringan, pendinginan, proses pengawetan non thermal, pelapisan, pencetakan, dan pengemasan. Meskipun demikian terdapat teknologi yang mempengaruhi status halal- haramya produk yang dihasilkan yaitu teknologi penyembelihan, meskipun karena satu dan lain hal juga tidak akan dibahas di dalam buku ini.

Kehalalan produk pangan dewasa ini semakin terancam manakala dihubungkan dengan teknologi pengolahan dan terutama bahan pangan (bahan baku, bahan penolong, maupun bahan tambahan) yang mudah tercampur atau dicampur. Terutama produk pangan yang secara umum terdiri atas tiga macam komponen utama yakni: protein, lemak, dan karbohidrat. Kerawanan produk pangan terutama terletak pada protein dan lemak yang berasal usul dari hewan (protein dan lemak hewani). Di sinilah terletak arti penting dari hikmah pengharaman bangkai dan babi itu secara dzati dan bersifat mutlak, demi jaminan proteksi atas makanan dan minuman Islami yang berlebelkan “halalan thayyiban”, dan dari

kemungkinan tercampur apalagi sengaja dicampur dengan bahan-bahan pangan yang nyata-nyata diharamkan atau paling sedikit mengandung kemungkinan tercampur apalagi sengaja dicampur dengan bahan-bahan pangan yang nyata-nyata diharamkan atau paling sedikit mengandung

Belakangan disinyalir banyak produk makanan dan atau minuman serta kosmetik atau bahkan juga alat-alat kebersihan dan penyucian (semisal sabun, sikat gigi, dan lain-lain) yang tercampur atau sengaja dicampuri dengan bahan-bahan yang haram (khususnya bangkai dan babi) atau bahan-bahan baku yang jelas-jelas mengandung bahaya (mudarat) misalnya bahan-bahan pengawet dan pewarna seperti formalin dan lain- lain. Di sini pula terletak arti penting dari kehadiran tuntunan al-Islam tentang konsep dan resep hidup sehat melalui makanan dan minuman yang halalan thayyiban. Moto pemerintah yang mendengungkan konsep dan resep “Empat Sehat Lima Sempurna (nasi, lauk pauk, sayur-mayur, buah- buahan, dan susu)”, sudah harus disempurnakan menjadi “Empat Sehat Lima Sempurna, Enam Halal, Tujuh Thayyib”, (nasi, lauk-pauk, sayur- mayur, buah-buahan, susu, halal, dan thayyib). 32