Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Relokasi Tempat Tinggal di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo

(1)

(2)

Kondisi jalan menuju kawasan relokasi siosar di kecamatan merek kabupaten karo yang sudah di aspa; dan jalan menuju Desa Simacem di siosar yang belum diaspal dan masih dalam proses pengerjaan.


(3)

(4)

(5)

Gambar sebelah kiri menunjukkan rumah salah satu warga Desa Simacem yang sudah dibangun kembali oleh pemilik rumah di bagian belakang berupa dapur dan kamar tidur. Sedangkan gambar di sebelah kanan menunjukkan rumah salah satu warga Desa


(6)

Simacem yang sudah dibangun juga di bagian depan rumah yaitu bagian halaman dengan membuat ruangan besar tempat anak lelaki dan perempuannya tidur.

Rumah salah satu warga Desa Simacem yang dibuat menjadi usaha dengan membuka kedai.


(7)

Jambur atau balai pertemuan Desa Simacem yang masih dalam proses pengerjaan. Serta selokan atau parit dan jalan menuju rumah warga yang masih dalam proses pengerjaan


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Basrowi. 2005. Pengantar sosiologi. Bogor : Ghalia Indonesia

Bungin, Burhan. 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi : Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif untuk Studi Sosiologi, Kebijakan, Publik, Komunikasi, Manajemen dan Pemasaran. Jakarta : Kencana

De Wet, Chris. 2002. A Book For Reconstructing. Manila Philipina : ADB

Jha, A. K., Barenstein, J. D., Phelps, P. M., Pittet, D., & Sena, S. 2010. Safer Homes, Stronger Communities: A Handbook for Reconstructing After Natural Disasters: World Bank Publications

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta Nurjannah, dkk. 2011. Manajemen Bencana. Jakarta : Alfabeta

Peter. 2000. Principle In Marketing. Kogakusha. Inc. Japan

Ramli, Soehatman. 2010. Manajemen Bencana. Jakarta : Dian Rakyat

Savasdisara, T., et al. (1989). Residential Satisfaction In Private Estate In Bangkok. Habitat International factors. Habitat International

Siagian, Matias. 2011. Metode Penelitian Sosial. Medan : PT. Grasindo Monoratama Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung : PT. Refika Aditama

Sudibyakto. 2011. Manajemen Bencana di Indonesia ke Mana ?. Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press

Supranto, J. 2003. Pengaturan Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta: PT Asdi Mahasatya

Suyanto, Bagong & Sutinah. 2008. Metode Penelitian Sosial : Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta : Kencana


(9)

Tjiptono, Fandy. 2002. Manajemen Jasa. Yogyakarta: Andi Offset

Tjiptono, Fandy dan Gregorius Chandra. 2005. Service, Quality, & Satisfaction. Yogyakarta: Andi Offset

Yoeti. A. Oka. 2003. Manajemen Pemasaran Hotel. Jakarta : Perca

Sumber Lain KBBI, 2001 Kemenpu, 2011 Kemenpan, 2003

Sumber Internet

http://www.ini riwayat erupsi dan letusan gunung sinabung_merdeka.com.html

http://id.m.wikipedia.org/wiki/Gunung_Sinabung

http://salamhutan.blogspot.com/2013/11/efek-domino-meletusnyasinabung

http://m.liputan6.com/news/read/821527/ribuan-warga-di-3-desa-dekat-sinabung-direlokasi

http://daerah.sindonews.com/read/1027769/191/desa-simacem-terbakar-diterjang-awan-panas-sinabung-1438257179


(10)

http://temuilmiah.iplbi.or.id/wp-content/uploads/2015/01/TI2014-A-p027-033- Kepuasan-Huni-dan-Perubahan-Hunian-pada-Rumah-Paska-Bencana-Erupsi-Merapi.pdf

http://news.simantab.com/baca/2016/03/19/siosar---profil-singkat-kawasan-relokasi-pengungsi-sinabung,19030835


(11)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tipe Penelitian

Penelitian ini tergolong tipe penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul di masyarakat yang menjadi objek penelitian itu. Kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2013 : 48). Melalui penelitian deskriptif penulis ingin menggambarkan bagaimana Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem terhadap Relokasi Tempat Tinggal di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo.

3.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Adapun alasan pemilihan lokasi tersebut karena Siosar merupakan relokasi dari tempat tinggal Desa Simacem yang baru.


(12)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek yang diteliti (Suyanto & Sutinah, 2008 : 139). Populasi penelitian merupakan keseluruhan dari objek penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya, sehingga objek-objek ini dapat menjadi sumber data penelitian (Bungin, 2013 : 101).

Adapun yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah mayarakat Desa Simacem secara keseluruhan yaitu 137 kepala keluarga (kk).

3.3.2 Sampel

Secara umum sampel adalah contoh. Dalam kaitannya dengan penelitian, sampel adalah sebagian dari objek, kejadian, atau individu yang terpilih dari populasi yang akan diambil datanya atau yang akan diteliti (Roscoe dalam Siagian, 2011 : 156). Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat desa simacem yang telah pindah dan tinggal di relokasi di desa siosar. Hal ini berarti bahwa sampel bukan sekedar bagian dari populasi melainkan bagian yang benar-benar mewakili populasi. Apabila jumlah populasi lebih dari 100 maka diambil sampelnya sebesar 10% - 20% dari jumlah populasi (silalahi, 2009 : 255). Berdasarkan ketentuan tersebut maka perhitungannya adalah 20 % × 137 kk = 27 kk. Maka sampel yang akan diambil peneliti berjumlah 27 kk (kepala keluarga). Disini sampel yang akan diambil yaitu satu dari setiap keluarga yang mewakili. Jadi,


(13)

dari setiap satu keluarga akan mewakili satu orang sebagai sampel. Baik itu suami, istri ataupun anak-anak yang sudah dewasa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Studi Kepustakaan, yaitu pengumpulan data atau informasi yang menyangkut masalah yang akan diteliti melalui penelaahan buku, surat kabar, artikel, karya tulis dan referensi kepustakaan lainnya.

2. Studi Lapangan, yaitu pengumpulan data atau informasi melalui kegiatan penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta-fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Adapun alat-alat yang digunakan dalam studi lapangan ini, yaitu :

a. Observasi, yaitu berupa kegiatan pengamatan terhadap objek dan fenomena mengenai relokasi di Siosar yaitu berupa lokasi, keadaan dan sebagainya. b. Kuesioner, yaitu kegiatan mengumpulkan data dengan cara menyebar daftar

pertanyaan untuk dijawab oleh keluarga yang diwakili oleh suami, istri atau anak yang sudah dewasa, sehingga peneliti memperoleh data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian.

c. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada keluarga yang diwakili oleh suami, istri atau anak yang sudah dewasa secara tatap muka yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan


(14)

3.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data penelitian ini menggunakan metode deskriptif, dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menjabarkan hasil penelitian. Untuk menganalisis data-data yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mentabulasikan data yang didapat melalui keterangan responden, kemudian dicari frekuensi dan persentasenya.

Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan adala :

a. Pengkodingan yaitu mengklasifikasikan jawaban-jawaban menurut macamnya. b. Membuat kategori untuk mengklasifikasikan jawaban sehingga mudah dianalisis

serta disimpulkan untuk menjawab masalah yang dikemukakan dalam penelitian.

c. Tabulasi yaitu dengan menggunakan tabel tunggal untuk mengetahui jawaban skor dari masalah yang diteliti.


(15)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini berada di Hutan Siosar yang sebelumnya merupakan kawasan hutan ini dijadikan lokasi resmi dari pemerintah untuk relokasi masyarakat Gunung Sinabung, lahan yang letaknya sangat terpencil ini sudah mendapat izin secara resmi dan merupakan satu-satunya alternatif lokasi perancangan untuk permukiman relokasi masyarakat Gunung Sinabung.

Secara geografis Siosar ini terletak di 02°58 56.9 LU dan 98°30 18.5 BT, dengan jarak sekitar 23,7 Km ke Gunung Sinabung, dan jarak ke Kabanjahe yaitu sekitar 17 Km. Adapun batas-batas wilayah Siosar ini yaitu :

1. Dari sebelah Utara yaitu berbatasan dengan Kec. Tigapanah 2. Dari sebelah Selatan yaitu berbatasan dengan Kec. Merek 3. Dari sebelah Timur yaitu berbatasan Hutan Pinus, dan 4. Dari sebelah Barat yaitu berbatasan dengan Hutan Lindung.


(16)

a. Sejarah Singkat Kawasan Siosar

Tanggal 27 Agustus 2010 menjadi hari yang menegangkan bagi warga di sekitar gunung Sinabung akibat aktivitas vulkanis gunung Sinabung yang mulai mengeluarkan asab dan abu vulkanisnya. Kejadian ini mengakibatkan warga di sekitar gunung Sinabung harus pindah ke pengungsian untuk menghindari asap dan abu vulkanis dari aktivitas vulkanik. Dari kejadian ini maka Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun tangan untuk membantu warga sekitar. Relokasi ini berada di kawasan hutan produksi di Siosar, Kecamatan Merek, Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara, sekitar 17 km dari kota Kabanjahe, ibu kota Kabupaten Karo. Penggunaan lahan dan akses jalan pada kawasan hutan produksi tetap Siosar, dan hutan lindung sekitar 458,8 hektare.

Siosar sendiri adalah kawasan hunian baru yang sebelumnya merupakan kawasan hutan. TNI adalah pihak yang oleh masyarakat dianggap berperan besar dalam pembukaan kawasan pemukiman ini. Dilihat dari topografinya, Siosar adalah kawasan perbukitan yang dengan posisinya memiliki potensi sebagai kawasan wisata. Beberapa puncak gunung yang memiliki pemandangan yang indah dapat dinikmati dari kawasan ini.

Pada saat upaya pembukaan kawasan ini, aparatur dalam hal ini TNI buka tidak mengalami banyak kendala. Mulai dari kondisi alam yang berupa pebukitan dan minimya akses jalan ke lokasi adalah sebagian dari kendala yang dihadapi. Tidak itu saja, hambatan yang berbau mistis juga muncul. Salah satu dari hal yang bebau mistis berdasarkan penuturan para pekerja yang terlibat dalam pembangunan kawasan


(17)

perumahan Siosar dan diamini oleh masyarakat yang sudah menetap adalah Pohon Keramat yang berada di sebelah kiri jalan masuk menuju Siosar. Dari penuturan beberapa orang, pohon ini telah berulang kali diupayakan ditumbang dengan bantuan alat berat namun selalu gagal. Akhirnya tanah disekeliling pohon dikeruk dengan harapan pohon akan meranggas dan akhirnya akan mati dengan sendirinya.

Mengingat bahwa kawasan Siosar ini merupakan kawasan relokasi pengungsi, pamerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) juga telah merekrut fasilitatror pendamping bagi masyarakat. Tugas para fasilitator tersebut adalah sebagai tenaga pendamping yang membantu masyarakat dalam mempersiapkan berbagai keperluan untuk hidup di kawasan baru.

Sampai dengan saat ini, dalam perjalanannya Siosar juga telah menjadi kawasan yang oleh banyak kalangan sering dijadikan objek kunjungan. Hanya saja mengingat pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan masih belum dilakukan, maka kunjungan orang luar tersebut sifatnya menjadi hanya sekedar ingin tahu Siosar saja. Semoga kehidupan masyarakat Erupsi Gunung Sinabung yang sudah tinggal di kawasan relokasi Siosar menjadi lebih baik.


(18)

BAB V

ANALISIS DATA

Bab ini berisikan data yang diperoleh oleh peneliti yang berasal dari hasil penelitian di lapangan sesuai dengan metode yang digunakan, terutama dengan angket yang diberikan kepada responden. Selain itu peneliti juga melakukan wawancara dengan beberapa responden untuk melengkapi hasil yang didapat dari angket.

5.1 Karakteristik Umum Responden

Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Desa Simacem yang berjumlah 27 rumah tangga. Dalam menentukan responden peneliti memilih orang-orang yang sudah tinggal dan menempati rumah mereka di Siosar.

Berikut ini akan dijelaskan mengenai karakteristik umum dari responden yang diklasifikasikan berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, pendidikan terakhir dan pekerjaan.


(19)

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Tabel 5.1.1

Distribusi Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Frekuensi Persentase

1. 30 – 40 tahun 11 41

2. 41 – 50 tahun 9 33

3. 51 – 60 tahun 5 19

4. 61- 70 tahun 3 7

Jumlah 27 100

Sumber : kuesioner, 2016

Dari data yang disajikan diatas dapat kita simpulkan bahwa usia responden bervariasi mulai dari usia 30 tahun hingga usia tertua 70 tahun. Dari tabel 5.1 diketahui bahwa yang berumur 30 – 40 tahun ada sebanyak 41% (11 orang). Pada usia sekitar 41 – 50 tahun ada sebanyak 33% (9 orang), usia 51 – 60 tahun sebanyak 19% (3 orang) dan untuk rentan usia 61 – 70 tahun ada sebanyak 7% (3 orang).


(20)

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel 5.1.2

Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1. Laki-laki 10 37

2. Perempuan 17 63

Jumlah 27 100

Sumber : kuesioner, 2016

Dari data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa responden didominasi oleh kaum perempuan sebanyak 17 orang (63%) sedangkan laki-laki sebanyak 10 orang (37%). Banyaknya kaum perempuan yang mengisi angket karena kaum perempuanlah yang lebih banyak tinggal dirumah, sementara para laki-lakinya pergi bekerja. Selain itu karena mereka juga belum bisa menggunakan lahan pertanian yang telah disediakan. Akibatnya banyak perempuan yang hanya duduk di rumah dan menantikan pekerjaan seperti misalnya bekerja di ladang orang lain, yang berada di Kabanjahe, Berastagi ataupun bekerja di ladang milik warga Desa Bakerah.


(21)

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama

Tabel 5.1.3

Distribusi Responden Berdasarkan Agama yang Dipeluk

No. Agama Frekuensi Persentase

1. Islam 13 48

2. Protestan 8 30

3. Katholik 6 22

4. Hindu 0 0

5. Budha 0 0

Jumlah 27 100

Sumber : kuesioner, 2016

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa responden didominasi oleh masyarakat yang beragama Islam sebanyak 48% (13 orang), sementara itu untuk agama Protestan ada sebanyak 30% (8 orang) dan yang beragama Katholik sebanyak 22% (6 orang). Perbedaan agama yang ada tersebut tidak memecahkan atau memutuskan persahabatan antara responden. Bahkan mereka saling menghormati dan menghargai antara sesama umat beragama.


(22)

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Tabel 5.1.4

Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase

1. SD 11 41

2. SMP 6 22

3. SMA 9 33

4. S-1 1 4

Jumlah 27 100

Sumber : kuesioner, 2016

Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa responden yang telah menyelesaikan pendidikan formalnya sekolah dasar lebih banyak yaitu sebanyak 41% (11 orang), sedangkan untuk yang sekolah menengah pertama yaitu sebanyak 22% (6 orang), lalu untuk sekolah menengah atas sebanyak 33% (9 orang) dan untuk responden yang menyelesaikan pendidikan formalnya sampai sarjana yaitu 4% (1 orang). Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki responden akan sangat mempengaruhi jenis pekerjaan yang akan dimiliki oleh responden.


(23)

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan

Tabel 5.1.5

Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Frekuensi Persentase

1. PNS/TNI/Polri 1 4

2. Pegawai Swasta 0 0

3. Wiraswasta 2 7

4. Bertani 24 89

Jumlah 27 100

Sumber : kuesioner, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat kita ketahui bahwa sebagian besar responden memiliki pekerjaan sebagai petani yaitu sebanyak 24 orang (89%), lalu wiraswasta sebanyak 2 orang (7%) dan yang bekerja sebagai PNS sebanyal 1 orang (4%). Dapat disimpulkan bahwa banyaknya responden yang bekerja sebagai petani karena rendahnya tingkat pendidikan mereka.


(24)

5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak

Tabel 5.1.6

Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah anak

No. Jumlah Anak Frekuensi Persentase

1 1 – 2 anak 5 18

2 3 – 4 anak 18 67

3 5 – 6 anak 4 15

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 18 responden (67 %) memiliki anak sebanyak 3 – 4 orang anak, sementara 5 responden (18 %) memiliki anak sebanyak 1 – 2 orang anak dan 4 responden (15 %) lainnya memiliki 5 – 6 orang anak di dalam keluarga mereka.


(25)

5.2 Analisis Data Penelitian

Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Tempat Tinggal di Siosar

Tabel 5.2.1

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Tempat Tinggal di Siosar

No. Lokasi Relokasi Frekuensi Persentase

1. Puas 22 81

2. Tidak Puas 5 19

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Dari data yang disajikan pada tabel 5.2.1 dapat kita ketahui bahwa jumlah responden yang merasa puas dengan lokasi relokasi di siosar sebanyak 22 responden (81 %), sementara 5 responden lainnya tidak puas (19 %). Menurut pendapat salah satu responden yang merasa puas yaitu Asmita Br Karo (43 tahun) mengatakan bahwa :

“lokasi yang disini baguslah nak ku. Nyaman dan udaranya pun bagus. Selain itu disini juga enak sekali melihat-lihat. Pemandangannya bagus sekali”.

Sedangkan menurut salah satu responden yang menyatakan tidak puas yaitu Miati Br Sitepu (55 tahun) mengatakan bahwa :

“enggak enaklah nakku, sudah jauh kedalam, mobil pun ngak ada terus disini aku pun merasa tinggal seperti di uruk-uruk kayak tebing nakku, ada perasaan


(26)

was-was setiap saat, apalagi kam liatnya rumah kita ini paling pinggir, serasa mau jatuh saja aku terus...”

Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Luas Bangunan dan Lahan

Tabel 5.2.2

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Luas Bangunan dan Lahan

No. Luas Bangunan dan Lahan Frekuensi Persentase

1. Puas 20 74

2. Tidak Puas 7 26

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 20 responden (74 %) merasa puas dengan luas bangunan dan lahan yang telah disediakan, sementara 7 responden (26) merasa tidak puas. Menurut pendapat salah satu responden yang merasa tidak puas yaitu Nisma Br Sitepu (37 tahun) mengatakan bahwa :

“menurutku kan nakku, rumah ini terlalu kecil dan sempit kali, tidak bebas kita bergerak apalagi rumahku yang di sana dulu (Simacem) jauh lebih besar dari ini. kam liat lah ruang tamunya. Lebih besar kamar daripada ruang tamu, sementara kita lebih banyak berkumpul di ruang tamu, apalagi saat datang keluarga berkunjung. Tapi kalo untuk lahannya yang disediakan puas lah kami


(27)

nakku. Masih bisa nanti kami bangunkan dapur di belakang atau nambah kamar kami satu lagi”.

Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Bentuk Bangunan

Tabel 5.2.3

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Bentuk Bangunan

No. Bentuk Bangunan Frekuensi Persentase

1. Puas 6 22

2. Tidak Puas 21 78

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Dari tabel diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 21 responden (78 %) merasa tidak puas dengan bentuk bangunan rumah yang mereka tempati, sedangkan untuk 6 responden ( 22 %) merasakan puas dengan bentuk bangunan tersebut. Menurut salah satu responden yaitu Nd. Murah Br Karo (60 tahun) mengatakan bahwa :

“bentuk rumah ini memang bagus, cantik, meskipun ukurannya terlalu kecil dan sempit. Tapi kan nakku, beton di belakang rumah kita itu sudah runtuh ngak tau lah aku apanya yang salah itu, tapi takut kali aku semalam...”


(28)

Tabel 5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Jumlah Kamar/Ruang

Tabel 5.2.4

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Jumlah Kamar/Ruang

No. Jumlah Kamar Frekuensi Persentase

1. Puas 8 30

2. Tidak Puas 19 70

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 19 responden (70 %) merasa tidak puas dengan jumlah kamar/ruang yang telah disediakan, sementara 8 responden (30 %) merasa puas dengan ukuran kamar tersebut. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Amin Ginting (40 tahun) mengatakan bahwa :

“kalo untuk ukuran kamar puas lah kami besar kali pun dibuat mereka ukuran 3 × 3. tapi kan nakku besar kalinya sebenarnya itu apalagi cuma satu kamar, bisa kita main bola didalam. Lebih baik tadi kurasa kalo tidak usa mereka buat kamar, kasi kami triplek biar kami buatkan kamar-kamar nanti, apalagi ada anak gadis kami sama anak lajang kami”.


(29)

Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Pasar

Tabel 5.2.5

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Pasar

No. Pasar Frekuensi Persentase

1. Iya 27 100

2. Tidak 0 0

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 27 responden (100 %) merasa jarak pasar ke tempat tinggal mereka di siosar jauh. Hal ini karena pasar yang mereka datangi berjarak sekitar 17 Km. Namun, tidak hanya jarak yang menjadi permasalahan mereka selain itu transportasi untuk ke pasar juga sangat jarang. Menurut salah satu pendapat responden yaitu Sumarni Br Ginting (46 tahun) mengatakan bahwa :

“kalo untuk ke pajak kita jauh kalilah nakku. Apalagi mobil yang kita pake pun ada waktunya pula, jadi ngak bisa lagi suka-suka kitalah. Tapi katanya ku dengar kan nakku nanti akan dibangunnya pajak disini. Kita liat aja lah nanti semoga lah cepat dibangun karna susah kali kami rasa untuk ke pajak, apalagi di dekat sini belum ada tumbuh sayur-sayuran. Semuanya harus kami beli ke pajak....”.


(30)

Tabel 5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Lokasi Sekolah

Tabel 5.2.6

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Lokasi Sekolah

No. Lokasi Sekolah Frekuensi Persentase

1. Iya 20 74

2. Tidak 7 26

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data diatas dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 20 responden (74 %) merasa jarak tempat tinggal sekarang ke sekolah sangat jauh. Sedangkan 7 responden (26 %) menyatakan jarak ke sekolah dekat. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Normina Br Ginting (44 tahun) mengatakan bahwa :

“kalo sekolah jauh kali pun nakku apalagi adek ndu ini sekolah di SMP 3 Berastagi dan kalo untuk yang SMA d kabanjahe jauh lah nakku. Tapi kalo sekarang ini untuk anak SD ngak lagi jauh nakku, sudah dibuat tenda tempat mereka belajar sementara. Katanya nanti akan dibangun sekolah SD. Kemungkinan besar siap katanya tahun depan...”.


(31)

Tabel 5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Transportasi

Tabel 5.2.7

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Transportasi

No. Ketersediaan Transportasi Frekuensi Persentase

1. Puas 17 63

2. Tidak Puas 10 37

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 17 responden (63 %) merasa puas dengan ketersediaan transportasi yang mereka gunakan saat ini, sedangkan untuk 10 responden (37 %) menyatakan tidak puas. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Notaris Ginting (36 tahun) mengatakan bahwa :

“kalo untuk transportasi yang saat ini disediakan kami cukup puaslah. Meskipun pada saat pemakaiannya memiliki jam-jam tertentu, yaitu pagi waktu anak sekolah pergi ke sekolah, siang waktu anak sekolah pulang sekolah dan sorenya bagi anak-anak yang mengikuti les ataupu orangtua yang pergi bekerja. Tak jarang karna kelamaan menunggu mobil ataupun ketinggalan mobil kami sering menggunakan angkutan yang ke Desa Kacinambun meminta supir untuk mengantarkan kami ke siosar, itu pun mereka mau kalo ada 4 atau 5 orang.


(32)

Tapi di dalam mobil itu pengap kali, tertutup, sehingga membuat sesak dan pening didalam...”.

Menurut pendapat salah satu responden lainnya yaitu Nd. Mekel Br Sitepu (32 tahun) mengatakan bahwa :

“cukup puasnya kami dengan adanya mobil ini. meskipun pemakaiannya memakai waktu dan tidak bisa suka-suka kita. Tapi sekarang penggunaan mobil ini sudah selesai, namun kami meminta perpajangan waktu sampai kenaikan kelas anak sekolah. Karna akan sulit bagi kami untuk mengantar mereka semua. Apalagi belum ada mobil atau angkutan yang bisa kami gunakan...”.


(33)

Tabel 5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kebersihan Lingkungan

Tabel 5.2.8

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kebersihan Lingkungan

No. Kebersihan Lingkungan Frekuensi Persentase

1. Baik 11 41

2. Tidak Baik 16 59

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 16 responden (59 %) menyatakan kebersihan lingkungan mereka tidak baik, sementara 11 responden (41 %) menyatakan baik terhadap kebersihan lingkungan mereka. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Kristina Br Ginting (40 tahun) mengatakan bahwa : “kalo kebersihan lingkungan ya bersih lah nakku. Cuma kalo masih dalam proses pembangunan gimana lah kita buat ya kan, masih butuh perbaikan sana-sini. Cuma dekat rumahku itu kan apalagi aku rumah paling ujung dan masih banyak lahan kosong dan hutan pun masih luas banyak orang membuang sampah kesitu. Jadinya kalo sebelah rumahku ini ya banyak sampah lah nakku...”.


(34)

Tabel 5.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Sistem Drainase/Saluran Pembuangan

Tabel 5.2.9

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Sistem Drainase/Saluran Pembuangan

No. Sistem Drainase Frekuensi Persentase

1. Puas 5 19

2. Tidak Puas 22 81

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 22 responden (81 %) menyatakan tidak puas dengan sistem drainase/saluran pembuangan, sedangkan 5 responden (19 %) menyatakan puas dengan sistem drainase/saluran pembuangan. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Risnawati Br Surbakti (30 tahun) mengatakan bahwa :

“kalo saluran pembuangan kam bilang kayak parit itu kalo di dekat rumah ku ini sumbat dan kurang lancar. Tapi kalo kam liat tadi kan yang lainnya masih proses pengerjaan...”.

Namun menurut pendapat salah satu responden lainnya yaitu Notaris Ginting (36 tahun) mengatakan bahwa :

“saluran pembuangnnya sangat tidak nyaman. Bukan karena parit atau selokan yang belum siap dibangun. Namun hal ini karena saluran pembuangan untuk


(35)

kamar mandi. Menurut saya kamar mandi ini tidak ada septi tank nya, dan untuk saluran pembuangn dibuat satu semuanya. Dibuat sebuah pipa yang memanjang dan ditampung terlebuhdahulu. Begitu tempat itu penuh maka akan dibuang. Hal ini membuat bau yang tidak sedap kerumah. Bukan karena kamar mandi kurang bersih namun karena hal tersebut...”.

Tabel 5.2.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Air Bersih

Tabel 5.2.10

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Ketersediaan Air Bersih

No. Air Bersih Frekuensi Persentase

1. Puas 3 11

2. Tidak Puas 24 89

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 89 % (24 responden) menyatakan tidak puas dengan ketersediaan air bersih saat ini, sedangkan untuk 11 % (3 responden) menyatakan puas dengan ketersediaan air bersih mereka. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Notaris Ginting (36 tahun) mengatakan bahwa :


(36)

“ketersediaan air bersih disini sangat memprihatinkan. Meskipun air yang dibagikan langsung dari mata air. Namun hal itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk ketiga desa tersebut. Air disini sangat kurang dan datangnya juga tidak beraturan. Bahkan sampai sekarang airnya macet. Selama kurang lebih 3 bulan ini hanya 4 kali datang air, itu pun hanya pagi hari dan datangnya tidak lama. Akibatnya kami banyak yang mengambil air ke Desa Bakerah. Selain itu airnya pun berwarna dan licin, hal ini membuat saya bertanya apakah air ini sudah pernah diuji coba dan layak dikonsumsi....”.

Tabel 5.2.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Tempat Pembuangan Sampah

Tabel 5.2.11

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Tempat Pembuangan Sampah

No. Pembuangan Sampah Frekuensi Persentase

1. Puas 2 7

2. Tidak Puas 25 93

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan data yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 25 responden (93 %) menyatakan tidak puas dengan tempat pembuangan sampah mereka, sementara 2 responden (7 %) menyatakan puas dengan tempat pembuangan sampah


(37)

mereka. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Lesanto Sitepu (48 tahun) mengatakan bahwa :

“belum ada tempat pembuangan sampah karena itu sampah yang ada banyak dibuang ke hutan ataupun dibakar. Untuk keranjang sampah sepertinya sudah ada dibuat namun belum dibagikan. Tinggal menunggu dibagi saja. Sedangkan untuk tempat pembuangan akhir sepertinya sudah ada dibangun di dekat hutan sebelah sana...”.


(38)

Tabel 5.2.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kondisi Jalan

Tabel 5.2.12

Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Kondisi Jalan

No. Jalan Frekuensi Persentase

1. Puas 6 22

2. Tidak Puas 21 78

Jumlah 27 100

Sumber : Kuesioner, 2016

Berdasarkan tabel yang disajikan dapat kita simpulkan bahwa sebanyak 27 responden (78 %) menyatakan tidak puas dengan kondisi jalan desa mereka, sementara 6 responden (22 %) menyatakan puas. Menurut pendapat salah satu responden yaitu Ester (43 tahun) mengatakan bahwa :

“kalau untuk kondisi jalan menuju siosar ini cukup bagus ya. Saya secara pribadi merasa cukup puas. Namun kalau untuk jalan di desa simacem ini ya seperti yang kam lihatlah, masih dalam proses perngerjaan dan pembangunan. belum cukup puas saya melihatnya. Apalagi saat hujan seperti tadi tidak bisa dijalani lagi. becek dimana-mana...”.

Menurut Lesanto Sitepu selaku seketaris Desa Simacem saat ini mengungkapkan bahwa hampir semua masyarakanya puas dengan tempat tinggal mereka disini meskipun akan membutuhkan banyak perbaikan dan pembangunan yang akan mereka


(39)

lakukan lagi. Menurutnya ada sekitar 130 rumah yang dibangun. Rumah yang dibangun disini adalah rumah untuk masyarakat yang dulunya memiliki rumah di desa Simacem dulu. Meskipun pemilik rumah tidak berada di desa ini atau yang tinggal di luar desa. Mereka akan mendapatkan rumah di siosar ini. Masyarakat yang dulu pada saat di Simacem memiliki rumah akan mendaftarkan nama mereka untuk mendapatkan rumah di siosar ini. jadi bagi masyarakat yang tidak memiliki rumah atau yang hanya mengontrak rumah tidak akan dapat rumah meskipun sudah mereka sudah tinggal bertahun-tahun di Simacem.

Selain mendapatkan rumah masyarakat juga akan mendapatkan lahan pertanian seluas setengah Ha. Lahan pertanian ini berlokasi di jalan masuk kawasan permukiman, yaitu berada disebelah kiri dan kanan. Namun masyarakat belum bisa menggunakan lahan ini karena masih dalam proses pembagian.

Selain itu masyarakat juga mendapatkan papan dan broti sebanyak 1 ton yang dapat digunakan untuk membangun dapur atau menambah kamar. Beberapa masyarakat sudah menggunakan papan dan broti ini untuk membangun dapur dan kamar. Apalagi bagi masyarakat yang memiliki anak gadis dan anak lelaki. Selain itu masyarakat lainnya juga sudah menggunakan papan ini untuk membangun tempat usaha seperti kedai kopi dan klontong yang menjual jajanan.


(40)

5.3Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem

Meletusnya Gunung Sinabung membuat kondisi kehidupan masyarakat Desa Simacem menjadi berubah. Tidak hanya kondisi perekonomian mereka yang berubah namun juga masalah tempat tinggal mereka. Masyarakat Desa Simacem harus pergi meninggalkan Desa yang mereka tempati selama ini karena desa mereka berada di zona terlarang. Selama ini masyarakat Desa Simacem tinggal di Posko Pengungsian. Namun semenjak meletusnya Gunung Sinabung yang berakibat rusaknya pemukiman atau tempat tinggal mereka selama ini. akibatnya Desa Simacem sudah tidak bisa ditempati lagi. Keadaan ini membuat pemerintah melakukan relokasi guna memberikan rumah atau tempat tinggal bagi masyarakat Desa Simacem. Saat ini masyarakat Desa Simacem sudah tinggal di tempat baru yaitu Desa Relokasi Siosar. Perumahan atau tempat tinggal yang saat ini sudah ditempati oleh masyarakat Desa Simacem bisa dikatakan sudah cukup baik. Meski tidak seluas rumah-rumah mereka di desa dahulu.


(41)

5.3.1 Kepuasan Masyarakat Terhadap Unit Hunian

Kepuasan masyarakat terhadap unit hunian dapat diketahui dari kepuasan masyarakat tersebut terhadap kualitas hunian, luas bangunan, bentuk bangunan, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.

Rumah yang saat ini ditempati oleh Masyarakat Desa Simacem adalah rumah dengan tipe 36 dengan luas tanah 200 meter persegi yang sudah dilengkapi dengan air serta listik. Berdasarkan ukuran rumah tersebut, masyarakat Desa Simacem sebenarnya sudah merasa puas. Mereka tidak banyak pilihan dan cukup bisa menerima ukuran rumah tersebut. Namun untuk bentuk bangunan yang mereka tempati sebagian masyarakatnya merasa tidak puas dengan bentuk bangunan rumah tersebut. Kebanyakan alasan dari masyarakat Desa Simacem adalah tidak sesuai dengan keinginan mereka dan menurut masyarakat Desa Simacem rumah mereka di desanya dulu masih jauh lebih bagus.

Untuk luas bangunan bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Simacem merasa puas dengan luas rumah mereka saat ini. Namun, untuk ukuran kamar menuut mereka terlalu luas (ukuran kamar 3 × 3 meter). Jika dilihat memang ukuran kamar lebih luas dari pada ruang tamu. Hal ini membuat ruang tamu semakin sempit dan menurut masyarakat Desa Simacem hal ini akan mempersempit ruang gerak mereka. Banyak masyarakat yang memilih untuk tidak dibuatkan kamar jika ukurannya seperti itu. Menurut mereka lebih baik dibiarkan kosong saja dan membuatkan kamarnya belakangan. Terlebih mereka mendapatkan papan dan broti.


(42)

5.3.2 Kepuasan Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik

Kepuasan masyarakat terhadap fasilitas publik dapat dilihat melalui kepuasan masyarakat terhadap fasilitas rekreasi, Transportasi, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.

Untuk transportasi yang saat ini digunakan oleh masyarakat Desa Simacem adalah sebuah mobil sejenis truk dan juga mobil dinas BNPB. Sampai saat ini penggunaan mobil ini digunakan 3 kali sehari. Pagi hari disaat anak-anak pergi sekolah(untuk anak SMA), orangtua pergi bekerja, siang hari saat anak-anak pergi sekolah (untuk anak SMP), dan sore hari pada saat anak-anak pulang sekolah dan orang tua pulang bekerja. Sampai saat ini penggunaan transportasi ini cukup puas bagi masyarakat, namun kondisi mobil yang berupa truk memberikan rasa tidak nyaman bagi masyarakat karena mobil truk tersebut dibuat tertutup, sehingga masyarakat merasa sesak dan pengap di dalam.

Namun penggunaan mobil tersebut menurut masyarakat Desa Simacem akan segera diberhentikan. Hal ini tentunya akan memberikan dampak bagi masyarakat Desa Simacem. Belum adanya trasnportasi yang bisa digunakan membuat masyarakat Desa Simacem meminta kepada pemerintah untuk memperpanjang waktu penggunaan mobil tersebut sampai kenaikan kelas.


(43)

5.3.3 Kepuasan Masyarakat Terhadap Lingkungan Sekitar

Kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sekitar dapat dilihat melalui penilaian tingkat kepuasan masyarakat terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.

Kepuasan masyarakat terhadap lingkungan sekitar bisa dikatakan puas. Sampai saat ini tidak ada masalah yang terjadi diantara masyarakat sepeti pertengkaran antara tetangga, pencurian dll. Hanya saja menurut salah satu masyarakat Desa Simacem pernah terjadi sedikit keributan antara sesama anak-anak muda yang berkelahi. Namun tidak sampai menimbulkan masalah yang besar dan bisa langsung diselesaikan dengan cepat.


(44)

5.3.4 Kepuasan Masyarakat Terhadap Kondisi Sekitar

Kepuasan masyarakat terhadap kondisi sekitar meliputi kepuasan masyarakat terhadap tingkat kebisingan, kondisi udara, kondisi jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih.

Untuk kondisi udara dan lingkungan di Desa Siosar masyarakat merasa puas. Udaranya bersih, sejuk dan belum tercemar. Begitu juga dengan lingkungan mereka. Meskipun masih dalam tahap pembangunan lingkungan mereka bisa dikatakan cukup bersih.

Untuk kondisi jalan masuk kedalam Desa Relokasi ini sudah diaspal dengan baik. Namun untuk masuk kedalam Desa Simacem jalannya masih dalam proses pembangunan, baik itu jalan besarnya maupun jalan kedalam gang-gang rumah mereka. Bahkan ada jalan yang tidak bisa dilewati saat hujan karena becek.


(45)

5.3.5 Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Hunian

Kepuasan masyarakat terhadap lokasi hunian bisa dilihat melalui kepuasan masyarakat yang dihubungkan dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.

Lokasi Desa Relokasi Siosar ini cukup jauh untuk sampai ke sekolah, pasar, maupun rumah sakit. Jarak desa Relokasi ke sekolah anak-anak cukup jauh, apalagi untuk anak SMP. Mereka saaat ini masih menumpang sekolah di salah satu SMP di Berastagi. Setiap harinya anak-anak yang akan sekolah ini akan diantar dan dijemput dengan mobil BNPB. Namun untuk anak SD mereka sudah tidak menumpang sekolah lagi, meskipun saat ini masih sekolah di tenda darurat menunggu selesainya sekolah mereka dibangun.

Untuk jarak ke pasar menurut Masyarakat Desa Simacen sangat jauh, terlebih saat ini mereka tidak memiliki angkutan umum untuk keluar. Namun menurut penuturan beberapa masyarakat akan segera dibangun pasar di siosar dan mengenai waktunya masih belum ada kejelasan. Saat ini disiosar juga sudah dibangun rumah sakit dan saat ini masih dalam proses pembangunan.


(46)

BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Dari hasil analisis data dapat disimpulkan bahwa Tingkat Kepuasan Masyarakat Desa Simacem Terhadap Relokasi Tempat Tinggal Di Siosar Kecamatan Merek Kabupaten Karo yaitu :

1. Masyarakat Desa Simacem merasa cukup puas dengan lokasi tempat tinggal mereka saat ini. meskipun untuk luas bangunan dan bentuk rumah yang mereka tempati masih jauh dari impian mereka selama ini. apalagi untuk jumlah kamar dengan ukuran yang sangat besar. Menurut mereka itu terlalu besar. Meski begitu mereka cukup bersyukur mendapatkan rumah tersebut. Apalagi mereka juga diberi papan dan broti yang bisa digunakan untuk membuat dapur atau kamar.

2. Masyarakat Desa Simacem merasa tidak puas dengan kondisi sekitar mereka terlebih menyangkut tentang transportasi yang penggunaannya terbatas, mobil yang dipakai bentuknya tertutup sehingga masyarakat merasa sesak dan pengap didalammya. Untuk air bersih yang datangnya tidak tentu dan air yang mereka gunakan berbau dan ada warnanya.

3. Saluran pembuang atau parit yang masih dalam proses pembangunan membuat parit menjadi sumbat.

4. Untuk jarak sekolah dengan Desa Simacem pendapat masyarakat terbagi dua ada yang merasa dekat dan jauh. orang tua merasa sekolah dekat karena anak


(47)

mereka masih sekolah SD, karena saat ini sudah dibangun tenda tempat belajar anak-anak di desa Simacem. Sedangkan untuk orang tua yang mengatakan sekolah anaknya jauh yaitu untuk anak SMP dan SMA karena mereka memang bersekolah di berastagi dan kabanjahe. Terlebih anak SMP yang sampai saat ini masih menumpang sekolah dan masuk siang di salah satu SMP di Berastagi.

5. Untuk tempat pembuangan sampah masyarakat Desa Simacem merasa tidak puas hal ini disebabkan tidak adanya tempat pembuangan sampah dan mereka lebih banyak membuang sampah ke hutan.

6. Untuk jalan menuju kawasan relokasi atau Desa Simacem masyarakat merasa sangat puas, jalan yang dibangun sudah diaspal dan bagus. Namun hal ini tidak untuk jalan yang ada di Desa Simacem seperti jalan kedalam gang-gang masyarakat merasa tidak puas. Jalanan akan becek saat hujan turun dan susah untuk keluar rumah karena jalannya masih berupa tanah dan belum dikeraskan. Hal ini karena proses pembangunan jalan tersebut masih berlangsung.


(48)

6.2 Saran

1. Untuk transportasi yang digunakan saat ini sebaiknya diberikan sedikit celah untuk udara masuk kedalam mobil. Selain itu untuk Pemerintah perlu membuat transportasi atau angkutan yang khusus berjalan atau memiliki trayek ke siosar agar masyarakat tidak mengalami kesulitan untuk keluar atau pergi berbelanja.

2. Untuk air bersih sebaiknya dibuat pengaturan jadwal kapan datang air agar masyarakat tahu. Selain itu jika memang satu mata air tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air untuk tiga desa sebaiknya dibuka kembali satu lagi mata air untuk memasok persediaan air bersih masyarakat. Selain itu perlu juga kiranya pemerintah untuk menguji kadar kelayakan air tersebut, apakah layak dan baik untuk dikonsumsi.

3. Untuk sistem darinase/saluran pembuangan sebaiknya segera diselesaikan pembangunanya. Supaya saluran pembuangan tersebut tidak lagi macet dan lancar. Demikian pula untuk saluran pembuangan kamar mandi sebaiknya dibuat, terlebih untuk septi tank nya.

4. Untuk sekolah anak SD sebaiknya pembangunannya segera cepat dilaksanakan. Agar anak-anak bisa bersekolah dengan baik dan nyaman. Sedangkan untuk anak SMP sebaiknya pemerintah sudah bisa memikirkan tempat untuk sekolah tersebut. Terlebih mereka saat ini anak sekolah SMP menumpang disekolah orang lain dan masuk siang. jika memang perlu dibangun segera mencari lahan untuk sekolah tersebut dan melakukan pembangunan.


(49)

5. Untuk tempat pembuangan sampah sudah perlu dibuat dan dibangun. Karena jika semakin lama dibangun maka hal itu akan membuat kebersihan lingkuangan mereka menjadi tidak bersih. Apalagi sekarang ini banyak masyarakat yang membuang sampah ke dalam hutan, yang nantinya akan mengakibatkan hutan penuh dengan sampah.

6. Untuk proses pembangunan jalan sebaiknya segera diselesaikan, apalagi masih banyak jalan kedalam gang-gang yang belum diaspal, masih berupa tanah, dan alat-alat pembangunan jalan tersebut masih berserakan. Hal ini membuat perjalanan terganggu. Terlebih ketika hari hujan, maka jalan akan becek dan berlumpur, akan susah berjalan keluar melewati becek.


(50)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepuasan Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega, gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasratnya dan kepuasan adalah perihal yang bersifat puas, kesenangan, kelegaan. Menurut Supranto (2003 : 396), kepuasan adalah sesuatu yang bersifat abstrak, sukar untuk diukur serta sangat subjektif sifatnya.

Menurut Peter (2008 : 18), konsep kepuasan dalam tinjauan prospektif dibagi dua hal yaitu tinjauan prospektif makro dan prospektif mikro. Tinjauan kepuasan makro adalah memberikan pelayanan prima, sedangkan tinjauan mikro terdiri dari kepuasan pelayanan dan strategi budaya. Oleh karena itu, pelayanan kualitas menekankan kepada mutu suatu pelayanan. Lebih lanjut lagi kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap hasil produk atau jasa dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan, maka pelanggan akan merasa amat puas atau senang. Dalam kaitan ini, maka faktor kepuasan pelanggan menjadi elemen penting dalam memberikan atau menambah nilai bagi pelanggan.

Menurut Tse dan Wilton (dalam Tjiptono, 2004) disebutkan bahwa kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidaksesuaian yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual produk


(51)

setelah pemakaiannya. Kepuasan masyarakat merupakan fungsi dari harapan dan kinerja. Oliver (dalam Tjiptono, 2004) memberikan pendapat bahwa kepuasan keseluruhan ditentukan oleh ketidaksesuaian harapan yang merupakan perbandingan antara kinerja yang dirasakan dengan harapan. Kepuasan merupakan fungsi positif dari harapan pelanggan dan keyakinan diskonfirmasi. Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan.

Lebih lanjut dapat dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.

Definisi tersebut di atas dapat dijabarkan bahwa kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan serta semuanya mengarah kepada pemberian pelayanan dengan penilaian suatu kepuasan bagi mereka yang menerima pelayanan. Dengan meningkatkan kualitas pelayanan, maka akan meningkatkan kepuasan atas barang dan jasa. Apabila kinerja berada di bawah harapan, pelanggan tidak puas, sebaliknya apabila kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas dan apabila kinerja melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang.


(52)

Menurut Selnes (dalam Rayi Endah, 2008), kepuasan masyarakat mencakup tingkat kepuasan secara keseluruhan (overall satisfaction), kesesuaian pelayanan dengan harapan masyarakat (expectation), dan tingkat kepuasan masyarakat selama menjalin hubungan dengan instansi (experience).

Dengan demikian kepuasan atau ketidakpuasan mayarakat merupakan respon dari perbandingan antara harapan dan kenyataan. Lebih lanjut dijelaskan oleh Linder Pelz dalam Gotleb, Grewal dan Brown (Tjiptono, 2004 : 147) bahwa kepuasan merupakan respon afektif terhadap pengalaman melakukan konsumsi yang spesifik. Sementara Engel (dalam Tjiptono, 2004 : 146) mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai evaluasi purna beli terhadap alternatif yang dipilih yang memberikan hasil sama atau melampaui harapan pelanggan. Kotler (dalam Tjiptono, 2004 : 147) memberikan definisi kepuasan pelanggan sebagai perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja (hasil) suatu produk dan harapan-harapannya.

Kepuasan masyarakat erat kaitannya dengan pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peningkatan pelayanan publik yang efisien dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan umum yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kepada pihak yang dilayani berjalan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mekanisme atau prosedurnya tidak berbelit-belit, akan mengurangi biaya atau beban bagi pihak pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan.


(53)

Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang dipandang lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.

Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan penerima pelayanan.

Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi :

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian


(54)

pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan.

3. Produk Pelayanan

Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.

4. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.


(55)

Menurut Yoeti (2003 : 36) kepuasan pelanggan banyak ditentukan oleh kualitas performa dalam pelayanan di lapangan. Apabila pelayanan tidak sama atau tidak sesuai dengan harapan pelanggan maka dimata pelanggan pelayanan yang diberikan dinilai jelek dan tidak memuaskan. Rasa puas pelanggan terhadap sesuatu dapat disebabkan antara lain :

1. Tidak sesuai dengan harapan dan kenyataan yang dialami

2. Layanan selam proses menikmati jasa tidak memuaskan pelanggan 3. Perilaku/tindakan personil yang tidak menyenangkan

4. Suasanan dan kondisi fisik lingkungan yang tidak menunjang

Keberadaan hunian atau tempat tinggal paska bencana sangat mempengaruhi semua aspek rumah tangga dan pemulihan korban bencana. Adanya dukungan dalam bentuk tempat tinggal yang memadai, dengan kelengkapan pelayanan dasar, dapat menjamin keamanan masyarakat dan mempercepat pemulihan ekonomi. Kepuasan huni pada tempat Tinggal menyatakan bahwa kepuasan terhadap hunian merupakan suatu ukuran psikologikal terhadap perbedaan yang terjadi antara kebutuhan dan aspirasi penghuni dengan realitas kondisi huniannya saat ini. Dengan kata lain, ketidakpuasan terhadap hunian timbul ketika suatu hunian dinilai oleh penghuninya menggunakan aturan „hunian idealnya‟. Masalah ini menjadi kompleks, karena setiap keluarga dapat memiliki tingkat kepuasan yang berbeda walaupun berada dalam situasi perumahan yang sama.

Savasdisara (1987) mengkategorikan kepuasan terhadap perumahan berdasarkan aspek-aspek berikut ini:


(56)

a. Kepuasan terhadap lingkungan sekitar, meliputi penilaian tingkat kepuasan terhadap ikatan persahabatan antar penghuni, tingkat kepercayaan terhadap sesama penghuni, hingga kesamaan dalam status sosial ekonomi.

b. Kepuasan terhadap fasilitas publik, meliputi kepuasan terhadap fasilitas rekreasi, taman bermain anak, sistem pemadam kebakaran, dan fasilitas lainnya yang tersedia dalam lingkungan hunian maupun unit hunian itu sendiri.

c. Kepuasan terhadap unit hunian, meliputi kepuasan terhadap kualitas hunian, ukuran ruang, jumlah ruang, termasuk kepuasan terhadap pencahayaan dan penghawaan udara dalam hunian.

d. Kepuasan terhadap kondisi sekitar, meliputi kepuasan terhadap tingkat kebisingan, kondisi udara, jalan, sistem drainase, dan jaringan air bersih. e. Kepuasan terhadap lokasi hunian, meliputi kepuasan yang berhubungan

dengan kedekatan lokasi hunian dengan tempat kerja, sekolah, pusat perbelanjaan atau pasar, dan kemudahan transportasi umum.

1.1.1 Indeks Kepuasan Masyarakat

Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dalam Keputusan Menteri PAN Nomor: 63/KEP/M.PAN/7/2003, yang kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yang relevan, valid dan reliabel, sebagai unsur minimal yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan;


(57)

2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya; 3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas yang

memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung jawabnya);

4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku;

5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung jawab petugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan;

6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan

tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani;

9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta saling menghargai dan menghormati;

10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besamya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan;


(58)

11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan;

12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan;

14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

1.1.2 Manfaat Indeks Kepuasan Masyarakat

Dengan tersedianya data Indeks Kepuasan Masyarakat secara periodik, dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Diketahui kelemahan atau kekurangan dari masing-masing unsur dalam penyelenggaraan pelayanan publik;

2. Diketahui kinerja penyelenggaraan pelayanan yang telah dilaksanakan oleh unit pelayanan publik secara periodik;

3. Sebagai bahan penetapan kebijakan yang perlu diambil dan upaya yang perlu dilakukan;

4. Diketahui indeks kepuasan masyarakat secara menyeluruh terhadap hasil pelaksanaan pelayanan publik pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah;


(59)

5. Memacu persaingan positif, antar unit penyelenggara pelayanan pada lingkup Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya peningkatan kinerja pelayanan;

6. Bagi masyarakat dapat diketahui gambaran tentang kinerja unit pelayanan.

2.2 Masyarakat

2.2.1 Pengertian Masyarakat

Masyarakat termasuk istilah yang paling lazim dipakai untuk menyebut kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik itu dalam tulisan ilmiah maupun dalam bahasa sehari-hari. Dalam bahasa inggris masyarakat dipakai dengan istilah “society” yang berasal dari bahasa latin socius yang berarti kawan. Istilah masyarakat sendiri berasal dari bahasa arab syaraka yang berarti ikut serta, berpartisipasi.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau dengan istilah ilmiah saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui bagaimana warga-warganya dapat saling berinteraksi. Hendaknya dapat diperhatikan bahwa tidak semua kesatuan manusia yang bergaul atau berinteraksi itu merupakan masyarakat karena suatu masyarakat harus mempunyai suatu ikatan lain yang khusus. Ikatan tersebut adalah pola tingkah laku yang khas mengenai semua faktor kehidupan dalam batas kesamaan serta harus bersifat kontinue (Koentjaraningrat, 2002 : 144)


(60)

Berikut adalah pengertian masyarakat menurut ahli :

a. Koentjaraningrat mendefinisikan masyarakat sebagai kesatuan hidup manusia yang saling berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinue dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.

b. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin berpendapat bahwa masyarakat itu adalah kelompok manusia yang terbesar yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil.

c. Ralph Linton mengemukakan masyarakat adalah sekelompok manusia yang telah cukup lama dan bekerja sama sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai salah satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

Pengertian ini menunjukkan adanya syarat-syarat sehingga disebut masyarakat yakni adanya pengalaman hidup bersama dalam jangka waktu yang cukup lama dan adanya kerja sama diantara anggota kelompok, memiliki perasaan atau pikiran menjadi bagian dari satu kesatuan kelompoknya. Pengalaman hidup bersama menimbulkan kerja sama, adaptasi terhadap organisasi dan pola tingkah laku anggota-anggota (Basrowi, 2005 : 39).

Dari pengertian masyarakat yang disampaikan oleh pakar diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Masyarakat adalah kumpulan manusia yang membentuk suatu kelompok yang hidup bersama-sama dan saling membantu satu sama lain dalam hubungannya atau saling berinteraksi. Dapat disimpulkan jika masyarakat merupakan kumpulan manusia yang terdiri dari komponen komponen:


(61)

1. Dalam masyarakat, terdapat sejumlah orang yang berada dalam jumlah yang relatif besar, saling berinteraksi satu dan lainnya baik antar individu, individu dan kelompok, dan maupun antarkelompok dalam satu kesatuan sosial yang menghasilkan produk kehidupan yaitu kebudayaan.

2. Masyarakat menjadi struktur dan sistem sosial budaya, baik dalam skala kecil atau mikro ataupun dalam skala besar atau makro antarkelompok.

3. Masyarakat haruslah menempati kawasan tertentu dan hidup dalam kawasan tersebut dalam waktu yang relatif lama hingga antargenerasi (berhubungan dengan pembentukan kebudayaan).

Menurut Soerjono Soekamto suatu kumpulan dapat dikatakan masyarakat jika mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a. Manusia yang hidup bersama

b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama

c. Mereka sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan

d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama

Ciri-ciri masyarakat diatas selaras dengan definisi masyarakat yang telah dikemukakan sebelumnya, bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar dan mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih kecil yang mempunyai hubungan yang erat satu sama lain. (Basrowi, 2005 : 41)


(62)

2.2.2 Proses Terbentuknya Masyarakat

Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses terbenruknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser, kita memerlukan beberapa konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses terbentuk dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic), yaitu :

a. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

1. Proses Internalisasi. Manusia mempunyai bakat tersendiri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagai macam perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya. Tetapi wujud dari kepribadiannya itu sangat dipengaruhi oleh berbagai macam stimulasi yang ada di sekitar alam dan lingkungan sosial dan budayanya. Maka proses internalisasi yang dimaksud adalah proses panjang sejak seorang individu dilahirkan sampai ia hampir meninggal, dimana ia belajar menanamkan dalam kepribadiannya segala hasrat, perasaan, nafsu, serta emosi yang diperlukan sepanjang hidupnya.

2. Proses Sosialisasi. Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan sistem sosial. Dalam proses itu seorang individu dari masa anak-anak hingga masa tuanya belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala macam individu di sekililingnya.

3. Proses Enkulturasi. Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta sikapnya dengan adat-istiadat, sistem norma, serta peraturan-peraturan yang hidup dalam kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahas Indonesia juga berarti “pembudayaan”.


(63)

b. Proses Evolusi Sosial

Proses evolusi dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic). Proses evolusi sosial budaya yang dianalisa secara detail akan membuka mata seorang peneliti untuk berbagai macam proses perubahan yang terjadi dalam dinamika kehidupan sehari-hari dalam masyarakat di dunia.

c. Proses Difusi

Penyebaran Manusia. Ilmu Paleoantropologi memperkirakan bahwa manusia terjadi di daerah Sabana tropikal di Afrika Timur, dan sekarang makhluk itu sudah menduduki hampir seluruh permukaan bumi ini. Hal ini dapat diterangkan dengan dengan adanya proses pembiakan dan gerka penyebaran atau migrasi-migrasi yang disertai dengan proses adpatsi fisik dan sosial budaya.

d. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi

Akulturasi adalah Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

Asimilasi adalah Proses sosial yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan yang berbeda-beda. Kemudian saling bergaul langsung secara intensif untuk waktu yang lama, sehingga kebudayaan golongan-golongan tadi masing-masing berubah sifatnya yang khas, dan juga unsur-unsurnya masing-masing berubah wujudnya menjadi unsur-unsur kebudayaan yang campuran.


(64)

e. Pembauran atau Inovasi

Inovasi adalah suatu proses pembaruan dari penggunaan sumber-sumber alam, energi dan modal, pengaturan baru dari tenaga kerja dan penggunaan teknologi baru yang semua akan menyebabkan adanya sistem produksi, dan dibuatnya produk-produk baru. Proses inovasi sangat erat kaitannya dengan teknologi dan ekonomi. Dalam suatu penemuan baru biasanya membutuhkan proses sosial yang panjang dan melalui dua tahap khusus yaitu discovery dan invention.

2.2.3. Asal Masyarakat

Bermacam–macam penyelidikan dijalankan, untuk mendapat jawaban tentang asal masyarakat, tetapi tidak satupun yang dapat ditegaskan benar semua pendapat hanya merupakan kira–kira dan pandangan saja. Antara lain orang berkesimpulan bahwa manusia tidak dapat hidup seorang diri, hidup dalam gua dipulau sunyi umpamanya selalu ia akan tertarik kepada hidup bersama dalam masyarakat, karena:

1. Hasrat yang berdasar naluri (kehendak diluar pengawasan akal) untuk memelihara keturunan, untuk mempunyai anak, kehendak akan memaksa ia mencari istri hingga masyarakat keluarga terbentuk.

2. Kelemahan manusia selalu terdesak ia untuk mencari kekuatan bersama, yang terdapat dalam berserikat dengan orang lain, sehingga berlindung bersama–sama dan dapat pula mengejar kebutuhan kehidupan sehari – hari dengan tenaga bersama.

3. Aristoteles berpendapat, bahwa manusia ini adalah zoon politikon, yaitu mahluk sosial yang hanya menyukai hidup berkelompok atau sedikitnya mencari teman untuk hidup bersama lebih suka dari pada hidup sendiri.


(65)

4. Lain dari pada Aristoteles maka Bergson berpendapat, bahwa manusia ini hidup bersama bukan karena oleh persamaan melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat, kedudukan dan sebagainya.

2.2.4. Masyarakat dan Macamnya

Masyarakat adalah satu kesatuan yang berubah yang hidup karena proses masyarakat yang menyebabkan perubahan itu. Masyarakat mengenal kehidupan yang tenang, teratur dan aman, disebabkan oleh karena pengorbanan sebagian kemerdekaan dari anggota – anggotanya, baik dengan paksa maupun sukarela. Pengorbanan disini dimaksudkan menahan nafsu atau kehendak sewenang– wenang, untuk mengutamakan kepentingan dan keamanan bersama, dengan paksa berarti tunduk kepada hukum– hukum yang telah ditetapkan (negara dan sebagainya ) dengan sukarela berarti menurut adaptasi dan berdasarkan keinsyafan akan persaudaraan dalam kehidupan bersama itu. Cara terbentuknya masyarakat mendatangkan pembagian dalam :

1. Masyarakat Paksaan, umpamanya negara, masyarakat tawanan ditempat tawanan dan sebagainya.

2. Masyarakat merdeka terbagi pula dalam : Masyarakat alam (nature) yaitu yang terjadi dengan sendirinya suku, golongan, yang bertalian karena darah atau keturunan, umumnya yang masih sederhana sekali kebudayaanya dalam keadaan terpencil atau tak mudah berhubungan dengan dunia luar Masyarakat budidaya, terdiri karena kepentingan keduniaan atau kepercayaan (keagamaan) yaitu antara lain kongsi perekonomian, koperasi gereja dan sebagainya.


(66)

a. Masyarakat Tradisional

Masyarakat tradisional adalah masyarakat yang kehidupannya masih banyak dikuasai oleh adat istiadat lama. Jadi, masyarakat tradisional di dalam melangsungkan kehidupannya berdasarkan pada cara-cara atau kebiasaan-kebiasaan lama yang masih diwarisi dari nenek moyangnya. Kehidupan mereka belum terlalu dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang berasal dari luar lingkungan sosialnya. Masyarakat ini dapat juga disebutmasyarakat pedesaan atau masyarakat desa. Masyarakat desa adalah sekelompok orang yang hidup bersama, bekerja sama, dan berhubungan erat secara tahan lama, dengan sifat-sifat yang hampir seragam.

b. Masyarakat Modern

Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya. Bagi negara-negara sedang berkembang seperti halnya Indonesia. Pada umumnya masyarakat modern ini disebut juga masyarakat perkotaan atau masyarakat kota.

c. Masyarakat Transisi

Masyarakat transisi ialah masyarakat yang mengalami perubahan dari suattu masyarakat ke masyarakat yang lainnya. Misalnya masyarakat pedesaan yang


(67)

mengalami transisi ke arah kebiasaan kota, yaitu pergeseran tenaga kerja dari pertanian, dan mulai masuk ke sektor industri.

Ciri-ciri masyarakat transisi adalah : adanya pergeseran dalam bidang pekerjaan, adanya pergeseran pada tingkat pendidikan, mengalami perubahan ke arah kemajuan, masyarakat sudah mulai terbuka dengan perubahan dan kemajuan zaman, tingkat mobilitas masyarakat tinggi dan biasanya terjadi pada masyarakat yang sudah memiliki akses ke kota misalnya jalan raya.

Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat, yaitu :

1. Ada sistem tindakan utama.

2. Saling setia pada sistem tindakan utama.

3. Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.

4. Sebagian atan seluruh anggota baru didapat dari kelahiran/reproduksi manusia.

2.2.5 Masyarakat Desa

Masyarakat pedesaan (Rural Society) adalah suatu masyarakat yang hidup didaerah atau desa yang biasanya bermata pencaharian di bidang pertanian, perikanan, perkebunan dan sebagainya

Hubungan sosial pada masyarakat desa terjadi secara kekeluargaan, dan jauh menyangkut masalah-masalah pribadi, satu dengan yang lainnya saling mengenal secara rapat, menghayati secara mendasar. Pertemuan-pertemuan dan kerja sama untuk kepentingan individu. Segala kehidupan sehari-hari diwarnai dengan gotong royong. Misalnya : mendirikan rumah, mengerjakan sawah, menggali sumur, maupun melayat orang meninggal.


(68)

Adapun ciri-ciri masyarakat desa antara lain :

1. Anggota komunitas kecil

2. Hubungan antar individu bersifat kekeluargaan 3. Sistem kepemimpinan informal

4. Ketergantungan terhadap alam tinggi

5. Religius magis artinya sangat baik menjaga lingkungan dan menjaga jarak dengan penciptanya, cara yang ditempuh antara lain melaksanakan ritual pada masa-masa yang dianggap penting misalnya saat kelahiran, khitanan, kematian dan syukuran pada masa panen, bersih desa.

6. Rasa solidaritas dan gotong royong tinggi 7. Kontrol sosial antara warga kuat

8. hubungan antara pemimpin dengan warganya bersifat informal

9. Pembagian kerja tidak tegas, karena belum terjadi spesialisasi pekerjaan 10.Patuh terhadap nilai-nilai dan norma yang berlaku di desanya (tradisi) 11.Tingkat mobilitas sosialnya rendah

12.Penghidupan utama adalah petani.

FUNGSI DESA

Adapun fungsi dari desa yaitu :

a. dalam hubungan dengan kota, maka desa yang merupakan hinterland atau daerah dukung yang berfungsi sebagai suatu daerah pemberian bahan makanan pokok.


(69)

b. desa ditinjau dari sudut potensi ekonomi berfungsi sebagai lumbung bahan mentah (raw material) dan tenaga kerja (man power) yang tidak kecil artinya.

c. dari segi kegiatan kerja (occupation) desa dapat merupakan desa agraris, desa manufaktur, desa industri, desa nelayan dan sebagainya.

Masyarakat desa pada umumnya dapat disimpulakan sebagai berikut : 1) Homoginitas Sosial

Bahwa masyarakat desa pada umumnya terdiri dari beberapa homogen. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tentram aman dan tenang

2) Hubungan Primer

Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara akrab, semua kegiatan dilakukan secara musyawarah. Mulai dari masalah-masalah umum/ masalah bersama sampai dengan masalah pribadi.

3) Kontrol Sosial yang Ketat

Diatas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota yang lain.

4) Gotong Royong

Nilai-nilai gotong royongpada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal balik.


(70)

Setiap anggota masyarakat desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati akan di hukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara mengucilkan/memencilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan.

6) Magis Religius

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari mereka di dahulukan berdoa kepadanya.

7) Pola Kehidupan

Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja.

2.3 Relokasi

Relokasi merupakan gagasan untuk menata ulang lokasi pemukiman di sekitar wilayah yang rawan bencana. Menata ulang pemukiman menjadi bagian dari upaya penanggulangan bencana untuk meminimalisasi korban apabila terjadi lagi bencana di kemudian hari.

Pengertian relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah pemindahan tempat. Di dalam, KBBI diberikan sebuah contoh untuk masing-masing kata relokasi dan merelokasi. Relokasi adalah proses pemindahan suatu tempat dari lokasi yang satu ke lokasi yang lainnya dan biasanya jarak dari lokasi yang awal ke lokasi yang baru cukup jauh dan bisa mempengaruhi hal-hal yang ada di dalamnya


(71)

Relokasi merupakan upaya pemindahan sebagian atau seluruh aktivitas berikut sarana dan prasarana penunjang aktivitas dari satu tempat ke tempat lain guna mempertinggi faktor keamanan, kelayakan, legalitas pemanfaatan dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara yang dipindah dengan lingkungan alami dan binaan di tempat tujuan. Relokasi merupakan bagian dari pemukiman kembali (resettlement) di lokasi yang baru di luar kawasan rawan bencana (Kemenpu, 2011).

Jha et al. (2010) mendefinisikan relokasi sebagai sebuah proses dimana permukiman masyarakat, aset dan infrastruktur publik dibangun kembali di lokasi lain. Dalam melaksanakan relokasi setelah terjadinya, ada beberapa prinsip yang harus dipegang sebagai pedoman. Jha et al. (2010) menyebutkan beberapa prinsip tentang relokasi, yaitu :

1. Perencanaan relokasi yang efektif adalah yang bisa membantu membangun dan melihat secara positif;

2. Relokasi bukanlah sebuah pilihan yang harusdilakukan karena resiko bisa dikurangi dengan mengurangi jumlah penduduk pada suatu permukiman daripada memindahkan seluruh permukiman;

3. Relokasi bukan sekedar merumahkan kembali manusia, namun juga menghidupkan dan membangun kembali masyarakat, lingkungan dan modal sosial;

4. Lebih baik menciptakan insentif yang mendorong orang untuk merelokasi daripada memaksa mereka untuk meninggalkan;

5. Relokasi seharusnya mengambil tempat sedekat mungkin dengan dengan lokasi asal mereka;


(72)

6. Masyarakat di lokasi yang akan ditempati merupakan salah satu yang mendapatkan dampak dari relokasi dan harus dilibatkan dalam perencanaan.

2.3.1 Prosedur Pelaksanaan Relokasi

Program relokasi atau resettlement merupakan program yang dilaksanakan dengan perencanaan yang sangat cermat. Bank Dunia merekomendasikan bahwa sebelum memutuskan rencana relokasi perlu mempersiapkan kerangka rencana atau kerangka kebijakan permukiman kembali secara matang.

Ridho (2001) mengemukakan bahwa prosedur yang dapat ditempuh dalam pelaksanaan relokasi yaitu :

1. Pendekatan yang interaktif kepada masyarakat yang terkena relokasi dalam rangka menginformasikan rencana program relokasi tersebut.

2. Pembentukan forum diskusi warga sebagai wadah untuk menggali respon, aspirasi warga dan peran serta msyarakat dalam proyek peremajaan. Kegiatan forum diskusi ini dilakukan mulai dari perencanaan hingga terlaksananya program.

3. Penyusunan rencana penempatan lokasi rumah tempat tinggal baru dengan memperhatikan aspirasi warga.

4. Setelah pemindahan warga ke lokasi baru, perlu diadakan bimbingan dan pembinaan kepada warga agar dapat menyesuaikan dengan lingkungan pemukiman yang baru


(1)

2.2.5 Masyarakat Desa ... ... 28

2.3 Relokasi ... ... 31

2.3.1 Prosedur Pelaksanaan Relokasi ... ... 33

2.3.2 Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam Pelaksanaan Relokasi Permukiman ... ... 34

2.3.3 Dampak Relokasi Permukiman ... ... 36

2.4 Kerangka Pemikiran ... ... 39

2.5 Defenisi Konsep dan Operasional ... ... 42

2.5.1 Defenisi Konsep ... ... 42

2.5.2 Defenisi Operasional ... ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian ... ... 45

3.2 Lokasi Penelitian ... ... 45

3.3 Populasi dan Sampel ... ... 46

3.3.1 Populasi Penelitian ... ... 46

3.3.2 Sampel Penelitian ... ... 46

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... ... 47

3.5 Teknik Analisis Data ... ... 48

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian ... ... 49


(2)

BAB V ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Umum Responden ... ... 52

5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... ... 53

5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 54

5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... ... 55

5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... ... 56

5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... ... 57

5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... ... 58

5.2 Analisis Data Penelitian... ... 59

5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Di Siosar ... ... 59

5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Luas Bangunan dan Lahan ... ... 60

5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Bentuk Bangunan ... ... 61

5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Jumlah Kamar ... ... 62

5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Jarak Ke Pasar ... ... 63


(3)

5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi

Sekolah ... ... 64

5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Transportasi ... ... 65

5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Kebersihan Lingkungan ... ... 67

5.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Sistem Drainase/Saluran Pembuangan ... ... 68

5.2.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Ketersediaan Air Bersih ... ... 69

5.2.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Sampah ... ... 70

5.2.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Kondisi Jalan ... ... 72

5.3 Analisis Tingkat Kepuasan Masyarakat Terhadap Relokasi ... ... 74

5.3.1 Kepuasan Masyarakat Terhadap Unit Hunian ... ... 75

5.3.2 Kepuasan Masyarakat Terhadap Fasilitas Publik ... ... 76

5.3.3 Kepuasan Masyarakat Terhadap Lingkungan Sekitar ... ... 77

5.3.4 Kepuasan masyarakat Terhadap Kondisi Sekitar ... ... 78


(4)

BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... ... 80

6.2 Saran ... ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... ... 84


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... ... 53

Tabel 5.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... ... 54

Tabel 5.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... ... 55

Tabel 5.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... ... 56

Tabel 5.1.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... ... 57

Tabel 5.1.6 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Anak ... ... 58

Tabel 5.2.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Relokasi Di Siosar ... ... 59

Tabel 5.2.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Luas Bangunan dan Lahan ... ... 60

Tabel 5.2.3 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Bentuk Bangunan ... ... 61

Tabel 5.2.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Jumlah Kamar ... ... 62

Tabel 5.2.5 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Jarak Ke Pasar ... ... 63

Tabel 5.2.6 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Lokasi Sekolah ... ... 64


(6)

Tabel 5.2.7 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap

Ketersediaan Transportasi ... ... 65

Tabel 5.2.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Kebersihan Lingkungan... ... 67 Tabel 5.2.9 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Sistem

Drainase/Saluran Pembuangan ... ... 68

Tabel 5.2.10 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap

Ketersediaan Air Bersih ... ... 69 Tabel 5.2.11 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Tempat Pembuangan Sampah ... ... 70 Tabel 5.2.12 Distribusi Responden Berdasarkan Kepuasan Masyarakat Terhadap Kondisi Jalan ... ... 72