Oleh karena itu, Formaldehid yang akan digunakan terlebih dahulu harus diperiksa apakah larutan ini akan bereaksi asam atau tidak. Apabila bereaksi asam
harus dinetralkan dengan zat yang bersifat basa seperti soda kaustik. Setelah Formaldehid bereaksi netral baru digunakan. Dosis yang dapat dipakai adalah 5-10 ml
larutan dengan kadar 5 untuk setiap liter latex yang akan dicegah prokoagulasinya. 4. Natrium sulfit Na
2
SO
3
Pemakaian zat ini sebagai zat anti koagulan paling merepotkan, karena: a.
Bahan ini tidak tahan lama disimpan b.
Apabila ingin digunakan harus dibuat terlebih dahulu c.
Dalam jangka waktu sehari akan teroksidasi oleh udara menjadi natrium sulfat Na
2
SO
3
Na
2
SO
4
, bila sudah teroksidasi maka sifatnya sebagai antikoagulan menjadi lenyap.
Selain sebagai antikoagulan Natrium Sulfit juga bisa memperpanjang waktu pengeringan dan sebagai desinfektan. Dosis yang digunakan adalah 5-10 ml larutan
berkadar 10 untuk setiap liter latex. Tim penulis PS,2009
2.6. Lateks, Karet Bongkah dan Pengolahannya Menjadi Material
Komposisi latex Hevea Brazeileansis dapat dilihat jika latex disentrifugasi dengan kecepatan 18000 rpm, yang hasilnya adalah sebagai berikut :
1. Fraksi latex 37: karet isoprene, protein, lipida dan ion logam
2. Fraksi frey Wyssling 1-3: karotenoid, lipida air, karbohidrat dan
inositol, protein dan turunannya. 3.
Fraksi serum 48: senyawaan nitrogen, asam nukleat dan nukleotida, senyawa organik, ion anorganik dan logam.
4. Fraksi dasar 14: air, protein, dan senyawa nitrogen, karet dan
karotenoid, lipida dan ion logam. Zuhra,C.F.2006
Tabel 2.1. Kandungan bahan-bahan dalam lateks segar dan lateks yang dikeringkan Bahan
Lateks segar Lateks yang dikeringkan
1. Kandungan karet
35,62 88,28
2. Resin
1,65 4,10
3. Protein
2,03 5,04
4. Abu
0,70 0,84
5. Zat gula
0,34 0,84
6. Air
59,62 1,00
Setyamidjaja,D.1993
2.6.1 Lateks Pekat Lateks pekat adalah sejenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk
lembaran atau padatan lainnya. Lates pekat yang dijual di pasaran ada yang dibuat melalui proses pendadihan atau creamed lateks dan melalui proses pemusingan atau
centrifuged lateks. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk pembuatan bahan- bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi. Standar mutu lateks pekat baik pusingan
atau lateks dadih dapat dilihat pada table berikut ini.
Tabel 2.2. Standar Mutu Lateks Pekat
No Parameter Lateks
pusingan Centrifuged
latex Lateks dadih
Creamed latex
1 Jumlah padatan total solids minimum
61,5 64,0
2 Kadar karet kering KKK minimum
60,0 62,0
3 Perbedaan angka butir 1 dan 2 maksimum
2,0 2,0
4 Kadar amoniak berdasar jumlah air yang
terdapat dalam lateks pekat minimum 1,6
1,6 5
Viskositas maksimum pada suhu 25
o
C 50
centipoises 50 centipoises
6 Endapan sludge dari berat basah maksimum
0,10 0,10
7 Kadar koagulumm dari jumlah padatan
maksimum 0,08
0,08 8
Bilangan KOH maksimum 0,80
0,80 9
Kemantapan mekanis minimum 475 detik
475 detik 10
Persentase kadar tembaga dari jumlah padatan maksimum
0,001 0,001
11 Persentase kadar mangan dari jumlah padatan
maksimum 0,001
0,001 12
Warna Tidak biru
Tidak kelabu Tidak biru
Tidak kelabu 13
Bau setelah dinetralkan dengan asam borat Tidak boleh
berbau busuk Tidak boleh
berbau busuk Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
Ada beberapa parameter lateks pekat yaitu: -
TSC Total Solid Content yaitu pemeriksaan kadar kepekatan bahan dengan pemanasan
- Amoniak NH
3
- MST Mechanical Stability Time yaitu waktu yang diperlukan untuk
terjadinya koagulasi sewaktu dipusingkan dengan kecepatan 14000 rpm. -
KOH Number yaitu bilangan KOH ekivalen dengan asam radikal yang bergabung dengan amoniak dalam 100 g lateks pekat.
- VFA Number Volatile Fatty Acid yaitu jumlah gram KOH yang dibutuhkan
2.6.2 Karet bongkah block rubber Karet bongkah berasal dari karet remah yang dikeringkan dan dikilang menjadi
bandela–bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Standar mutu karet bongkah agak berbeda antara negara podusen yang satu dengan yang lainnya. Standar karet
bongkah Indonesia yang dikeluarkan adalah SIRStandard Indonesia Rubber yang tertera dalam tabel 2.4.
Sedangkan di Negara tetangga yaitu Malaysia, mereka juga memiliki standar seperti yang dimiliki oleh Indonesia, mereka mengeluarkan SMRStandard Malaysian
Rubber yang memiliki parameter yang tidak jauh berbeda dengan SIR Standard Indonesian Rubber. Daftar tabel SMR tertera pada tabel 2.5.
Tabel 2.4. Standard Indonesian Rubber SIR Uraian
SIR 5 L SIR 5
SIR 10 SIR 20 SIR 50
Kadar kotoran maksimum 0.05
0.05 0.10
0.20 0.50
Kadar abu maksimum 0.50
0.50 0.75
1.00 1.50
Kadar zat asiri maksimum 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
PRI minimum 60
60 50
40 30
Plastisitas – Po minimum 30
30 30
30 30
Limit warna skala lovibond maksimum
6 -
- -
- Kode warna
Hijau Hijau
merah Kuning
Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
Tabel 2.5. Standard Malaysian Rubber SMR
Sumber : Panduan Lengkap Karet , 2009
2.6.3. Pengolahan karet alam Pengolahan karet memiliki posisi yang cukup penting dalam rangkaian
agribisnis karet. Pengolahan karet menentukan nilai tambah yang akan diperoleh. Hasil sadapan yang baik. Ada beberapa peralatan yang digunakan dalam pengolahan
karet alam. Alat-alat ini tidak semuanya digunakan dalam pengolahan setiap jenis karet. Ada alat yang hanya digunakan untuk pembuatan jenis karet tertentu saja,
Selain alat, juga banyak digunakan bahan dalam pengolahan karet alam, yaitu: a.
Mesin penggilingan Dalam pengolahan karet jenis sheet dan crepe biasanya digunakan mesin
penggilingan. Dikalangan pengolahan lateks sheet, Mesin ini sering disebut baterai sheet. Baterai sheet ada yang terdiri 4,5, atau 6 gilingan beroda dua. Mesin
penggilingan untuk karet crepe dikenal dengan nama baterai crepe. Uraian
SMR 5L SMR 5
SMR 10 SMR 20
SMR 50
Kadar kotoran maksimum 0.05
0.05 0.10
0.20 0.50
Kadar abu maksimum 0.60
0.60 0.75
1.00 1.50
Kadar nitrogen 0.65
0.65 0.65
0.65 0.65
Kadar zat asiri 1.0
1.0 1.0
1.0 1.0
Plasticity retention maksimum
60 60
50 40
30 Plastisitas Wallacenilai
permulaanminimum 30
30 30
30 30
Limit warna skala lovibond
6,0 -
- -
- Kode warna
Hijau muda
Hijau muda
coklat merah
kuning Warna bungkus
Jernih jernih
jernih jernih
Jernih Warna strip plastic
Jernih Keruh
putih Keruh
putih Keruh
putih Keruh
putih
b. Tangki atau bejana koagulasi
Tangki yang banyak dipakai pada era sebelum perang dunia II terbuat dari arnit atau ebonite, sesudahnya digunakan tangki yang terbuat dari aluminium. Ukuran
tangki yang digunakan biasanya10 x 3 x 16kaki. Tangki yang berukuran besar ini disekat lagi menjadi 76 atau 91 ruang yang lebih kecil. Untuk menyekat digunakan
pelat-pelat aluminium. Pada tempat pengolahan karet yang hanya sedikit kapasitas produksinya, fungsi
tangki atau bejana digantikan oleh loyang-loyang yang mempunyai kapasitas olah antara 10-15 liter.
c. Rumah pengeringan
Pada pembuatan karet crepe, rumah pengeringan mutlak diperlukan. Tinggi ruangan biasanya dibuat tidak lebih dari 6 m. Untuk rumah pengeringan bertingkat
tingginya hanya antara 3-4 m. Didalam rumah pengeringan terdapat gantar-gantar dari kayu jati dengan tebal 4-5 cm untuk menggantungkan karet crepe yang akan
dikeringkan. Rata–rata rumah pengeringan menggunakan pemanas untuk mempercepat pengeringan. Cara pemasan yang paling banyak dipakai adalah
thermosifon atau pemanas dengan air pemanas serta menggunakan uap air bertekanan rendah. Bila tanpa pemanas, waktu yang diperlukan untuk mengeringkan crepe antara
2-4 minggu.Sedangkan dengan pemanas waktunya bisa dipersingkat menjadi 5-7 hari. d.
Rumah pengasapan
Rumah pengasapan digunakan dalam pembuatan karet sheet. Syarat rumah asap yang baik: suhu dalam harus dapat dipertahankan sehingga praktis tidak berubah,
ventilasi dari ruang-ruangnya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan, serta penambahan
asap dan pemanasan dapat terjamin. Jumlah ruang pengasapan dan pengeringan yang diperlukan berhubungan dengan waktu pengeringan. Ini berkaitan dengan ketebalan
sheet yang akan dibuat. Misalnya waktu pengeringan 5-5,5 hari maka ruang yang dibutuhkan adalah 6 buah.
Selain alat-alat yang telah disebutkan diatas, sebenarnya masih ada beberapa alat yang banyak digunakan dalam pengolahan karet, Seperti alat penyaring,
guntingpemotong, meja sortasi, pengepres, pengepak, dan lain-lain. e.
Kayu bakar untuk rumah pengasapan Ada beberapa macam pohon yang kayunya dapat digunakan sebagai bahan bakar
ruang pengasapan. Pohon tersebut antara lain pohon karet, akasia, lomtorgung dan glirisidia. Kayu yang panjang biasanya dibelah dan dipotong hingga rata-rata
mempunyai ukuran panjang sekitar 30 cm dengan garis tengah 10 cm. f.
Air Dalam pengolahan karet diperlukan air, dalam jumlah yang banyak. Karena itu
air merupakan bahan yang vital. Semakin tinggi kapasitas suatu pabrik, semakin besar jumlah air yang dibutuhkan. Air biasanya digunakan untuk keperluan pengenceran
lateks, pembuatan larutan kimia, pencucian hasil, pencucian alat dan untuk mendinginkan mesin.
g. Bahan-bahan kimia
Dalam pengolahan karet alam banyak sekali digunakan bahan-bahan kimia. Sesuai dengan proses yang dibantunya bahan itu ada yang berfungsi sebagai bahan pokok,
yaitu :
1. Bahan pembeku
Untuk proses pembekuan lateks biasanya digunakan asam formiat atau asam semut dan asam asetat atau asam cuka.
2. Bahan pengelantang
Bahan ini digunakan untuk mendapatkan warna yang diinginkan dari karet. 3.
Bahan vulkanisasi Bahan kimia ini diperlukan dalam proses vulkanisasi agar kompon karet
cepat matang. Yang biasa digunakan untuk keperluan ini adalah belerang, damar, fenolik, peroksida organik dan radiasi sinar gamma.
4. Bahan pencepat reaksi
Reaksi vulkanisasi biasanya berlangsung sangat lambat. Dalam dunia industry hal ini kurang efisien karena menambah lama waktu produksi yang secara tak
langsung juga menambah biaya. Salah satu bahan pencepat reaksi yang sering digunakan adalah dati golongan thiazol contohnya MBT dan MBTS.
5. Bahan penggiat
Fungsi bahan penggiat adalah menambah cepat kerja bahan pencepat reaksi. Jadi, meskipun bahan ini tidak termasuk vital, tetapi cukup menentukan dalam
proses pengolahan karet. Contoh bahan penggiat yang sering digunakan adalah seng oksida dan asam stearat.
6. Bahan antioksidan dan antiozonan
Fungsi bahan ini untuk melindungi karet dari kerusakan karena pengaruh oksigen maupun ozon yang terdapat diudara. Bahan anti oksidan yang sering
digunakan adalah turunan difenil amina contohnya Nonox OD.dari turunan fenol contohnya montaclere dan lonol. Anti ozonan yang paling banyak digunakan
adalah turunan parafenilen diamina seperti Santoflex 13, Nonox DPPD dan UOP 88.
7. Bahan pelunak
Bahan pelunak berfungsi memudahkan pembuatan karet dan pemberian bentuk. Bahan pelunak yang banyak digunakan adalah minyak naftenik, minyak
nabati, minyak aromatik, terpinus, lilin paraffin, faktis, damar, dan bitumen. 8.
Bahan pengisi
Ada dua macam bahan pengisi dalam proses pengolahan karet, Pertama bahan pengisi yang tidak aktif, kedua bahan pengisi yang aktif atau yang menguatkan.
Contoh bahan pengisi yang tidak aktif adalah kaolin, tanah liat, kalsium karbonat, magnesium karbonat, barium sulfat dan barit. Bahan pengisi aktif yaitu karbon
hitam, silika, aluminium silika dan magnesium silikat. 9.
Bahan pewarna
Jenis karet tertentu membutuhkan warna dalam pengolahannya. Untuk keperluan inilah bahan pewarna diberikan.
10. Bahan pencegah pravulkanisasi
Fungsi bahan ini mencegah terjadinya pravulkanisasi yang tidak diinginkan pada bagian ekstruder mesin acuan injeksi. Contohnya adalah Santogard PVI dan
Vulcalent A.
11. Bahan pewangi
Bau karet yang khas serta bau bahan kimia yang tidak enak dapat dihilangkan dengan menambahkan bahan pewangi, tetapi ada beberapa jenis yang
menggunakannya. contohnya yaitu Rodo 10. Tim penulis PS,2009 2.6.4. Pengolahan lateks pekat
Prinsip pembuatan lateks pekat berdasarkan pada perbedaan berat jenis antara pertikel karet dengan serum. Serum mempunyai berat jenis lebih besar daripada
partikel karet, berat jenis serum 1,024 sedangkan partikel karet hanya 0,904. Akibatnya, partikel karet akan naik ke permukaan dan serum akan terkumpul dilapisan
bawah dalam proses pembuatan lateks. Ada dua macam lateks pekat yang biasa dijual dipasaran. Yang pertama adalah
creamed lateks atau di Indonesia dikenal dengan nama lateks dadih. Sedangkan yang kedua adalah centrifuged latex atau disebut lateks pusingan.
I. Pengolahan creamed lateks
Pembuatan creamed lateks, getah yang sudah disadap dibawa ke tempat pengolahan didalam tangki-tangki, lalu ditambahkan gas ammonia sebanyak 4-7 g per
liter lateks. Sesampainya ditempat pengolahan, lateks langsung disaring dan ditentukan kadar karet kering KKK nya. Barulah ditambahkan bahan
pemekatpengental atau creaming agent. Bahan pemekat yang banyak digunakan sekarang adalah ammonium alginate.
Bila digunakan ammonium alginate, dosisnya 60 mL larutan alginate 1 perliter lateks. Lateks lalu diaduk-aduk sampai rata. Pengadukan yang tidak rata bisa
menurunkan mutu lateks pekat. Setelah diaduk, lateks didiamkan selama 4-6 hari sampai menjadi lateks pekat.
Lateks pekat yang telah jadi dikumpulkan dalam tangki. Hasil ini diaduk lagi dengan merata. Setiap liter creamed lateks yang siap diangkut perlu ditambah 7-10 g
gas ammonia. II.
Pembuatan lateks pusingan
Lateks pusingan atau centrifuged lateks juga membutuhkan penambahan gas ammonia pada lateks kebun seperti pada pembuatan creamed lateks, tetapi jumlah
yang ditambahkan lebih sedikit, cukup 2-3 g gas ammonia untuk setiap liter lateks. Lateks yang telah diberi gas ammonia dibawa ke pabrik atau tempat
pengolahan.Penambahan 2-3 g gas ammonia memungkinkan lateks tahan disimpan selama 24 jam terjadi prakoagulasi. Pengendapan selama 24 jam diperlukan agar
kotoran-kotoran dan magnesium ammonium fosfat mengendap. Magnesium ammonium fosfat muncul karena penambahan ammonium pada bahan lateks.
Lateks dapat dimasukkan kedalam alat pemusing atau centrifugal machine setelah dibiarkan selama 24 jam. Mesin pemusing harus dijalankan dengan kecepatan
yang sesuai dan suara harus halus. Proses pemusingan memisahkan lateks kebun menjadi 2 bagian yang berlainan. Lateks pekat atau cream akan keluar dari bagian atas
dan lateks encer atau skim akan keluar dari bagian bawah. Kemudian ditambahkan ammonia hingga kadarnya menjadi 7-10 g perliter lateks.
Penambahan gas ammonia memungkin lateks pekat tahan disimpan dalam waktu yang cukup lama. Bila akan dikirim ke negara pembeli atau ke tempat yang
jauh, biasanya lateks dimasukkan kedalam drum yang bagian dalamnya telah diolesi dengan zat yang tahan lateks dan ammonia.
Tim penulis PS,2009
2.6.5. Pengolahan karet remah crumb rubber
Karet remah atau crumb rubber adalah produk karet alam yang relatif baru. Dalam perdagangan dikenal dengan nama karet spesifikasi teknis. Karena penentuan
kualitas dan penjenisannya dilaksanakan secara teknis dengan analisi yang mutakhir.
a. Pengolahan karet remah spesifikasi teknis dengan bahan baku lateks
Ada beberapa proses dasar yang dilalui dalam pengolahan karet remah dengan bahan baku lateks, yaitu penerimaan dan penyaringan lateks, penggumpalan atau
koagulasi, pembutiran, atau granulasi, pengeringan dan pembungkusan. Mula-mula lateks yang dikirim ke tempat pengolahan disaring dan dikumpulkan dalam bak atau
tangki. Kemudian, dilakukan penggumpalan dalam bak atau tangki-tangki tersebut sehingga menghasilkan bongkahan-bongkahan atau koagulum. Pemotongan koagulum
merupakan langkah yang harus dilalui sebelum dilakukan proses pembutiran. Mesin pembutiran yang biasa digunakan adalah mesin pelletiser yang mempunyai banyak
pisau berputar. Hasil yang diperoleh dicuci hingga bersih kemudian dimasukkan kedalam mesin pengering. Biasanya pengeringan menggunakan mesin dan ban
berjalan. Hasil akhir dari karet remah didinginkan sebelum dikemas. Berat akhir diperoleh melalui penimbangan. Ukuran bandela biasanya 28 x 17 x 7 inci, sekitar
72 x 36 x 18 cm. Berat yang ditetapkan untuk setiap bandela adalah 33 kg. Setelah dikempa, bongkah dibungkus dengan lembaran plastik polyethylene. Lembaran plastik
ini harus memiliki ketebalan 0,03 mm, titik cair 108
o
C dan berat jenis 0,92. Bungkus ini disertai tanda jenis mutu, tanda pengenal SIR, dan pabrik yang memproduksinya.
Diagram 2.1. Pengolahan karet remah dari lateks
b. Pengolahan karet remah dengan bahan baku gumpalan mutu rendah
Ada pabrik yang membuat karet spesifikasi teknis dan bahan koagulum lateks atau lateks yang telah mengalami proses koagulasi. Biasanya koagulum lateks yang
diolah ini bermutu rendah, contohnya slabs karet rakyat, lump kebun, lump mangkok, scraps, unsmoked sheet, dan lain-lain.
Lateks segar dari kebun
saringan
Bak koagulasi ditambah bahan koagulan dan pemutih warna
Pembutiran dikerjakan dengan mesin pisau berputar atau pelletiser
pencucian
Pengeringan dengan mesin pengering dan ban berjalan
Pengepakan
Bahan koagulum lateks yang bermutu rrendah ini terlebih dahulu disortir, Setelah itu bahan ini dimasukkan kedalam tangki-tangki air pembersih. Selanjutnya,
bahan dibersihkan lagi dengan messin hammermill. Pada mesin ini pencucian diikuti dengan pemotongan lalu digiling dengan mesin penggilingan crepe. Hasil yang keluar
dari mesin penggilingan crepe dimasukkan kedalam mesin pelletiser atau mesin dengan pisau berputar. Disini bahan mengalami proses pembutiran.
Sesuai proses pembutiran, bahan mengalami perlakuan kimiawi. Larutan asam fosfat atau asam amino digunakan untuk merendamnya. Terakhir, bahan dikeringkan
dan diikuti oleh proses pengepakan seperti pada karet remah yang dibuat dari bahan lateks.
Diagram 2.2. Pengolahan karet remah dari karet rakyat bermutu rendah.
Tim penulis PS,2009
Slab,scrap,lump mangkok,dan lain-lain
Sortasi,pencucian, dan pemotongan
Pembersihan dengan mesin hammermill lalu dicuci
Penggilingan crepe
Pembutirandengan mesin pisau berputar atau pelletiser
Perlakuan kimia perendaman dalam larutan asam fosfat
Pengeringan pengepakan
2.7. Analisa kualitas karet remah