BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sejarah Penemuan Karet
Orang-orang yang diketahui pertama kali memanfaatkan karet dalam kehidupan sehari-hari adalah bangsa amerika asli. Mereka mengambil getah dari
sejenis pohon penghasil getah yang tumbuh liar dihutan sekitar tempat tinggalnya dengan cara menebangnya. Getah tersebut dikumpulkan dan selanjutnya dijadikan
bola yang bias dipantul-pantulkan sebagai alat permainan. Getah tersebut juga dibuat menjadi alas kaki dan wadah minuman. Semua itu dicatat oleh Michele de Queno
dalam pelayarannya ke Amerika pada tahun 1493. Setiawan.D.H,2008 Setelah de la Condamine mengirim contoh “ bahan elastik yang aneh” a
mysterious elastic substance atau “caoutchuc” dari peru ke prancis pada tahun 1736, maka saat itu orang Eropa mulai menaruh perhatian terhadap karet. Dalam
laporannya, de la Condamine membuat deskripsi yang lengkap tentang tumbuhan ini, yang disertai pula uraian tentang cara-cara mengambil getahnya seperti yang
dilakukan oleh penduduk pribumi. Namun yang terpenting dari laporan tersebut adalah pandangannya tentang manfaat tumbuhan ini sebagai bahan perdagangan bagi
Eropa yang mempunyai prospek yang sangat bagus. Perhatian terhadap karet bertambah meningkat setelah Priestly, seorang ahli
fisika kimia Inggris, pada tahun 1770 menemukan bahwa karet dapat digunakan untuk menghapus tulisan dari grafit, sehingga orang inggris menjuluki karet dengan sebutan
“rubber”.Setyamidjaja.D , 1993
Tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia. Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut didaerah pamanukan dan ciasem, jawa
barat. Jenis karet yang ditanam pertama kali adalah karet rambung atau Ficus elastica. Jenis karet Hevea Hevea brasiliensis baru ditanam tahun 1902 didaerah Sumatera
timur. Jenis ini ditanam di pulau jawa pada tahun 1906. Tim penulis PS,2009 Komoditas karet cukup berpengaruh besar terhadap perekonomian negara.
Oleh karena itu, penanganan perkebunan karet dan pengelolaan serta pengolahan yang baik merupakan langkah yang tidak dapat diabaikan untuk menunjang kembali
jayanya dunia perkaretan Indonesia. Tim penulis PS,2009
2.2. Morfologi tanaman karet