Persepsi Mahasiswa Terhadap Pesan Iklan “Merokok Membunuhmu” (Studi Deskriptif Pada Mahasiswa Teknik Universitas Sumatera Utara)

(1)

No. Responden

1 2

KUESIONER

Persepsi Mahasiswa Fakultas Teknik USU Terhadap Pesan Iklan “Merokok Membunuhmu”

Rekan yang terhormat, saya adalah seorang mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Saya mengharapkan kesediaan rekan untuk mengisi kuesioner ini, untuk dapat menyelesaikan tugas akhir saya, yaitu penelitian skripsi. Atas partisipasi rekan, saya ucapkan terima kasih.

I. Karakteristik Responden

Nama : _________________________________________

1. Usia : _________________________________________ 2. Jenis kelamin : L / P

3. Fakultas : ______________________________________

4. Departemen : ______________________________________

5. Stambuk/angkatan :______________________________________

II. Iklan Rokok

6. Apakah yang mempengaruhi Anda untuk mulai merokok a. Iklan rokok c. Ingin mencoba (iseng)

b. Ajakan teman d. Karena melihat orang lain merokok

7. Berapa banyak Anda merokok setiap hari? a. 1-5 batang c. ½ bungkus b. 1 bungkus d. > 1 bungkus

8. Apakah Anda sering melihat iklan rokok di televisi? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

7

3 4

5

6

8

9


(2)

9. Apakah Anda sering mendengar iklan rokok di radio? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

10. Apakah Anda sering melihat iklan rokok di majalah? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

11. Apakah Anda sering melihat iklan rokok di koran (surat kabar)? a. Sering b. Jarang c. Tidak pernah

12.Menurut Anda, iklan di media manakah yang paling paling menarik? a. Televisi d. Koran (surat kabar)

b. Radio e. Internet (cyber) c. Majalah

13.Bagian manakah yang paling menarik di iklan rokok? a. Model iklan d. Musik

b. Cerita (isi pesan) e. Busana (fashion)

c. Durasi iklan f. Lainnya, ___________________

III. Pesan Iklan ”Merokok Membunuhmu”Menurut Anda, relevankah pesan iklan “Merokok Membunuhmu” dengan konten/isi/tampilan iklan rokok secara keseluruhan?

a. Ya b. Tidak

15. Menurut Anda, untuk siapakah pesan iklan “Merokok Membunuhmu”? a. Perokok b. Bukan perokok c. Keduanya

16. Menurut Anda, apakah pesan iklan “Merokok Membunuhmu” mudah dipahami?

a. Ya b. Tidak

17. Menurut Anda, apakah pesan iklan ”Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok?

a. Ya b. Tidak

18.Menurut Anda, apakah keberadaan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” mengurangi kebiasaan Anda untuk merokok?

a. Ya b. Tidak

11

12

13

14

15

16

17

18

20 19


(3)

19.Menurut Anda, apakah dengan iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi Anda untuk merokok?

a. Ya b. Tidak

20.Menurut Anda, apakah jika iklan rokok ditiadakan akan mempengaruhi kebiasaan Anda unuk merokok

a. Ya b. Tidak

21. Apakah Anda merasa terganggu dengan pesan iklan “Merokok Membunuhmu”?

a. Ya b. Tidak

22. Menurut Anda pentingkah pesan iklan “Merokok Membunuhmu” ditampilkan di iklan rokok?

a. Ya b. Tidak

23. Menurut Anda apakah kesan yang ditimbulkan kepada Anda oleh pesan iklan “Merokok Membunuhmu”

___________________________________________________________ ___________________________________________________________ ____________________________________________________________

24. Sebutkan saran dan kritik Anda terhadap pesan iklan “Merokok Membunuhmu”.

___________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________ ____________________________________________________________

TERIMA KASIH

24 23 21

22

25


(4)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Jl. Dr. A. Sofyan No. 1 Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Josephine Fiona Ketaren

NIM : 100904090

PEMBIMBING : Dewi Kurnia Wati, M.Si, Ph.D

NO. TGL.

PERTEMUAN

PEMBAHASAN PARAF

PEMBIMBING 1 7 Oktober 2014 ACC seminar proposal

2 14 April 2015 Perbaikan Bab 1, 2, 3 3 4 Mei 2015 Perbaikan Bab 1, 2, 3 4 16 Desember

2014

Penyerahan kuesioner

5 20 Januari 2015 ACC kuesioner

6 8 Desember 2015 Perbaikan Bab 4, dan 5 7 15 Desember

2015

Perbaikan Bab 4, dan 5

8 24 Desember 2015


(5)

FOTO DOKUMENTASI


(6)

Gambar 2. Para responden bersedia untuk mengisi kuesioner yang diberikan peneliti. Cukup sulit bagi peneliti untuk menemukan mahasiswa di sekitar lingkungan kampus. Mereka cukup disibukkan dengan kegiatan laboratorium. Sehingga peneliti mencari mereka yang sedang merokok, dan meminta kesediaan mereka untuk dapat mengisi kuesioner.


(7)

BIODATA PENELITI

Nama : Josephine Fiona Ketaren

Tempat, Tanggal Kelahiran : Medan, 11 Maret 1992

NIM : 100904090

Departemen : Ilmu Komunikasi

Alamat : Jl. Bunga Sedap Malam III B nomor 34

Medan 20131

Pendidikan : SD St. Antonius Medan

SMP Putri Cahaya Medan

SMA Cahaya Medan Medan

Departemen Ilmu Komunikasi USU, Medan

Nama orangtua

Bapak : Ir. Darman Ketaren

Ibu : Mariana Sianturi, S.Kep, Ners

Anak ke : Dua dari tiga bersaudara

Nama saudara : Vivianne Rosa Ketaren, SKM, M. Kes

Brian Breyma Ketaren


(8)

Daftar Referensi

Bungin, Burhan. 2008. Konstruksi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana.

Hasrullah. 2013. Beragam Perspektif Komunikasi. Jakarta: Kencana.

Jess Feist, Gregory J. Feist. 2008. Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Davis, Joel J. Penelitian Periklanan. 2013. Jakarta: PT Raja Grafino Persada.

Liliweri, Alo. Komunikasi: Serba Ada Serba Makna.2011. Jakarta: Kencana.

Masri Singarimbun. Metode Penelitian Survai. 2006. : Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia.

Morrisan, Andy Corry Wardhani, Dr. 2009. Teori Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Morrisan, M.A. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Morrisan. Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Prenada Media Group

Morrisan, M. A. Manajemen Media Penyiaran. 2008. Jakarta: Kencana.

Moriarty, Sandra. 2011. Advertising. Jakarta: Kencana.

Nurudin. 2011. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Pers.

Rakhmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya

Robert L. Solso, dkk. Psikologi Kognitif. 2008. Jakarta: Erlangga.

Schulz, Eric. (2001). The Marketing Game. Jakarta: Erlangga.

McLean, Scott. (2005). The Basic of Interpersonal Communication. Boston:Pearson Education

Suhandang, Kustadi. (2010). PERIKLANAN. Nuansa: Bandung.

Taylor, Shelley E, dkk. (2009).Psikologi Sosial. Kencana: Jakarta.

Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. Teori Komunikasi. Edisi Kelima, cetakan keempat. 2009. Kencana: Jakarta.

Whitehill King, J. Thomas Russell. (2009). Prosedur Periklanan. PT INDEKS: Jakarta


(9)

Online:

http://dirmahasiswa.usu.ac.id/ 10 Juni 2014, 16.52

http://www.hidayatullah.com/read/2013/11/12/7234/perokok-indonesia-peringkat-3-di-dunia.html

12 Febuari 2014, 18.16

http://doktersehat.com/86-persen-orang-indonesia-sadar-bahaya-rokok-bagi-kesehatan/#ixzz2t6c5EVww

12 Febuari 2014,18.18

health.detik.com/read/2013/12/27/183058/2452768/763/peringatan-rokok-membunuhmu-terpampang-di-jalan-ini-kata-kemenkes

8 Febuari 2014, 13.54

http://www.tribunnews.com/internasional/2014/01/28/bintang-iklan-marlboro-man-akhirnya-meninggal-setelah-kena-penyakit-paru

8 Febuari 2014, 14.01

pulsk.com/471508/Mulai-Januari-Kemasan-Rokok-Akan-Diberi-Gambar-yang-Menyeramkan.html

8 Febuari 2014,14.07

http://www.medialifemagazine.com:8080/news2000/mar00/news20307.html 13 Mei 2014, 13.12

http://object.cato.org/sites/cato.org/files/serials/files/regulation/1997/7/reg20n3f.p df

13 Mei 2014, 13.13

http://smq.sagepub.com/content/5/3/40.extract 13 Mei 2014, 13.14

http://www.infopenyakit.org

14 Agustus 2014, 12.19

http://www.depkes.go.id


(10)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian dilakukan di Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara, Jl. Almamater Kampus USU, Medan, Sumatera Utara, Indonesia. Alasan pemilihan lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Teknik USU karena dari data yang dikumpulkan diketahui bahwa kebanyakan dari mahasiswa Fakultas Teknik berjenis kelamin laki-laki, yang dapat diasumsikan bahwa banyak dari antara mahasiswa Fakultas Teknik yang merupakan perokok aktif. Sehingga penelitian ini menjadi lebih mudah untuk menghasilkan data yang valid tentang mahasiswa perokok di Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan dari 9 Oktober 2014 sampai dengan selesai.

3.1.1 Sejarah Fakultas Teknik USU

Pada tanggal 1 September 1959 dijadikan awal berdirinya Fakultas Teknik USU setelah keluarnya Surat Keputusan Menteri Muda Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 83303/S tertanggal 26 Agustus 1959 tentang persiapan berdirinya Fakultas Teknik di Medan yang bernaung di bawah panji-panji Universitas Sumatera Utara terhitung mulai 1 September 1959 sebagai fakultas yang ke-4.

Pada tahap awal berdirinya, Fakultas Teknik hanya mengasuh satu juru-san, yaitu Jurusan Teknik Sipil. Dengan meningkatnya kebutuhan sarjana teknik di berbagai bidang sesuai dengan tuntutan pembangunan, maka Fakultas Teknik USU selanjutnya membuka jurusan-jurusan baru; Teknik Mesin (1962), Teknik Elektro dan Teknik Industri (1965), Teknik Kimia (1979), Teknik Arsitektur (1991), dan Teknik Lingkungan (2012).

Menyadari akan kebutuhan sarjana teknik terus meningkat, baik dalam jumlah maupun kualitasnya, maka pada tahun 1993 Fakultas Teknik USU membuka Program Pendidikan Sarjana Ektensi (S1) dengan jurusan/program studi; Teknik Sipil, Teknik Industri, Teknik Mesin, Teknik Kimia dan Teknik Elektro.


(11)

Visi :

“FT USU menjadi institusi pendidikan tinggi keteknikan dengan kualitas berkelas

dunia (FT USU toward world-class qualities of an engineering higher education institution)”

Misi :

1. Menyiapkan mahasiswa dan lulusan Fakultas Teknik USU yang bermartabat dan berkualitas sehingga mampu bersaing ditingkat nasional maupun internasional.

2. Menjadikan kampus Fakultas Teknik USU yang bersih, nyaman, dan kondusif untuk terciptanya produk unggulan dan inovatif dari mahasiswa dan tenaga pendidik.

3. Menjadikan kampus Fakultas Teknik USU sebagai pusat kerjasama penelitian dan pengembangan dengan pihak industri dan pemerintah, dalam dan luar negeri.

3.1.2 Departemen/Program Studi : Program S1 :

 Teknik Sipil  Teknik Mesin  Teknik Elektro  Teknik Industri  Teknik Kimia  Teknik Arsitektur  Teknik Lingkungan  Program S2:

 Teknik Sipil  Teknik Elektro  Teknik Industri


(12)

 Teknik Kimia  Teknik Arsitektur  Program S3 :

 Ilmu Teknik Sipil  Teknik Mesin  Ilmu Teknik Industri  Teknik Kimia

 Ilmu Arsitektur dan Perkotaan Alamat

Jl. Almamater

Kampus USU, Medan 20155

Tel : +62 61 8212090, 8211236, 8213250

Fax : +62 61 8213250

E-mail : ft.usu@usu.ac.id

http://usu.ac.id/id/article/718/fakultas-teknik

3.2.3 Sarana

Gedung Dekanat Fakultas Teknik USU terletak di Jalan Almamater Kampus USU Medan mempunyai infrastruktur bangunan sipil berupa ruang kuliah 3974,5 m2, ruang laboratorium (studio) 8771,4 m2, ruang administrasi 133,1 m2, ruang dosen 2508,3 m2, ruang seminar/rapat 887,1 m2, dan ruang perpustakaan 294 m2. Fakultas Teknik USU dalam melaksanakan proses pembelajaran banyak menggunakan sarana dan prasarana laboratorium, dengan demikian sangat memerlukan penataan infrastruktur fisik kelistrikan yang lebih baik khususnya untuk peralatan-peralatan utama dan vital di laboratorium.

Pada masa yang akan datang diharapkan pembangunan infrastruktur dilakukan terutama pada departemen-departemen yang mempunyai rasio mahasiswa terhadap ruang kuliah kurang dari 2 m2.

Selain itu pengembangan fisik jaringan sistem informasi perlu lebih dioptimalkan untuk mendukung sistem administrasi wireless dan jaringan pada ruang komputer ber internet.


(13)

3.2.4 Ruang Dosen

Setiap dosen memiliki ruang kerja/ruang dosen yang memadai di jurusan masing-masing yang sebagian besar diantaranya telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas pendukung seperti pengkondisi udara AC, jaringan Local Area Network (LAN), internet, dan fasilitas telepon. Dengan fasilitas tersebut memungkinkan setiap mahasis-wa dapat melakukan konsultasi di ruang tersebut sehingga dosen dapat melaksanakan pembimbingan secara efektif; demikian pula dengan tersedianya common room yang tersedia di jurusan-jurusan maupun di plasa KPTU, memung-kinkan atmosfir akademik dapat terbentuk dengan baik di lingkungan sivitas akademika Fakultas Teknik USU.

3.2.5 Ruang Seminar/Rapat dan Sidang.

Fakultas Teknik USU memiliki ruang seminar/rapat 887,1 m2.

3.2.6 Laboratorium

Fakultas Teknik USU telah menyediakan ruang laboratorium di setiap Departemennya.

3.2.7 Sistem Informasi

Sistem informasi manajemen dan fasilitas ICT (Information and Communication`Technology) yang digunakan Fakultas proses penyelenggaraan akademik dan administrasi (misalkan SIAKAD, SIMKEU, SIMAWA, SIMFA, SIMPEG dan sejenisnya), termasuk distance-learning, serta pemanfaatannya dalam proses pengambilan keputusan dalam pengembangan institusi.

Sistem informasi Fakultas Teknik USU dapat di akses melalui situs http://ft.usu.ac.id. Didalamnya terdapat Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (SPPK) yang dibuat untuk mendukung para pimpinan pada semua tingkatan organisasi di lingkungan Universitas Sumatera Utara (USU) dalam pengambilan keputusan baik dalam bidan akademik maupun administratif. Sistem ini mengambil data dari sejumlah aplikasi dalam sistem informasi manajemen (SIM) USU seperti SIREG, SIA, SIKEU, SIPEG, SIASET, SIKA, SIPEL, SIALUM, dan SIPUS. Oleh karena itu, keakuratan data yang disajikan dalam SPPK sepenuhnya tergantung pada transaksi online yang dilakukan di berbagai unit kerja dan tempat lainnya melalui sejumlah aplikasi SIM tersebut. Saat ini


(14)

jaringan Sistem Informasi USU telah memiliki bandwith 40Mb, dimana Fakultas Teknik mendapatkan 8 Mb (Standar DIKTI) adalah 10 Kb/mahasiswa.

Untuk mempermudah memperoleh informasi akademik, mulai tahun 2007 mahasiswa dapat mengakses informasi tentang Pengembangan Fakultas Teknik pada umumnya maupun Informasi Akademik melalui Sistem Informasi Akademik (SIA) Fakultas Teknik. Dengan adanya SIA Fakultas Teknik ini pula, mahasiswa sekaligus bisa mengisi KRS (Kartu Rencana Studi) secara langsung melalui internet tanpa harus melalui pegawai administrasi. Sistem sudah dirancang sedemikian rupa sehingga mahasiswa hanya bisa mengambil mata kuliah sesuai dengan beban yang diperbolehkan sekaligus mahasiswa juga dapat mengetahui IPK. Disamping itu semua perpustakaan yang ada dii Pusat dapat diakses melalui sistem ini. SIA Fakultas Teknik USU sudah dirasa cukup untuk kebutuhan mahasaiswa, namun demikian program ini selalu dievaluasi dalam kurun waktu tertentu agar dapat berjalan dengan optimal. Oleh karena itu berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SIA Fakultas Teknik USU terus diupayakan.

Rencana/strategi pengembangan sistem informasi yang dilakukan Fakultas Teknik USU, disesuaikan dengan kecendrungan perkembangan IPTEK dan globalisasi dengan cara memperluas jaringan internet di semua unit. Dengan semakin besarnya jaringan yang dimiliki Fakultas Teknik USU, diharapkan pada masa yang akan datang dapat disediakan layanan informasi terpadu untuk menunjang proses pembelajaran. Selain menunjang proses pembelajaran, Sistem Informasi di Fakultas Teknik juga dikembangkan melalui beberapa program yaitu:  Mengembangkan sistem informasi lebih lanjut untuk semua staf akademik dan

administrasi sehingga sekaligus akan mengurangi birokrasi.

 Memberikan akses data kepada semua unit di Fakultas Teknik USU termasuk Mahasiswa dengan membangun jaringan yang online.

 Memperluas jaringan internet yang akan memungkinkan semua unit yang ada di Fakultas Teknik USU dapat berinteraksi dengan pihak-pihak luar.

 Sosialisasi program Open Source.

Untuk mendukung kinerja setiap unit kerja agar dapat melaksanakan fungsi dengan lebih sempurna dan cepat maka dilakukan penyimpanan dan pemrosesan data secara elektronik. Data-data yang berkaitan dengan pendidikan, kepegawaian, keuangan, kemahasiswaan, dan infrastruktur fisik serta alumni yang selama ini dilakukan secara manual akan direkan dan disajikan dengan lebih akurat, cepat, dan teratur.


(15)

3.2.8 Pimpinan Fakultas Teknik USU

Dekan Prof.Dr.Ir. Bustami Syam, M.S.M.E

Pembantu Dekan I bidang Akademik Prof.Dr.Ir. Muhammad Turmuzi, M.S.

Pembantu Dekan II bidang Kepegawaian dan Keuangan

Dr.Ir. Hamidah Harahap, M.Sc.

Pembantu Dekan III bidang Kemawahasiswaan

Dr.Ir. Ahmad Perwira Mulia, M.Sc.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, maksudnya suatu penelitian ini adalah penelitian suvei. Menurut Masri Singarimbun (2006: 3), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei dilakukan secara deskriptif, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial. Survei termasuk dalam cakupan penelitian kuantitatif.

Metode penelitian adalah cara kerja secara sistematis yang dipakai untuk memahami suatu subjek dan objek penelitian, sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Menurut Soejono Soekanto (1986:5) penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.

Pada penelitian ini, peneliti memilih penelitian deskriptif kuantitatif, semi kualitatif, yang mendeskripsikan data analisis kuantitatif, dengan penarikan kesimpulan secara kualitatif.


(16)

3.3 POPULASI DAN SAMPEL 3.4.1 Populasi

Menurut Sudjana (Dalam Nanawi, 1998, 144), populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil menghitung maupun pengukurannya, kualitatif maupun kuantitatif, dari pada karakteristik tentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas dan dalam setiap penelitian populasi yang dipilih erat sekali hubungannya dengan masalah yang dipelajari.

Populasi terdiri dari mahasiswa Teknik USU yang merupaka perokok aktif mencakup semua angkatan yang masih aktif mengikuti perkuliahan.

Berdasarkan hasil pra penelitian yang penulis lakukan, jumlah mahasiswa Fakultas Teknik secara keseluruhan adalah 4061.

Populasi mahasiswa laki-laki Fakultas Teknik

N

o Departeme n

Tahun Akademik Jumla

h 200 8 200 9 201 0 201 1 201 2 201 3 201

4 353 744 658 408 976 867 55 1 Arsitektur 32 61 50 69 58 42 41 2 Elektro 112 100 101 112 115 92 112 3 Industri 145 83 82 115 91 75 67

4 Kimia 67 23 51 73 81 51 62

5 Mesin 156 117 147 162 162 117 115 6 Sipil 129 149 146 126 133 99 85

7 Lingkungan - - - - 20 15 20

4061

(Sumber data: Pendidikan Fakultas Teknik)

3.4.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data sebelumnya dalam suatu penelitian (Jalaludin Rakhmat, 1998: 144). Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawasi, 2004: 144). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan rumus Taro Yamane dengan


(17)

presisi: 10% dengan tingkat kepercayaan 90% (Bungin, 2005: 105), yakni sebagai berikut:

n = N

n(d)2+1

Keterangan: N : Populasi n : Sampel

d : Presisi (digunakan 10% atau 0,1) n = 4062

4061(0,1)2+1 n = 4062

4061(0,1)2+1 n = 98

Berdasarkan data populasi yang ada, peneliti menetapkan jumlah sampel sebesar 98 orang, mencakup keseluruhan stambuk dan departemen yang ada di Fakultas Teknik.

3.4 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian yang dilakukan, teknik pengumpulan data dilakukan melalui:

1. Penelitian Kepustakaan, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan menghimpun dan mempelajari data dari buku-buku komunikasi pemasaran, periklanan, psikologi sosial serta sumber bacaan lainnya yang relevan dan mendukung penelitian.

2. Penelitian Lapangan yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari responden melalui kuesioner, dengan adanya daftar pertanyaan yang telah disusun secara sistematis. Model pertanyaan pertanyaan yang digunakan adalah dengan menggunakan pertanyaan tertutup, dengan memberikan pilihan jawaban kepada responden terhadap variabel yang diteliti, dan 2 pertanyaan terbuka, karena peneliti ingin mengetahui pendapat subjektif responden secara lebih jelas tentang pesan “Merokok Membunuhmu”. Dalam hal ini peneliti menyebarkan kuesioner kepada responden yaitu mahasiswa Fakultas Teknik yang terpilih menjadi sampel.

3.5 TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam langkah-langkah pengolahan data melalui tahapan sebagai berikut :


(18)

1) Editing, yaitu meneliti data yang diperoleh dari hasil pembagian kuisioner, untuk melihat apakah catatan-catatan tersebut sudah tertata baik dan siap untuk proses selanjunya.

2) Coding, yaitu upaya mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden menurut macamnya. Klasifikasi ini dilaksanakan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban.

3) Tabulating, yaitu proses penyusunan data ke dalam bentuk tabel. Jika sudah pada tahap ini maka dapat dilanjutkan serangkaian proses analisis yang diperlukan.


(19)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Pengumpulan Data

Langkah pertama yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data adalah melakukan pencarian informasi yang mendukung penelitian dari kepustakaan. Setelah itu, peneliti mulai menyusun proposal penelitian. Pada awal November 2015,peneliti mengajukan surat izin pra-penelitian ke Fakultas Teknik USU untuk mempermudah peneliti mendapat izin dan data yang diperlukan. Peneliti langsung menemui bagian pendidikan Teknik USU, Ahmad Fauzi Syahbana dan mendapat tanggapan yang sangat baik. Peneliti mendapatkan data yang diperlukan dan melengkapi proposal penelitian. Peneliti beberapa kali datang ke Fakultas Teknik agar mengenali subyek penelitian dan mendapatkan gambaran mengenai mahasiswa Teknik USU dan kebiasaan merokok mahasiswa.

Setelah melalui proses bimbingan dengan Ibu Dewi Kurnia Wati, M.si. dan proposal selesai, peneliti melaksanakan seminar proposal pada 7 Oktober 2014. Dalam waktu yang berkesinambungan, peneliti melaksanakan bimbingan dan revisi skripsi. Setelah semua data lengkap dan kuesioner telah disetujui oleh dosen pembimbing, maka peneliti memperbanyak kuesioner dan menyebarnya ke Fakultas Teknik USU untuk memperoleh data lapangan. Peneliti menggunakan model kuesioner tertutup, dimana responden tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan peneliti serta beberapa pertanyaan terbuka.

Pada hari pertama, peneliti bertemu mahasiswa Teknik USU yang sedang duduk di sekitar Fakultas Teknik. Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari Fakultas Teknik USU, peneliti memberikan kuesioner kepada mahasiswa yang sedang berada di sekitar Fakultas Teknik saat itu. Peneliti memberi kuesioner kepada mahasiswa yang sedang tidak menghadiri perkuliahan. Peneliti memperhatikan mahasiswa Teknik USU yang termasuk perokok aktif. Peneliti membantu responden mengerti pertanyaan yang kurang diketahui.Anggota yang bisa mengisi kuesioner berjumlah 98 orang. Peneliti dapat mengumpulkan data tentang mahasiswa Teknik USU yang perokok setelah 3 minggu, karena adanya hari libur tidak memungkinkan bagi peneliti untuk menyebar kuesioner kepada mahasiswa Teknik yang perokok. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan pengolahan data ke dalam tabel tunggal dan menarik kesimpulan dan saran yang bermanfaat bagi berbagai pihak.


(20)

4.2 Proses Pengolahan Data

Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Penomoran kuesioner

Peneliti mengisi nomor urut responden pada kuesioner mulai dari Departemen Teknik Sipil hingga Departemen Teknik Lingkungan, mulai dari nomor (1-98), hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti mengolah data.

2. Editing

Editing yaitu proses penyuntingan jawaban responden untuk

memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari hal-hal yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuesioner.

3. Coding

Peneliti memindahkan jawaban responden yang dituliskan di dalam kuesioner ke dalam bentuk skor atau angka-angka.

2. Inventarisasi

Peneliti memasukkan data mentah ke dalam tabel Fortran Cobol (FC). 3. Tabulasi data

Peneliti memasukkan data ke dalam tabel tunggal. Rincian data dalam tabel terdiri dari frekuensi dan persentase. Langkah selanjutnya, peneliti menganalisa data dalam tabel.

4.3 Analisis Tabel Tunggal

Analisis tabel tunggal adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Peneliti melakukan penyajian data dengan hasil jawaban yang diperoleh dari responden yang berjumlah 98 orang.

4.3.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden diperlukan untuk mengetahui identitas subyek penelitian lebih lengkap. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri dari usia, jenis kelamin, fakultas, departemen, stambuk/angkatan, jabatan, dan agama.


(21)

Tabel 4.1 Usia

Usia F %

21-25 79 80,61

16-20 15 15,31

>25 4 4,08

Total 98 100

Sumber: P.1/FC.3

Tabel di atas menunjukkan usia mahasiswa perokok di Fakultas Teknik USU dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat 79 orang (80,61%) berusia 21-25 tahun, 15 orang (15,31%) berusia 16-20 tahun, 4 orang (4,08%) berusia di atas 25 tahun.

Berdasarkan dari uraian di atas, ada kecenderungan semakin tua katagori umur di Fakultas Teknik, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa jumlah mahasiswa perokok akan lebih banyak. Pada mahasiswa dengan rentang umur 16-20, akan kecenderungan ingin mencoba merokok. Sedangkan pada usia di atas 25 tahun, para mahasiswa yang ditemukan peneliti sedang dalam proses mengerjakan tugas akhir, dan banyak dari mereka yang sudah lulus dari perkuliahan. Kebiasaan merokok yang dibawa oleh mahasiswa perokok terus dibawa hingga mereka selesai dalam proses perkuliahan. Peneliti hanya menemukan segelintir mahasiswa yang menjadi mantan perokok.

Tabel 4.2 Departemen

Departemen F %

Sipil 43 43,88

Industri 18 18,37


(22)

Elektro 15 15,30

Arsitektur 3 3,06

Kimia 2 2,04

Lingkungan 1 1,02

Total 98 100

Sumber: P.3/FC.5

Tabel di atas menunjukkan Departemen dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 43 orang (43, 88%) berasal dari Teknik Sipil, 18 orang (18,37%) berasal dari Teknik Industri, 16 orang (16,33%) berasal dari Teknik Mesin, 15 orang (15,30%) berasal dari Teknik Elektro, 3 orang (3,06%) berasal dari Arsitektur, 2 orang (2,04%) berasal dari Teknik Kimia, 1 orang (1,02%) berasal dari Teknik Lingkungan.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa responden yang terbanyak berasal dari Departemen Teknik Sipil. Hal ini disebabkan karena mayoritas mahasiswa Departemen Teknik Sipil adalah laki-laki. Sangat mudah menemukan mahasiswa Departemen Teknik Sipil merokok di sekitar lingkungan kampus.


(23)

Tabel 4.4 Stambuk/Angkatan Stambuk/Angkatan F %

2010 29 29,59

2011 26 26,53

2012 15 15,31

2009 14 14,29

2013 7 7,14

2014 2 2,04

Total 98 100

Sumber: P.4/FC.6

Tabel di atas menunjukkan stambuk/angkatan dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat 29 orang (29,59%) stambuk 2010, 26 orang (26,53%) stambuk 2011, 15 orang (15,31%) stambuk 2012, 14 orang (14,29%) stambuk 2009, 7 orang (7,14%) stambuk 2013, 2 orang (2,04%) stambuk 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden dari stambuk 1010 berjumlah 29 orang (29,59%).

Berdasarkan uraian di atas, diketahui mayoritas mahasiswa responden berusia 21-25 tahun karena pada umumnya hanya mahasiswa senior, yang kebanyakan adalah mahasiswa angkatan 2010-2011 yang berani merokok di kampus Teknik USU. Ini karena aktivitas merokok di kampus dianggap sebagai cara untuk menunjukkan kesenioran di kampus, terutama karena kebanyakan mahasiswa Teknik adalah laki-laki. Sedangkan, para mahasiswa dengan usia 16-20 tahun umumnya masih merasa takut untuk merokok di kampus, terutama jika senior mereka masih berada di sekitar mereka. Bagi mahasiswa berusia 25 tahun ke atas, tentu tidak ada halangan bagi mereka untuk merokok, namun senioritas sudah tidak begitu penting bagi mereka, karena pada usia ini mereka sedang sibuk mempersiapkan tugas akhir.


(24)

4.3.2 Variabel Bebas (Variabel X)

Tabel 4.5

Alasan Mulai Merokok

Tanggapan F %

Ingin mencoba (iseng)

64 65, 31

Ajakan teman 20 20,41

Melihat orang lain merokok

12 12, 24

Iklan rokok 2 2, 04

Total 98 100

Sumber: P.5/FC.7

Tabel di atas menunjukkan alasan mulai merokok dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat 64 orang (65,31%) yang ingin mencoba merokok (iseng), 20 orang (20,41%), 12 orang (12,24%) mulai merokok karena terpengaruh ajakan teman. 12 orang (12,24%) mulai merokok karena terpengaruh melihat orang lain merokok, sedangkan hanya 2 orang (2,04%) yang mulai merokok karena terpengaruh dengan iklan rokok.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa alasan terbanyak mahasiswa Teknik merokok lebih disebabkan karena pengaruh pergaulan sosial. Mahasiswa Teknik terkenal dengan keakraban mereka satu sama lain, sehingga penggunaan media sosial tidak terlalu populer. Mereka lebih sering terlihat mengobrol, berkumpul dalam kelompok yang besar sambil merokok. Pengaruh teman lebih besar dari pengaruh media massa, sehingga segala sesuatu lebih sering untuk dibahas bersama, dibandingkan dengan mencari informasi pada search engine yang populer, seperti google, ataupun yahoo. Tidak heran, jika mereka akan langsung mengenali siapa saja yang memasuki kampus mereka, apakah itu mahasiswa Teknik atau bukan.


(25)

Tabel 4.6

Jumlah konsumsi rokok harian

Tanggapan F %

1 bungkus 32 32,65

1-5 batang 26 26,53

½ bungkus 24 24, 49

> 1 bungkus 16 16,33

Total 98 100

Sumber: P.6/FC.8

Tabel di atas menunjukkan jumlah rokok yang dihisap responden yang terlibat dalam penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat 32 orang (32,65%) menyatakan mereka merasa mengkonsumsi rokok 1 bungkus setiap harinya, 26 orang (26,53%) menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi 1-5 batang setiap harinya, 24 orang (24, 49%) menyatakan mereka mengkonsumsi rokok ½ bungkus setiap harinya, dan 16 orang (16,33%) menyatakan mereka mengkonsumsi rokok lebih dari 1 bungkus setiap harinya.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden merokok sebanyak 1 bungkus per harinya. Jumlah ini cukup signifikan bagi seorang mahasiswa, mengingat ekonomi mahasiswa secara garis besar belum stabil, dibandingkan seorang pekerja. Dengan banyaknya rokok yang dihisap membuktikan bahwa mahasiswa menjadi salah satu golongan muda terbanyak yang merokok. Sangat mudah untuk menemukan mahasiswa yang sedang merokok di Fakultas Teknik USU, mengingat mahasiswa diberi kebebasan untuk dapat merokok, selama tidak sedang berada dalam ruangan perkuliahan. Terlebih, banyak dosen yang merokok juga dapat mengesankan bahwa merokok itu tidak terlalu berbahaya.


(26)

Tabel 4.7

Frekuensi melihat iklan rokok di televisi

Tanggapan F %

Sering 73 74, 49

Jarang 22 22,45

Tidak pernah 3 3,06

Total 98 100

Sumber: P.7/FC.9

Tabel diatas menunjukkan frekuensi bahwa dari 98 responden, ada 73 orang atau 74,49% menyatakan mereka sering melihat iklan rokok di televisi, 22 orang atau 22,45% menyatakan mereka jarang melihat iklan rokok di televisi, 3 orang menyatakan mereka tidak pernah melihat iklan rokok di televisi.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa iklan rokok sering disiarkan di televisi, sehingga mayoritas responden sering melihat iklan rokok di televisi. Umumnya karena aktivitas menonton televisi banyak dilakukan secara bersama-sama dengan teman-teman, ataupun keluarga, sehingga tidak heran jika dengan 1 televisi, yang menonton jumlahnya bisa mencapai 10 orang atau lebih. Namun, umumnya aktivitas menonton televisi hanya sebagai selingan, artinya tidak dilakukan sambil melakukan aktivitas lain, seperti mengobrol, menyetrika, makan, ataupun hanya membiarkan televisi menyala tanpa menonton televisi. Peneliti menemukan banyak rumah yang menyatukan ruang tamu dan ruang keluarga, sehingga ketika ada tamu yang datang ke rumah orang tersebut, maka televisi dapat menyala tanpa ada seorangpun yang menonton siaran tersebut.


(27)

Tabel 4.8

Frekuensi mendengar iklan rokok di radio

Tanggapan F %

Tidak pernah 53 54,08

Jarang 41 41,84

Sering 4 4,08

Total 98 100

Sumber: P.8/FC. 10

Tabel di atas menunjukkan frekuensi menunjukkan frekuensi mendengar iklan rokok di radio dari responden yang terlibat dalam bahwa penelitian ini.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat, 53 (54,08%) menyatakan tidak pernah mendengar iklan rokok di radio, 41 orang (41,84%) menyatakan jarang mendengar iklan rokok di radio, dan, 4 orang (4,08%) menyatakan bahwa mereka sering mendengar iklan rokok di radio.

Berdasarkan uraian di atas, di ketahui bahwa mayoritas responden tidak pernah mendengar iklan rokok di radio, hanya 4 orang yang sering mendengarkan iklan rokok di radio. Radio, dewasa ini jarang didengarkan. Umumnya, mahasiswa mendengarkan radio hanya untuk mendengarkan lagu-lagu kesenangan mereka. Sehingga, jika ada selingan berupa iklan, ada yang langsung berpindah stasiun radio, meskipun untuk beberapa orang yang menjadikan aktivitas mendengarkan radio hanya sebagai selingan, seperti misalnya menyetir ataupun mengerjakan tugas kuliah, mendengarkan iklan di radio sangat mungkin terjadi.


(28)

Tabel 4.9

Frekuensi melihat iklan rokok di majalah

Sumber: P.9/FC.11

Tabel di atas menunjukkan frekuensi melihat iklan rokok di majalah.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden (100%), terdapat 61 orang (62,24%) menyatakan jarang melihat iklan rokok di majalah, 24 orang (24,49%) menyatakan tidak pernah melihat iklan rokok di majalah, dan 13 orang (13,27%) menyatakan sering melihat iklan rokok di majalah.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden jarang melihat iklan rokok di majalah, sedangkan yang sering melihat iklan rokok hanya 13 orang dari total 98 populasi responden. Penelitian menemukan bahwa majalah tidak begitu populer, sebab umumnya aktivitas membaca majalah lebih banyak dilakukan oleh perempuan (mahasiswi). Kalaupun ada yang membaca majalah, umumnya majalah itu dibaca oleh satu grup pertemanan itu, sehinggga dengan 1 majalah, yang membaca, bisa mencapai 5-10 orang. Meskipun majalah bekas ada dijual di dekat kampus USU, minat membaca majalah tidak dimiliki mayoritas mahasiswa.

Tabel 4.10

Frekuensi melihat iklan rokok di koran (surat kabar)

Tanggapan F %

Jarang 49 50

Tidak pernah 35 35,71

Sering 14 14,29

Total 98 100

Sumber: P.10/FC.12

Tanggapan F %

Jarang 61 62,24

Tidak pernah 24 24,49

Sering 13 13,27


(29)

Tabel di atas menunjukkan frekuensi melihat iklan rokok di koran (surat kabar).

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden (100%), terdapat 49 orang (50%) menyatakan jarang melihat iklan rokok di surat kabar, 35 orang (35,71%) menyatakan tidak pernah melihat iklan rokok di surat kabar, sedangkan 14 orang (14,29%) menyatakan sering melihat iklan rokok di surat kabar.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden perokok di Fakultas Teknik USU jarang melihat iklan rokok di koran atau surat kabar. Hal ini disebabkan minat membaca mahasiswa pada umumnya sangat minim. Mahasiswa hanya membaca pada saat ada tugas, ataupun ada ujian. Peneliti melihat bahwa koran (surat kabar) yang dijual di sekitar kampus USU umumnya sepi pembeli. Kalaupun ada yang membaca koran (surat kabar), umumnya koran (surat kabar) tersebut dibaca secara bergantian. Sehingga iklan yang terdapat di koran, termasuk iklan rokok kemungkinan besar akan dilewatkan begitu saja.

Tabel 4.11

Iklan yang paling menarik di media massa

Tanggapan F %

Televisi 90 91,84

Cyber (internet) 6 6,12

Koran 1 1,02

Tidak tahu 1 1,02

Radio 0 0

Majalah 0 0

Total 98 100


(30)

Tabel di atas menunjukkan iklan yang menarik di media massa menurut persepsi responden.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden (100%) , terdapat 90 orang atau 91,84% menyatakan bahwa iklan di televisi adalah iklan yang paling menarik, 6 orang atau 6,12% menyatakan iklan di cyber atau internet adalah iklan yang paling menarik, 1 orang atau 1,02% menyatakan iklan di surat kabar adalah iklan yang paling menarik, 1 orang menyatakan tidak mengetahui iklan yang paling menarik di media, sedangkan untuk iklan di radio dan majalah, termasuk iklan yang paling tidak menarik menurut persepsi responden.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa iklan di media televisi adalah yang paling menarik di media massa. Dengan minat menonton televisi yang cukup besar di masyarakat Indonesia, tidak mengherankan jika iklan rokok di televisi menjadi yang paling banyak diperhatikan. Ditambah lagi dengan adanya jalan cerita, gaya busana. Model iklan, dan adegan yang menarik. Kebanyakan iklan rokok memilihkan model yang tampan dan cantik, dan tidak secara eksplisit memperlihatkan bentuk rokok, bahkan terkadang iklan rokok tampil mendidik, sehingga orang tidak keberatan untuk menonton iklan rokok.

Tabel 4.12

Bagian yang paling menarik di iklan rokok

Tanggapan F %

Cerita (isi pesan) 43 43,88

Model iklan 23 23,47

Musik 20 20,41

Lainnya 5 5,10

Fashion (busana) 4 4,08

Durasi iklan 2 2,04

Tidak tahu 1 1,02

Total 98 100


(31)

Tabel di atas menunjukkan bagian yang paling menarik di iklan rokok menurut responden.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang (100%), terdapat 43 orang (43,88%) menyatakan cerita atau isi pesan adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, 23 orang (23,47%) menyatakan bahwa model iklan adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, 20 orang (20,41%) menyatakan musik adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, 5 orang (5,10) menyatakan lainnya, 4 orang (4,08%) menyatakan fashion atau busana adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, dan 1 orang (1,02%) menyatakan tidak tahu.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa menurut mayoritas mahasiswa Fakultas Teknik USU, cerita di iklan rokok adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok. Hal ini karena cerita di iklan rokok umumnya menampilkan tempat-tempat di Indonesia yang menarik, juga tidak jarang terdapat pesan moral yang dibawa oleh cerita iklan rokok, meskipun pada akhir iklan terdapat pesan iklan “Merokok Membunuhmu”. Bahkan, pada masa puasa umat muslim, dan Idul Fitri terdapat iklan rokok yang bercerita tentang pentingnya maaf-memaafkan di hari yang fitri.

4.3.3 Variabel Terikat (y)

Tabel 4.13

Relevankah pesan iklan “Merokok Membunuhmu”

Tanggapan F %

Tidak 55 56,12

Ya 43 43,88

Total 98 100

Sumber: P.13/FC.15

Tabel di atas menunjukkan relevansi pesan “Merokok Membunuhmu” terhadap iklan rokok secara keseluruhan menurut persepsi responden.


(32)

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden (100%), ada 55 orang (56,12) menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” tidak relevan, sedangkan 43 orang (43,88%) menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu relevan terhadap iklan rokok secara keseluruhan.

Berdasarkan uraian di atas diketahui, bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pesan iklan “Merokok Membunuhmu” tidak relevan dengan konten iklan rokok secara keseluruhan. Hal ini karena, iklan rokok umumnya selalu menampilkan hal-hal yang menarik pada awalnya, dengan ukuran gambar yang lebih besar, maupun durasi siaran yang cukup panjang. Dengan hal-hal yang baik pada awalnya, namun diakhiri dengan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” sebenarnya cukup membingungkan audien. Dalam hal ini, iklan rokok berusaha untuk mempromosikan rokok dengan gagasan bahwa merokok itu tidak bertentangan dengan moral bangsa, dan nikmat. Namun, agar tetap mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah, pengiklan tetap menyertakan pesan iklan “Merokok Membunuhmu”.

Tabel 4.14

Untuk siapakah pesan iklan “Merokok Membunuhmu”?

Tanggapan F %

Perokok 79 80,61

Bukan perokok 18 18,37

Keduanya 1 1,02

Total 98 100

Sumber: P.14/FC.16

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden tentang sasaran individu pesan iklan “Merokok Membunuhmu”.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 79 orang (80,61%) menyatakan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada perokok, 18 orang (18,37%) menyatakan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada yang bukan perokok, dan 1 orang (1,02%) menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada perokok dan bukan perokok.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden sadar bahwa pesan tersebut ditujukan kepada mereka, namun masih dengan


(33)

kebiasaannya merokok setiap hati. Sedangkan, 18 orang responden mempersepsikan bahwa pesan itu hanya ditujukan untuk yang tidak perokok, untuk mengingatkan mereka tentang bahaya menjadi perokok pasif. 1 orang responden menyatakan bahwa pesan iklan tersebut ditujukan untuk perokok, dan bukan perokok karena baik perokok, maupun bukan perokok merasakan efek negatif dari asap rokok tersebut. Sehingga, bukan hanya kesehatan perokok yang dirugikan, tetapi juga bukan perokok (perokok pasif).

Tabel 4.15

Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” mudah dipahami?

Tanggapan F %

Ya 64 65,31

Tidak 34 34,69

Total 98 100

Sumber: P.15/FC.17

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” mudah untuk dipahami.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 64 orang (65,31%) menyatakan isi pesan “Merokok Membunuhmu” mudah dipahami, dan 34 orang (34,69%) menyatakan isi pesan ”Merokok Membunuhmu” sulit untuk dipahami.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden memahami isi pesan “Merokok Membunuhmu”. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya para responden memahami bahaya terhadap kesehatan yang diakibatkan dari aktivitas merokok. Hanya saja kesadaran mahasiswa untuk berhenti merokok agak sulit dilakukan, mengingat kecanduan yang ditimbulkan oleh nikotin itu sendiri.


(34)

Tabel 4.16

Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok?

Tanggapan F %

Ya 53 54,08

Tidak 45 45,92

Total 98 100

Sumber: P.16/FC.18

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap isi pesan ”Merokok Membunuhmu” apakah memberi kesan negatif atau tidak.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, ada 53 orang (54,08%) menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok, dan 45 orang (45,92) menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” tidak memberi kesan negatif pada rokok.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa menurut mayoritas responden, pesan iklan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok. Ini membuktikkan bahwa pesan iklan rokok “Merokok Membunuhmu” sebenarnya sudah cukup efektif untuk menyadarkan mahasiswa untuk segera berhenti merokok, karena kebisaan merokok itu membunuh perokok itu sendiri, baik dengan asap rokok, maupun secara ekonomi, perokok harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk dapat meneruskan kebiasaannya merokok.

Tabel 4.17

Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” mengurangi kebiasaan Anda untuk merokok?

Tanggapan F %

Tidak 74 75,51

Ya 24 24,49

Total 98 100


(35)

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap pesan “Merokok Membunuhmu” apakah mengurangi kebiasaan mereka merokok atau tidak.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 24 orang (24,49%) menyatakan bahwa pesan “Merokok Membunuhmu” mengurangi kebiasaan mereka merokok, dan 74 orang (75,51%) menyatakan bahwa pesan “Merokok Membunuhmu” tidak mengurangi kebiasaan merokok.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa pesan “Merokok Membunuhmu” tidak mengurangi kebiasaan mayoritas responden. Hal ini bukan karena ketidaksadaran responden terhadap bahaya rokok terhadap kesehatan yang mengintai mereka. Namun, karena ketidakinginan responden untuk berhenti merokok.

Tabel 4.18

Apakah iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi Anda untuk merokok?

Tanggapan F %

Tidak 64 65,31

Ya 34 34,69

Total 98 100

Sumber: P.18/FC.20

Tabel di atas menunjukkan apakah iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi responden untuk merokok.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 64 orang (65,31%) menyatakan iklan rokok yang menarik tidak akan mempenaruhi mereka untuk merokok dan 34 orang (34,69%) menyatakan iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi mereka untuk merokok.

Hal itu menunjukkan bahwa menurut mayoritas responden, iklan rokok yang menarik tidak akan mempengaruhi kebiasaan mereka untuk merokok. Hal ini karena, iklan rokok tidak berdampak signifikan terhadap responden. Mereka lebih dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau pergaulan mereka daripada media massa, maupun media sosial. Sehingga, semakin banyak anggota kelompok mereka yang mereka, semakin besar kemungkinan kebiasaan tersebut akan diikuti


(36)

oleh anggota kelompok lainnya dalam kelompok yang sama. Namun, hal ini hanya berlaku bagi mahasiswa saja. Mahasiswi umumnya memilih untuk tidak ikut merokok.

Tabel 4.19

Apakah jika iklan rokok ditiadakan akan mengurangi kebiasaan Anda untuk merokok?

Tanggapan F %

Tidak 72 73,47

Ya 26 26,53

Total 98 100

Sumber: P.19/FC.21

Tabel di atas menunjukkan apakah jika terdapat penghapusan iklan rokok akan berdampak terhadap pengurangan kuantitas kebiasaan merokok responden.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden (100%), terdapat 72 orang (73,47%) menyatakan jika iklan rokok ditiadakan tidak akan mengurangi kebiasaan mereka untuk merokok, sedangkan 26 orang (26,53%) menyatakan jika iklan rokok ditiadakan akan mengurangi kebiasaan mereka untuk merokok.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden tidak akan mengurangi kebiasaan mereka merokok bahkan jika iklan rokok dihapus dari peredaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, kebiasaan merokok tidak dapat dihentikan hanya dengan adanya pesan iklan yang mengancam perokok agar berhenti merokok. Terutama bagi perokok berat (1 bungkus- lebih dari sebungkus sehari), kebiasaan merokok ini seperti makanan pokok bagi mereka.


(37)

Tabel 4.20

Merasa terganggu dengan pesan iklan “Merokok Membunuhmu”

Tanggapan F %

Tidak 71 72,45

Ya 27 27,55

Total 98 100

Sumber: P.20/FC.22

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap pesan iklan “Merokok Membunuhmu”, apakah mengganggu mereka atau tidak.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 71 orang atau 72,45% menyatakan tidak merasa terganggu dengan pesan “Merokok Membunuhmu”, sedangkan 27 orang atau 27,55% menyatakan bahwa mereka merasa terganggu dengan pesan “Merokok Membunuhmu”.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden tidak merasa terganggu dengan pesan “Merokok Membunuhmu”. Ini berarti harus ada upaya lain yang dilakukan agar kebiasaan merokok para mahasiswa perokok dapat berhenti, atau setidaknya berkurang. Sebab dengan pemahaman yang benar tentang bahaya terhadap kesehatan akibat merokok saja pun tidak cukup. Harus ada tindakan lebih lanjut dari pemerintah agar perokok generasi muda tidak bertambah.

Tabel 4.21

Pentingkah keberadaan pesan “Merokok Membunuhmu”?

Tanggapan F %

Tidak 50 51,02

Ya 48 48,98

Total 98 100


(38)

Tabel di atas menunjukkan persepsi responden tentang pentingnya keberadaan pesan “Merokok Membunuhmu” pada iklan rokok.

Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 50 orang (51,02%) menyatakan isi pesan “Merokok Membunuhmu” tidak penting sedangkan 48 orang (48,98%) menyatakan keberadaan pesan “Merokok Membunuhmu” penting.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa isi pesan “Merokok Membunuhmu” itu penting. Dengan adanya isi pesan “Merokok Membunuhmu” itu membantu mereka agar tidak merokok dengan jumlah yang terlalu banyak, juga agar mahasiswa lain yang mulai merokok segera menghentikan kebiasaan mereka. Mereka sadar bahwa dengan merokok, mereka dirugikan baik secara finansial, maupun kesehatan mereka. Namun, tanpa adanya pesan iklan tersebut, mereka bisa terlalu banyak merokok.

4.3 Pembahasan

Menurut Suharman (2005: 23), persepsi merupakan suatu proses menginterpretasikan atau menafsir informasi yang diperoleh melalui sistem indera manusia. Ada tiga aspek di dalam persepsi yang dianggap relevan dengan kognisi manusia, yaitu pencatatan indera, pengenalan pola, dan perhatian. Dengan dipenuhinya ketiga aspek ini, individu mempersepsikan gejala yang ada di sekitarnya yang menurut individu terkait dengan dirinya.

Persepsi merupakan reaksi pertama ketika orang yang mempunyai perasaan ragu-ragu dengan sesuatu yag lain dari kebiasaan, ketidakcocokan dan adanya perubahan penilaian. Unsur-unsur ini mendorong orang untuk saling mempertahankannya (Sunarjo, 1984:31). Dengan demikian gejala sosial yang menjadi perhatian individu kemudian dikenali dengan panca indera, dan setiap perubahan yang ditangkap oleh panca indera mulai dipertimbangkan apakah sesuai dengan nilai-nilai yang dimiliki individu atau tidak. Persepsi bersifat subjektif, dan hanya akan terjadi jika objek tersebut menarik perhatian indidu. Sebuah objek yang sama akan dipersepsikan secara berbeda oleh orang-orang yang berbeda. Hal ini terjadi karena manusia bereaksi berdasarkan pola pikirnya, tidak hanya berdasarkan instingnya. Ini membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya yang hanya bereaksi berdasarkan insting ilmiah yang dimiliki.


(39)

Persepsi mempengaruhi sikap individu terhadap lingkungan yang ada di sekitarnya. Individu menyenangi objek, ataupun tidak menyenangi objek tersebut karena adanya persepsi yang dimilikinya. Dengan demikian perlu adanya informasi yang sesuai dengan kebutuhan individu. Ada beberapa bentuk kekeliruan dan kegagalan dalam pembentukan persepsi (Mulyana, 2007: 230), antara lain:

1. Kesalahan atribusi, yakni dengan mengamati hal-hal yang secara fisik pada objek. Dengan sumber informasi seperti ini, kesalahan persepsi dapat terjadi.

2. Efek halo, yakni dengan suatu kesan menyeluruh terhadap objek. Efek halo berpengaruh sangat kuat, sehingga kesan awal individu dapat mempengaruhi sikap individu terhadap objek.

3. Stereotype, yakni adanya generalisasi berdasarkan sedikit informasi dan asumsi yang dibentuk berdasarkan opini kelompok yang melibatkan individu. Adanya kategori pada penilaian tersebut dianggap sesuai karena berdasarkan karakteristik individual mereka.

4. Prasangka, yakni dengan adanya penilaian berdasarkan keputusan dan pengalaman sebelumnya. Prasangka dapat bersifat rasial, kesukuan, gender, maupun agama. Wujud prasangka yang terlihat adalah diskriminasi, yaitu pembatasan atas peluang atau akses sekelompok orang yang dimaksud terhadap sumber daya yang dibutuhkan bersama baik oleh kelompok yang melakukan prasangka, maupun kelompok yang diprasangka.

5.Gegar budaya, yakni adanya kecemasan karena hilangnya tanda-tanda dan simbol-simbol budaya yang sudah dikenal. Gegar budaya timbul akibat ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan dan orang-orang yang baru.


(40)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan analisis data yang dilakukan secara deskriptif, setelah melalui proses analisis data tentang “Persepsi Mahasiswa Terhadap Pesan Iklan “Merokok Membunuhmu” maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mayoritas mahasiswa mulai merokok karena ingin mencoba untuk merokok. Menurut Tomkins (Al Bachri: 1891), faktor yang mempengaruhi keputusan seseorang untuk mulai merokok ada tiga, yaitu:

1. Pengaruh Keluarga (khususnya orang tua)

2. Pengaruh Teman

3. Faktor Kepribadian

4. Pengaruh Iklan

Dengan demikian, mayoritas mahasiswa mulai merokok karena faktor kepribadian. Mayoritas mahasiswa merokok dengan alasan ingin mencoba karena adanya keingintahuan, untuk melepaskan diri dari kebosanan, sehingga menjadi merokok menjadi kebiasaan hariannya. Faktor kepribadian bisa menjadi penentu seseorang apakah ia akan meneruskan kebiasaannya merokok ataupun menghentikan kebiasaanya (Sumiyati, 1907). Dalam hal ini, mahasiswa menganggap merokok adalah sebuah kewajaran, karena itu adalah sesuatu yang dipilihnya untuk dilakukan, tanpa adanya hal yang mencegahnya untuk meneruskan, maupun menghentikan kebiasaannya merokok.

Individu mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit fisik, maupun jiwa dan membebaskan diri dari kebosanan. Selain itu, faktor kepribadian dapat dijadikan prediktor perilaku merokok dan kemungkinan berhenti merokok. Faktor kepribadian mempengaruhi 22,98% perilaku merokok.

2. Mayoritas mahasiswa merokok 1 bungkus per hari. Jumlah ini cukup signifikan, mengingat kebiasaan merokok membutuhkan biaya yang cukup banyak, dan kebanyakan mahasiswa masih mengandalkan uang saku yang diberikan oleh orang tua. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kebiasaan merokok cukup lumrah di kalangan mahasiswa Teknik USU. Tidak


(41)

sulit menemukan mahasiswa yang merokok di Fakultas Teknik, terutama setelah kegiatan di laboratorium, dan perkuliahan selesai.

3. Media iklan televisi yang paling banyak menampilkan iklan rokok. Dengan bebasnya televisi menyiarkan iklan rokok berpotensi untuk menambah lebih banyak lagi perokok muda. Tentunya hal ini tidak baik untuk kesehatan, maupun ekonomi bangsa Indonesia. Adanya harapan semu yang ditampilkan iklan rokok bahwa rokok membawa kebanggan, kewibawaan, keberhasilan, maupun segala hal yang diinginkan dan dibutuhkan, sehingga satu-satunya jalan untuk mendapatkan keinginan tersebut adalah dengan merokok. Tidak pernah ditampilkan efek dari merokok itu sendiri.

4. Efek merokok timbul dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek, seperti batuk berdahak, lebih sulit bernafas, mulut berbau, aroma tubuh yang tidak menyenangkan, maupun sakit kepala biasanya tidak begitu dihiraukan oleh perokok. Kebanyakan perokok menganggap pesan “Merokok Membunuhmu” hanya untuk orang tua dan merokok dengan kuantitas yang berlebihan. Bahkan ada juga yang menganggap dengan diimbangi olahraga, kebiasaan merokok tidak akan mengganggu kesehatan.

5.2 Saran Responden

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyimpulkan bahwa responden tidak begitu memerhatikan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” yang dicantumkan di bungkus rokok. Sehingga lebih baik jika pesan iklan “Merokok Membunuhmu” menjabarkan penyakit yang ditimbulkan akibat kebiasaan merokok.

1. Sebaiknya pesan iklan “Merokok Membunuhmu” diganti dengan pesan yang lebih wajar, karena pesan tersebut cukup berlebihan, dan kurang efektif dalam mengurangi jumlah perokok.


(42)

2. Pesan “Merokok Membunuhmu” hanya efektif untuk perokok pemula, sehingga bagi perokok berat, perlu adanya tindakan dan kebijakan lebih lanjut dari pemerintah.

3. Pesan “Merokok Membunuhmu” selain membutuhkan gambar, juga perlu adanya penyuluhan untuk menyadarkan masyarakat akan dampak tembakau bagi kesehatan.

4. Sebaiknya produksi rokok dibatasi agar jumlah perokok tidak bertambah. Sebaiknya pada bungkus rokok dicantumkan kandungan apa saja yang terkandung pada rokok.

5.3 Saran dalam Kaitan Akademis

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui persepsi yang terdapat pada gejala sosial yang berkembang di masyarakat. Secara akademis, penelitian ini memberikan masukan atau pertimbangan terhadap penelitian yang selanjutnya, terutama penelitian dalam bidang Komunikasi. Iklan sebagai bagian dari peradaban masyarakat, perlu untuk diperhatikan apa saja konten yang disajikan, maupun cara menyajikannya. Adanya pertimbangan moral dalam penyajian iklan, sebaiknya tidak hanya dilakukan demi kepentingan kaum pemodal saja, namun juga akibat jangka panjang yang mungkin akan ditimbulkan dari iklan tersebut. Tidak jarang, iklan rokok juga menyertakan konten religi. Ini dapat menimbulkan asumsi bahwa merokok itu merupakan hal yang wajar, asalkan tidak mencuri, membunuh, maupun memakai narkoba.

Perlu adanya kebijakan kampus agar membatasi mahasiswa, dosen, maupun staf untuk tidak merokok di kampus. Sehingga ada kesan bahwa merokok menjadi kewajaran di aktivitas akademik.

5.4 Saran Dalam Kaitan Praktis

1. Sebaiknya perlu adanya penyuluhan tentang bahaya tembakau. Selama ini, pemerintah lebih menekankan pentingnya bagi kaum muda untuk menjauhi narkoba. Perlu diketahui, bahwa rokok merupakan narkoba skala kecil. Dengan kebiasaan merokok yang dimulai sejak usia dini, semakin besar kemungkinan perokok untuk mulai menggunakan narkoba. Selama


(43)

ini perokok memiliki banyak alasan untuk tidak berhenti merokok, karena kurangnya informasi tentang bahaya tembakau bagi perokok, dan orang-orang yang ada di sekitar perokok.

2. Kawasan terbuka merupakan hal yang sebaiknya disediakan oleh baik pemerintah, maupun pihak kampus untuk membantu mahasiswa agar setidaknya mengurangi efek negatif dari asap rokok itu sendiri. Ini merupakan sarana yang penting bagi perokok pasif, agar kesehatan mahasiswa yang non perokok tidak terganggu bahkan dengan adanya mahasiswa, maupun staff, dan para dosen yang merokok di kawasan kampus. Sebaiknya ada kesadaran dari perokok itu sendiri untuk tidak merokok di kawasan terbuka. Udara bersih merupakan hak semua orang. Dengan pertimbangan ini, maka usaha pemerintah untuk menjaga kesehatan warganya dapat tercapai.

3. Sebaiknya rokok tidak dijual dengan bebas di lingkungan kampus. Dengan mudahnya memperoleh rokok akan memudahkan mahasiswa perokok untuk dapat merokok di mana pun. Keuntungan yang didapatkan kantin kampus dengan adanya penjualan rokok, memang cukup menjanjikan. Namun, ada baiknya agar ada usaha dari kampus untuk membatasi ketersediaan rokok di lingkungan kampus.


(44)

BAB II

URAIAN TEORITIS

Komunikasi pada umumnya merupakan ilmu yang kompleks, karena ilmu komunikasi pada dasarnya mencakup lebih dari satu aktivitas. Setiap teori memberikan pengertian-pengertian yang sesuai dengan sudut pandang yang ingin ditelaah. Dengan demikian pemilihan teori yang sesuai akan mendukung proses penelitian dengan subjek, maupun objek yang diteliti.

2.1. Kerangka Teori

2.1.1 Persepsi dalam Komunikasi

Berbagai defenisi tentang persepsi antara lain dikemukakan oleh:

1. Devito (1997:75) dalam buku komunikasi antar manusia, bahwa persepsi adalah proses di mana kita menjadi sadar akan banyak stimulus yang akan mempengaruhi indera kita. Persepsi mempengaruhi rangsangan (Stimulus) atau pesan apa yang akan kita serap dan apa makna yang kita berikan kepada mereka ketika kita mencapai kesadaran.

2. Menurut Mau (1988:233), persepsi adalah proses selektif stimulus dari lingkungannya kemudian mengorganisasikan serta menafsirkannya.

3. Persepsi menurut Milton dalam (Mau Muliadi :2005) adalah proses menginterpretasikan rangsangan (input) dengan menggunakan alat untuk menerima informasi (censored information).

Persepsi terbentuk atas dasar data-data yang kita peroleh dari lingkungan yang diserap oleh indera kita, serta sebagian lainnya diperoleh dari pengolahan ingatan (memory) kita kemudian diolah kembali berdasarkan berdasarkan pengamatan kita. Pengolahan ingatan ini mengacu pada suatu elaborasi, transformasi, dan kombinasi sebagai input. Persepsi sangat penting dalam komunikasi. Dengan adanya persepsi, individu dapat menginterpretasikan kesan-kesan sensoris terhadap pesan komunikasi sesuai dengan konteks pemaknaan pesan.


(45)

Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi (Rakhmat, 2008:52) antara lain

1. Fakor Fungsional

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Sifat persepsi sendiri bersifat selektif, sebab individu hanya memilih objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi.

2. Faktor Struktural

Faktor struktural berasal semata-mata dari sifat stimuli fisik dan efek-efek syaraf yang ditimbulkannya pada sistem syaraf individu.

3. Faktor Situasional

Faktor ini banyak berkaitan dengan bahasa non verbal. Petunjuk proksemik, petunjuk kinesik, petunjuk wajah, petunjuk paralinguistik adalah beberapa faktor situasional yang mempengaruhi.

4. Faktor Personal

Faktor personal terdiri atas pengalaman, motivasi dan kepribadian. Pengalaman bertumbuh dari rangkaian peristiwa yang pernah dihadapi. Sementara motivasi adalah faktor yang mempengaruhi stimuli yang akan diproses. Sedangkan kepribadian adalah ragam pola tingkah laku dan pikiran yang memiliki pola tetap yang dapat dibedakan dari individu lain, yang menjadi karakteristik individu.

Dalam menyeleksi pesan, ada tiga tahap (Jalaludin Rakhmat :2007,51), yakni:

1. Penerimaan Informasi Selektif (Selective Exposure)

Proses di mana orang hanya akan menerima informasi yang sesuai dengan sikap (kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya)”.

2. Ingatan selektif yaitu orang tidak akan mudah lupa atau sangat mengingat pesan-pesan yang sesuai dengan sikap atau kepercayaan yang sudah


(46)

dimiliki sebelumnya. Persepsi selektif. Persepsi selektif adalah kecenderungan persepsi manusia yang dipengaruhi oleh keinginan-keinginan, kebutuhan-kebutuhan, sikap-sikap, dan faktor-faktor psikologi lainnya. Orang akan memberikan interpretasinya terhadap setiap pesan yang diterimanya sesuai dengan sikap dan kepercayaan yang sudah dimiliki sebelumnya.

Dalam proses persepsi, terdapat seleksi pesan. Ada tiga hal utama yang mencakup seleksi ( Werner Severin dan James Tankard, 2009: 92), yaitu:

1. Selective exposure adalah informasi yang dipilih untuk diperhatikan dan

informasi yang tidak kita ketahui sebagai informasi yang diabaikan. 2. Selective attention adalah ketika individu fokus terhadap satu stimulus.

3. Selective retention adalah ketika individu lebih memilih stimulus yang

satu dibandingkan stimulus lain

Persepsi adalah tahap awal dalam proses berpikir sebagai pengenalan individu terhadap lingkungan sekitar dan awal dari proses interaksi dengan individu-individu lain. Dengan persepsi individu menyadari dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada disekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004: 93). Persepsi umumnya bersifat subjektif, karena setiap individu memilih aspek-aspek berbeda yang dianggap lebih penting dibandingkan aspek-aspek lainnya. Dalam melakukan persepsi, seleksi menjadi proses yang penting, karena setiap individu harus memperhatikan berdasarkan apa yang penting , bernilai, yang tentu saja berbeda bagi setiap individu.

Menurut Desiderato, persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (Jalaludin Rakhmat, 2007: 51). Sedangkan menurut Walgito (2002: 271), persepsi merupakan proses psikologis dan hasil dari penginderaan serta proses terakhir dari kesadaran, sehingga membentuk proses berpikir. Ada lima faktor sifat yang mendasari pola persepsi individu (Jalaludin Rakhmat, 2007:51), antara lain

1. Sifat neurotisisme atau kecenderungan untuk merasakan emosi negatif dan perasaan tidak bahagia (menderita).


(47)

2. Sifat ekstraversi (extraversion), atau kecenderungan untuk senang bergaul, menyukai kelompok lain, percaya diri dan berpikir optimis.

3. Sifat terbuka (openness), atau kecenderungan untuk senang berpikir (reflective), memiliki daya imajinasi, memberikan perhatian pada perasaan (inner feelings) serta memiliki kecenderungan untuk berpikir bebas.

4. Sifat setuju (agreeableness), yaitu kecenderungan untuk menyukai atau bersimpati terhadap orang lain, suka membantu atau menolong orang lain serta cenderung menghindari pertentangan (antagonisme).

5. Sifat hati-hati atau kecenderungan untuk bersikap disiplin

(self-diciplined), tidak mudah menurut kata hati, teratur (well organized) serta

menyelesaikan tugas dengan tuntas.

Sobur (Sobur, 2003: 446) menjelaskan bahwa dalam persepsi terdapat tiga komponen utama, yaitu:

1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikir.

2. Interpretasi adalah proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian dan kecerdasan.Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimany, yaitu proses mereduksi informasi dan kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi adalah persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Menurut Sunarto (2004: 98) syarat-syarat terjadinya persepsi antara lain:

1. Adanya objek yang dipersepsi

2. Adanya perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam mengadakan persepsi.

3. Adanya alat indera/reseptor yaitu alat untuk menerima stimulus

4. Saraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak, yang kemudian sebagai alat untuk mengadakan respon.


(48)

2.1.2 Teori Kogntif

Manusia meniru perilaku yang dilihatnya, dan proses peniruan ini terjadi melalui dua cara, yaitu imitasi dan identifikasi. Imitasi adalah replikasi atau peniruan secara langsung dari perilaku yang diamati. Identifikasi merupakan perilaku meniru yang bersifat khusus, pengamat tidak meniru secara persis apa yang dilihatnya. Koginitif mempengaruhi pemakanaan terhadap isi pesan media massa berhubungan dengan pengetahun kita. Ada tiga penyebab timbal balik yang melatarbelakangi pemikiran dan tindakan manusia (Morissan: 2010).

a. Simbolisasi

Komunikasi antarmanusia didasarkan atas suatu sistem dari makna bersama yang dikenal sebagai bahasa yang tersusun dari berbagai macam simbol. Huruf (level pertama) adalah simbol yang digunakan untuk membangun kata (level kedua) dan beberapa kata berfungsi sebagai simbol untuk menunjukkan objek, pemikiran atau gagasan tertentu (level ketiga).

b. Pengaturan Diri

Kemampuan diri sendiri mencakup konsep-konsep, seperti motivasi dan evaluasi.

c. Koreksi Diri

Kemampuan untuk bercermin atau melakukan refleksi terhadap diri sendiri untuk memastikan pemikirannya benar. Ada empat cara berbeda dalam melakukan koreksi diri sendiri, yaitu

 Penyesuaian. Seseorang menilai kesesuaian antara pemikiran dan hasil tindakannya.

 Pengamatan. Pengalaman tidak langsung berdasarkan observasi terhadap pengalaman orang lain dan hasil yang diperoleh berfungsi menegaskan atau menolak kebenaran pikiran seseorang.

 Persuasif. Cara persuasif dapat dilihat dari tayangan iklan.

 Logika. Dengan menggunakan inferensi melalui penarikan kesimpulan atau keputusan logis berdasarkan bukti-bukti yang diketahui sebelumnya.


(49)

Kemampuan untuk belajar dari sumber lain tanpa pengamatan secara langsung. Kemampuan mengamati memungkinkan orang belajar hal positif dan bermanfaat dengan membaca media cetak atau menonton televisi yang menunjukkan berbagai perilaku yang bersifat mendukung masyarakat atau sebaliknya.

Teori kognitif sosial menyatakan bahwa imitasi dan indentifikasi merupakan hasil dari tiga proses, yaitu

1. Pengamatan

Orang mengamati tindakan orang lain dan akibat dari konsekuensi dari tindakan itu, ia kemudian mempelajari apa yang diamatinya tersebut. Tindakan yang mengulang kembali perilaku orang lain berdasarkan apa

yang telah diamati dinamakan dengan ‘modeling’ yang meliputi tiga tahapan proses

 Perhatian

 Ingatan

 Reproduksi tindakan

2. Motivasi. Terdapat tiga jenis situasi yang mendorong seseorang termotivasi untuk meniru perilaku orang lain, yaitu

- hasil positif melalui tindakan langsung

- pengamatan terhadap tindakan orang lain dan akibat yang ditimbulkannya

- evaluasi berdasarkan nilai personal atau standar perilaku.

2.1.3 Komunikasi

Menurut Wilbur Schramm, seorang ahli linguistik mengatakan bahwa

communication berasal dari kata “communis” yang artinya common atau sama. Menurut Schramm, komunikasi diadakan dengan maksud agar terjadi kesamaan dengan pihak lain mengenai objek tertentu. Sedangkan, menurut Harold D. Lasswell, seorang ahli sains dan politik dari Yale University mengatakan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan

“siapa berkata apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa” (Lasswell,

1972:118). Dengan beragamnya pengertian komunikasi, ini menunjukkan bahwa komunikasi sendiri merupakan disiplin ilmu dengan karakteristik yang kaya akan perspektif.


(50)

Bentuk atau tatanan komunikasi dapat ditinjau dari jumlah komunikannya (Purba, Amir, dkk, 2010:35), yaitu:

1. Komunikasi pribadi (personal communication). Komunikasi pribadi ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu komunikasi antarpribadi (interpersonal

communication) dan komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication).

2. Komunikasi kelompok (group communication). Komunikasi kelompok dapat dibagi ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Komunikasi kelompok kecil (small group communication)

a. ceramah (lecture) b. forum

c. simposium d. diskusi panel e. seminar

f. curahsaran (brain storming)

2. Komunikasi kelompok besar (large group communication)

3. Komunikasi organisasi (organization communication)

4. Komunikasi Massa (mass communication)

1. Komunikasi massa cetak (printed mass communication)

a. surat kabar b. majalah

c. buku dan lain-lain

2. Komunikasi massa elektronik (electronic mass communication)

a. radio b. televisi

c. film dan lain-lain

2.1.4 Proses Komunikasi

Tujuan periklanan umumnya mengandung misi komunikasi. Periklanan adalah suatu komunikasi massa dan harus dibayar untuk menarik kesadaran, menanamkan informasi, mengembangkan sikap, atau mengharapkan adanya suatu tindakan yang menguntungkan bagi pengiklan.


(51)

Sangat penting untuk memahami periklanan sebagai komunikasi massa yang merupakan bagian dari keseluruhan aktivitas di bidang pemasaran. Tujuan pemasaran bukanlah sesuatu yang bertentangan dengan tujuan periklanan. Tujuan periklanan merupakan suatu tugas komunikasi yang harus menunjang tujuan pemasaran, tetapi secara nyata kegiatannya berbeda sama sekali (Rhenald Kasali: 1992).

2.1.5 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa dapat diartikan sebagai proses menggunakan sebuah medium massa untuk mengirim pesan kepada audiens yang luas untuk tujuan memberi informasi, menghibur atau membujuk (John Vivian, 2008:450).

Komunikasi massa adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan pada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim dan heterogen (Mulyana, 2005:75).

Menurut Burhan Bungin, (2006: 71), komunikasi massa adalah proses komunikasi yang dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Sehingga, ada unsur-unsur penting dalam komunikasi massa, yakni:

a) Komunikator,

b) Media massa, yaitu media komunikasi dan informasi yang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses oleh masyarakat secara massal juga.

c) Informasi (pesan) massa, yakni informasi yang diperuntukkan kepada masyarakat secara massal kepada publik.

d) Gate keeper adalah penyeleksi informasi pada organisasi media

massa yang berwenang untuk memperluas dan membatasi informasi yang akan disebarkan, seperti wartawan, editor, dll. e) Khalayak (publik) adalah massa yang menerima informasi massa

yang disebarkan oleh media massa, terdiri dari publik pendengar, pemirsa atau pembaca media massa.


(52)

f) Umpan balik, umumnya dalam komunikasi massa bersifat tertunda. Namun, dengan perkembangan teknologi, komunikasi interaktif antara komunikator massa dan publik sudah dapat dilakukan.

Dalam komunikasi massa, komunikator (Burhan Bungin, 2006:71) adalah:

1. Pihak yang mengandalkan media massa dengan teknologi telematika modern sehingga dalam menyebarkan suatu informasi, maka informasi ini dengan cepat ditangkap oleh publik.

2. Komunikator dalam penyebaran informasi mencoba berbagai informasi, pemahaman, wawasan, dan solusi-solusi dengan jutaan massa yang tersebar tanpa diketahui dengan jelas keberadaan mereka.

3. Komunikator juga berperan sebagai sumber pemberitaan yang mewakili institusi formal yang sifatnya mencari keuntungan dari penyebaran informasi itu.

Ciri-ciri komunikasi massa jika dibandingkan dengan komunikasi interpersonal menurut Noelle Neumann, (1973) yaitu:

1. Bersifat tidak langsung, artinya harus melewati media teknis;

2. Bersifat satu arah, artinya tidak ada interaksi antara para peserta komunikasi;

3. Bersifat terbuka, artinya ditujukan kepada publik yang tidak terbatas dan anonim.

4. Mempunyai publik yang secara geografis tersebar.

Dalam hal ini ini, iklan sebagai bagian dari komunikasi pemasaran menggunakan media massa untuk dapat menyebarluaskan informasi yang diperlukan khalayak terhadap produk yang diiklankan.

Konsumen sebagai khalayak yang aktif akan mencari informasi tentang produk yang diiklankan. Dengan adanya perkembangan teknologi komunikasi massa, misalnya internet konsumen tidak saja dapat mengetahui informasi tentang produk lebih mudah, namun juga dapat secara aktif juga menyebarkan


(1)

ABSTRACT

The research, entitled Student’s Perception toward Advertising Message “Smoking kills you”, a descriptive study about Student’s perception toward advertising message “Smoking kills you”.

The used method is quantitative descriptive that describes without comparing, or relating the variables. The used theories for the research is AIDDA theory, and Cognitive theory. The population is the smoker students who are currently studying in The Faculty of Engineering in University of North Sumatera, 4062 students. The samples is selected using purposive sampling techinique, with The Formula of Taro Yamane. The datas was collected, by using field study, with survey and questionnaire, and literature study. The used analysis technique yang digunakan is quantitative descriptive. The datas was collected, and classified into two groups, which are quantitive data, which consists numbers, and words or

symbol, to be analyzed. Based on the result, the advertiting message “Smoking

kills you” is considered not relevant for students. Otherwise, the message “Smoking kills you” should not be removed. Thus, there must be a synergy between the efective advertising term and the real action of government in order to reduce the number of smokers. Furthermore, there should be a limited access for cigarette, that causes the advertising message “Smoking kills you”, becomes efective.

Keyword:


(2)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 6

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1.Kerangka Teori... 8

2.1.1. Persepsi dalam Komunikasi ... 11

2.1.2. Komunikasi ... 11

2.1.3. Proses Komunikasi ... 12

2.1.4. Komunikasi Massa ... 14

2.1.4.1.Pengertian Komunikasi Massa ... 15

2.1.4.2.Ciri-ciri Komunikasi Massa ... 16

2.1.5. Komunikasi Pemasaran ... 17

2.1.5.1.Pengertian Komunikasi Pemasaran ... 17

2.1.5.2.Ciri-ciri Komunikasi Pemasaran ... 24

2.1.6. Iklan... 26

2.1.6.1.Pengertian Iklan ... 26

2.1.6.2.Media Iklan ... 27

2.1.6.3.Komunikasi Pemasaran Terpadu... 28

2.1.6.4.Periklanan ... 31


(3)

2.1.6.6.Pengertian Rokok dan Perilaku Merokok ... 45

2.2.Kerangka Konsep ... 48

2.3.Operasional Variabel ... 49

2.4.Defenisi Operasional Variabel ... 49

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Deskripsi Lokasi Penelitian... 52

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 52

3.1.2. Sejarah Fakultas Teknik USU ... 52

3.1.3. Pimpinan Fakultas Teknik USU ... 55

3.1.4. Departemen atau Program Studi Fakultas Teknik USU ... 57

3.1.5. Sarana Fakultas Teknik USU ... 56

3.1.5.1.Sarana Fisik ... 59

3.1.5.2.Sarana Sistem Informasi ... 59

3.2.Metode Penelitian... 60

3.3.Populasi dan Sampel ... 61

3.4.Teknik Pengumpulan Data ... 62

3.5.Teknik Analisis Data ... 63

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 64

4.1.1. Proses Pengumpulan Data ... 64

4.1.2. Proses Pengolahan Data ... 64

4.2. Analisis Tabel Tunggal ... 65

4.2.1. Karakteristik Responden ... 66

4.2.2. Komponen Kepemimpinan ... 66

4.2.3. Iklim komunikasi ... 69

4.3. Pembahasan ... 76

BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 78

5.2.Saran ... 79

5.2.1. Saran Responden Penelitian ... 79

5.2.2. Saran dalam Kaitan Akademis ... 80

5.2.3. Saran dalam Kaitan Praktis ... 81

DAFTAR REFERENSI ... 82


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1 Operasional Variabel... 49

2 Daftar Responden Penelitian... 63

3.1 Usia... 67

3.3 Fakultas... 68

3.4 Departemen 4.5 Stambuk/Angkatan... 69

4.5 Alasan merokok... 70

4.6 Jumlah konsumsi rokok per hari... 70

4.7 Frekuensi melihat iklan rokok di televisi... 71

4.8 Frekuensi mendengar iklan rokok di radio... 72

4.9 Frekuensi melihat iklan rokok di majalah... 73

4.10 Frekuensi melihat iklan rokok di koran (surat kabar)... 73

4.11 Iklan media massa yang paling menarik... 74

4.12 Bagian yang paling menarik di iklan rokok... 75

4.13 Relevansi pesan iklan “Merokok Membunuhmu”... 76

4.14 Kemudahan pesan iklan “Merokok Membunuhmu” untuk dapat dipahami... 76

4.15 Pesan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok... 77

4.16 Pesan iklan“Merokok Membunuhmu” dan kebiasaan merokok setelah melihat pesan iklan... 78

4.17 Pesan iklan yang menarik dan kebiasaan merokok setelah melihat pesan iklan... 78


(5)

4.19 Pengendalian Emosi... 79

4.20 Iklan dan kebiasaan merokok... 80

4.21 Pesan iklan “Merokok Membunuhmu” dan afeksi... 81

4.22 Efektivitas Pesan iklan “Merokok Membunuhmu”... 81

4.23 Kesan yang ditimbulkan dengan pesan iklan “Merokok Membunuhmu”... 82


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1 Kuesioner Penelitian

2 Surat Permohonan Izin Penelitian

3 Surat Balasan dari Fakultas Teknik USU

4 Lembar Catatan Bimbingan Skripsi

5 Foto Dokumentasi