4.2 Proses Pengolahan Data
Tahapan-tahapan pengolahan data yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:
1. Penomoran kuesioner
Peneliti mengisi nomor urut responden pada kuesioner mulai dari Departemen Teknik Sipil hingga Departemen Teknik Lingkungan,
mulai dari nomor 1-98, hal ini dilakukan untuk memudahkan peneliti mengolah data.
2. Editing
Editing yaitu proses penyuntingan jawaban responden untuk memperjelas setiap jawaban yang meragukan dan menghindari hal-hal
yang tidak sesuai dengan anjuran pengisian kuesioner.
3. Coding
Peneliti memindahkan jawaban responden yang dituliskan di dalam kuesioner ke dalam bentuk skor atau angka-angka.
2. Inventarisasi
Peneliti memasukkan data mentah ke dalam tabel Fortran Cobol FC. 3.
Tabulasi data Peneliti memasukkan data ke dalam tabel tunggal. Rincian data dalam
tabel terdiri dari frekuensi dan persentase. Langkah selanjutnya, peneliti menganalisa data dalam tabel.
4.3 Analisis Tabel Tunggal
Analisis tabel tunggal adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Peneliti melakukan penyajian data
dengan hasil jawaban yang diperoleh dari responden yang berjumlah 98 orang.
4.3.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden diperlukan untuk mengetahui identitas subyek penelitian lebih lengkap. Karakteristik responden dalam penelitian ini terdiri
dari usia, jenis kelamin, fakultas, departemen, stambukangkatan, jabatan, dan agama.
Tabel 4.1 Usia
Usia F
21-25
79 80,61
16-20 15
15,31 25
4 4,08
Total 98
100
Sumber: P.1FC.3
Tabel di atas menunjukkan usia mahasiswa perokok di Fakultas Teknik USU dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat 79 orang 80,61 berusia 21-25 tahun, 15 orang 15,31 berusia 16-20 tahun, 4
orang 4,08 berusia di atas 25 tahun.
Berdasarkan dari uraian di atas, ada kecenderungan semakin tua katagori umur di Fakultas Teknik, maka akan semakin besar kemungkinan bahwa jumlah
mahasiswa perokok akan lebih banyak. Pada mahasiswa dengan rentang umur 16- 20, akan kecenderungan ingin mencoba merokok. Sedangkan pada usia di atas 25
tahun, para mahasiswa yang ditemukan peneliti sedang dalam proses mengerjakan tugas akhir, dan banyak dari mereka yang sudah lulus dari perkuliahan. Kebiasaan
merokok yang dibawa oleh mahasiswa perokok terus dibawa hingga mereka selesai dalam proses perkuliahan. Peneliti hanya menemukan segelintir
mahasiswa yang menjadi mantan perokok.
Tabel 4.2 Departemen
Departemen F
Sipil 43
43,88
Industri 18
18,37
Mesin 16
16,33
Elektro
15 15,30
Arsitektur 3
3,06
Kimia 2
2,04
Lingkungan
1 1,02
Total 98
100
Sumber: P.3FC.5
Tabel di atas menunjukkan Departemen dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 43 orang 43, 88 berasal dari Teknik Sipil, 18 orang 18,37 berasal dari Teknik
Industri, 16 orang 16,33 berasal dari Teknik Mesin, 15 orang 15,30 berasal dari Teknik Elektro, 3 orang 3,06 berasal dari Arsitektur, 2 orang 2,04
berasal dari Teknik Kimia, 1 orang 1,02 berasal dari Teknik Lingkungan.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa responden yang terbanyak berasal dari Departemen Teknik Sipil. Hal ini disebabkan karena mayoritas
mahasiswa Departemen Teknik Sipil adalah laki-laki. Sangat mudah menemukan mahasiswa Departemen Teknik Sipil merokok di sekitar lingkungan kampus.
Tabel 4.4 StambukAngkatan
StambukAngkatan F
2010
29 29,59
2011 26
26,53
2012 15
15,31
2009 14
14,29
2013 7
7,14
2014 2
2,04
Total 98
100
Sumber: P.4FC.6
Tabel di atas menunjukkan stambukangkatan dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat 29 orang 29,59 stambuk 2010, 26 orang 26,53 stambuk 2011, 15 orang
15,31 stambuk 2012, 14 orang 14,29 stambuk 2009, 7 orang 7,14 stambuk 2013, 2 orang 2,04 stambuk 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mayoritas responden dari stambuk 1010 berjumlah 29 orang 29,59.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui mayoritas mahasiswa responden berusia 21-25 tahun karena pada umumnya hanya mahasiswa senior, yang
kebanyakan adalah mahasiswa angkatan 2010-2011 yang berani merokok di kampus Teknik USU. Ini karena aktivitas merokok di kampus dianggap sebagai
cara untuk menunjukkan kesenioran di kampus, terutama karena kebanyakan mahasiswa Teknik adalah laki-laki. Sedangkan, para mahasiswa dengan usia 16-
20 tahun umumnya masih merasa takut untuk merokok di kampus, terutama jika senior mereka masih berada di sekitar mereka. Bagi mahasiswa berusia 25 tahun
ke atas, tentu tidak ada halangan bagi mereka untuk merokok, namun senioritas sudah tidak begitu penting bagi mereka, karena pada usia ini mereka sedang sibuk
mempersiapkan tugas akhir.
4.3.2 Variabel Bebas Variabel X
Tabel 4.5 Alasan Mulai Merokok
Tanggapan F
Ingin mencoba iseng
64 65, 31
Ajakan teman 20
20,41
Melihat orang lain merokok
12 12, 24
Iklan rokok 2
2, 04
Total 98
100
Sumber: P.5FC.7
Tabel di atas menunjukkan alasan mulai merokok dari responden yang terlibat dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat 64 orang 65,31 yang ingin mencoba merokok iseng, 20 orang 20,41, 12
orang 12,24 mulai merokok karena terpengaruh ajakan teman. 12 orang 12,24 mulai merokok karena terpengaruh melihat orang lain merokok,
sedangkan hanya 2 orang 2,04 yang mulai merokok karena terpengaruh dengan iklan rokok.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa alasan terbanyak mahasiswa Teknik merokok lebih disebabkan karena pengaruh pergaulan sosial. Mahasiswa
Teknik terkenal dengan keakraban mereka satu sama lain, sehingga penggunaan media sosial tidak terlalu populer. Mereka lebih sering terlihat mengobrol,
berkumpul dalam kelompok yang besar sambil merokok. Pengaruh teman lebih besar dari pengaruh media massa, sehingga segala sesuatu lebih sering untuk
dibahas bersama, dibandingkan dengan mencari informasi pada search engine yang populer, seperti google, ataupun yahoo. Tidak heran, jika mereka akan
langsung mengenali siapa saja yang memasuki kampus mereka, apakah itu mahasiswa Teknik atau bukan.
Tabel 4.6 Jumlah konsumsi rokok harian
Tanggapan F
1 bungkus
32 32,65
1-5 batang 26
26,53
½ bungkus 24
24, 49
1 bungkus
16 16,33
Total 98
100 Sumber: P.6FC.8
Tabel di atas menunjukkan jumlah rokok yang dihisap responden yang terlibat dalam penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat 32 orang 32,65 menyatakan mereka merasa mengkonsumsi rokok 1 bungkus
setiap harinya, 26 orang 26,53 menyatakan bahwa mereka mengkonsumsi 1-5 batang setiap harinya, 24 orang 24, 49 menyatakan mereka mengkonsumsi
rokok ½ bungkus setiap harinya, dan 16 orang 16,33 menyatakan mereka mengkonsumsi rokok lebih dari 1 bungkus setiap harinya.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden merokok sebanyak 1 bungkus per harinya. Jumlah ini cukup signifikan bagi seorang
mahasiswa, mengingat ekonomi mahasiswa secara garis besar belum stabil, dibandingkan seorang pekerja. Dengan banyaknya rokok yang dihisap
membuktikan bahwa mahasiswa menjadi salah satu golongan muda terbanyak yang merokok. Sangat mudah untuk menemukan mahasiswa yang sedang
merokok di Fakultas Teknik USU, mengingat mahasiswa diberi kebebasan untuk dapat merokok, selama tidak sedang berada dalam ruangan perkuliahan. Terlebih,
banyak dosen yang merokok juga dapat mengesankan bahwa merokok itu tidak terlalu berbahaya.
Tabel 4.7 Frekuensi melihat iklan rokok di televisi
Tanggapan F
Sering
73 74, 49
Jarang 22
22,45
Tidak pernah 3
3,06
Total 98
100
Sumber: P.7FC.9
Tabel diatas menunjukkan frekuensi bahwa dari 98 responden, ada 73 orang atau 74,49 menyatakan mereka sering melihat iklan rokok di televisi, 22
orang atau 22,45 menyatakan mereka jarang melihat iklan rokok di televisi, 3 orang menyatakan mereka tidak pernah melihat iklan rokok di televisi.
Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa iklan rokok sering disiarkan di televisi, sehingga mayoritas responden sering melihat iklan rokok di
televisi. Umumnya karena aktivitas menonton televisi banyak dilakukan secara bersama-sama dengan teman-teman, ataupun keluarga, sehingga tidak heran jika
dengan 1 televisi, yang menonton jumlahnya bisa mencapai 10 orang atau lebih. Namun, umumnya aktivitas menonton televisi hanya sebagai selingan, artinya
tidak dilakukan sambil melakukan aktivitas lain, seperti mengobrol, menyetrika, makan, ataupun hanya membiarkan televisi menyala tanpa menonton televisi.
Peneliti menemukan banyak rumah yang menyatukan ruang tamu dan ruang keluarga, sehingga ketika ada tamu yang datang ke rumah orang tersebut, maka
televisi dapat menyala tanpa ada seorangpun yang menonton siaran tersebut.
Tabel 4.8 Frekuensi mendengar iklan rokok di radio
Tanggapan F
Tidak pernah
53 54,08
Jarang 41
41,84
Sering 4
4,08
Total 98
100
Sumber: P.8FC. 10
Tabel di atas menunjukkan frekuensi menunjukkan frekuensi mendengar iklan rokok di radio dari responden yang terlibat dalam bahwa penelitian ini.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat, 53 54,08 menyatakan tidak pernah mendengar iklan rokok di radio, 41 orang
41,84 menyatakan jarang mendengar iklan rokok di radio, dan, 4 orang 4,08 menyatakan bahwa mereka sering mendengar iklan rokok di radio.
Berdasarkan uraian di atas, di ketahui bahwa mayoritas responden tidak pernah mendengar iklan rokok di radio, hanya 4 orang yang sering mendengarkan
iklan rokok di radio. Radio, dewasa ini jarang didengarkan. Umumnya, mahasiswa mendengarkan radio hanya untuk mendengarkan lagu-lagu
kesenangan mereka. Sehingga, jika ada selingan berupa iklan, ada yang langsung berpindah stasiun radio, meskipun untuk beberapa orang yang menjadikan
aktivitas mendengarkan radio hanya sebagai selingan, seperti misalnya menyetir ataupun mengerjakan tugas kuliah, mendengarkan iklan di radio sangat mungkin
terjadi.
Tabel 4.9 Frekuensi melihat iklan rokok di majalah
Sumber: P.9FC.11
Tabel di atas menunjukkan frekuensi melihat iklan rokok di majalah. Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden 100,
terdapat 61 orang 62,24 menyatakan jarang melihat iklan rokok di majalah, 24 orang 24,49 menyatakan tidak pernah melihat iklan rokok di majalah, dan
13 orang 13,27 menyatakan sering melihat iklan rokok di majalah.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden jarang melihat iklan rokok di majalah, sedangkan yang sering melihat iklan rokok hanya
13 orang dari total 98 populasi responden. Penelitian menemukan bahwa majalah tidak begitu populer, sebab umumnya aktivitas membaca majalah lebih banyak
dilakukan oleh perempuan mahasiswi. Kalaupun ada yang membaca majalah, umumnya majalah itu dibaca oleh satu grup pertemanan itu, sehinggga dengan 1
majalah, yang membaca, bisa mencapai 5-10 orang. Meskipun majalah bekas ada dijual di dekat kampus USU, minat membaca majalah tidak dimiliki mayoritas
mahasiswa.
Tabel 4.10 Frekuensi melihat iklan rokok di koran surat kabar
Tanggapan F
Jarang
49 50
Tidak pernah 35
35,71
Sering 14
14,29
Total 98
100
Sumber: P.10FC.12
Tanggapan F
Jarang 61
62,24
Tidak pernah 24
24,49
Sering 13
13,27
Total 98
100
Tabel di atas menunjukkan frekuensi melihat iklan rokok di koran surat kabar.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden 100, terdapat 49 orang 50 menyatakan jarang melihat iklan rokok di surat kabar, 35
orang 35,71 menyatakan tidak pernah melihat iklan rokok di surat kabar, sedangkan 14 orang 14,29 menyatakan sering melihat iklan rokok di surat
kabar.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden perokok di Fakultas Teknik USU jarang melihat iklan rokok di koran atau surat kabar. Hal
ini disebabkan minat membaca mahasiswa pada umumnya sangat minim. Mahasiswa hanya membaca pada saat ada tugas, ataupun ada ujian. Peneliti
melihat bahwa koran surat kabar yang dijual di sekitar kampus USU umumnya sepi pembeli. Kalaupun ada yang membaca koran surat kabar, umumnya koran
surat kabar tersebut dibaca secara bergantian. Sehingga iklan yang terdapat di koran, termasuk iklan rokok kemungkinan besar akan dilewatkan begitu saja.
Tabel 4.11 Iklan yang paling menarik di media massa
Tanggapan F
Televisi 90
91,84
Cyber internet
6 6,12
Koran 1
1,02
Tidak tahu 1
1,02
Radio Majalah
Total 98
100
Sumber: P.11FC.13
Tabel di atas menunjukkan iklan yang menarik di media massa menurut persepsi responden.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden 100 , terdapat 90 orang atau 91,84 menyatakan bahwa iklan di televisi adalah iklan
yang paling menarik, 6 orang atau 6,12 menyatakan iklan di cyber atau internet adalah iklan yang paling menarik, 1 orang atau 1,02 menyatakan iklan di surat
kabar adalah iklan yang paling menarik, 1 orang menyatakan tidak mengetahui iklan yang paling menarik di media, sedangkan untuk iklan di radio dan majalah,
termasuk iklan yang paling tidak menarik menurut persepsi responden.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa iklan di media televisi adalah yang paling menarik di media massa. Dengan minat menonton televisi yang cukup
besar di masyarakat Indonesia, tidak mengherankan jika iklan rokok di televisi menjadi yang paling banyak diperhatikan. Ditambah lagi dengan adanya jalan
cerita, gaya busana. Model iklan, dan adegan yang menarik. Kebanyakan iklan rokok memilihkan model yang tampan dan cantik, dan tidak secara eksplisit
memperlihatkan bentuk rokok, bahkan terkadang iklan rokok tampil mendidik, sehingga orang tidak keberatan untuk menonton iklan rokok.
Tabel 4.12 Bagian yang paling menarik di iklan rokok
Tanggapan F
Cerita isi pesan 43
43,88
Model iklan 23
23,47
Musik
20 20,41
Lainnya 5
5,10
Fashion busana 4
4,08
Durasi iklan 2
2,04
Tidak tahu 1
1,02
Total 98
100
Sumber: P.12FC.14
Tabel di atas menunjukkan bagian yang paling menarik di iklan rokok menurut responden.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang 100, terdapat 43 orang 43,88 menyatakan cerita atau isi pesan adalah bagian yang paling
menarik di iklan rokok, 23 orang 23,47 menyatakan bahwa model iklan adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, 20 orang 20,41 menyatakan musik
adalah bagian yang paling menarik di iklan rokok, 5 orang 5,10 menyatakan lainnya, 4 orang 4,08 menyatakan fashion atau busana adalah bagian yang
paling menarik di iklan rokok, dan 1 orang 1,02 menyatakan tidak tahu.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa menurut mayoritas mahasiswa Fakultas Teknik USU, cerita di iklan rokok adalah bagian yang paling
menarik di iklan rokok. Hal ini karena cerita di iklan rokok umumnya menampilkan tempat-tempat di Indonesia yang menarik, juga tidak jarang terdapat
pesan moral yang dibawa oleh cerita iklan rokok, meskipun pada akhir iklan terdapat pesan iklan “Merokok Membunuhmu”. Bahkan, pada masa puasa umat
muslim, dan Idul Fitri terdapat iklan rokok yang bercerita tentang pentingnya maaf-memaafkan di hari yang fitri.
4.3.3 Variabel Terikat y
Tabel 4.13 Relevankah pesan iklan
“Merokok Membunuhmu” Tanggapan
F Tidak
55 56,12
Ya 43
43,88
Total 98
100
Sumber: P.13FC.15
Tabel di atas menunjukkan relevansi pesan “Merokok Membunuhmu”
terhadap iklan rokok secara keseluruhan menurut persepsi responden.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden 100, ada 55 orang 56,12
menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” tidak relevan, sedangkan 43 orang 43,88 menyatakan pes
an “Merokok Membunuhmu relevan terhadap iklan rokok secara keseluruhan.
Berdasarkan uraian di atas diketahui, bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa pesan iklan “Merokok Membunuhmu” tidak relevan dengan
konten iklan rokok secara keseluruhan. Hal ini karena, iklan rokok umumnya selalu menampilkan hal-hal yang menarik pada awalnya, dengan ukuran gambar
yang lebih besar, maupun durasi siaran yang cukup panjang. Dengan hal-hal yang baik pada awalnya, namun diakhiri dengan pesan iklan “Merokok Membunuhmu”
sebenarnya cukup membingungkan audien. Dalam hal ini, iklan rokok berusaha untuk mempromosikan rokok dengan gagasan bahwa merokok itu tidak
bertentangan dengan moral bangsa, dan nikmat. Namun, agar tetap mengikuti aturan yang ditetapkan pemerintah, pengiklan tetap menyertakan pesan iklan
“Merokok Membunuhmu”.
Tabel 4.14 Untuk siapakah pesan iklan
“Merokok Membunuhmu”? Tanggapan
F Perokok
79 80,61
Bukan perokok 18
18,37
Keduanya 1
1,02
Total 98
100
Sumber: P.14FC.16
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden tentang sasaran individu pesan iklan “Merokok Membunuhmu”.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 79 orang 80,61 menyatakan pesan iklan
“Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada perokok, 18 orang 18,37 menyatakan pesan iklan
“Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada yang bukan perokok, dan 1 orang 1,02
menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” ditujukan kepada perokok dan bukan perokok.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden sadar bahwa pesan tersebut ditujukan kepada mereka, namun masih dengan
kebiasaannya merokok setiap hati. Sedangkan, 18 orang responden mempersepsikan bahwa pesan itu hanya ditujukan untuk yang tidak perokok,
untuk mengingatkan mereka tentang bahaya menjadi perokok pasif. 1 orang responden menyatakan bahwa pesan iklan tersebut ditujukan untuk perokok, dan
bukan perokok karena baik perokok, maupun bukan perokok merasakan efek negatif dari asap rokok tersebut. Sehingga, bukan hanya kesehatan perokok yang
dirugikan, tetapi juga bukan perokok perokok pasif.
Tabel 4.15 Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” mudah dipahami?
Tanggapan F
Ya 64
65,31
Tidak 34
34,69
Total 98
100
Sumber: P.15FC.17
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden apakah isi pesan “Merokok
Membunuhmu” mudah untuk dipahami. Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 64
orang 65,31 menyatakan isi pesan “Merokok Membunuhmu” mudah
dipahami, dan 34 orang 34,69 menyatakan isi pesan ”Merokok
Membunuhmu” sulit untuk dipahami. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden
memahami isi pesan “Merokok Membunuhmu”. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya para responden memahami bahaya terhadap kesehatan yang
diakibatkan dari aktivitas merokok. Hanya saja kesadaran mahasiswa untuk berhenti merokok agak sulit dilakukan, mengingat kecanduan yang ditimbulkan
oleh nikotin itu sendiri.
Tabel 4.16 Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan
negatif pada rokok? Tanggapan
F Ya
53 54,08
Tidak 45
45,92
Total 98
100
Sumber: P.16FC.18
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap isi pesan ”Merokok Membunuhmu” apakah memberi kesan negatif atau tidak.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, ada 53 orang 54,08
menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok, dan 45 orang 45,92
menyatakan pesan “Merokok Membunuhmu” tidak memberi kesan negatif pada rokok.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa menurut mayoritas responden, pesan ikla
n “Merokok Membunuhmu” memberi kesan negatif pada rokok. Ini membuktikkan bahwa pesan iklan rokok “Merokok Membunuhmu” sebenarnya
sudah cukup efektif untuk menyadarkan mahasiswa untuk segera berhenti merokok, karena kebisaan merokok itu membunuh perokok itu sendiri, baik
dengan asap rokok, maupun secara ekonomi, perokok harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk dapat meneruskan kebiasaannya merokok.
Tabel 4.17 Apakah isi pesan “Merokok Membunuhmu” mengurangi
kebiasaan Anda untuk merokok? Tanggapan
F Tidak
74 75,51
Ya 24
24,49
Total 98
100
Sumber: P.17FC.19
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap pesan “Merokok
Membunuhmu” apakah mengurangi kebiasaan mereka merokok atau tidak. Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden, terdapat 24
orang 24,49 menyatakan bahwa pesan “Merokok Membunuhmu” mengurangi
kebiasaan mereka merokok, dan 74 orang 75,51 menyatakan bahwa pesan “Merokok Membunuhmu” tidak mengurangi kebiasaan merokok.
Berdasarkan uraian di atas, diketah ui bahwa pesan “Merokok
Membunuhmu” tidak mengurangi kebiasaan mayoritas responden. Hal ini bukan karena ketidaksadaran responden terhadap bahaya rokok terhadap kesehatan yang
mengintai mereka. Namun, karena ketidakinginan responden untuk berhenti merokok.
Tabel 4.18 Apakah iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi Anda
untuk merokok? Tanggapan
F Tidak
64 65,31
Ya 34
34,69
Total 98
100
Sumber: P.18FC.20
Tabel di atas menunjukkan apakah iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi responden untuk merokok.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 64 orang 65,31 menyatakan iklan rokok yang menarik tidak akan mempenaruhi mereka
untuk merokok dan 34 orang 34,69 menyatakan iklan rokok yang menarik akan mempengaruhi mereka untuk merokok.
Hal itu menunjukkan bahwa menurut mayoritas responden, iklan rokok yang menarik tidak akan mempengaruhi kebiasaan mereka untuk merokok. Hal
ini karena, iklan rokok tidak berdampak signifikan terhadap responden. Mereka lebih dipengaruhi oleh lingkungan sosial atau pergaulan mereka daripada media
massa, maupun media sosial. Sehingga, semakin banyak anggota kelompok mereka yang mereka, semakin besar kemungkinan kebiasaan tersebut akan diikuti
oleh anggota kelompok lainnya dalam kelompok yang sama. Namun, hal ini hanya berlaku bagi mahasiswa saja. Mahasiswi umumnya memilih untuk tidak
ikut merokok.
Tabel 4.19 Apakah jika iklan rokok ditiadakan akan mengurangi kebiasaan
Anda untuk merokok? Tanggapan
F Tidak
72 73,47
Ya 26
26,53
Total 98
100
Sumber: P.19FC.21
Tabel di atas menunjukkan apakah jika terdapat penghapusan iklan rokok akan berdampak terhadap pengurangan kuantitas kebiasaan merokok responden.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 responden 100, terdapat 72 orang 73,47 menyatakan jika iklan rokok ditiadakan tidak akan
mengurangi kebiasaan mereka untuk merokok, sedangkan 26 orang 26,53 menyatakan jika iklan rokok ditiadakan akan mengurangi kebiasaan mereka untuk
merokok.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden tidak akan mengurangi kebiasaan mereka merokok bahkan jika iklan rokok dihapus dari
peredaran. Berdasarkan pengamatan peneliti, kebiasaan merokok tidak dapat dihentikan hanya dengan adanya pesan iklan yang mengancam perokok agar
berhenti merokok. Terutama bagi perokok berat 1 bungkus- lebih dari sebungkus sehari, kebiasaan merokok ini seperti makanan pokok bagi mereka.
Tabel 4.20 Merasa terganggu dengan pesan iklan
“Merokok Membunuhmu”
Tanggapan F
Tidak 71
72,45
Ya 27
27,55
Total 98
100
Sumber: P.20FC.22
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden terhadap pesan iklan “Merokok Membunuhmu”, apakah mengganggu mereka atau tidak.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 71 orang atau 72,45 menyatakan tidak mera
sa terganggu dengan pesan “Merokok Membunuhmu”, sedangkan 27 orang atau 27,55 menyatakan bahwa mereka
merasa terganggu de ngan pesan “Merokok Membunuhmu”.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden tidak merasa terganggu dengan pesan “Merokok Membunuhmu”. Ini berarti harus ada
upaya lain yang dilakukan agar kebiasaan merokok para mahasiswa perokok dapat berhenti, atau setidaknya berkurang. Sebab dengan pemahaman yang benar
tentang bahaya terhadap kesehatan akibat merokok saja pun tidak cukup. Harus ada tindakan lebih lanjut dari pemerintah agar perokok generasi muda tidak
bertambah.
Tabel 4.21 Pentingkah keberadaan pesan “Merokok Membunuhmu”?
Tanggapan F
Tidak 50
51,02
Ya
48 48,98
Total 98
100
Sumber: P.21FC.23
Tabel di atas menunjukkan persepsi responden tentang pentingnya keberadaan pesan “Merokok Membunuhmu” pada iklan rokok.
Dari keseluruhan responden yang berjumlah 98 orang, terdapat 50 orang 51,02 menyatakan isi
pesan “Merokok Membunuhmu” tidak penting sedangkan 48 orang 48,98 menyatakan keberadaan pes
an “Merokok Membunuhmu” penting.
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa mayoritas responden menyatakan bahwa isi pesan “Merokok Membunuhmu” itu penting. Dengan
adanya isi pesan “Merokok Membunuhmu” itu membantu mereka agar tidak merokok dengan jumlah yang terlalu banyak, juga agar mahasiswa lain yang
mulai merokok segera menghentikan kebiasaan mereka. Mereka sadar bahwa dengan merokok, mereka dirugikan baik secara finansial, maupun kesehatan
mereka. Namun, tanpa adanya pesan iklan tersebut, mereka bisa terlalu banyak merokok.
4.3 Pembahasan