Pada malam hari kumbang tinja juga menggunakan sinar bulan untuk menentukan arah. Kumbang tinja mampu menggunakan polarisasi yang tercipta
ketika sinar bulan menerpa partikel-partikel kecil di atmosfer untuk menentukan posisinya dan berjalan pada garis lurus. Berkat kemampuan navigasi tersebut,
kumbang tinja bisa dengan cepat menggulung dan menggelindingkan kotoran hewan ke sarangnya sehingga terhindar dari pembajakan oleh kumbang lain.
Namun demikian saat tidak ada sinar bulan, kumbang tinja tidak bisa menjaga kelurusan jalannya. Hal ini menunjukkan bahwa kumbang menggunakan
polarisasi sinar, yang juga berarti bahwa kumbang memiliki banyak waktu untuk mencari makan.
Sistem navigasi polarisasi sinar bulan hanya cocok pada kumbang tinja yang hidup di tempat terbuka seperti padang rumput savana
Naifian, 2006 .
2.2. Hubungan Kumbang dengan Kotoran
Kumbang tinja memerlukan kotoran sebagai makanan untuk kelangsungan hidupnya. Kotoran tinja yang banyak dikunjungi kumbang tinja adalah kotoran
mamalia herbivora, seperti kotoran sapi dan kuda Doube, 1991 dan Westerwalbesloh, 2004. Berdasarkan hasil analisis, kotoran ternak mengandung
22,9 sellulosa, 18,32 hemisellulosa, 10,20 lignin, 34,72 karbon organik total, 1,26 nitrogen total, ratio C:N 27,56:1, 0,73 P dan 0,68 K Lingaiah
dan Rajasekaran, 1986.
Kumbang tinja Scarabaeidae memiliki prilaku yang khas yaitu membuat bola-bola tinja kemudian menggiringnya ke sarang dan membuat terowongan
untuk menyimpan bola-bola kotoran tersebut Sato, 1997. Kumbang tinja Scarabaeidae biasanya mulai berburu kotoran segar ketika matahari mulai
terbenam. Saat menemukan kotoran kumbang akan membentuknya menjadi bola lalu menggelindingkannya ke sarang menggunakan kaki belakang dalam arah
lurus. Berbagai spesies kumbang koprofagus menggunakan kotoran mamalia
dengan cara berbeda-beda. Kebanyakan spesies menggali terowongan dalam tanah atau secara langsung di sekitar timbunan kotoran. Kumbang tersebut membawa
kotoran ke dalam terowongan, kemudian membentuknya menjadi bulatan-bulatan seperti bola. Jumlah bola yang dibentuknya dapat mencapai 40, kumbang betina
lalu meletakkan telur di dalamnya. Bila telur menetas, selama perkembangan larva berada dalam bulatan tinja dan memakan bagian dalam bulatan kotoran dan
merombak bagian dalam bulatan tersebut. Setelah sampai fase pupa kemudian kumbang membuat jalan keluar menuju permukaan tanah Bornemissza, 1970
Beberapa kumbang koprofagus tertarik pada kotoran dan bangkai tetapi belum diketahui apakah mereka hanya datang untuk memakan bangkai atau
sebagai tempat untuk melangsungkan perkawinan Hanski dan Cambefort, 1991. Kumbang kotoran ini mudah menyesuaikan diri dalam hal pemilihan habitat dan
makanan Barbero et al., 1999. Selain beragam dari segi morfologi, kumbang tinja juga memiliki
keragaman dalam strategi pemanfaatan sumberdaya. Secara garis besar kumbang tinja dapat digolongkan dalam empat kelompok fungsional guild, yaitu, i
kelompok telekoprid atau penetap dwellers, dan kelompok pembuat sarang nester, ii kelompok parakoprid atau pembuat terowongan tunnelers, dan iii
kelompok endokoprid atau penggulung kotoran rollers serta iv kelompok kleptokoprid Doube, 1990;Westerwalbeslohl et al., 2004.
Kelompok penetap yang banyak ditemukan di daerah empat musim memakan langsung kotoran yang ditemukannya dan umumnya meletakkan telur
di kotoran tersebut tanpa membentuk sarang. Kelompok pembuat terowongan yang didominasi oleh Scarabaeinae dan Geotrupinae menggali terowongan di
bawah kotoran yang ditemukannya, membawa kotoran ke tempat tersebut dan memanfaatkannya sebagai makanan dan tempat berbiak. Kelompok penggulung
kotoran memiliki kemampuan untuk membuat bola tinja sebagai suatu sumber daya yang dapat dipindahkan, dibawa ke tempat lain sebelum dibenamkan ke
dalam tanah. Kelompok kleptoparasit menggunakan kotoran yang telah dimonopoli oleh jenis telekoprid atau parakoprid Hanski dan Cambefort, 1991;
Westerwalbeslohl et al., 2004
Gambar 3. Kumbang Tinja Menggelinding Kotoran Naifian, 2006
2.3 Perbedaan Sistem Pencernaan Sapi dan Kuda