Kelimpahan Kumbang Tinja HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kelimpahan Kumbang Tinja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di Taman Wisata Pulau Situ Gintung didapatkan hasil 453 individu dan terdiri dari lima famili kumbang Coleoptera yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jenis-jenis kumbang tinja yang ditemukan di sekitar Taman Wisata Pulau Situ Gintung No Taksa Jenis Tinja Jumlah Kuda Sapi 1 Family Carabidae 4 1 5 2 Family Chysomalidae 1 6 7 3 Family Colydiidae 1 1 4 Family Scarabaeidae a. Aphodius marginellus 2 3 5 b. Onthophagus collfsi 2 6 8 c. O. Liliputanus 6 6 d. O. Luridipennis 2 2 e. O. Trituber 29 59 88 f. O. Variolaris 131 198 329 5 Family Silphidae 2 2 Jumlah 174 279 453 Dalam penelitian ini ditemukan sebanyak 438 individu kumbang tinja yang tergolong famili Scarabaeidae, terdiri dari dua genus yaitu Aphodius dan Onthophagus . Jumlah individu kumbang tinja yang ditemukan pada setiap umpan bervariasi, kumbang yang ditemukan pada tinja sapi 272 individu lebih banyak dari pada tinja kuda 166 individu. Hal ini dapat disebabkan karena kumbang lebih tertarik pada tinja sapi yang memiliki tekstur halus dan lebih aromatis karena banyaknya mikroba dan nematoda yang terkandung didalamnya Vulinuc, 2000. 29 Kelimpahan individu kumbang tinja Scarabeidae yang tertinggi adalah Onthophagus variolaris yaitu sebanyak 329 individu dan yang paling sedikit adalah Onthopagus luridipennis terdapat 2 individu. Onthophagus variolaris lebih banyak ditemukan di tinja sapi, sebaliknya O.luridipennis hanya terdapat di tinja kuda saja, kemungkinan O. luridipennis lebih menyukai tinja yang kasar berserat non ruminasia, Sedangkan O.liliputanus tidak ditumukam di tinja kuda. Genus Aphodius di temukan 1 spesies saja yaitu Aphodius marginellus dengan 5 individu, jenis ini juga lebih banyak ditemukan di tinja sapi dibandingkan di tinja kuda. Tinja sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi yaitu 22,59, 18,32 hemiselulosa, 10,20 lignin, 34,72 karbon organik, 1,26 total nitrogen, ratio C:N 0,73 P dan 0, 68 K Lingaiah, 1986. Dengan komposisi senyawa di atas, mikroba-mikroba yang terkandung di dalam tinja sapi tersebut akan memfermentasikan kandungan selulosanya sehingga akan menghasilkan gas metan yang lebih tinggi dibanding tinja kuda. Hal itu menyebabkan tinja sapi lebih aromatis sehingga banyak kumbang tinja yang mendekatinya. Tinja kuda mempunyai kadar air dan CN hanya sedikit, maka biogas yang dihasilkan tidak setinggi tinja sapi Lingaiah, 1986. Oleh karena itu tidak banyak kumbang yang menghampiri perangkap yang berumpan tinja kuda dikarenakan tinja kuda mengandung sedikit kadar air, hal itu dikarenakan pencernaan kuda tidak selengkap sapi. Sapi merupakan hewan memamah biak yang mempunyai empat lambung yaitu rumen, retikulum, omasum, dan abomasum dengan ukuran yang bervariasi sesuai dengan umur dan makanan alamiahnya untuk mencerna makanannya, sehingga tinja yang dihasilkan lebih cair dibandingkan tinja kuda. Hal ini menyebabkan jumlah mikroba didalamnya akan lebih banyak sehingga dapat meningkatkan proses fermentasi. Semakin tinggi fermentasi di tinja tersebut, maka gas metan yang dihasilkan akan lebih tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tinja sapi lebih menarik kumbang Scarabaeidae sehingga lebih mudah habis atau terurai. Tidak hanya famili Scarabaeidae saja yang ditemukan di tinja kuda dan sapi, kumbang lain yang tergolong dalam famili Carabidae, Chysomalidae, Colydidae dan Silphidae juga terdapat dalam perangkap yang dipasang. Diduga keberadaan kumbang tersebut dapat terbawa oleh angin tau memang tertarik dengan aroma yang dikeluarkan oleh tinja kuda dan sapi. Jika dibandingkan dengan daerah lain seperti T.N Kayan Mentarang Kalimantan Timur dan T.N Gunung Pangrango maka keragaman jenis kumbang tinja di Taman Wisata Pulau Situ Gintung tergolong paling sedikit. Di hutan Pa’ Raye T.N Kayan Mentarang Kalimantan Timur ditemukan 26 jenis kumbang tinja sementara itu di T.N Gunung Pangrango ditemukan 28 jenis Kahono dan Rosicho, 2003. Perbedaan keragaman jenis ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu tipe ekosistem, lama pemasangan perangkap maupun perbedaan ketiggian. Di T.N Kayan Mentarang dan T.N Gunung Pangrango cenderung disebabkan oleh tingginya keragaman dan kekayaan lingkungan termasuk jenis satwa yang hidup pada lingkungan ekositem tersebut, sehingga mendapatkan keragaman jenis dan kelimpahan individu kumbang tinja scarabaeidae yang lebih banyak. Sementara pada kawasan Taman Wisata Pulau Situ Gintung mempunyai lingkungan ekosistem yang rendah. Kombinasi suhu yang tidak teratur setiap harinya di Taman Wisata Pulau Situ Gintung mempengaruhi kualitas tinja. Hasil pengukuran suhu dapat dilihat pada lampiran 3, Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel selalu berubah- ubah, dimana pada siang hari cuaca sangat cerah dan panas, lalu sore harinya turun hujan. Pada minggu kelima, kondisi cuaca di Taman Wisata Pulau Situ Gintung hujan deras, sehingga suhu udara cukup rendah dan kelembaban udara menjadi lebih tinggi. Pada kondisi lingkungan seperti ini kualitas tinja lebih bagus dibanding saat cuaca panas. Hal ini mengakibatkan banyak kumbang tinja yang menghampiri perangkap, terutama dari genus Onthophagus. Spesies ini paling banyak ditemukan di kedua jenis tinja, khususnya O. variolaris. Spesies ini ditemukan paling banyak di tinja yang segar dengan kadar air yang tinggi. Menurut Barbero et al., 1999 dan Errouissi et al., 2004, kondisi mikroklimat terutama suhu dan kelembaban udara serta kandungan tinja merupakan faktor yang sangat menent ukan komposisi spesies kumbang tinja. Dari penjelasan sebelumnya bahwa tinja sapi memiliki kadar air dan ratio CN yang lebih, menyebabkan tinja sapi lebih lembab jika dibandingkan tinja kuda, sehingga O. variolaris lebih banyak ditemukan di tinja sapi. Kadar air dalam tinja sapi lebih bertahan lama karena teksturnya yang halus walaupun sudah beberapa hari sehingga kondisinya tetap lembab dan selalu menarik O. variolaris untuk menghampirinya. O. variolaris mengandalkan indera penciuman dan sentuhan untuk mendekati tinja Comignan , 1928. Di Prancis, dari 4.276 individu yang mewakili 39 spesies yang dikumpulkan, meliputi 13 2.750 kumbang spesies Onthophagus lebih menyukai tinja sapi daripada tinja kuda Dormont et al., 2004. Faktor-faktor seperti iklim, tanah, dan jenis tinja semua berkontribusi pada kumbang tinja himpunan area tertentu Halffter dan Matthews 1966; Nealis 1977; Fincher 1973. Genus Onthophagus lebih menyukai tanah berpasir sehingga sebagian besar hidup di daerah berpasir dengan vegetasi jarang Halffter dan Matthews 1966. Pada saat pengambilan sampel, perangkap yang paling banyak ditemukan O. variolaris adalah yang dipasang di tempat yang vegetasinya sedikit dengan kondisi tanah yang gembur dan banyak rumput, yaitu pada plot 3 yang berisi tinja sapi. Kumbang tinja jenis lain mungkin akan menghampiri perangkap pada hari berbeda-beda. Hal ini menunjukkan spesifikasi tertentu dari masing-masing tinja yang disukai oleh beberapa spesies, seperti tekstur tinja, kesegaran tinja, atau kandungan serat pada tinja. Spesies yang lainnya yang ditemukan adalah dari genus Aphodius , yaitu Aphodius marginellus. Spesies ini memanfaatkan tinja sebagai tempat menyimpan larva dan bagi kumbang Aphodius dewasa, tinja tersebut dijadikan sebagai bahan makanan mereka Halffter dan Matthews 1966 .

4.2 Jenis Kumbang Tinja Berdasarkan Jenis Tinja