Siklus Hidup Kumbang Tinja 1. Klasifikasi

Abdomen pada Coleoptera terdiri dari 10 segmen pada jantan dan 9 segmen pada betina. Pada segmen pertama terdapat alat pendengaran membrane tympanum . Pada setiap segmen juga terdapat juga spirakel yaitu lubang tempat masuknya udara. Pada beberapa jenis kumbang segmen terakhir pada betina menjadi ovipositor atau alat untuk meletakkan telur. Kumbang tinja dung beetles dikenal dengan istilah koprofagus. Istilah ini biasanya digunakan pada serangga yang memakan tinja hewan Fincher et al., 1971. Kumbang-kumbang ini mudah dikenali dengan bentuk tubuhnya yang cembung, bulat telur atau memanjang dengan tungkai bertarsi 5 ruas dan sungut 8-11 ruas dan berlembar. Tiga sampai tujuh ruas terakhir antena umumnya meluas menjadi struktur-struktur seperti lempeng yang dibentangkan sangat lebar atau bersatu membentuk satu gada ujung yang padat. Tibia tungkai depan membesar dengan tepi luar bergeligi atau berlekuk. Pada kelompok kumbang pemakan tinja bentuk kaki ini khas sebagai kaki penggali Borror et al., 1992. Gambar 1. Bagian-bagian Tubuh Kumbang Tinja Maria, 1996

2.1.3 Siklus Hidup

Kumbang mengalami metamorfosis sempurna holometabola. Perkembangan lingkaran hidupnya dimulai dari telur, kemudian menetas menjadi Abdomen Antena Sayap Mata Tibia Tarsus Kuku Femur larva. Larva berkembang dan setelah mengalami beberapa kali ganti kulit kemudian menjadi pupa. Pupa selanjutnya mengalami perkembangan menjadi kumbang dewasa Amir dan Kahono, 2003. Siklus hidup kumbang Scarabaeidae ini dapat dilihat pada Gambar 2. Kumbang dewasa bewarna coklat kehitaman. Kumbang dewasa meletakkan telurnya ke dalam tanah yang berukuran kecil berwarna putih bening dengan kedalaman 5 – 20 cm. Kumbang juga meletakkan telurnya di tempat yang sesuai dengan kebutuhan larva, agar larva dapat berkembang dengan baik. Tempat yang baik untuk perkembangan larva yaitu tempat yang banyak mengandung bahan organik seperti pada serasah dan tanah yang subur. Setelah 1 – 2 minggu telur menetas menjadi larva, larva kecil mulai aktif memakan bahan organik atau serasah, setelah cukup umur larva berada di tanah dengan kedalaman kurang lebih 10 – 30 cm. Lamanya larva di dalam tanah berkisar 4 – 6 bulan. Apabila situasi tidak menguntungkan misalnya suhu tidak sesuai atau sangat kering, larva dapat mengalami proses inaktif yang disebut diapause. Bila kondisi sesuai larva akan berubah menjadi kepompong, biasanya dapat ditemukan pada saat musim tanam berikutnya. Kepompong dapat ditemukan di dalam tanah dengan kedalaman 15 – 30 cm. Kepompong yang belum aktif dapat ditemukan pada kedalaman tanah 20 – 30 cm. Kepompong dapat bertahan dalam tanah sampai umur 2 bulan. Setelah adanya kelembaban tanah yang cukup kepompong akan berkembang menjadi kumbang dewasa. Umumnya kumbang dewasa berumur kurang lebih 30 hari. Anomimus, 2007. Gambar 2. Siklus Hidup Coleoptera Amir dan Kahono, 2003 Larva kumbang memiliki bentuk yang bermacam-macam, diantaranya: 1. Scarabaeiform tipe C, tubuh lunak, melengkung membentuk huruf C, biasanya larva tidak aktif atau lambat setelah menjadi besar, misalnya larva Scarabidae. 2. Campodeiform, larva kumbang berwarna perak, tubuh memanjang, pipih serta bergerak sangat aktif, misalnya pada kumbang Carabidae. 3. Elateriform, larva yang mirip ulat kawat, kulit badan keras, kaki-kaki pada toraks sangat pendek, misalnya pada kumbang Elateridae. 4. Eruciform, larva kumbang mirip ulat tidak mempunyai kaki abdomen, hidup pada habitat terbuka sebagai pemakan daun atau bunga, misalnya Chrysomelidae Borror et al., 1992. Dewasa Telur Larva 3 Pupa Larva 2 Larva 1

2.1.4. Ekologi