sumber energi alternatif. Tidak tertutup kemungkinan bakteri yang ada di sekum akan keluar dari tubuh organisme bersama feses, sehingga di dalam feses tinja
hewan yang mengandung bahan organik akan diuraikan dan dapat melepaskan gas CH
4
gas bio Ville, 1988. Hewan seperti kuda, kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur
lambung seperti pada sapi untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilaksanakan oleh bakteri terjadi pada sekum yang banyak
mengandung bakteri. Proses fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi di lambung. Akibatnya kotoran kuda, kelinci, dan marmut lebih kasar
karena proses pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali, yakni pada sekum. Sedangkan pada sapi proses pencernaan terjadi dua kali, yakni pada lambung dan
sekum yang kedua-duanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa tertentu
Campbell et al., 2002.
2.4 Penurunan Keanekaragaman Kumbang Akibat Perubahan Lahan
Penurunan keanekaragaman hayati terjadi sejalan degan meningkatnya perubahan ekosistem alami menjadi lahan buatan. Perubahan pada struktur
vegetasi dan faktor lingkungan fisik dapat berpengaruh terhadap penurunan keanekaragaman hayati salah satunya adalah kumbang Fardila, 2008. Taman
Wisata Pulau Situ Gintung merupakan salah satu kawasan yang mengalami perubahan pada lahan yang nyata beberapa tahun terakhir hingga kini perubahan
lahan di Taman Wisata Pulau Situ Gintung terus berlangsung dengan adanya kondisi pemukiman penduduk yang berkembang dengan pesat sementara
persediaan lahan yang ada sangat terbatas mengakibatkan adanya kawasan pemukiman yang dikembangkan di atas lahan yang tidak sesuai dengan tempatnya.
Sementara itu, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan ekonomi dan lahan pertanian pada akhirnya ekosistem alami diubah menjadi perkebunan atau ladang
dan wisata alam Fardila, 2008. Berdasarkan hal di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa perubahan lahan
akibat aktivitas manusia, perubahan srtuktur vegetasi dan faktor lingkungan fisik diketahui sebagai penyebab utama penurunan keanekaragaman hayati terhadap
spesies kumbang. Collins dan Glenns 1997 memprediksi bahwa tingkat keanekaragaman tertinggi dapat ditemukan pada komunitas dengan tingkat
gangguan sedang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di kawasan wisata Pulau Situ Gintung, Ciputat Timur Tangerang, Banten pada bulan Februari 2010 sampai bulan Maret 2010. Secara
geografis, Taman Wisata Pulau Situ Gintung terletak pada koordinat 6
o
18’ 24,59’LS dan 106
o
45’ 22,05’ BT. Kawasan terbuka hijau Situ Gintung, meliputi bagian depan kawasan
terbuka yang terdiri dari tempat outbond, mushola dan pendopo dengan vegetasi seperti akasia Acacia mangium, merak Caesalpinia pulcherrima dan kelapa
Cocos nucifera. Bagian tengah terdiri dari lapangan tenis, arena bermain anak- anak dengan vegetasinya antara lain akasia Acacia mangium, nangka
Arthocavpus integra, ketapang Terminalia catappa, petai cina Leucaena leucocephala
, palem botol Hyophorbe lagenicaulis, rambutan Nephelium lappaceum
, saga Adenanthera pavonina dan waru Hibiscus tiliaceus. Di bagian belakang terdiri dari vegetasi seperti akasia Acacia mangium, nangka
Arthocaprus integra , ketapang Terminalia catappa, petai cina Leucaena
leucocephala , saga Adenanthera pavonina dan waru Hibiscus tiliaceus.
22