Bin Hanbal dan lainnya. Kisah-kisah tersebut secara umum ingin memberikan nasihat kepada kita bahwa perjuangan ulama tidak dapat
diganti dengan kekuasaan ataupun harta benda sekalipun. Ulama yang sebenar-benarnya berbuat hanya demi mendapatkan cinta kepada
Allah.
3. Struktur Mikro
a Semantik
Semantik merupakan salah satu kerangka analisis van Dijk yang melihat kepada satuan terkecil dari struktur kebahasaan berupa kalimat, kata dan
hubungan antar kalimat. Pada analisis semantik, makna yang terkandung dalam kalimat diteliti baik yang eksplisit tertulis maupun implisit
tersembunyi.
1 Latar
Latar dalam sebuah teks ialah suatu keadaan situasional saat teks dibuat. Dalam sebuah teks, latar belakang sebuah peristiwa dapat
dicantumkan atau tidak, tergantung dari kepentingan penulis. Latar digunakan untuk mengarahkan makna dari suatu teks hendak dibawa
kemana. Latar yang ditampilkan dapat sesuai dengan kehendak penulis atau bahkan bertentangan dengan pendapatnya.
a Akal Dan Khayal
Latar dalam teks ini terdapat pada bagian akhir teks dimana Hamka menyatakan sikapnya tentang kemunduran yang akan dialami
oleh bangsa Barat. Bahwa kemajuan yang dicapai Barat akan mencapai puncaknya dan bangsa Timur akan maju mengalahkan
keuatan Barat dengan khayalnya. b
Agama Ialah Cinta Hamka menggambarkan kondisi keimanan seorang muslim
tercermin dari kecintaan terhadap Allah dan Rasulullah. Secara eksplisit dijelaskan bahwa dengan mencintai Allah maka kita juga
mencintai pemimpin yang berkuasa. Hamka menjelaskan selain harus taat kepada penguasa, Akan tetapi seorang muslim juga harus tegas
apabila pemimpin melakukan kesalahan. Seorang muslim yang baik akan berusaha mencegah penguasa yang berlaku seenaknya dengan
cara-cara yang sesuai dengan tuntunan Islam.
c Di Antara Cinta Dan Fanatik
Sangatlah tepat jika seorang muslim mencintai Allah dan Rasulnya dengan cinta yang sebenar-benarnya. Cinta semacam ini
berakar di dalam hati, tertuang dalam pemikiran dan menghasilkan perbuatan. Pada zaman penjajahan, kecintaan semacam ini dinamakan
fanatik oleh bangsa penjajah. Menurut penjajah, sifat fanatik yang berakar dalam diri umat islam dapat memberikan perlawanan melebihi
peluru ataupun senjata meriam, oleh karenanya, sifat fanatik ini harus
dihilangkan. Ada semacam ketidaksenangan terhadap umat muslim sehingga dalam perguruan tinggi dilarang untuk diajarkan pelajaran
beragama. Pada prinsipnya Hamka ingin memberikan pemahaman bahwa umat muslim memang seharusnya bersikap fanatik seperti itu
terlebih terhadap penjajah yang jelas-jelas menjajah negeri Indonesia. d
Lailatul Qadr Hamka menyatakan dalam latarnya secara eksplisit bahwa
suasana Lailatul Qadr pun ada di luar Lailatul Qadr pada Bulan Ramadhan. Cara kita mendapatkannya ialah berusaha. Siapa yang
ingin suasana Lailatul Qadr, atau suasana Tajalli melihat Allah dengan Hati latihlah diri dengan mempelajarinya dari petunjuk yang
diajarkan Nabi dan mencontoh kehidupan orang-orang shaleh.
e Untuk Jadi Perbandingan
Penggunaan latar dalam teks ini ialah untuk menentang kekuasaan yang sewenang-wenang yang dilakukan oleh pendeta
Gereja terhadap Ilmuan yang memberitakan kebenaran. Latar dalam teks ini kemudian menjelaskan bahwa ulama-ulama di Indonesia juga
sama seperti apa yang dilakukan oleh pendeta Gereja di masa Renaissance jika tidak memiliki niat untuk belajar keluar dari
kebodohan. f
Pemimpin Agama
Latar dalam teks ini memberikan pujian kepada Ulama karena mampu menjadi pewaris para Nabi dalam membawa umat ke arah
yang lurus. Ulamalah tempat Umat mencurahkan masalah-masalahnya dan Ulamalah orang yang tegar menghadapi penguasa yang sewenang-
wenang, mereka tidak tunduk kepada penguasa. Para Ulama hanya takut jika tidak melaksanakan perintah Allah dan jika tidak mampu
menjauhi laranganNya.
2 Detail
Pengertian detail dalam kerangka analisis van Dijk ialah berita mana yang disampaikan secara mendetail dan berita mana yang ditampilkan
secukupnya saja. Detail lebih merupakan kepada bentuk strategi penulis yang ingin mengekspresikan sikapnya dengan cara sembunyi-sembunyi
implisit.
a Akal Dan Khayal
Dalam teks ini hal yang ingin ditekankan oleh Hamka ialah ingin menjatuhkan kebudayaan Barat, bahwa kebudayaan yang ada di Barat
dengan Akalnya tidak akan mampu menguasai kebudayaan di Timur. Kebudayaan Timurlah sumber dari kebudayaan di dunia karena lebih
mendahulukan penggunaan Khayal yang berasal dari kepercayaan terhadap Tuhan.
b Agama Ialah Cinta
Terdapat penekanan dalam hal ketaatan terhadap penguasa. Dalam teks ini hamka menjelaskan bahwa umat muslim yang telah
memiliki iman yang sempurna pasti mentaati pemegang kekuasaan yang menjalankan peraturan sesuai dengan kehendak Allah, dan akan
menantang penguasa yang berbuat seenaknya. c
Di Antara Cinta Dan Fanatik Dalam teks ini Hamka memberikan sekelumit cerita di zaman
para sahabat. Cerita tentang bagaimana para sahabat akan sangat takut apabila di surga nanti mereka tidak dapat lagi bertemu dengan Rasul.
Padahal di dunia ini sehari tidak bertemu Rasul saja para sahabat akan sangat rindu bukan main. Oleh karenanya dijawab melalui Surat An-
Nisa ayat 69 yang artinya: ”Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul, maka
mereka itu akan berada beserta orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah atas mereka, yaitu dari Nabi-nabi yang jujur dan orang-orang
yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan alangkah indahnya orang-orang itu menjadi teman”
d Lailatul Qadr
Teks Lailatul Qadr menekankan kepada ajakan kepada Umat Muslim agar berusaha mendapatkan malam Lailatul Qadr. Malam
Lailatul Qadr bukan hanya didapatkan pada bulan Ramadhan namun dapat dirasakan kapan saja asalkan kita mau berusaha.
e Untuk Jadi Perbandingan
Detail yang diangkat pada teks ini menjelaskan tentang kebodohan pendeta Gereja yang menghukum para Ilmuan di masa
Renaissance yang nyata-nyata ingin membuktikan kebenaran. Kemudian dijelaskan juga bagaimana pendeta gereja pada saat ini
telah berubah dari kesalahan-kesalahan mereka di masa lalu. f
Pemimpin Agama Hal yang menjadi detail pada teks ini ialah tentang keistimewaan
malam Lailatul Qadr dimana setiap Muslim dapat merasakaannya bahkan diluar bulan Ramadhan asalkan kita mau berusaha mencarinya.
Keistimewaan lailatul Qadr di deskripsikan kepada suasana hati yang tenang, damai dan merasakan Allah dekat di hati.
b Sintaksis
Elemen sintaksis merupakan suatu metode analisis van Dijk untuk melihat pilihan kalimat apa yang disusun penulis dalam menampilkan diri
sendiri penulis secara positif dan lawan secara negatif.
1 Koherensi
Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana seseorang penulis secara strategis menggunakan wacana untuk
menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu dipandang saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat. Biasanya hubungan
antar kalimat ini dihubungkan dengan kata hubung dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun.
a Akal Dan Khayal
Dalam teks ini terdapat bentuk koherensi di saat menjelaskan tentang perbandingan kebudayaan Barat dan Timur. Koherensi dalam
kalimat ditandai dengan kata penghubung ”tetapi” yang bermakna pengingkaran.
Jangan dinantikan batu dengan batu. Sebab keduanya akan hancur Jangan ditangkis kemegahan akal dengan kemegahan akal
pula. Keduanya sama-sama akan bertemu jalan buntu. Barat telah bangkrut karena tamadun yang semacam ini. Orang Timur tidak boleh
menapak jejak orang yang pergi ke dalam kehancuran tetapi berusahalah memegang tangannya dan membawanya naik. Pandanglah
alam dari segi kesatuannya. Barat dan Timur, Utara dan Selatan, adalah empat sudut dari satu alam. Kita dan dia adalah satu
Penggunaan kata hubung ”tetapi” dalam teks diatas menghubungkan antar kalimat. Fungsi dari kata penghubung ”tetapi”
ingin menjelaskan secara implisit tersembunyi bahwa kebudayaan Timur akan membantu siapa saja karena kebudayaan Timur
mengagungkan rasa kemanusiaan, sehingga jika kebudayaan Barat hancur kebudayaan Timur menolong dan membawanya naik sebagai
representasi rasa kemanusiaan tersebut. b
Agama Ialah Cinta Banyak terdapat koherensi dalam teks ini salah satunya dalam
penjelasan tentang mencintai alam semesta ini. Kata penghubung dalam paragraf tersebut ditandai dengan kata ”karena” yang bermakna
penjelasan. Kita mencintai seluruh alam ini, langit dan bumi ini, laut dan
darat ini, matahari dan bulan dan bintang-bintang, karena semuanya itu adalah nikmat Allah kepada kita semua.
Kata penghubung ”karena” merupakan kata penghubung antar kalimat utama dan kalimat penjelas. Fungsi dari kata penghubung
”karena” di atas ingin menjelaskan bahwa di dalam mencintai Allah terdapat juga berbagai nikmatnya berupa alam ini yang harus dijaga
dengan penuh rasa syukur sebagai nikmat yang telah diberikan Allah. c
Di Antara Cinta Dan Fanatik Koherensi dalam teks di antara cinta dan fanatik ini dijelaskan
dengan kata penghubung ”walaupun” ketika menjelaskan tentang cinta kepada Allah dan Rasul.
Cinta kepada Rasul dalam rangka Iman kepada Allah masih akan bernyala di hati mukmin selama Al-Qur’an masih ada. Pembuktian
cinta itu ialah dengan berjihad menegakkan agamanya, berjuang mengokohkan hukumnya, melakukan da’wah di atas permukaan bumi
ini sehingga agamanya di atas dari segala agama, walaupun orang- orang yang mempersekutukan Tuhan dengan yang lain tidak
menyukainya.
Koherensi dengan kata penghubung ”walaupun” secara implisit tersembunyi ingin menerangkan bahwa sejatinya perjuangan umat
Islam dalam menegakkan agama Islam akan terus berkobar sampai akhir zaman untuk melawan segala bentuk kemunkaran. Hal ini
dikarenakan keagungan Al-Qur’an sebagai kitab suci yang mampu membangkitkan semangat umat Islam.
d Lailatul Qadr
Bentuk koherensi antar kalimat dalam teks ini ditandai dengan menggunakan kata penghubung ”karena”. Penggunaan kata
penghubung tersebut dipakai penulis ketika menjelaskan tentang makna Lailatul Qadr.
Lama kemudian, baru kita mengerti bahwa Lailatul Qadr ialah malam Lailatin Mubarakatin. Malam yang diberkati, dan malam yang
diperingati. Karena pada malam itulah mulanya turun Al-Qur’an ke dunia ini di dalam gua Hira, disampaikan oleh Jibril kepada Nabi kita
Muhammad Saw.
Kata penghubung ”karena” bermakna menjelaskan. Penggunaan kata penghubung memberikan kesan bahwa mengapa dinamakan
Lailatul Qadr karena pada malam itu diturunkannya keberkahan atas diturunkannya Al-Qur’an. Jadi keberkahan yang terjadi akibat Al-
Qur’an diturunkan.
e Untuk Jadi Perbandingan
Dalam teks ”Untuk Jadi Perbandingan” terdapat koherensi yang dinyatakan dengan penggunaan kata hubung dalam kalimat. Kata
hubung tersebut ialah ”walaupun” Di samping itu mereka dirikan sekolah-sekolah tinggi, seminari,
akademi, ada yang khusus agama, ada yang berdasar jiwa agama dan mereka bekerja keras menyiarkan agamanya, walaupun ke negeri-
negeri yang penduduknya telah Islam.
Teks diatas ialah ketika menjelaskan usaha-usaha yang dilakukan
Gereja Katholik dalam rangka memajukan ilmu pengetahuan. Penggunaan kata penghubung walaupun menandakan adanya usaha
yang sangat giat demi memajukan ilmu pengetahuan. Secara implisit hal ini ingin menyoroti sikap Gereja Katholik yang bisa berbenah
terhadap kesalahan-kesalahan yang telah mereka lakukan di zaman
Renaissance. Bahkan Kaum Gereja Katholik berani menyiarkan agamanya ke negeri-negeri Islam. Mereka tidak merasa takut terhadap
umat lain. f
Pemimpin Agama Dalam teks ”Pemimpin Agama” terdapat koherensi yang
dinyatakan dengan penggunaan kata hubung dalam kalimat. Kata hubung yang digunakan ialah ”dan”.
Itulah pegangan Ulama sejak dahulu sampai sekarang. Berani dalam kebenaran, berpegang teguh pada tali Allah, bukan karena
mengharapkan laba dunia yang tidak kekal, dan bukan karena takut kepada sesama manusia.
Teks diatas merupakan penjelasan atas sikap-sikap yang harus dimiliki seorang ulama. Kata hubung ”dan” merupakan kata hubung
yang menyatakan tambahan atas kalimat sebelumnya. Hamka ingin memberikan penjelasan bahwa Ulama yang sebenarnya ialah Ulama
yang berpegang teguh kepada tali Allah, tidak mengharapkan keuntungan, dan tidak takut kepada sesama manusia.
2 Bentuk Kalimat
Bentuk kalimat merupakan salah satu bagian dari analisis teks sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip
kausalitas. Prinsip kausalitas menjelaskan tentang susunan kalimat yang terbentuk dari subyek, predikat dan obyek. Bentuk kalimat yang dipilih
merupakan kalimat yang dianggap sangat layak untuk di analisis terutama diambil kalimat yang berhubungan dengan tema.
a Akal Dan Khayal
Dan Barat pun ”digila” oleh
akalnya Subjek
Predikat Objek Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena
subjek diletakkan di awal kalimat. Kalimat di atas memberikan keterangan kepada pembaca bahwa kebudayaan bangsa Barat digila
oleh akalnya. Maksud kata ”digila” ialah dipengaruhi atau dapat bermakna sangat bergantung kepada akalnya.
b Agama Ialah Cinta
Iman tidak ada arti kalau cinta tidak
tertumpah Subjek
Keterangan subjek
Predikat kepada Nabi
Objek Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena
subjek diletakkan di awal kalimat. Subjek merupakan kata ’iman’ yang berarti menunjukkan apa yang diterangkan dari predikat. Kalimat
diatas dapat diberi makna bahwa iman kepada Nabi tidak akan tertumpah kalau tidak ada cinta kepada Nabi.
c Di Antara Cinta Dan Fanatik
Bangsa penjajah sangatlah benci kepada
Subjek Predikat
cinta semacam ini Objek
Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena subjek diletakkan di awal kalimat. Dalam kalimat ini kata yang ingin
ditekankan oleh Hamka kepada pembaca ialah kata ‘penjajah’. Bahwa bangsa penjajah sangatlah membenci cinta kaum muslimin kepada
Allah dan Rasul-Nya. Akan terbalik pemaknaannya jika kalimat diubah menjadi “cinta semacam ini sangat dibenci oleh penjajah”.
Dalam kalimat tersebut penekanan lebih kepada kata cinta kepada Allah dan Rasul bukan kepada penjajah.
d Lailatul Qadr
Dia tersenyum penuh kasih
memandangi Subjek Keterangan
keadaan Predikat
kita Objek
Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena subjek diletakkan di awal kalimat. Kalimat di atas menjelaskan
bagaimana nikmatnya jika kita mendapakan Lailatul Qadr sampai- sampai kita merasakan Allah seperti tersenyum memandangi kita.
Allah terasa dekat di hati, dan jiwa terasa nyaman saat kita mendapatkan Lailatul Qadr.
e Untuk Jadi Perbandingan
Lima puluh tahun lagi Khatoliklah yang akan menguasai
Keterangan waktu
Subjek Predikat
Indonesia Objek
Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena subjek diletakkan di awal kalimat. Dalam kalimat ini menjelaskan
bahwa jika umat khatolik terus belajar dari pengalaman mereka sedangkan umat Islam tidak dapat belajar dari kesalahannya, maka
agama Khatoliklah yang akan menguasai Indonesia. Secara Implisit Hamka ingin mengingatkan agar Umat Islam dapat keluar dari
kebodohan agar dapat menjawab tantangan zaman.
f Pemimpin Agama
Mereka berani
menyatakan kebenaran Subjek
Keterangan sifat Predikat
Objek Kalimat di atas merupakan bentuk dari kalimat aktif karena
subjek diletakkan di awal kalimat. Dalam susunan kalimat di atas penulis ingin memberikan nasihat kepada pembaca bahwa Ulama
mampu menyatakan kebanaran. Kebenaran saat ini susah sekali diucapkan jika berhadapan dengan harta dan jabatan, akan tetapi ulama
menolak itu semua dan berani berkata yang sebenarnya dan apa adanya agar mendapat cinta Allah SWT.
3 Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana. Dalam
mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap tersebut
merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ketika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap
bersama dalam suatu komunitas tertentu. Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa
yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan.
a Akal Dan Khayal
Dalam teks Akal dan Khayal, terdapat penggunaan kata ganti ”dia”. Penggunaan kata ganti kita dalam teks ini untuk menunjuk
kepada satu golongan tertentu yang merupakan bukan bagian dari penulis. Seperti pada paragraf di bawah ini:
Tamadun Barat belum berhenti mengalir, masih banyak tempat lekung yang akan diisinya, di Barat di Timur, di Utara di Selatan.
Tetapi kekuatan itu akan patah, setelah dia berani menentang cahaya matahari khayal Timur. Mulanya tentu dia akan murka dengan
garangnya. Lantaran murka dia gelap mata; ,,Sia-sia menjaring angin, terasa ada, dapat tidak Akhirnya dia pun mengaku karena putus asa
Dari kalimat di atas, Hamka memakai kata ganti ”dia”. Penggunaan kata ganti ”dia” menciptakan jarak antara apa yang
disukai dan apa yang tidak disukai penulis.Hal ini secara implisit dapat dikatakan Hamka sebagai penulis tidak dekat, tidak suka atau tidak
adanya hubungan emosional terhadap kelompok tertentu dalam hal ini ialah kebudayaan Barat, sehingga yang dipakai ialah kata ganti ”dia”.
b Agama Ialah Cinta
Dalam teks Agama Ialah Cinta, terdapat penggunaan kata ganti ”mereka”. Penggunaan kata ganti mereka di dalam teks ini ialah untuk
menunjukkan kepada kelompok tertentu seperti dalam paragraf di bawah ini:
Yang munkar akan mereka tantang. Kalau mereka merasa kuat, yang munkar itu akan mereka tantang dengan tangan. Kalau mereka
merasa kurang kuat, mereka akan menantangnya dengan lidah. Kalau mereka merasa tidak sanggup menantang dengan lidah, mereka akan
menantang dalam hati saja. Menantang dalam hati itu masih disebutkan ,,yang selemah-lemahnya iman.”
Maksud dari penggunaan kata ganti ”mereka” ditujukan kepada
orang-orang yang telah jatuh cinta kepada Allah dan Rasul, artinya bahwa orang-orang yang dimaksudkan tersebut telah memiliki iman
yang tertanam kuat sehingga mampu melakukan kewajiban yang diperintahkan oleh Allah Swt. Secara implisit Hamka mencoba
menjelaskan bahwa mereka itu ialah umat yang khusus, sehingga disini dipakai kata ”mereka” yang seolah-olah ada terdapat jarak atau
perbedaan dengan umat islam yang kebanyakan. c
Di Antara Cinta Dan Fanatik Pada teks di antara cinta dan fanatik, Hamka memakai kata ganti
”kita”. Penggunaan kata ganti ”kita” Di bagian awal kalimat di bawah ini mempunyai makna tidak adanya batas antara penulis dan pembaca.
Selain itu penggunaan kata ganti kita di sini berfungsi menciptakan perasaan bersama antara pembaca dan penulis. Berikut ini adalah
kalimatnya: Kita mencintai Rasul bukanlah cinta buat disembah melainkan
cinta buat dijadikan teladan hidup. Bukan buat disamakan dengan Tuhan, melainkan buat dijadikan orang yang dipercaya buat dijadikan
penunjuk jalan kehidupan ini, agar selamat dunia dan akhirat. Dasar
dari cinta ini ialah cita-cita yang tinggi buat menempuh hidup yang lebih sempurna, lebih mendekati Nabi Saw.
d Lailatul Qadr
Pada teks Lailatul Qadr, Hamka memakai kata ganti ”kita”. Penggunaan kata ganti kita seolah-olah menarik pembaca menjadi satu
pemahaman dengan apa yang dipikirkan penulis, sehingga menjadikan tidak adanya jarak antara penulis dengan pembaca.
Pada suatu ketika, kita bertekun memikirkan diri dan memikirkan Maha Pencipta diri Kita munajat memanggil Dia. Tuhanku, tarik
tanganku, naikkan aku Pada waktu itu kita lepaskan pengaruh yang lain; dari harta benda, dari yang dicintai, lalu dibulatkan ingatan
kepada Yang Satu.
e Untuk Jadi Perbandingan
Pada teks Untuk Jadi Perbandingan, Hamka menggunakan kata ganti ”mereka”. penggunaan kata ganti ”mereka” dalam paragraf di
bawah ini menunjuk kepada satu golongan tertentu yaitu Umat Katholik, selain itu penggunaan kata ganti ”mereka” juga untuk
memberikan jarak antara penulis dan apa yang dimaksudkan ”mereka” dalam tulisan. Fungsi dari penggunaan kata ganti mereka juga untuk
menunjukkan bahwa penulis bukanlah berasal dari golongan tersebut, oleh karenanya penulis membatasi golongan tersebut dengan
pemakaian kata ganti ”mereka”. Pengalaman-pengalaman itu ialah menyebabkan mereka dapat
mendapatkan diri di mana letak kepercayaan dan iman, di mana pula letak ilmu pengetahuan. Mereka mendalami filsafat, bukan untuk
menjadi failosof yang keluar dari garis iman, tetapi untuk memperkuat pendidikan iman. Bahkan di tanah air kita Indonesia sendiri pun,
mereka bekerja secara demikian.
f Pemimpin Agama
Sama seperti teks sebelumnya, dalam teks Pemimpin Agama, penulis menggunakan kata ganti ”mereka” dalam teksnya. Penggunaan
kata ganti ”mereka” menunjuk kepada satu golongan yaitu Ulama. Akan tetapi berbeda dengan penggunaan kata ganti ”mereka” pada
teks sebelumnya, penggunaan kata ganti ”mereka” dalam teks ini lebih menunjukkan suatu penghormatan dan bentuk penghargaan penulis
terhadap Ulama. Penulis ingin membentuk pandangan bahwa Ulama berbeda dengan yang lainnya karena memiliki keistimewaan yang
tidak dimiliki orang lain. Riwayat Indonesia tidaklah boleh melupakan bahwasanya
kesadaran Nasional dan perjuangan kemerdekaan kita sekarang ini dimulai oleh Ulama. ,,Mu’alim Besar” Tuanku Imam Bonjol, Pengeran
Abdulhamid Diponegoro, Teungku Cik Di Tiro dan lain-lain. Merekalah yang menyatakan pelita di waktu seluruh alam telah gelap.
Merekalah yang merentangkan jalan di kala segala fihak telah putus asa
c Stilistik
Elemen stilistik leksikon merupakan salah satu elemen wacana van Dijk yang menganalisis teks dengan cara melihat bentuk pemakaian kata
seperti apa yang dipakai dalam teks. Terdapat kata yang mempunyai berbagai macam kesamaan. Dari kesamaan kata-kata tersebut mana yang lebih dipakai
dalam teks oleh penulis. Misalnya kata ”meninggal”, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, meninggal, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan
sebagainya. Di antara berbagai kata tersebut seseorang dapat memilih di antara pilihan kata yang tersedia. Pemilihan kata tertentu oleh penulis
menunjukkan bagaimana pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas, selain itu pemilihan kata tertentu juga mengisyaratkan penggambaran dari
sikap penulis yakni bagaimana pihak musuh digambarkan secara negatif sedangkan pihak sendiri digambarkan secara positif.
1 Akal Dan Khayal
Teks tentang Akal dan Khayal menggunakan elemen stilistik dalam paragraf yang berusaha menampilkan kelompok tertentu secara negatif.
Kelompok yang digambarkan secara negatif ialah kelompok Barat. Pertentangan karena perselisihan pendapat dengan sendirinya akan
hilang. Dan kejadian-kejadian berturut dalam sejarah menginsafkan Barat dalam kemiskinannya. Dia belum mengenal sphink hanyalah sehingga
,,ekor”nya, dan belum mengenal ,,Garuda” hanya sehingga ,,paruhnya”. Maka tak faham ke mana terbangnya dengan sayapnya itu. Itulah
sebabnya maka kemajuan Barat dalam bentuknya yang selama ini, hanya kemajuan yang cepat sekali menuju keruntuhan.
Penggunaan kata kemiskinan pada kalimat kedua pada paragraf di atas secara implisit menekankan sikap penulis yang menempatkan lawan
secara negatif. Kata kemiskinan dalam kalimat di atas bisa disinonimkan dengan kata kekurangan, ketidakmampuan atau ketidakberdayaan.
2 Agama Ialah Cinta
Pada teks agama ialah cinta penulis menggunakan elemen stilistik pada paragrafnya dengan menggunakan kata diwariskan. Kata diwariskan
mempunyai persamaan dengan kata diturunkan atau diberikan. Berikut ini ialah kalimatnya:
Sudah pasti Karena tanah air adalah sebagian dari permukaan bumi yang telah diwariskan Tuhan kepada makhluk-Nya. Sebab itu maka
seorang yang mencintai Allah dan Rasul ingin sekali agar tanah-airnya
pada khususnya, dan dunia ini pada umumnya menjadi tempat berbuat baik dan menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata diwariskan berasal dari
kata dasar waris atau warisan. Kata warisan bermakna sesuatu yang diwariskan. Sedangkan kata mewariskan dapat bermakna meninggalkan
sesuatu kepada... atau memberikan harta warisan kepada.... Jadi berdasarkan keterangan sebelumnya, bahwa penggunaan kata
diwariskan dalam paragraf di atas memiliki arti benda yang diwariskan kepada manusia. Dalam hal ini yang mewariskan ialah Allah SWT dan hal
yang diwariskan ialah tanah air. 3
Di Antara Cinta Dan Fanatik Pada teks di antara cinta dan fanatik terdapat penggunaan kata yang
bermakna sama dengan kata contoh atau panutan. Kata tersebut ialah teladan. Berikut ini ialah kalimatnya:
Kita mencintai Rasul bukanlah cinta buat disembah melainkan cinta buat dijadikan teladan hidup. Bukan buat disamakan dengan Tuhan,
melainkan buat dijadikan orang yang dipercaya buat dijadikan penunjuk jalan kehidupan ini, agar selamat dunia dan akhirat. Dasar dari cinta ini
ialah cita-cita yang tinggi buat menempuh hidup yang lebih sempurna, lebih mendekati Nabi SAW.
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata teladan mempunyai arti sesuatu yang dapat ditiru atau baik untuk dicontoh. Biasanya yang ditiru
ialah tentang perbuatan, kelakuan, sifat dan lainnya. Teks di atas menjelaskan bahwa sebagai umat muslim sudah
selayaknya kita menjadikan Rasul sebagai teladan atau contoh yang patut ditiru. Dengan meneladani sifat-sifat Rasul diharapkan kita dapat menjadi
manusia yang berbudi pekerti seperti yang dicontohkan Rasul. Peneladanan akan sifat Rasul kemudian harus sesuai dengan aturan-aturan
yang ada dalam Islam. Dalam Meneladani sifat Rasul bukan berarti kita menjadikan Rasul sebagai Tuhan melainkan sebagai utusan Tuhan, bukan
sebagai sesembahan melainkan sebagai penunjuk jalan agar selamat di dunia dan di akhirat.
4 Lailatul Qadr
Pada teks Lailatul Qadr penulis menggunakan kata ”mengintai”. Kata ”mengintai” mempunyai persamaan dengan kata mencari atau
mendapatkan. Demikianlah Suasana ,,Lailatul Qadr” ada juga di luar Lailatul
Qadr. Tetapi dengan ayat-ayat yang istimewa Tuhan Allah menganjurkan kita mengintai ,,Lailatul Qadr” di dalam bulan puasa Ramadhan.
Penggunaan kata mengintai seolah dipilih oleh penulis karena penggunaan kata mengintai lebih bermakna adanya kesungguhan daripada
digunakan kata mendapatkan atau mencari. Pada intinya dengan penggunaan kata mengintai penulis ingin mengajak agar pembaca
sungguh-sungguh mendapatkan Lailatul Qadr. 5
Untuk Jadi Perbandingan Pada teks Untuk Jadi Perbandingan penulis menggunakan kata
”kebodohan”. Kata ”kebodohan” mempunyai sinonim dari kata kekeliruan, kesalahan atau ketidaktahuan.
Perubahan kepada yang lebih baik mudah terdapat dalam kalangan Islam. Penyakitnya hanya satu saja. Tidak tiga, tidak empat. Penyakit itu
ialah kebodohan. Dan kebodohan bisa diobat dengan pengetahuan.
Kata kebodohan lebih bernada agak kasar bila dibandingkan dengan kekeliruan atau kesalahan. Pemakaian kata kebodohan tersebut
dimaksudkan untuk menekankan sebagai sikap yang sangat tegas oleh penulis kepada pembaca agar menjauhi sifat tersebut. Terutama di
kalangan Umat Islam yang harus mencontoh Umat Katholik yang belajar dari kesalah-kesalahannya di masa lalu.
6 Pemimpin Agama
Pada teks Pemimpin Agama terdapat pemakaian kata ”budi”. Pemakaian kata ”budi” mempunyai sinonim dengan kata akhlak, tabiat
atau perbuatan baik. Kemerdekaan tidak dibatas oleh budi, adalah pangkal kacau khaos.
Budi yang diengaruhi oleh kepentingan diri sendiri manfa’at adalah pangkal serba-serbi bahaya. Demi kalau imbangan di antara kemerdekaan
diri dan kepentingan diri tidak lagi, di sanalah permulaan perbudakan
Penggunaan kata budi dalam kalimat di atas dapat diganti dengan
memakai kata tabiat, akhlak, atau perbuatan baik. Akan tetapi penulis lebih memilih kata ”budi” ini dikarenakan penggunaan kata ”budi” lebih
bermakna sopan karena dalam kalimat bermaksud mangingatkan akan pentingnya ”budi” atau akhlak dalam kehidupan kemerdekaan sekarang
ini. Tanpa adanya akhlak maka akan terjadi kekacauan.
d Retoris
Salah satu model penelitian analisis teks ialah retoris. Retoris merupakan gaya yang diungkapkan seseorang dalam berbicara atau menulis. Adapun
yang diteliti dalam analisis retoris ini ialah grafis. Grafis merupakan ekspresi
dari penulis yang ingin menekankan bagian tertentu dalam teks, bentuk dari penekanan tersebut dapat melalui pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis
bawah, huruf yang dibuat dengan ukuran yang lebih besar, maupun penggunaan gambar dan lainnya.
1 Akal Dan Khayal
Dalam teks Akal dan Khayal penggunaan gaya penulisan retoris di lakukan dengan memberikan tanda baca pada kalimat atau kata yang ingin
ditekankan, seperti dalam paragraf berikut: Maka tampillah ke muka hai Timur Bubutkan tangan dari sakumu,
dan sekalah keringatnya yang mengalir dari dahinya dan hapuslah darah yang melagur dari mulutnya. Dia pada hakikatnya adalah temanmu
Kalau dia binasa, engkau pun binasa pula. Penggunaan tanda seru di awal kalimat diatas dapat dilihat bahwa
penulis ingin memberikan seruan kepada bangsa Timur agar berani untuk tampil dalam dunia ini. Penggunaan tanda kutip yang kedua bermaksud
memberikan pernyataan yang harus diingat bahwa bangsa Barat pada hakikatnya ialah teman dari bangsa Timur sehingga keduanya harus saling
bantu membantu.
2 Agama Ialah Cinta
Sama seperti dalam teks sebelumnya. Teks agama ialah cinta juga menggunakan gaya penulisan retoris dengan memberikan tanda baca pada
kalimat atau kata yang ingin ditekankan, seperti dalam paragraf berikut:
Mereka sanggup hijrah Berpindah negeri Tanah air, tumpah darah tempat dia dilahirkan, dia sanggup meninggalkannya dan pindah ke tempat
lain, kalau di tanah airnya sendiri dia tidak leluasa lagi menegakkan cintanya kepada Allahnya dan Rasulnya.
Penggunaan tanda seru pada kalimat di atas menggambarkan emosi yang kuat dari penulis dalam memaknai keadaan kaum muslimin yang rela
menegakkan agama Islam. Terdapat juga rasa ketakjuban, keheranan dan semangat yang begitu menyala-nyala dari penulis akan keadaan keimanan
umat muslim yang seperti itu. Mereka ingin menegakkan cinta kepada Allah dan Rasul bahkan tidak ada satupun yang dapat menghalangi
kecintaan mereka sampai-sampai mereka rela pindah demi mendapatkan ketenangan dalam beribadah.
3 Di Antara Cinta Dan Fanatik
Pada teks di antara cinta dan fanatik, penggunaan grafis dalam kalimat ditandai dengan pemakaian huruf tebal dan tanda kutip. Berikut
ini ialah paragraf yang menggunakan huruf tebal dan tanda kutip: Rasa cinta inilah yang mendorong beberapa pejuang, beberapa
mujahidin menyuarakan: ,,esa hilang, dua terbilang.” Atau yang di dalam bahasa arab disebut; ,,isy kariman, au mut syahidan.” Hiduplah dengan
kemuliaan atau matilah dalam keadaan syahid.”
Terdapat bentuk grafis dengan huruf tebal dan tanda kutip. Kedua bentuk grafis tersebut dapat membuat pembaca menjadi terfokus terhadap
kata-kata tersebut. Penggunaan grafis dengan tanda kutip tersebut dikarenakan kalimat yang dikutip dan dipetik ialah kalimat yang berasal
dari bahasa asing yaitu bahasa Arab, sehingga dengan ditebalkan hurufnya pembaca dapat membedakan kalimat tersebut dengan kalimat yang lain.
4 Lailatul Qadr
Pada teks Lailatul Qadr, unsur retoris dituliskan dalam teks dengan memberikan grafis berupa tanda tanya. Berikut ini kalimatnya:
Coba engkau fikirkan kembali, berapa kali kesusahanmu yang telah dilepaskanNya? Begini baru perasaan yang menimpa dirimu, engkau telah
merengek. Bagaimana sebenarnya hubunganmu dengan Tuhan? Apakah hubungan cintamu dengan Tuhan hanya sekadar untuk kesenangan? Demi
tiba sedikit cobaanNya, engkau telah mengeluh? Manatahu ujianNya yang sekali ini adalah ujian tulen atas lancung kasihmu kepadanNya?
Mengapa begitu sayang? Penggunaan tanda tanya dalam kalimat di atas bermaksud untuk
menanyakan sesuatu kepada pembaca. Penggunaan tanda tanya dalam teks di atas dapat membuat pembaca menjadi berhenti sejenak untuk merenung
apa yang ditanyakan oleh penulis. 5
Untuk Jadi Perbandingan Pada teks Untuk jadi Perbandingan terdapat penggunaan huruf tebal
dan tanda seru dalam kalimatnya. Seperti dalam kalimat di bawah ini:
Islam menganjurkan kebebasan berfikir dengan nama Ijtihad,, Islam yang menyuruh berjuang menegakkan keyakinan dengan nama Jihad
Sedang orang Katholik bisa, apatah lagi kita Penggunaan huruf tebal dalam kalimat di atas memiliki makna
bahwa penulis ingin menekankan kata tersebut yaitu kata Ijtihad dan Jihad. Selain itu penggunaan huruf tebal dapat membuat pembaca menjadi
terfokus kepada kata tersebut yang akhirnya dapat mencerna apa yang penulis maksudkan. Sedangkan penggunaan tanda seru pada akhir kalimat
di atas bermakna teguran, ajakan, dan menghimbau kepada umat Islam agar memiliki kebebasan berfikir dan menegakkan keyakinan atas nama
jihad.
6 Pemimpin Agama
Dalam teks Pemimpin Agama, unsur retoris terdapat pada bagian penutup teks tersebut yang seolah olah mengajak pembaca untuk
merenungkan isi teks tersebut. Unsur retoris yang digunakan oleh penulis ialah memiringkan kalimat-kalimat pada paragraf akhir. Seperti dalam
kalimat di bawah ini: Hai orang yang sombong dengan kemegahan dunia pinjaman
Tuhan Kembalilah kepadaNya Karena engkau akan bertanggung-jawab di hadapanNya. Asalmu hanya daripada setetes, keluar dari lobang yang
hina, tidak berpakaian sehelai juga. Adapun kemegahan yang kalian perebutkan, kursi dan pangkat, hanyalah pinjaman Allah dan pinjaman
rakyat karena memegang amanat yang diberikan ke atas dirimu. Janganlah sombong, karena kalian akan kembali ke akhirat, hanyalah
dengan tiga lapis kain kafan juga”
Bagian yang dimiringkan merupakan yang dipandang penting oleh penulis sehingga menginginkan pembaca menaruh perhatian pada teks
tersebut. Pada bagian ini penulis bermaksud menyadarkan kepada orang- orang yang sombong karena memiliki kekuasaan dan harta bahwa dunia
ini hanyalah titipan Tuhan. Kita tidak pantas untuk sombong karena kita adalah hanyalah seorang hamba yang akan kembali kepadaNya.
B. Konteks Sosial