Buku Sebagai Sarana Dakwah

kepada orang lain, misalnya komik-komik bergambar yang dewasa ini sangat disenangi anak-anak d. Media Audio: yaitu penyampaian sebuah materi dakwah melalui gelombang suara yang dapat diperdengar oleh khalayak luas misalnya radio yang digunakan untuk penceramah, aktifitas sebuah radio sangat menunjang untuk kegiatan berdakwah dikarenakan radio yang relatif harganya terjangkau bagi masyarakat umum, radio pun bisa dibawa kemana-mana dikarenakan bentuknya yang kecil sehingga seseorang bisa mendengarkan radio dimanapun berada. e. Media Audio Visual: yaitu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran, misalnya, televisi, televisi dapat menyajikan sebuah gambar maupun sebuah suara, televisi dapat menjangkau masyarakat luas, televisi dewasa ini amat digandrungi oleh masyarakat pada umumnya, di zaman yang global ini tanpa televisi dunia terasa hampa bagi penggemar informasi, dengan adanya televisi dunia terasa sempit, kita dapat melihat kutub utara dengan bantuan televisi tanpa harus pergi ke kutub utara dan melihat berbagai penjuru dunia melalui media televisi ini, efektifitas sebuah televisi untuk berdakwah pada zaman sekarang sangatlah tepat dikarenakan dapat menjangkau umat yang berada di mana saja. f. Internet: Internet adalah sejenis media massa yang agak baru, di Indonesia internet baru dimanfaatkan pada tahun 1996. seseorang yang mempunyai komputer dapat tersambung dan berkomunikasi dengan jaringan computer lewat satelit. Penyiaran informasi melalui media internet tidak hanya oleh suatu lembaga yang bergerak dalam penyiaran informasi namun dapat dilakukan oleh perseorangan. Informasi yang dibuat seseorang dapat diketahui orang banyak sepanjang ia mempunyai jaringan. g. Akhlak: Yaitu suatu cara penyampaian langsung ditunjukkan dalam bentuk perbuatan yang nyata seperti perbuatan-perbuatan yang terpuji. 37 Dilihat dari segi sifatnya media dakwah dapat digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu: a. Media Tradisional, yaitu berbagai macam seni dan pertunjukan yang secara tradisional dipentaskan di depan umum terutama sebagai hiburan yang memiliki sifat komunikatif seperti ludruk, wayang kulit, dan drama b. Media Modern, yaitu media yang dihasilkan dari teknologi antara lain televisi, radio, pers dan lain-lain. 38

3. Buku Sebagai Sarana Dakwah

37 Hamzah Yaqub, Publisistik Islam Teknik Dakwah dan Leadership Bandung: C.V. Diponegoro, 1992, Cet ke- 1, h. 47-48 38 Adi Sasono, et. al. Solusi Islam Atas Problematika Umat, Ekonomi, Pendidikan dan Dakwah, Jakarta: Gema Insani Press, 1998, Cet ke-1, h. 154 Berdakwah tidak harus dengan berceramah. Dakwah bisa menggunakan berbagai sarana. Di era modern sekarang ini, dakwah harus dikemas dengan berbagai sarana, agar dakwah dapat berlangsung lebih efektif dan tidak ketinggalan zaman. Yang penting inti dakwah yakni ”mengajak manusia ke jalan Tuhan ud’u ila sabili rabbika” dapat tercapai. Di era saat ini, ada banyak media yang bisa dijadikan sebagai sarana dakwah. Selain media massa, seperti koran, majalah, radio, dan televisi, ada juga sarana lain yang cukup efektif, yakni melalui buku. Melihat animo masyarakat yang mulai menyukai buku sebagai sumber ilmu dan pengetahuan, menjadikan dakwah melalui buku dapat dijadikan sebagai alternatif yang cukup representatif. Banyak di masa sekarang ini buku-buku yang diterbitkan berupaya untuk meluruskan pemahaman dan koreksi terhadap gagasan-gagasan yang dikumandangkan oleh kalangan Islam Liberal yang membingungkan umat. Dikatakan juga bahwa buku itu merupakan salah satu saran taushiyah antar sesama muslim sehingga tidak menjadi orang yang merugi dan terhindar dari penyimpangan. Kecendrungan itu juga melahirkan fenomena menarik, yaitu buku dijadikan sebagai sarana polemik perang pena. Sehingga sebuah buku muncul, kemudian muncul buku baru yang menanggapi kehadiran buku itu. Apapun yang terjadi, buku memang telah mulai menjadi alternatif rujukan umat. Sehingga menjadikan buku sebagai sarana dakwah, taushiyah, maupun koreksi dan kritik terhadap sesama muslim, merupakan jalan yang layak untuk ditempuh. Asalkan semuanya berangkat dari niat yang mulia, dan untuk tujuan yang mulia pula, yaitu menuju pencerahan, menggapai kebenaran, dan tentu saja menghindarkan umat dari ”penyimpangan dan kesesatan” sebagai inti dakwah. 39 39 Badiatul Muchlisin Asti, Berdakwah dengan Menulis Buku, Bandung: Media Qalbu, 2004, Cet ke-1, h. 41-44

BAB III PROFIL HAMKA DAN GAMBARAN UMUM

BUKU RENUNGAN TASAUF

A. Profil Hamka

1. Riwayat Hidup Hamka

Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal masyarakat dengan “Hamka”, lahir di sebuah desa bernama Tanah Sirah di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat, pada tanggal 17 Februari 1908 atau bertepatan dengan 14 Muharam 1326 Hijriyah. 40 Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, merupakan pelopor Gerakan Islah tajdid di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Hamka mendapat pendidikan rendah di Sekolah Dasar Maninjau hingga kelas dua. Ketika usia Hamka mencapai 10 tahun, ayahnya telah mendirikan Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di situ Hamka mempelajari agama dan mendalami bahasa Arab. Hamka juga pernah mengikuti pengajaran agama di surau dan masjid yang diberikan ulama terkenal seperti Syeikh Ibrahim Musa, Syeikh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur, R.M. Surjopranoto dan Ki Bagus Hadikusumo. 40 Nasir Tamara dkk, Hamka di Mata Hati Umat, Jakarta: Sinar Harapan, 1983, Cet Ke- 1, h. 51