Struktur Makro Tematik Analisis Teks Dalam Buku Renungan Tasauf

BAB IV ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH

DALAM BUKU RENUNGAN TASAUF KARYA HAMKA

A. Analisis Teks Dalam Buku Renungan Tasauf

Pada bab ini pembahasan akan difokuskan pada analisis teks melalui struktur makro, superstruktur dan struktur mikro, selain itu akan dibahas pula analisis konteks sosial dan analisis kognisi sosial. Sebelum melakukan pembahasan, terlebih dahulu akan dipaparkan judul-judul yang akan diteliti dalam buku Renungan Tasauf, antara lain; A Akal dan Khayal, B Agama Ialah Cinta, C Di antara Cinta dan Fanatik, dan D Lailatul Qadr, E Untuk Jadi Perbandingan, F Pemimpin Agama.

1. Struktur Makro Tematik

Berdasarkan model analisis wacana van Dijk, struktur makro merupakan tema atau dikenal dengan istilah tematik. Elemen tematik menunjuk pada gambaran umum dari suatu teks. Bisa juga disebut sebagai gagasan inti, ringkasan, atau yang utama dari suatu teks. Topik menggambarkan apa yang ingin diungkapkan wartawan penulis dalam pemberitaannya. 46 Analisis tematik dalam penelitian ini akan dijabarkan dari enam buah judul dalam buku ”Renungan Tasauf” yang ada secara berurutan. a. Akal Dan Khayal 46 Eriyanto, Analisis Wacana, Yogyakarta: LKIS, 2006, Cet. Ke-5, h. 229. Dalam judul ”Akal dan Khayal” terdapat pesan dakwah. Pesan dakwah yang paling dominan dalam teks ini ialah pesan dakwah yang berkaitan dengan aspek Mu’amalah. Teks ini ingin membandingkan antara kebudayaan Barat dengan kebudayaan Timur yang sangat berbeda. Kebudayaan Barat yang menggunakan akal dan kebudayaan Timur yang menggunakan khayalnya. Kebudayaan Barat selalu mengagung-agungkan logika dan akalnya, sedangkan kebudayaan Timur mempercayai nilai-nilai keagamaan. Menurut Hamka di antara Akal dan khayal tidak ada yang dapat dipisahkan, oleh karenanya disamping kita menggunakan akal akan tetapi kita juga diharuskan menggunakan khayal agar hidup lebih seimbang. Kita mengaku, memang akal Barat telah menaklukkan kulit hidup Timur. Tetapi akal Barat belum dapat dan sekali-kali tidak akan dapat menaklukkan khayal dalam kemegahan dan kebesarannya. 47 Gagasan inti yang ingin disampaikan Hamka dalam teks di atas ingin menerangkan bahwa bangsa Barat yang menggunakan akalnya masih jauh tertinggal dibandingkan dengan bangsa Timur yang menggunakan khayalnya. Kemajuan yang dicapai oleh bangsa Barat ialah kemajuan semu yang tidak mempunyai nilai apa-apa. Sedangkan kebudayaan Timur, karena selalu mengutamakan nilai-nilai Agama menjadi kebudayaan yang akan senantiasa membuat kedamaian di muka bumi. b. Agama Ialah Cinta Pesan dakwah yang terdapat dalam teks Agama Ialah Cinta ialah pesan Aqidah. Dalam judul ini Hamka menjelaskan bahwa ”cinta” adalah puncak 47 Hamka, Renungan Tasauf, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1985, Cet Ke- 1, h. 10 tertinggi dari pandangan hidup Muslim. Seorang muslim belum dikatakan muslim yang sejati jika ia belum memahami hakikat ”cinta” yang sebenarnya. Cinta dalam Islam berarti kita mencintai Allah dan Rasulullah melebihi cinta kita kepada apapun, bahkan melebihi cinta kepada diri sendiri. Selain dari mengikuti apa yang diperintahkan dan menghentikan apa yang dilarang, karena ingin hendak dimasukkan ke dalam syurga dan takut akan dibenamkan ke dalam neraka, maka puncak tertinggi dari pandangan hidup seorang muslim adalah cinta. Cinta seperti itu terkumpul kepada satu puncak, yaitu Allah. Dan supaya hubungan mesra di antara insan sebagai hamba dengan Allah sebagai Tuhan, maka Tuhan mengutus RasulNya Muhammad Saw. menjadi penunjuk jalan. 48 Gagasan inti yang ingin disampaikan penulis dalam teks di atas menggambarkan bagaimana cinta yang dimiliki seorang muslim merupakan cinta yang tulus hanya kepada Allah dan cinta kepada Rasul sebagai penunjuk jalan. Seorang muslim mencintai Allah dan Rasul-Nya karena mereka mempunyai pandangan sebagai seorang muslim yang sejati bukan hanya karena takut kepada api neraka. Dalam teks ini terdapat ayat-ayat al-Quran. Ayat al-Quran yang digunakan dalam teks Agama Ialah Cinta ialah surat al-A’Raf ayat 56 yang berbunyi: ☺ ☺ 48 Ibid., h. 43 “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Allah memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut tidak akan diterima dan harapan akan dikabulkan. Sesungguhnya Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” Terdapat pula Hadis yang dirawikan oleh Bukhari dan Muslim, dari Anas, yang artinya: “Tidaklah berarti iman seorang kamu sebelum aku ini lebih dicintainya daripada anaknya, dan ayahnya dan sekalian manusia sekalipun.” c. Di Antara Cinta Dan Fanatik Pesan dakwah yang dikembangkan dalam teks ini ialah pesan dakwah yang mengandung nilai-nilai Aqidah. Gagasan umum atau tema yang terdapat dalam teks ini menerangkan tentang dua hal. Tema yang pertama menerangkan bagaimana seharusnya seorang muslim mencintai Allah dan Rasul serta agama islam dengan sepenuh hati, mencintai dengan mengorbankan segala yang ada dalam diri baik berupa pengorbanan harta benda maupun nyawa sekalipun. Gagasan inti tema yang pertama ini berasal dari Ayat Al-Qur’an. Dan barangsiapa yang taat kepada Allah dan Rasul, maka mereka itu akan berada beserta orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah atas mereka, yaitu dari Nabi-nabi dan orang-orang yang jujur shiddiqin dan orang-orang yang mati syahid dan orang-orang yang shaleh. Dan alangkah indahnya orang- orang itu menjadi teman. Surat an-Nisaa ayat 69. 49 49 Ibid., h. 52 Tema yang kedua yang dikembangkan Hamka dalam teks ini ialah membahas pandangan kaum orientalis terhadap kaum muslim yang sangat cinta kepada umat islam yang cinta kepada agamanya dengan sebutan ”fanatik”. Tiap-tiap orang bangkit melawan karena dorongan iman dan cintanya, dicaplah dia fanatik. Dan penjajah pun berusahalah menghilangkan ,,fanatik” itu dengan berbagai jalan. Yang terutama sekali ialah jalan pendidikan. Sekolah-sekolah yang didirikan oleh penjajah adalah berdasar kepada ,,neutraal” agama. Arti neutraal ialah positif menjauhkan segala yang berbau agama, terutama Agama Islam dari pendidikan sejak dari pendidikan dasar sampai kepada menengah sampai kepada tinggi. 50 Gagasan inti dari teks di atas ingin menggambarkan bagaimana sikap keimanan sebenar-benarnya dicap fanatik oleh orang kafir yang menjajah Indonesia. Usaha yang dilakukan dalam memberantas sikap fanatik dilakukan dengan menghilangkan pelajaran-pelajaran keagamaan. Dalam tulisan ini selain terdapat Ayat dari Al-Qur’an yaitu surat An- Nisa ayat 69 yang telah dijelaskan dalam gagasan inti di atas memuat pula hadis tentang umat islam yang ingin sekali melihat Nabi. Hadis tersebut dirawikan oleh Muslim dari Abu Hurairah yang artinya: “Setengah daripada umatku yang sangat cinta kepadaku ialah orang- orang yang datang sepeninggalku kelak. Mereka ingin sekali hendak melihat aku, dengan kaum keluarganya dan harta bendanya banyak sekali.” d. Lailatul Qadr Dilihat dari teksnya, pesan dakwah yang paling dominan dalam teks ”Lailatul Qadr” ialah pesan dakwah yang mengandung nilai Syariah. Teks ini 50 Ibid., h. 56 mengandung nilai-nilai Syariah karena mengajak umat muslim untuk beribadah demi mendapatkan malam Lailatul Qadr. Dalam judul ini Hamka menjelaskan tentang bagaimana seorang muslim memaknai malam seribu bulan atau malam Lailatul Qadr. Malam lailatul Qadr merupakan malam yang sangat mulia karena pada malam tersebut nilai ibadah kita menjadi berlipat ganda. Pada dalam malam tersebut tidak semua orang dapat mendapatkannya. Bagi orang yang mendapat malam lailatul Qadr akan merasakan suasana hatinya sangat tenang dan syahdu karena Allah memberikan keberkahan di dalam hatinya. Setiap waktu kita dianjurkan mencarinya, mencobanya. Syukur kalau sering kita mendapatnya. Sembahyang lima waktu, ditambah dengan sembahyang Nawafil sunnat pun adalah pintu untuk memasuki saat itu. Puasa ramadhan lebih-lebih lagi, adalah pintu untuk memasuki suasana itu. Moga-moga entah di malam yang mana, memang terbukalah pintu langit bagi rohani kita. IBarat kita memutar knop radio, mencari-cari satu stasion gelombang pemancar, padahal banyak gangguan, akhirnya bertemu juga; tidak kita lepas-lepaskan lagi. Sekali bertemu, jadilah, nilainya sama dengan 1.000 bulan. 51 Gagasan inti yang ingin disampaikan penulis dalam teks di atas ingin memotivasi kita agar mendapatkan malam Lailatul Qadr. Agar mendapatkan malam Lailatul Qadr seorang muslim harus berusaha karena Allah tidak memberikannya dengan mudah. Usaha yang dilakukan ialah dengan cara beribadah dengan hati yang ikhlas dan niat yang tulus ingin mendapat ridha dari Allah. Setelah mendapatkan malam Lailatul Qadr kita merasa berat meninggalkannya karena kenikmatan Rohani pada saat itu. Dalam teks ini terdapat ayat Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 186 yang berbunyi: 51 Ibid., h. 72-73 “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang aku, Maka jawablah, bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi segala perintah-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada- Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” e. Untuk Jadi Perbandingan Dalam teks ”Untuk Jadi Perbandingan” pesan dakwah yang paling dominan ialah pesan Syariah. Teks ini pada intinya menceritakan tentang sejarah kesalahan-kesalahan umat Kristiani pada masa dahulu dalam mengambil keputusan. Pengalaman pahit di masa lalu menjadi proses pembelajaran di masa sekarang, sehingga organisasi Gereja Katholik lebih bijaksana dalam mengambil keputusan pada zaman sekarang. Menurut Hamka para Alim Ulama Islam harus mencontoh yang diambil oleh organisasi gereja Katholik agar belajar dari kesalahan dan mengembalikan semuanya kepada ajaran agama. Sebabnya ialah karena pengalaman-pengalaman pahit yang mereka alami mereka jadikan pengalaman. Ignatius de Loyola dipandang sebagai perintis jalan baru bagi perbaikan diri dalam kalangan Katholik. Perkembangan ilmu pengetahuan tidak lagi mereka tolak, tetapi mereka tilik. Disediakan orang-orang yang akan mempelajarinya lebih mendalam. Demikian pun research sekali-kali tidak mereka lengahkan, bahkan kalau perlu mereka campuri. 52 52 Ibid., h. 97 Gagasan inti yang ingin disampaikan dalam teks di atas ialah menceritakan bagaimana gereja katholik mampu memperbaiki kesalahan- kesalahan yang dilakukan pada masa lalu. Mereka menjadi sangat menghargai ilmu pengetahuan dengan berusaha melakukan berbagai macam penelitian. f. Pemimpin Agama Teks ”Pemimpin Agama” menggambarkan sikap ulama sebagai penerus para Nabi. Dalam teks ini terdapat muatan pesan dakwah yang bernilai Mu’amalah. Hamka menggambarkan ulama sebagai orang yang berani menyatakan kebenaran walupun harus berhadapan dengan penguasa. Teks ini memberikan nasihat kepada kita agar menghormati ulama yang memegang teguh ajaran Islam. Pemimpin Agama, ulama, kiyahi, lebai, ajengan Itulah waris daripada Nabi-nabi. Nabi yang tidak meninggalkan harta benda, tetapi meninggalkan pengajaran dan tuntunan yang akan disampaikan kepada umat manusia. Ulamalah pelita di waktu sangat gelap. Ulamalah penunjuk jalan di belukar hidup yang tak tentu arah. Ulamalah pemberontak kekuasaan sewenang- wenang, melawan kezaliman dan aniaya. Kebesarannya terletak dalam jiwa, bukan dalam pakaiannya yang mentereng, baik jubah dan serban, atau tasbih dan tongkat kebesaran. 53 Gagasan inti dari teks di atas ialah ingin menggambarkan sosok ulama. Ulama merupakan pewaris para Nabi melindungi umatnya dari sikap kesewenang-wenangan penguasa yang zhalim.

2. Superstruktur Skematik