Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kemajuan peradaban manusia telah melunturkan nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Setiap orang kini menjadi terbiasa untuk mengikuti cara-cara Barat baik dari segi perilaku, cara pandang, maupun pemikiran. Seolah-olah pemikiran yang diciptakan oleh Barat merupakan tuntunan yang menjadi keharusan untuk diikuti. Seyogyanya sebagai bangsa yang memiliki populasi umat muslim terbanyak di dunia, umat Islam di Indonesia dapat menjadi leader atau pemimpin bagi kemajuan perkembangan Islam yang ada di dunia. Umat Islam di Indonesia juga selayaknya dapat menjadi suri tauladan serta menjadi contoh kepada dunia luar bahwa Islam adalah agama yang rahmatan lil’alamin yaitu agama yang membawa kedamaian dan rahmat bagi seluruh alam. Pada era globalisasi saat ini, informasi menjadi sangat penting terutama untuk mentransformasikan nilai-nilai Islam dari satu generasi ke generasi lainnya. Era informasi ditandai dengan maraknya berbagai macam media massa sebagai sarana komunikasi dan alat pembentuk opini publik. Maka sudah seharusnya umat Islam mampu memanfaatkan media massa tersebut untuk mendakwahkan ajaran agama Islam. 1 Islam sebagai agama dakwah, mewajibkan setiap pribadi muslim untuk berdakwah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar. Dakwah adalah membawa orang kepada kebenaran, yaitu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Kebenaran yang menyebabkan orang berani berkorban karena yakin akan pendiriannya. 2 Dalam perkembangannya telah muncul dakwah melalui berbagai metode dan berbagai cara. Semua itu dilakukan oleh para da’i untuk mengajak umat ke jalan yang lurus. Merupakan suatu keharusan bagi juru dakwah agar tidak menempuh jalan yang bertentangan dengan dakwah di dalam menyiarkan dakwah itu, misalnya dengan cara perdebatan yang biasa digunakan orang sejak dahulu sebagai cara yang berhasil untuk tabligh dakwah Islam, sehingga disusunlah kitab-kitab yang menjelaskan prinsip- prinsip, dasar-dasar dan kaidah-kaidahnya. 3 Dakwah sebagai manifestasi keimanan seorang muslim dapat disosialisasikan dalam berbagai media tanpa mengurangi makna dan tujuan dakwah. Salah satu media dakwah yang memiliki peluang yang besar di era informasi ini adalah dakwah melalui media cetak. 4 Mulai pada tahun 1950-an, peranan media cetak menjadi sangat 1 M. Bahri Ghazali, Dakwah Komunikatif, Jakarta: CV Pedoman,1997, h..33 2 Hamka, Prinsip dan Kebijaksanaan Dakwah Islam, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1984, h. 40. 3 Amin Ahsan Ishlahi, Metode Dakwah Menuju Jalan Allah, Jakarta: PT Litera Antarnusa, 1985, Cet. Ke-1, h. 72-73. 4 Sutirman Eka Ardhana, Jurnalistik Dakwah, Yogyakarta: Pustaka pelajar, 1995, Cet. Ke-1, h.17. menonjol, karena hampir semua koran dan majalah pada masa itu menyediakan rubrik sastra, dan itu kemudian terus terjadi sampai kini. 5 Sebagai sebuah literatur, tulisan dalam sebuah media cetak merupakan sebuah hasil karya yang tidak akan lekang termakan usia. Berbeda jika hanya mendengarkan pidato atau ceramah. Pada saat mendengarkan pidato mungkin seseorang menjadi lebih bersemangat dan memahami isi dari ceramah tersebut. Akan tetapi lama kelamaan esensi dakwah yang disampaikan akan hilang maknanya. Dalam sebuah tulisan, pemikiran dari pemimpin-pemimpin ataupun ulama-ulama yang terdahulu dapat ditransfer kepada kepada generasi penerus tanpa kehilangan esensi pemikiran dari pengarangnya. KH. Isa Anshari dalam bukunya Mujahid Dakwah mengatakan pidato lisan dari seorang orator sesaat dapat memikat jutaan massa tapi bisa lepas kemudian tiada membekas dan tiada menyerap dalam hati. Tulisan atau pena seorang pengarang cukup bicara satu kali melekat terus dalam hati menjadi buah tutur setiap hari. 6 Salah satu ulama besar yang selalu istiqamah berdakwah melalui tulisan ialah Buya Hamka. Banyak sekali tulisan-tulisan yang dibuat Hamka mulai dari tulisan agama sampai kepada tulisan fiksi seperti novel Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk. Lebih dari seratus buku telah ditulis oleh Hamka. Buku yang diteliti pada penelitian ini yaitu buku “Renungan Tasauf”. Buku Renungan Tasauf menurut observasi yang dilakukan peneliti bukan merupakan buku best seller karena buku ini hanya mengalamai dua kali cetakan. Peneliti sendiri hanya mempunyai cetakan pertama. Pada saat ini buku renungan Renungan Tasauf sudah tidak lagi diterbitkan. 5 Maman S. Mahayana, Sembilan Jawaban Sastra Indonesia, Sebuah Orientasi Kritik, Jakarta: Bening Publishing, 2005, h. 440 6 KH. M. Isa Anshori, Mujahid Dakwah, Bandung: Diponegoro, 1991, Cet. Ke-4, h. 34 Walaupun sudah tidak diterbitkan bukan berarti buku Renungan Tasauf ini tidak memiliki keunggulan. Peneliti melihat kelebihan dari buku ini terutama sekali dari segi isinya. Tulisan dalam buku Renungan Tasauf, merupakan buku yang dapat membuat yang membaca menjadi bersemangat dalam menjalani kehidupan karena Hamka memuat banyak nilai-nilai tasawuf yang sekarang ini jarang sekali disentuh oleh penulis lain. Hal yang menarik dari buku ini ialah merupakan kumpulan dari tulisan-tulisan Hamka dari beberapa periode waktu yang berbeda sehingga menimbulkan ketertarikan peneliti untuk mengetahui bagaimana penyusunan pesan-pesan dakwah dalam buku Renungan Tasauf. Melalui bukunya yang berjudul “Renungan Tasauf”, Hamka mencoba untuk menjabarkan alur pemikirannya. Terutama tentang upayanya membangkitkan nilai-nilai keislaman yang telah mengalami kemunduran di kalangan umat Islam. Untuk itu penulis tertarik untuk membedah kedalaman pemikiran dan nilai-nilai keislaman Hamka dalam buku Renungan Tasauf ini dengan judul skripsi “Analisis Wacana Pesan Dakwah Dalam Buku Renungan Tasauf Karya Hamka” .

B. Pembatasan Masalah