Konteks Sosial ANALISIS WACANA PESAN DAKWAH

6 Pemimpin Agama Dalam teks Pemimpin Agama, unsur retoris terdapat pada bagian penutup teks tersebut yang seolah olah mengajak pembaca untuk merenungkan isi teks tersebut. Unsur retoris yang digunakan oleh penulis ialah memiringkan kalimat-kalimat pada paragraf akhir. Seperti dalam kalimat di bawah ini: Hai orang yang sombong dengan kemegahan dunia pinjaman Tuhan Kembalilah kepadaNya Karena engkau akan bertanggung-jawab di hadapanNya. Asalmu hanya daripada setetes, keluar dari lobang yang hina, tidak berpakaian sehelai juga. Adapun kemegahan yang kalian perebutkan, kursi dan pangkat, hanyalah pinjaman Allah dan pinjaman rakyat karena memegang amanat yang diberikan ke atas dirimu. Janganlah sombong, karena kalian akan kembali ke akhirat, hanyalah dengan tiga lapis kain kafan juga” Bagian yang dimiringkan merupakan yang dipandang penting oleh penulis sehingga menginginkan pembaca menaruh perhatian pada teks tersebut. Pada bagian ini penulis bermaksud menyadarkan kepada orang- orang yang sombong karena memiliki kekuasaan dan harta bahwa dunia ini hanyalah titipan Tuhan. Kita tidak pantas untuk sombong karena kita adalah hanyalah seorang hamba yang akan kembali kepadaNya.

B. Konteks Sosial

Analisis wacana pada model Teun A. Van Dijk merupakan model penelitian analisis wacana yang tidak hanya menekankan pada analisis teks semata. Dalam proses analisisnya terdapat bentuk analisis yang dinamakan konteks sosial. Analisis konteks sosial dapat dimaknakan sebagai bentuk analisis untuk melihat konteks atau latar belakang terbentuknya teks tersebut. Hal ini berkaitan pula dengan keadaan situasional yang terjadi pada saat tulisan atau sebuah teks ditulis. Dalam memahami konteks sosial dapat dikembangkan kepada analisis keadaan masyarakat pada saat teks dibuat atau kepada pendekatan struktur kebudayaan di mana tempat teks tersebut ditulis. Teks “Akal dan Khayal” merupakan teks yang ditulis untuk memberikan perbandingan antara kebudayaan Barat dan Kebudayaan Timur. Teks ini ditulis pada majalah Kebudayaan Indonesia pada tahun 1952. Setiap kata yang disusun dalam teks akal dan khayal secara implisit bertujuan untuk membela kebudayaan Timur dan menempatkan kebudayaan Timur berada diatas kebudayaan Barat, dalam hal ini Hamka menyudutkan bangsa Barat dengan kalimat-kalimat dalam teks tersebut. Tulisan Hamka selanjutnya berjudul ”Agama Ialah Cinta” dan ”Diantara Cinta dan Fanatik”, kedua tulisan tersebut ditulis di majalah Panji Masyarakat pada tahun 70-an. Isu yang berkembang dalam kedua teks menekankan pada bagaimana seorang muslim seharusnya cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Cinta kepada Allah dan Rasul merupakan pegangan dalam hidup seorang muslim. Cinta yang demikian dapat menyebabkan seorang muslim rela berkorban dan berjuang demi mendapatkan cinta dari Allah. Sikap ini menjadi penyemangat para pahlawan yang rela berkorban membela tanah airnya dan berjuang sekuat tenaga mengusir penjajah. Dalam wacana yang berkembang di Barat, kondisi kecintaan tersebut dilabeli dengan istilah ”fanatik”. Hal ini yang kemudian berusaha dihilangkan oleh penjajah. Akan tetapi sikap fanatik ini tidak dapat dibendung, melainkan justru semakin mengobarkan semangat bangsa Indonesia yang akhirnya dapat merebut kemerdekaan. Bagaimana konteks sosial pada teks Lailatul Qadr? Dalam teks ini Hamka menyuguhkan cerita di dalam masa kecilnya. Teks Lailatul Qadr terinspirasi dari pengalaman masa lalu dan juga kondisi masyarakat sekitarnya. Dalam teks ini Hamka ingin mengajak kepada Masyarakat agar berusaha mendapatkan malam Lailatul Qadr. Setiap kalimat-kalimat dalam teks ini dapat menggugah pembacanya dan memberikan semangat baru agar laebih berusaha beribadah kepada Allah. Teks untuk jadi perbandingan menceritakan sejarah umat Katholik di masa lalu. Kabangkitan kembali dari keterpurukan Katholik menjadi tema utama kemudian pada akhirnya berusaha memberikan pemahaman kepada umat Islam agar menjauhi kebodohan dan belajar dari kesalahan-kesalahan di masa lalu agar Islam menjadi agama yang Rahmatan lil’alamin. Dalam teks pemimpin agama konteks sosial yang terjadi ialah ingin memberikan pemahaman bersama kepada masyarakat akan pentingnya peranan ulama dalam masa pembangunan negara. Ulama dapat menjadi pemimpin bagi Umat yang lemah dan melindungi Umat dari kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh penguasa.

C. Kognisi Sosial