Fase Skizofrenia Diagnosis Skizofrenia

11 3. Kekecauan alam pikir, yang dapat dilihat dari isi pembicaraannya. Misalnya bicaranya kacau, sehingga tidak dapat diikuti alur pikirannya. 4. Gaduh, gelisah, tidak dapat diam, mondar-mandir, agresif, bicara dengan semangat dan gembira berlebihan.

2.5.2. Gejala negatif

Gejala-gejala negatif yang diperlihatkan pada penderita skizofrenia adalah sebagai berikut : 1. Alam perasaan affect “tumpul” dan “mendatar”. Gambaran alam perasaan ini dapat terlihat dari wajahnya yang tidak menunjukkan ekspresi. 2. Menarik diri atau mengasingkan diri withdrawn tidak mau bergaul atau kontak dengan orang lain, suka melamun day dreaming. 3. Kontak emosional amat miskin, sukar diajak bicara, pendiam. 4. Pola pikir stereotip

2.6. Fase Skizofrenia

Skizofrenia dapat dilihat sebagai suatu gangguan yang berkembang melalui fase-fase : 11 1. Fase premorbid Pada fase ini, fungsi-fungsi individu masih dalam keadaan normatif. 2. Fase prodromal Adanya perubahan dari fungsi-fungsi pada fase premorbid menuju saat muncul gejala psikotik yang nyata. Fase ini dapat berlangsung dalam beberapa minggu atau bulan, akan tetapi lamanya fase prodromal ini rerata antara 2 sampai 5 tahun. Pada fase ini, individu mengalami kemunduran dalam fungsi-fungsi yang mendasar pekerjaan sosial dan rekreasi dan muncul gejala yang nonspesifik, misal gangguan tidur, ansietas, iritabilitas, mood depresi, konsentrasi berkurang, mudah lelah, dan adanya defisit perilaku misalnya kemunduran fungsi peran dan penarikan sosial. Gejala positif seperti curiga mulai berkembang di akhir fase prodromal dan berarti sudah mendekati mulai menjadi psikosis. 3. Fase psikotik Berlangsung mulai dengan fase akut, lalu adanya perbaikan memasuki fase stabilisasi dan kemudian fase stabil. 12 a. Pada fase akut dijumpai gambaran psikotik yang jelas, misalnya dijumpai adanya waham, halusinasi, gangguan proses pikir, dan pikiran yang kacau. Gejala negatif sering menjadi lebih parah dan individu biasanya tidak mampu untuk mengurus dirinya sendiri secara pantas. b. Fase stabilisasi berlangsung selama 6-18 bulan, setelah dilakukan acute treatment. c. Pada fase stabil terlihat gejala negatif dan residual dari gejala positif. Di mana gejala positif bisa masih ada, dan biasanya sudah kurang parah dibandingkan pada fase akut. Pada beberapa individu bisa dijumpai asimtomatis, sedangkan individu lain mengalami gejala nonpsikotik misalnya, merasa tegang tension, ansietas, depresi, atau insomnia.

2.7. Diagnosis Skizofrenia

Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia edisi ketiga PPDGJ III membagi gejala skizofrenia dalam kelompok-kelompok penting, dan yang sering terdapat secara bersama-sama untuk diagnosis. Kelompok gejala tersebut : 14 1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas : a - “thought echo” : isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya tidak keras, dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau, - “thought insertion or withdrawal” : isi yang asing dan luar masuk ke dalam pikirannya insertion atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya withdrawal; dan, - “thought broadcasting” : isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya. b - “delusion of control” : waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau, - “delusion of passivitiy” : waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus. 13 - “delusional perception” : pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifat mistik atau mukjizat. c Halusinasi auditorik : - suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien atau, - mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri diantara berbagai suara yang berbicara, atau jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh. d Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa, misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain. 2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas : a Halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan over- valued ideas yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus. b Arus pikiran yang terputus break atau yang mengalami sisipan interpolation, yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme. c Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah excitement, posisi tubuh tertentu posturing, atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor. d Gejala- gejala “negatif”, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika. 14 3. Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik prodromal. 4. Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan overall quality dan beberapa aspek perilaku pribadi personal behavior, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri self-absorbed attitude, dan penarikan diri secara sosial.

2.8. Skizofrenia Paranoid

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Skizofrenia Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Medan Tahun 2001

0 42 85

Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan gejala Negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010

0 11 45

Demografi, Faktor Risiko, dan Terapi Pasien Anak dengan Autisme di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010-2012

0 4 62

Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan gejala Negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010

0 8 45

PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 14

BAB 1 PENDAHULUAN PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 6

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA PERAWAT BANGSAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN

0 3 27

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 17