Gejala depresi Episode depresi

20 Gejala depresi yang terjadi setelah skizofrenia bisa muncul akibat adanya gangguan psikis pada pasien misalnya karena adanya rasa kekhawatiran terjadinya relaps, adanya gangguan masalah pekerjaan, meningkatnya angka mortalitas akibat bunuh diri dan lain sebagainya. Sekitar 25 gejala depresi bisa muncul setelah skizofrenia. Jika gejala depresi lebih dominan dan gejala skizofrenia sudah tidak muncul maka diagnosisnya menjadi depresi pasca skizofrenia. 15

2.14. Gejala depresi

Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ 111, Gejala utama depresi gejala ini muncul pada derajat ringan, sedang dan berat meliputi : 14 1. Afek depresi. 2. Kehilangan minat dan kegembiraan. 3. Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya : 1. Konsentrasi dan perhatian kurang. 2. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang. 3. Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna. 4. Pandangan masa depan yang suram dan pesimitis. 5. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri. 6. Tidur terganggu. 7. Nafsu makan berkurang.

2.15. Episode depresi

21 Berdasarkan Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa PPDGJ 111 episode depresi dibagi atas : 12 a. Episode depresi ringan : 1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi. 2. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya. 3. Tidak boleh ada gejala yang berat diantaranya. 4. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2 minggu. 5. Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang biasa dilakukannya. b. Episode depresi sedang : 1. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dai 3 gejala utama depresi. 2. Ditambah sekurang-kurangnya 3 dan sebaiknya 4 dari gejala lainnya. 3. Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu. 4. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga. c. Episode depresi berat tanpa gejala psikotik : 1. Semua 3 gejala utama depresi harus ada. 2. Sitambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya dan beberapa diantaranya harus berintensitas berat. 3. Bila ada gejala penting misalnya agitasi atau retardasi psikomotor yang mencolok maka pasien mungkin tidak mau atau tidak ampu untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian penilaian secara menyeluruh terhadap episode depresi berat masih dapat dibenarkan. 22 4. Episode depresi biasanya harus berlangsung sekurang-kurangnya 2 minggu akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset sangat cepat maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu. 5. Sangat tidak ungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang sangat terbatas. d. Episode depresif berat dengan gejala psikotik : 1. Semua kriteria episode depresif berat tanpa gejala psikotik terpenuhi 2. Disertai waham, halusinasi atau stupor depresif. Waham biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka yang mengancam dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu. Halusinasi auditorik atau olfaktorik biasanya berupa suara yang menghina atau menuduh atau bau kotoran atau daging membusuk. Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika diperlukan waham atau halusinasi dapat sitentukan sebagai serasi atau tidak serasi dengan afek mood-congruent. 23

2.16. Kerangka konsep

Dokumen yang terkait

Karakteristik Penderita Skizofrenia Rawat Inap di Rumah Sakit Jiwa Medan Tahun 2001

0 42 85

Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan gejala Negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010

0 11 45

Demografi, Faktor Risiko, dan Terapi Pasien Anak dengan Autisme di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Tahun 2010-2012

0 4 62

Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid Dengan gejala Negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta Tahun 2010

0 8 45

PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 14

BAB 1 PENDAHULUAN PERBEDAAN DERAJAT DEPRESI IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT INAP DENGAN IBU DARI PENDERITA SKIZOFRENIA RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.

0 0 6

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL TERHADAP STRES KERJA PERAWAT BANGSAL RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN

0 3 27

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 9

BAB I PENDAHULUAN - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN - HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL (SOCIAL SUPPORT) DENGAN KEJENUHAN KERJA (BURNOUT) PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA - Repository Fakultas Ekonomi UNJ

0 0 17