pendidikan rendah dan sedang tidak sekolah – SMA memanfaatkan batra akupunktur karena mereka beranggapan bahwa batra akupunktur lebih baik dari
pelayanan kesehatan mana pun, semua penyakit dapat ditangani tanpa efek samping. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi DIII-Sarjana memanfaatkan batra
akupunktur karena tidak puas dengan pelayanan medik, di mana medik tidak mampu mengobati penyakit mereka, sehingga mereka memilih alternatif terakhir yakni batra
akupunktur. Hal ini mengakibatkan responden yang berpendidikan rendah, sedang dan tinggi sama-sama memanfaatkan batra akupunktur sehingga pendidikan tidak
mempunyai hubungan dengan pemanfaatan batra akupunktur.
5.3.2. Hubungan Variabel Penghasilan Terhadap Pemanfaatan Batra Akupunktur
Hasil uji statistik Korelasi Pearson menunjukkan bahwa variabel penghasilan
tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan batra akupunktur p = 0,878 0,05.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan pendapat Cumming dkk yang dikutip oleh Damhar 2002 yakni suatu set kategori variabel utama yang muncul dari
analisis terhadap model-model pemanfaatan pelayanan kesehatan, salah satunya dipengaruhi oleh hal-hal yang menyangkut kemudahan memperoleh pelayanan
kesehatan. Kemudahan memperoleh pelayanan kesehatan di antaranya kemampuan individu membayar biaya pelayanan dan pemeliharaan kesehatan, kesadaran mereka
untuk menggunakan pelayanan kesehatan dan tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Hasil ini tidak sesuai dengan pendapat Bukhari yang dikutip Sabaruddin 2002, bahwa faktor dari konsumen yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan
kesehatan adalah faktor ekonomis meliputi status sosioekonomis salah satunya pendapatan. Hasil penelitian ini juga tidak sesuai dengan Andersen dan Anderson
yang dikutip oleh Notoatmodjo 2003, mengkategorikan model pemanfaatan pelayanan kesehatan didasarkan pada tipe-tipe variabel yang digunakan sebagai
penentu pemanfaatan pelayanan kesehatan yang salah satunya adalah model keluarga. Model keluarga menggambarkan ekonomi keluarga dan digunakan untuk mengukur
kemampuan membayar individu atau keluarga untuk pelayanan kesehatan, sehingga penghasilan keluarga memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, responden yang berpenghasilan lebih kecil dari Rp.905.000,- memanfaatkan batra akupunktur karena biaya batra
akupunktur lebih murah dibandingkan dengan pelayanan kesehatan lainnya. Batra akupunktur tidak memiliki patokan harga pengobatan, biaya sesuai kemampuan
pasien. Responden yang berpenghasilan lebih besar atau sama dengan Rp. 905.000,- tidak memanfaatkan batra akupunktur karena faktor biaya, mereka hanya ingin
penyakit yang mereka derita sembuh, mereka telah lelah berobat ke pelayanan kesehatan lain namun tidak memberikan kesembuhan bagi penyakitnya. Hal ini
mengakibatkan penghasilan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan batra akupunktur. Responden dengan penghasilan lebih kecil dari Rp.905.000,- dan
responden dengan penghasilan lebih besar atau sama dengan Rp.905.000,- tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam memanfaatkan batra akupunktur, sehingga
Universitas Sumatera Utara
variabel penghasilan tidak mempunyai hubungan dengan pemanfaatan batra akupunktur.
5.4. Hasil Wawancara