Gambaran Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasien Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

(1)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASIEN TERHADAP PENGOBATAN AKUPUNTUR KELUARGA BESAR

SERUMPUN BAMBU DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:

NIM: 051000202 MARWA NURDIN AMIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASIEN TERHADAP PENGOBATAN AKUPUNTUR KELUARGA BESAR

SERUMPUN BAMBU DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

DELI SERDANG TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

NIM. 051000202 MARWA NURDIN AMIN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Skripsi dengan Judul :

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASIEN TERHADAP PENGOBATAN AKUPUNTUR KELUARGA BESAR

SERUMPUN BAMBU DI KECAMATAN PERCUT SEI TUAN KABUPATEN

DELI SERDANG TAHUN 2010

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan Oleh :

NIM. 051000202 MARWA NURDIN AMIN

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Juni 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

Dr. Drs. R. Kintoko Rochadi , MKM

NIP. 196712191993031003 NIP. 195907131987301001 Drs. Eddy Syahrial, MS

Penguji II Penguji III

Dra. Syarifah, MS

NIP. 196112191987032002 NIP. 196110241990031003 Drs. Tukiman, MKM

Medan, Juli 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

NIP. 19531018 198203 2 001 dr. Ria Masniari Lubis, M.Si


(4)

Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan perawatan rikan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua cara pelayanan kesehatan, baik upaya pengobatan tradisional maupun pengobatan modern sampai saat ini masih memiliki tempat dihati masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur Keluarga Serumpun Bambu di Kecamatan Percut Sei Tuan. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke pengobatan akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya keputusan pasien untuk menggunakan pengobatan tradisional akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu adalah karena predisposing faktors yang terdiri dari pengetahuan dikategorikan baik sebanyak 100,0%, kategori sikap 98,5%, kategori kepercayaan 75,0%, Enabling faktor yang terdiri dari fasilitas dan tempat pelayanan digolongkan dalam kategori baik, sedangkan Reinforcing faktors yang terdiri dari keluarga dikategorikan baik 52,9%, teman dikategorikan cukup 44,1%, petugas akupuntur 94,1% dan media 57,4% dikategorikan baik

Mulai beralihnya kembali keputusan masyarakat menggunakan pengobatan tradisional dalam menangani permasalahan kesehatan mereka walaupun lengkap dan modernnya pengobatan medis, menjadi salah satu perhatian besar bagi pemerintah untuk dapat menyandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan medis. Agar efek samping dari kesalahan pengobatan tradisional dapat di minimalisir.

Kata kunci : pengetahuan, akupuntur, Pengobatan tradisional


(5)

Traditional treatment is one of alternative care and treatment that is given out of medical science. The fact shows that both of the health care either traditional or modern treatment. Still have been accepted by the community until now. This research aims to know the discription of the factors which influence the patient to choose acupunture treatment.

The type of the research is quantitive study that describes the factors which influence the patient to choose acupunture treatment in Keluarga Besar Serumpun Bambu, subdistrict Percut Sei Tuan. This reseach uses interview method with using quesfionaire. The populatian of this research is all the patient who visits to acupunture treatment of Keluarga Besar Serumpun Bambu.

The result of the research shows that the patient decision to choose acupunture traditional treatment is usually influenced by predisposing, enabling and renforcing factors consist of knowledge (100%), attitude (98,5%), belief (75,0%). Third of them are clasifield as good. Enabling factors consist of health facility and and the health care place, both of them are clasified as good. Reinforcing factors consist of family’s support (44,1%) acupunture officer is support (94,1%) and media’s support (57,4%). All of them clasified as good.

The change of patient decision to use traditional treatment in overcoming their health case, although medical science is complete and modern, become one of big attention for the goverment, to make traditional tratment one level with medical treatment, so the side effect of the traditional treatment’s mistake can be minimized.


(6)

Nama : MARWA NURDIN AMIN Tempat/ Tgl. Lahir : Cairo, 19 Juli 1987

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Jumlah Anggota Keluarga : 4 Orang

Alamat Rumah : Jl. Karya kasih komp. Villa Permata C-14 Pangkalan Masyhur Medan

Nama orang tua

- Ayah : H. Muhammad Nurdin Amin Lc, MA

- Ibu : Drs. Hj. Halimatussa’diyah lubis MA

Nama Suami : Mustafa Kamal Rokan SHi, MH

Nama Anak : Raisah Hanifa

Riwayat Pendidikan : 1. SD Tunas Harapan Medan (1993-1999) 2. MtsN Percontohan Padang (1999-2002)

3. Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan (2002- 2005)

4. FKM USU (2005-2010)


(7)

Alhamdulillah..Alhamdulillah..Alhamdulillah...

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Gambaran Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pasien Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Drs. R Kintoko Rochadi, MKM dan Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu dr. Ria Masniari Lubis, MSi selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Tukiman MKM selaku Kepala Departemen Pendidikan dan Ilmu Perilaku (PKIP) dan Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Penguji III yang telah banyak menyediakan waktu dan memberikan bimbingan saran maupun pengarahan selama penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dra. Syarifah, MS selaku penguji II yang telah banyak memberikan masukan demi kesempurnaan tulisan ini.

4. Seluruh Staff pengajar dan pegawai Departemen PKIP FKM USU, khususnya Ibu dr. Linda T. Maas, MPH, Ibu Lita Sri Andayani, SKM, M.Kes dan Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes, serta Bang Hendro yang telah banyak membantu penulis.


(8)

5. Kepada Pengobatan Tradisional Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu yang telah memberikan izin dan dukungan terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis.

6. Teristimewa untuk Ayahanda H. M. Nurdin Amin Lc, MA, SHi dan Ibunda Drs. Halimatussa’diyah lubis, MA serta adik saya Mona, Rahmat, Nuro dan Maha yang telah memberikan motivasi, semangat, dukungan serta perjuangan untuk ananda baik moril maupun materi, dan terus mendoakan agar dapat menyelesaikan pendidikan tinggi untuk masa depan yang lebih baik.

7. Untuk yang tercinta suamiku Mustafa Kamal Rokan dan Anakku Raisah Hanifa terima kasih penulis ucapkan atas pengertian yang luar biasa. Tak jarang waktunyalah yang harus “diambil” untuk menyelesaikan skripsi ini. 8. Untuk Saudaraku Atok, Nenek, Nek Amplas, Ayah, Bujing, tulang Ucok, ka

Irma, Anum, Mamak kampung, bu Ida, Una, dan Serik (yang telah menjaga Raisah) serta seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan motivasi dan doa yang tiada ternilai.

9. Sahabat-sahabat seperjuanganku (Ity, Mia, Liza, Eni, Widya, Dian, Rani, ka Lidia, ka Rida) dan Peminatan PKIP (Ika, Rima, Vita, Putri, Ade, Nery, Ayu, Bang Mukhlis) yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi dan penyajiannya. Untuk itu, penulis mengharapkan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2010 Penulis


(9)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman persetujuan ... i

Abstrak ... ii

Absract ... ... iii

Riwayat Hidup Penulis ... iv

Kata Pengantar... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalahan ... 8

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Teori mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku 10 2.1.1. Lawrence Green ... 10

2.1.2. Health Believe Model... 12

2.1.3. Konsep Sehat Sakit... 13

2.2. Pasien ... 15

2.3. Pengobatan alternatif ... 17

2.3.1. Pengertian ... 17

2.3.2. Jenis Pengobatan Alternatif di Indonesia ... 20

2.3.3. Pengobat Alternatif ... 21

2.3.4. Tujuan Pengobatan Alternatif ... 23

2.3.5. Standarisasi Pengobatan Alternatif... 24

` 2.3.6. Peminat Pengobatan Alternatif... 25

2.4. Akupuntur ... 27

2.4.1. Pengertian Akupuntur ... 27

2.4.2. Sejarah Pengobatan Akupuntur ... 28

2.4.3. Cara Kerja Akupuntur... 30

2.4.4. Upaya Standarisasi Pengobatan Akupuntur ... 31

2.5. Pelayanan Akupuntur Mudah Diterima Masyarakat ... 34


(10)

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 37

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2.1 Lokasi ... 37

3.2.2. Waktu Penelitian ... 37

3.3. Populasi dan Sampel ... 38

3.3.1. Populasi... 38

3.3.2. Sampel... 38

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 39

3.4.1. Data Primer... 39

3.4.2. Data Sekunder... 39

3.5. Defenisi Operasional ... .. .... 40

3.6. Instrumen dan Pengukuran... 41

3.6.1. Instrumen... 41

3.6.2. Cara Pengukuran... 41

3.7. Metode Pengolahan dan Penyajian Data... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 46

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 46

4.1.1 Geografis Kecamatan Percut Sei Tuan ... 47

4.1.2.Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan ... 48

4.1.3.Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu ... 48

4.2. Hasil Peneltian ... 50

4.2.1. Predisposing Factors... 50

4.2.2. Enabling Factors... 62

4.2.3. Reinforcing Factors ... . 65

BAB V PEMBAHASAN ... 72

5.1. Karakteristik Responden ... 72

5.2. Pengetahuan Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur ... 76

5.3. Sikap Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur ... 81

5.4. Kepercayaan Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur ... 85

5.5. Enabling Factors ... 90

5.6. Reinforcing Factors ... ... 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 90

6.1. Kesimpulan ... 90

6.2. Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA


(11)

LAMPIRAN :

Lampiran 1. Kuesioner


(12)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 4.1. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Percut Sei

Tuan Tahun 2008 ... 48 Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap

Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun

Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 50 Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terhadap

Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2010 ... 54 Tabel 4.4. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasien

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 56 Tabel 4.5. Distribusi Sikap Responden Terhadap Pengobatan

Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 57 Tabel 4.6. Kategori Responden Berdasarkan Sikap Tentang Pasien

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 59

Tabel 4.7. Distribusi Kepercayaan Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli

Serdang Tahun 2010 ... 59 Tabel 4.8. Kategori Responden Berdasarkan kepercayaan

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun ... 62 Tabel 4.9. Distribusi Enabling Faktors berdasarkan Fasilitas

Pelayanan Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan


(13)

Tabel 4.10. Kategori Enabling faktors Berdasarkan Fasilitas Pelayanan Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 63 Tabel 4.11. Distribusi Enabling Faktors berdasarkan Tempat

Pelayanan Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 ... 64 Tabel 4.12. Kategori Enabling faktors Berdasarkan Tempat

Pelayanan Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 65 Tabel 4.13. Distribusi Reinforcing Faktors Berdasarkan Keluarga

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 66 Tabel4.14. Kategori Reinforcing factors Berdasarkan Keluarga

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2010... 67 Tabel 4.15. Distribusi Reinforcing Faktors Berdasarkan Teman

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2010... 68 Tabel 4.16. Kategori Reinforcing Factors Berdasarkan Teman

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar

Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten

Deli Serdang Tahun 2010... 69 Tabel 4.17. Distribusi Renforcing Faktors Berdasarkan Petugas

Akupuntur Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan

Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010... 69 Tabel 4.18. Distribusi Reinforcing factors Berdasarkan Media

Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga

Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan


(14)

Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan perawatan rikan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua cara pelayanan kesehatan, baik upaya pengobatan tradisional maupun pengobatan modern sampai saat ini masih memiliki tempat dihati masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur.

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggambarkan faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur Keluarga Serumpun Bambu di Kecamatan Percut Sei Tuan. Metode yang digunakan adalah metode wawancara dengan menggunakan kuesioner. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang berobat ke pengobatan akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya keputusan pasien untuk menggunakan pengobatan tradisional akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu adalah karena predisposing faktors yang terdiri dari pengetahuan dikategorikan baik sebanyak 100,0%, kategori sikap 98,5%, kategori kepercayaan 75,0%, Enabling faktor yang terdiri dari fasilitas dan tempat pelayanan digolongkan dalam kategori baik, sedangkan Reinforcing faktors yang terdiri dari keluarga dikategorikan baik 52,9%, teman dikategorikan cukup 44,1%, petugas akupuntur 94,1% dan media 57,4% dikategorikan baik

Mulai beralihnya kembali keputusan masyarakat menggunakan pengobatan tradisional dalam menangani permasalahan kesehatan mereka walaupun lengkap dan modernnya pengobatan medis, menjadi salah satu perhatian besar bagi pemerintah untuk dapat menyandingkan pengobatan tradisional dengan pengobatan medis. Agar efek samping dari kesalahan pengobatan tradisional dapat di minimalisir.

Kata kunci : pengetahuan, akupuntur, Pengobatan tradisional


(15)

Traditional treatment is one of alternative care and treatment that is given out of medical science. The fact shows that both of the health care either traditional or modern treatment. Still have been accepted by the community until now. This research aims to know the discription of the factors which influence the patient to choose acupunture treatment.

The type of the research is quantitive study that describes the factors which influence the patient to choose acupunture treatment in Keluarga Besar Serumpun Bambu, subdistrict Percut Sei Tuan. This reseach uses interview method with using quesfionaire. The populatian of this research is all the patient who visits to acupunture treatment of Keluarga Besar Serumpun Bambu.

The result of the research shows that the patient decision to choose acupunture traditional treatment is usually influenced by predisposing, enabling and renforcing factors consist of knowledge (100%), attitude (98,5%), belief (75,0%). Third of them are clasifield as good. Enabling factors consist of health facility and and the health care place, both of them are clasified as good. Reinforcing factors consist of family’s support (44,1%) acupunture officer is support (94,1%) and media’s support (57,4%). All of them clasified as good.

The change of patient decision to use traditional treatment in overcoming their health case, although medical science is complete and modern, become one of big attention for the goverment, to make traditional tratment one level with medical treatment, so the side effect of the traditional treatment’s mistake can be minimized.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Teori Mengenai Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Perilaku 2.1.1. Teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green

Menurut Green, perilaku dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni :

1. Faktor-faktor perdisposisi (predisposing factors) : pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya. Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya : pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesadaran ibu tersebut tentang manfaat periksa hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya. disamping itu kadang-kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan bisa menyebabkan anak cacat. Faktor-faktor ini terutama yang positif mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemudah.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)

Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya : air bersih, temapat


(17)

pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk berprilaku sehat, masyarakat memerlukan sarana dan prasarana pendukung, misalnya: perilaku pemeriksaaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat perikksa hamil saja, melainkan ibu tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa hamil, misalnya : puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit. fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor pemungkin.

3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)

Faktor-faktor ini meliputi sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama, para petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa


(18)

hamil, juga diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil periksa hamil (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Theory Health Believe Model (HBM)

Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun 1950 oleh sekelompok psikolog untuk membantu menjelaskan mengapa orang akan menggunakan pelayanan kesehatan. Sejak terbentuk teori HBM telah digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. yang dihipotesis oleh teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa kejadian simulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :

1. Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada menjadi relevan.

2. keyakinan bahwa seseorang rentan atau serius mengalami masalah kesehatan dari suatu penyakit atau kondisi. hal ini sering dianggap sebagai ancaman yang dirasakan.

3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu akan bermanfaat dalam mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk mengikuti rekomendasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pada pengeluaran keuangan (James F. McKenzie,1997).


(19)

2.1.3. Konsep Sehat Sakit

Kesehatan adalah suatu konsep yang telah sering digunakan namun sukar untuk dijelaskan artinya. faktor yang berbeda menyebabkan sukarnya mendefenisikan kesehatan, kesakitan dan penyakit. Meskipun demikian kebanyakan sumber ilmiah setuju bahwa defenisi kesehatan apapun harus mengandung paling tidak komponen biomedis, personal dan sosio kultural (Ryadi, 1982).

Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit sifatnya tidak selalu objektif. Bahkan lebih banyak unsur subjektivitasnya dalam menentukan tubuh seseorang. Persepsi masyarakat tentang sehat sakit ini sangat dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan symptom yang nampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. Perbedaan persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan inilah yang sering menimbulkan masalah dalam melaksanakan program kesehatan (Sarwono, 1992).

Gagasan orang tentang “sehat” dan “sakit” sangatlah bervariasi. gagasan ini dibentuk oleh pengalaman, pengetahuan, nilai dan harapan-harapan, disamping juga pandanagan mereka tentang apa yang akan mereka lakukan dalam kehidupan sehari-hari dan kebugaran yang mereka perlukan untuk menjalankan peran mereka (Elwes dan Sinmett, 1994).

Cara hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya berbagai macam penyakit, selain itu hasil dari


(20)

berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobatan tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu; personalitik dan naturalistic (Foster/Anderson, 2005). Personalitik adalah suatu sistem dimana penyakit disebabkan oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), Makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun manusia (Tukang sihir atau tukang tenung). Berlawanan dengan personalitik, naturalistic menjelaskan tentang penyakit dalam istilah-istilah sistemik yang bukan pribadi, disini agen yang aktif menjalankan peranannya dalam sistem ini keadaan sehat sesuai dengan model keseimbangan : apabila unsur-unsur dasar dalam tubuh “humor”, yin dan yang, serta dosha dalam Ayurveda berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu, maka tercapailah kondisi sehat. Apabila keseimbangan ini terganggu dari luar maupun dalam oleh kekuatan-kekuatan alam panas, dingin, atau kadang-kadang emosi yang kuat, maka terjadilah penyakit.

Menurut Jordan dan Sudarti yang dikutip Sarwono (1992), mengatakan bahwa persepsi masyarakat tentang sehat sakit dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya.

Sudarti dan Soejati (2006) menggambarkan secara deksriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan.


(21)

Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu:

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia. 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit yang termasuk golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan obat-obatan, ramu-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan. untuk penyebab sakit yang ketiga harus dimintakan bantuan dukun, Kyai dan lain-lain. dengan demikian upaya penyalahgunaan tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab sakit.

2.2. Pasien

Bila seseorang menderita suatu penyakit maka akan memerlukan pelayanan kesehatan atau berusaha untuk mendapatkan pengobatan. Dalam usaha mencari pengobatan seseorang memiliki kesamaan, orang tersebut akan mengunjungi Rumah Sakit atau pengobatan lainnya guna mendapatkan pengobatan demi mendapatkan kesembuhan.

Menurut H. Dalmy Iskandar dalam Yaser, 2004 yang dikatakan pasien adalah orang sakit yaitu orang yang dirawat dokter, seorang penderita (menderita sakit). Dalam praktek sehari-hari pasien dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok yaitu :


(22)

1. Pasien dalam, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan tunggal atau dirawat pada satu unit pelayanan kesehatan tertentu, atau dapat juga disebut dengan pasien yang dirawat di Rumah Sakit.

2. Pasien jalan/luar, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan tertentu atau disebut juga dengan pasien jalan.

3. Pasien opname, yaitu pasien yang memperoleh pelayanan kesehatan dengan cara menginap dan di rawat di Rumah Sakit atau disebut juga dengan pasien rawat inap.

Dalam memperoleh pelayanan kesehatan pasien juga memiliki hak yang harus didapatkannya. Hak tersebut yaitu hak atas pelayanan kesehatan yang merupakan aspek sosial, dan hak untuk menentukan nasib sendiri yang merupakan aspek pribadi.

Kedua aspek ini saling terkait. Dalam aspek pribadi dimana seorang pasien untuk menentukan nasib sendiri terutama dalam hal penyembuhan pengobatan harus percaya sepenuhnya kepada kemampuan profesional tenaga kesehatan. Demikian juga sebaliknya, pihak tenaga kesehatan bila sudah diberikan kepercayaan penuh oleh pasien harus memberikan pelayanan kesehatan dengan standart pasien yang mereka miliki, yang merupakan aspek sosial.

Menurut Wikipedia (2009) Asal mula kata-kata pasien dari bahasa Indonesia analog dengan kata patients dari bahasa inggris. Patients diturunkan dari bahasa latin yaitu patients yang memiliki kesamaan arti dengan kata kerja pati yang artinya “menderita”. Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis.


(23)

2.3. Pengobatan Alternatif 2.3.1. Pengertian

Pengo batan tradis io nal atau alternat if merupakan bentuk pela yana n pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standart pengobatan kedokteran modern (pelayanan kedokteran standart) dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran modern tersebut. Manfaat atau khasiat serta mekanisme dari pengobatan alternatif biasanya masih dalam taraf diperdebatkan (Turana, 2003).

Menurut Agoes, (1992) Pengobatan Alternatif adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturunkan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia.

Sedangkan menurut WHO (1978), Pengobatan Tradisional adalah ilmu dan seni pengobatan berdasarkan himpunan pengetahuan dan pengalaman praktek, baik yang dapat diterangkan secara ilmiah ataupun tidak dalam melakukan diagnosis, prevensi dan pengobatan terhadap ketidakseimbangan fisik, mental ataupun sosial. Pedoman utama adalah pengalaman praktek, yaitu hasil-hasil pengamatan yang diteruskan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Plus+,2005).

Penggunaan kata “alternatif” untuk menyatakan pengobatan non barat yang merupakan salah satu bukti bahwa pengobatan alternatif merupakan kearifan yang tidak berada pada posisi yang setara dengan ilmu pengobatan modren. Pada hakekatnya, sistem pengobatan modern dan pengobatan alternatif berjalan secara berdampingan dan saling melengkapi, tetapi sering karena terjadi kegagalan dan keterbatasan pengobatan modern terjadi peralihan kepada sistem alternatif


(24)

(Harmanto,2004).

Sesuai dengan Keput usan Seminar Pela yana n Pengo bat an Alt e mat if Departemen Kesehatan RI (1978), terdapat dua defenisi untuk pengobatan tradisional Indonesia (PETRIN), yaitu:

a. llmu dan seni pengobatan yang dilakukan oleh Pengobatan Tradisional Indonesia dengan cara yang tidak bertentangan dengan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai upaya penyembuhan, pencegahan penyakit, pemulihan dan peningkatan kesehatan jasmani, rohani dan sosial masyarakat.

b. Usaha yang dilakukan untuk mencapai kesembuhan, pemeliharaan

dan peningkatan taraf kesehatan masyarakat yang berlandaskan cara berpikir, kaidah-kaidah atau ilmu di luar pengobatan ilmu kedokteran modern, diwariskan secara turun temurun atau diperoleh secara pribadi dan dilakukan dengan cara-cara yang tidak lazim dipergunakan dalam ilmu kedokteran.

Dalam UU Kesehatan R.I no 23 Tahun 1992 pasal 47 tentang pembinaan, pengawasan dan pengembangan pengobatan alternatif sehingga dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Sedangkan menurut rencana pembangunan dari Departemen Kesehatan RI tahun 1994/1995-1998/1999 telah membuat program pembinaan alternatif antara lain:

1. Pembentukan 12 sentra pengembangan dari penerapan pengobatan alternatif. Tugasnya mengadakan pengkajian, penelitian, pengujian, pendidikan, pelatihan, dan pelayanan pengobatan alternatif sebelum


(25)

pengobatan tersebut diterapkan secara luas di masyarakat atau diintegrasikan ke dalam jaringan pelayanan kesehatan Menurut Dalimarta dalam Batubara, 2004.

2. Pengembangan dan pembinaan obat alternatif melalui inventarisasi, penapisan dan pemanfaatan TOGA (Tanaman Obat Keluarga).

3. Pengembangan dan pembinaan metode pengobatan alternatif. 4. Pengembangan dan pembinaan tenaga pengobatan alternatif. 5. Pengembangan dan pembinaan sarana pengobatan alternatif.

6. Penggalian dan komunikasi Pusaka Nusantara melalui telaah dokumentasi pengobatan alternatif.

7. Peningkatan sarana penunjang program seperti penyiapan peraturan dan sistem yang ada.

8. Peningkatan pembinaan dan pengembangan pemanfaatan obat alternatif melalui kegiatan pembudidayaan tanaman obat.

Pengo bat a n a lt er nat if ada la h cara pe ng o bat an at au pera wat a n ya ng diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif adalah upaya kesehatan yang diselenggarakan dengan cara alternatif untuk meningkatkan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan (kuratif) dan pemulihan (rehabilitative) (Anwar, 2005).


(26)

berkembang dan pengobatan perdukunan/kebatinan cukup lama dilakukan dalam agama-agama suku. Penyembuhan perdukunan/kebatinan bergantung pada konsep yang beranggapan bahwa kesembuhan terjadi bila kita hidup sesuai dengan roh-roh di alam baka (animisne, okultisme) atau hidup selaras dengan kekuatan semesta (mistisime/pantheisme), kalau tidak sesuai akan celaka atau sakit (Anwar, 2005).

2.3.2. Jenis Pengobatan Alternatif di Indonesia

Secara garis besar, Seminar Pelayanan Pengobatan Alternatif Indonesia (1978) telah menetapkan 4 (empat) jenis pengobatan alternatif yaitu:

1. Pengobatan alternatif dengan ramuan obat:

– pengobatan alternatif dengan ramuan asli Indonesia – pengobatan alternatif dengan ramuan obat Cina – pengobatan alternatif dengan ramuan obat India 2. Pengobatan alternatif spiritual/kebatinan:

– pengobatan alternatif atas dasar kepercayaan – pengobatan alternatif atas dasar agama – pengobatan dengan dasar getaran magnetis

3. Pengobatan alternatif dengan memakai peralatan/perangsangan: − akupunktur

− pengobatan alternatif urut pijat − pengobatan alternatif patah tulang

− pengobatan tradisional dengan peralatan (tajam/keras) − pengobatan alternatif dengan peralatan benda tumpul


(27)

4. Pengobatan alternatif yang telah mendapat pengarahan dan pengaturan pemerintah:

− dukun beranak

− tukang gigi tradisional. 2.3.3. Pengobat Alternatif

a. Pengertian Pengobat Alternatif

Pengobat Alternatif adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan/atau perawatan dengan cara yang mengacu kepada pengalaman, keterampilan turun temurun, dan pendidikan atau pelatihan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku dalam masyarakat. Ruang lingkup pelayanan yang dilakukan oleh Pengobat alternatif meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif (profil Pengobat Pengobat Tradisional, 2007).

b. Pengobat Alternatif ditinjau dari klasifikasi dan jenisnya

a. Pengobat Alternatif keterampilan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan perawatan alternatif berdasarkan keterampilan fisik dengan menggunakan anggota gerak dan atau alat bantu lain. Meliputi Pengobat Alternatif pijat urut, patah tulang, sunat, dukun bayi, refleksi, akupresuris, akupunturis, chiropractor dan SPA.

b. Pengobat alternatif ramuan adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan atau perawatan alternatif dengan mengunakan obat/ramuan tradisional yang berasal dari tanaman (flora), fauna, bahan mineral, air dan bahan alam lain. Meliputi Pengobat alternatif ramuan Indonesia (jamu), gurah, tabib,


(28)

shinse, homoeopathy, aroma therapist dan oukup.

c. Pengobat alternatif pendekatan agama adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan atau perawatan alternatif dengan menggunakan pendekatan agama Islam, Kristen, Hindu dan Budha. Meliputi Pengobat alternatif dengan pendekatan agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu dan Budha.

d. Pengobat Alternatif Supranatural adalah seseorang yang melakukan pengobatan dan atau perawatan alternatif, dengan menggunakan tenaga dalam, meditasi, olah pernafasan, indra keenam (pewaskita) dan kebatinan. Meliputi pengobat alternatif tenaga dalam (prana), paranormal, reiky master, gigong dan kebatinan (profil Pengobat Tradisional, 2007).

c. Pengobat Alternatif akupuntur

Pengobat alternatif akupuntur adalah seseorang yang melakukan pelayanan pengobatan dengan perangsangan pada titik-titik akupuntur dengan cara menusukkan jarum dan sarana lain seperti elektro akupuntur.

2.3.4. Tujuan Pengobatan Alternatif A.Tujuan Umum

Meningkatnya pendayagunaan pengobatan alternatif baik secara tersendiri atau terpadu pada sistem pelayanan kesehatan, dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Dengan demikian pengobatan alternatif merupakan salah satu alternatif yang relatif lebih disenangi masyarakat. Oleh karenanya kalangan kesehatan berupaya mengenal dan jika dapat mengikut sertakan pengobatan alternatif tersebut (Zulkifli, 2005).


(29)

B. Tujuan Khusus

1. Meningkatkan mutu pelayanan pengobatan alternatif, sehingga masyarakat terhindar dari dampak negatif karena pengobatan alternatif.

2. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dengan upaya pengobatan alternatif

3. Terbinanya berbagai tenaga pengobatan alternatif dalam pelayanan kesehatan. 4. Terintegrasinya upaya pengobatan alternatif dalam program pelayanan

kesehatan, mulai dari tingkat rumah tangga, puskesmas sampai pada tingkat rujukannya (Zulkifli, 2005).

2.3.5. Standarisasi Pengobatan Alternatif

Untuk dapat dimanfaatkannya sebagai pengobatan alternatif dalam pelayanan kesehatan, banyak yang harus diperhatikan. Salah satu diantaranya yang dinilai mempunyai peranan yang sangat penting adalah upaya standarisasi. Diharapkan, dengan adanya standarisasi ini bukan saja mutu pengobatan alternatif akan dapat ditingkatkan, tetapi yang penting lagi munculnya berbagai efek samping yang secara medis tidak dapat dipertanggung jawabkan, akan dapat dihindari.

Pengertian standarisasi adalah keadaan ideal atau tingkat pencapaian tertinggi dan sempurna, yang dipakai sebagai batas penerimaan minimal. Standar menunjukkan pada tingkat ideal tercapai tersebut tidak disusun terlalu kaku, tetapi masih dalam batas-batas yang dibenarkan disebut dengan “toleransi”:


(30)

Syarat suatu standar yang baik dipandang cukup penting adalah : 1. Bersifat jelas

Artinya dapat diukur dengan baik, termasuk ukuran terhadap penyimpangan- penyimpangan yang mungkin terjadi.

2. Masuk akal

Suatu standar yang tidak masuk akal, bukan saja akan sulit dimanfaatkan tetapi juga akan menimbulkan frustasi para profesional.

3. Mudah dimengerti

Suatu standar yang tidak mudah dimengerti juga akan menyulitkan tenaga pelaksana sehingga sulit terpenuhi.

4.Dapat dipercaya 5. Absah

Artinya ada hubungan yang kuat dan dapat didefenisikan antara standar dengan sesuatu (misalnya mutu pelayanan) yang diwakilinya.

6. Meyakinkan

Artinya mewakili persyaratan yang ditetapkan. Apabila terlalu rendah akan menyebabkan persyaratan menjadi tidak berarti.

7. Mantap, Spesifik dan Eksplisit

Artinya tidak terpengaruh oleh perubahan oleh waktu, bersifat khas dan gamblang.

Dari standar pengobatan alternatif yang dikemukakan di atas, bahwa upaya standarisasi pengobatan alternatif di Indonesia, tidak semudah yang diperkirakan. Karena ditemukannya konsep pengobatan alternatif yang supranatural menyebabkan


(31)

standarisasi akan sulit dilakukan. Untuk ini, menerapkan pendekatan kesembuhan penyakit masih sulit dilakukan, maka untuk sementara diterapkan pendekatan pengobatan tidak sampai menimbulkan komplikasi atau kematian (Zulkifli, 2005).

2.3.6. Peminat Pengobatan Alternatif

Peminat pengobatan alternatif dipengaruhi oleh beberapa faktor : (Zulkifli, 2005)

1. Faktor Sosial

Alasan masyarakat memilih pengobatan alternatif adalah selama mengalami pengobatan alternatif keluarganya dapat menjenguk dan menunggui setiap saat. Hal tersebut sesuai dengan kodrat manusia sebagai makhluk sosial yang selalu ingin berinteraksi langsung dengan keluarganya atau kerabatnya dalam keadaan sakit. Selama perawatan yang dialaminya mereka dapat berkomunikasi dengan akrab dengan keluarganya. Namun ada juga informasi yang mengemukakan bahwa masyarakat lebih senang dirawat atau diobati di rumah sakit daripada dirawat atau diobati di tempat-tempat pengobatan alternatif. Mereka dibawa ke pengobatan alternatif bukan atas kemauan sendiri tetapi atas desakan biaya pengobatan. Biasanya mereka belum pernah ke rumah sakit sehingga tidak bisa dibandingkan pengobatan alternatif dengan pengobatan di rumah sakit. Disini tampak adanya faktor pasrah akibat dari keterbatasan pengalaman-pengalaman dalam interaksi sosial.

2. Faktor Ekonomi


(32)

murah daripada rumah sakit, cara pembayarannya juga tidak memberatkan karena pasien tidak tertarik uang muka. Selain itu bagi yang tidak mampu membayar sekaligus dapat dicicil setelah pulang. Jika ditinjau dari klasifikasi pasien yang datang ke tempat pengobatan alternatif ini sebagian besar pekerjaannya adalah buruh kasar, sopir, tukang parkir, sehingga wajar faktor ekonomi menentukan dalam memilih tempat pengobatan.

3. Faktor Budaya

Salah satu alasan mengapa para penderita memilih tempat pengobatan alternatif karena pengobatan di tempat ini memiliki seorang ahli yang mempunyai kekuatan supranatural yang mampu mempercepat kesembuhan penyakit. Disamping itu hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Foster dan Anderson bahwa sistem med is adalah bag ian int egral dari kebudayaan. Salah satu faktor lain yang menyebabkan pengobatan alternatif ini masih diminati masyarakat adalah kategori penyembuhan yaitu siapa yang berhak atau yang tepat dalam menyembuhkan, misalnya untuk penyakit C hanya D yang berhak, penyakit A hanya B yang tepat menyembuhkan. Dalam persepsi masyarakat juga menganggap penyakit yang tidak parah tidak perlu dibawa ke rumah sakit, karena penyakit yang diderita dianggap tidak mengancam jiwanya, tidak menggangu nafsu makan serta masih mampu melakukan kegiatan sehari-hari walaupun agak terganggu.

4. Faktor Sosial

Kenyamanan yang diperoleh pada saat pengobatan karena tidak menggunakan peralatan-peralatan yang bisa menakutkan mereka, terutama patah tulang tidak perlu


(33)

diamputasi atau digips. 5. Kemudahan

Pasien dapat segera ditangani tanpa harus menunggu hasil rontgen dan hasil laboratorium lainnya.

2.4. Akupuntur

2.4.1. Pengertian Akupuntur

Kata akupuntur berasal dari bahasa Yunani, yaitu acus yang berarti jarum dan punctura yang berarti menusuk. Di dalam bahasa Inggris menjadi to puncture, sedangkan kata asal dalam bahasa Cina adalah cenciu. Kata tersebut kemudian diadaptasikan ke dalam bahasa Indonesia menjadi akupuntur atau tusuk jarum. Istilah akupuntur lebih dikenal dan berkembang luas di dunia Internasional dari pada kata aslinya cenciu karena orang di luar Cina banyak mempelajari ilmu akupuntur dari buku-buku yang diterbitkan dalam bahasa selain Cina, terutama bahasa Inggris (Dharmojono, 2001).

Sebagai suatu sistem pengobatan, akupuntur merupakan pengobatan yang dilakukan dengan cara menusukkan jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pasien. Maksudnya adalah untuk mengembalikan sistem keseimbangan tubuh sehingga pasien sehat kembali (Dharmojono, 2001).

Akupuntur adalah teknik pengobatan yang digunakan dalam pengobatan tradisional Cina. Jarum-jarum yang sangat tajam digunakan untuk menstimulasi titik-titik tertentu pada tubuh. Titik-titik-titik ini terdapat pada jalur-jalur energi yang disebut "meridian". Pengobatan akupuntur dirancang untuk memperbaiki aliran dan


(34)

keseimbangan energy. (Anonimous, 2007).

2.4.2. Sejarah perkembangan akupuntur

Ilmu akupuntur mulai berkembang sejak zaman Batu, yaitu kira- kira 4000 - 5000 tahun yang lalu, dimana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit. Buku "Huang Ti Nei Cing" adalah sebuah buku ensiklopedi Ilmu Pengobatan China. Diterbitkan pada jaman "Cun Ciu Can Kuo" yaitu tahun - tahun antara 770 - 221 sebelum Masehi. Pada zaman itu Ilmu Akupunktur berkembang seperti juga ilmu - ilmu lainnya di negara itu. Bahan jarum akupunktur berubah dari batu ke bambu, dari bambu ke tulang dan dari tulang menjadi perunggu. Menurut catatan sejarah negara tersebut, pada jaman dinansti Tang (tahun 265-960), Ilmu Akupunktur berkembang dengan pesat dan mulai tersebar ke luar negara asalnya, yaitu: Korea, Jepang dan negara lainnya.

Sedangkan di Amerika Serikat, Ilmu Akupunktur telah berkembang lama dalam lingkungan " China Town " di kota San Francisco dan New York. Dalam delapan tahun ini Ilmu Akupunktur telah merebut perhatian di negara tersebut ; para dokternya mulai mempelajari, menyelidiki, riset dan mempraktekkannya.

Perkembangan akupunktur di Indonesia setua adanya perantau China yang tiba di Indonesia. Hanya saja Ilmu Akupunktur hanya hidup terbatas dalam lingkungan sendiri dan sekitarnya. Pada tahun 1963 atas instruksi Menteri Kesehatan masa itu " Prof. Dr. Satrio, Departemen Kesehatan meneliti dan mengembangkan cara pengobatan Timur, termasuk Akupunktur untuk membentuk sebuah Team Riset Ilmu Pengobatan Tradisional Timur. Maka mulai saat itu praktek akupunktur diadakan


(35)

secara resmi di Rumah Sakit Umum Pusat, Jakarta yang kemudian berkembang menjadi sebuah Sub Bagian dibawah bagian Penyakit Dalam, dan selanjutnya menjadi Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) pada masa ini. Disamping memberikan pelayanan poliklinis terhadap pengunjung/pederita, Unit Akupunktur Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo juga menyelenggarakan pendidikan untuk menghasilkan dokter ahli akupunktur baru (Ferry, 2007).

2.4.3. Cara Kerja Akupuntur

Titik-titik tertentu di tubuh pasien ditusuk dengan jarum. Murni hanya jarum, tanpa ada bahan lain atau obat pada jarumnya. Fungsi jarum tersebut ‘membantu’ membenahi sistem energi tubuh yang bermasalah. Karena itulah tusukan pada titik-titik tersebut disesuaikan dengan jenis penyakit yang diderita pasien.

Perawatan akupuntur saat ini sedikit berbeda dengan cara yang dilakukan masyarakat Cina Kuno. Dahulu, masyarakat Cina Kuno menggunakan batu-batu tajam, kayu dan buluh sebagai alat untuk menekan dan menusuk bagian-bagian tertentu. Tetapi kini, alat-alat ini diganti dengan cara yang lebih modern, yaitu penggunaan jarum-jarum halus yang telah disterilkan. Jarum-jarum ini dibuat dari berbagai bahan logam seperti jarum silver atau jarum perak, jarum copper atau jarum tembaga, dan jarum emas.

Jarum yang ditusukkan itu tidak akan terasa sakit, hanya ada sedikit rasa ditusuk jarum dan bila jarum ditusukkan lebih dalam mungkin akan terasa seperti disetrum, sebab jarum yang digunakan sangat tajam, padat, dan jauh lebih halus


(36)

dibandingkan jarum suntik. Panjang jarum berkisar antara 12 mm-10 cm, dan dapat ditusukkan sedalam 6 mm-7.5 cm, tergantung kurus-gemuknya pasien, lokasi titik pengobatan, dan gangguan (di dalam atau permukaan).

Jarum dapat dibiarkan tertancap selama beberapa detik sampai satu jam, tetapi umumnya 20 menit. Bagi yang menghadapi penyakit yang agak kronis perawatan dijalankan sebanyak sekali atau dua kali seminggu. Sebaliknya, perawatan ringan diberikan bagi penyakit yang tidak terlalu kritis.

Dalam pengobatan, pasien mungkin perlu membuka sebagian pakaiannya agar jarum dapat ditusukkan pada titik-titik yang perlu sementara pasien berbaring. Umumnya titik-titik pengobatan terletak di lengan bawah dan tangan, tungkai bawah dan kaki, walaupun titik-titik akupuntur terdapat di seluruh tubuh.

Titik penusukan tergantung pada lokasi gangguan dan cara akupunturis untuk mempengaruhi tubuh. Titik ini tidak harus langsung berhubungan dengan keluhan pasien, misalnya untuk pengobatan gangguan kepala dapat saja diambil titik pengobatan pada kaki yang terletak pada kanal yang bersangkutan (Anonim, 2004).

2.4.4. Upaya Standarisasi Pelayanan Akupuntur

Dengan upaya dan perjuangan yang cukup panjang, pengobatan akupuntur sebagai sistem pengobatan alternatif telah memiliki pegangan standar, tidak seperti hanya dengan sistem pengobatan tradisional lainnya. Hal ini terjadi karena akupuntur merupakan suatu sistem pengobatan yang telah memiliki falsafah (cara berpikir, teori-teori dasar, teknik memeriksa pasien, teknik mendiagnosis, teknik terapi, teknik evaluasi, dan berbagai aspek lainnya. Oleh karena itu, dapat


(37)

dikatakan bahwa akupuntur tidak lagi disebut sebagai cara pengobatan tradisional, melainkan merupakan cara pengobatan alternatif karena sifatnya yang akomodatif pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh, adanya inovasi dalam pengobatan akupuntur dengan berkembangnya sistem elektro akupuntur, laser, ultarsonik, magnet, akuapuntur, dan sebagainya.

Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi maka peranan para akupunturis dituntut untuk lebih meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu disegala aspek pengobatan akupunturnya. Hal ini akan berjalan lancar apabila diimbangi dengan adanya pengawasan dari pemerintah melalui Depkes sebagai tindak lanjut keberadaan pelayanan akupunturis. Aspek-aspek utama yang harus dimiliki oleh para akupunturis sebagai berikut :

1. Sumber daya manusia (akupunturis) 2. Bentuk pelayanan akupuntur

3. Proses pelayanan akupuntur

4. Penampilan (performance) pelayanan akupuntur (Dharmojono, 2001)

a. Sumber Daya Manusia (akupunkturis)

Pada saat ini, akupunkturis terdiri dari dokter dan nondokter (selanjutnya disebut akupunkturis). Apabila tenaga medik/dokter akan menyelenggarakan pelayanan akupunktur tidak memerlukan izin praktek khusus terlebih dahulu karena pelayanan akupunktur dianggap merupakan salah satu ragam pelayanan. Izin praktek dokter secara langsung sudah termasuk izin praktek akupunkturisnya. Namun demikian, tenaga medik/dokter akupunkturis tetap harus memiliki sertifikat yang


(38)

menunjukkan telah mengikuti dan lulus dari pendidikan akupuntur yang memiliki izin penyelenggaraan kursus dari Depdikbud. Akupunturis yang telah dinyatakan lulus dari pendidikan akupuntur akan mendapat ijazah lokal. Selanjutnya, merekapun harus lulus dari ujian nasional akupunturis yang diselenggarakan oleh depdikbud, baik teori maupun praktek (Dharmojono, 2001).

b. Bentuk Pelayanan Akupuntur

1. Bentuk pelayanan/praktek perorangan (praktek mandiri) 2. Bentuk praktek berkelompok

3. Bentuk praktek bersama 4. Bentuk praktek di puskesmas

5. Bentuk praktek akupunturis di rumah sakit c. Proses Pelayanan Akupuntur

1. Proses teknis medik

Akupunturis harus mampu melakukan tindakan medik dengan prosedur standar secara sistematis dan akurat meliputi teknik pengumpulan data pasien (cara memeriksa pasien), teknik mendiagnosis, teknik terapi dan teknik evaluasi terhadap tindakan mediknya. Akupunturis pun harus memiliki kartu pasien standar, memahami cara pengisian dan dapat menyimpannya.

2. Proses non teknik medik

Akupunturis memahami proses penanganan pasien sejak pendaftaran konsultasi (penyuluhan), alur rujukan (apabila diperlukan), sampai pada urusan administrasi (Dharmojono,2001).


(39)

d. Penampilan Pelayanan Akupuntur 1. Penampilan fisik

a. Ruangan praktek akupuntur

b. Sarana teknis pelayanan akupuntur c. Pakaian praktek akupuntur

2. Penampilan non fisik

a. Penampilan non fisik berupa hasil keluaran (output) dari pelayanan akupuntur yang diselenggarakan (medical output performance), dengan adanya evaluasi mengenai angka kesembuhan, angka efek samping, dan angka terjadinya kompilasi.

b. Penampilan non fisik yang sifatnya non medis (non medical performance) perlu dimiliki oleh seorang akupunturis dengan rujukan sumpah/janji akupunturis dan kode etik akupunturis Indonesia (Dharmojono,2001).

2.5. Pelayanan Akupuntur Mudah Diterima Masyarakat

Menurut Dharmojono (2001) motto akupuntur terkenal dengan nama MAREM (Murah, aman, Rasional, efektif, mudah). Motto ini sangat sesuai denga GBHN (1988) yang menyatakan bahwa: “Pembangunan kesehatan terutama ditujukan kepada golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah baik di pedesaan maupun di perkotaan”.

Pada dasarnya, jumlah akupunturis di Indonesia masih sangat sedikit dan masih terkonsentrasi di kota-kota besar, seperti, jakarta, Surabaya, Jogja, Bandung dan beberapa kota di luar pulau jawa. Apabila akupunturis ingin berperan dalam


(40)

upaya pelayanan kesehatan masyarakat maka harus dihasilkan akupunturis yang berkualitas tinggi dan bersedia terjun ke pedesaan (Dharmojono, 2001).

2.6. Kerangka Konsep Teori L. Green

Predisposing Factors

- Umur

- Jenis kelamin - Suku

- Pekerjaan - Tingkat

pendidikan - Penghasilan - Pengetahuan - Sikap

Enabling Factors

- Fasilitas pelayanan - Tempat

pelayanan

pengobatan akupuntur

Reinforcing Factors

- Keluarga - Teman - Petugas

Akupuntur - Media


(41)

Skema diatas menunjukkan bahwa predisposing factors meliputi umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, pendidikan, penghasilan, pengetahuan, sikap, kepercayaan dan enabling factors meliputi fasilitas pelayanan, tempat pelayanan serta reinforcing factors meliputi keluarga, teman, petugas akupuntur, media cetak/elektronik merupakan faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur.


(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran faktor-faktor yang memengaruhi pasien terhadap pengobatan akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi

Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang. Adapun alasan pemilihan Lokasi ini adalah :

1. Memiliki pasien yang cukup banyak hampir 2500 pasien per bulannya, di bandingkan tempat akupuntur yang lain.

2. Pasien berasal dari berbagai macam daerah, sedangkan lokasinya jauh dari kota.

3. Menggabungkan pengobatan pijat kampung dengan telur ayam kampung, pembacaan doa lalu di akupuntur.

4. Belum pernah dilakukan penelitian yang sama di lokasi tersebut.

3.2.2. Waktu penelitian


(43)

3.3Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang menjalani pengobatan akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 yaitu berjumlah 200 pasien.

3.3.2. Sampel

Sampel yang digunakan adalah pasien yang menjalani pengobatan akupuntur di Keluarga Besar Serumpun Bambu di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010. Sampel untuk pasien dalam penelitian ini diambil dengan sistem accidental sampling (Notoatmodjo, 2002). Pengambilan jumlah sampel untuk pasien akupuntur dengan menggunakan rumus uji proporsi satu sampel Lameshow (1997) sebagai berikut :

n = d2

Z2.P(1-P)

keterangan : n = besar sampel

Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan 90% sehingga : Z= 1,645 (tingkat kepercayaan 90%)

d = jarak penduga 10% atau 0,10 di bawah atau di atas proporsi yang sebenarnya. P = proporsi yang sesungguhnya dari populasi yang tidak diketahui besarnya. Besar sampel akan paling besar jika P = 0,5.


(44)

Maka :

n =

(0,10)2 (1,645)2 (0,25) n =

0,01 0,6765

n = 67,6

n = 68 responden

Dengan menggunakan rumus tersebut, maka sampel untuk pasien adalah sebanyak 68 pasien.

Sampel penelitian yang berjumlah 68 pasien diambil dengan sistem accidental sampling yaitu dengan cara mengambil responden yang kebetulan ada atau tersedia (Notoatmodjo, 2002). Pengambilan sampel dengan cara ini dilakukan agar peneliti lebih yakin dan mengetahui secara mendalam hasil wawancara di lapangan selain itu karena keterbatasan peneliti dan waktu pasien sebagai objek penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Untuk pengumpulan data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner yang meliputi pendidikan, pekerjaan, penghasilan, pengetahuan, sikap dan kepercayaan pasien dalam memilih pengobatan akupuntur. 3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari tempat pengobatan akupuntur yaitu jumlah pasien.


(45)

3.5. Defenisi Operasional

1. Umur adalah lamanya usia hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan sampai pada saat wawancara berdasarkan pengakuannya dalam tahun.

2. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki masyarakat yang dibedakan atas laki-laki dan perempuan.

3. Suku adalah bagian dari sistem adat yang didapat pasien secara turun temurun dan merekat dalam sistem kekeluargaan pasien.

4. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan responden secara formal yang pernah diikutinya selama ini.

5. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan upah.

6. Tingkat penghasilan pasien adalah Jumlah seluruh pendapatan pokok dan sampingan dibagi dengan jumlah tabungan keluarga. Menurut upah minimum Provinsi penghasilan dibagi kedalam 3 kategori, yaitu :

b. Penghasilan tinggi, jika penghasilan Rp. >955.000

c. Penghasilan menengah, jika penghasilan Rp.505.000-Rp. 955.000 d. Penghasilan rendah, jika penghasilan Rp. 505.000 (UMR Provinsi) 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui pasien tentang pengobatan

akupuntur.

8. Sikap adalah respon/ penilaian pasien tentang pengobatan akupuntur.

9. Kepercayaan adalah keyakinan pasien yang sudah turun temurun terhadap pengobatan alternatif.


(46)

10. Fasilitas pelayanan adalah sarana dan prasarana yang diberikan di pengobatan akupuntur.

11. Tempat pelayanan adalah tempat dilakukannya pengobatan akupuntur.

12. Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat.

13. Teman adalah seseorang yang kenal dan berkomunikasi baik dengan pasien. 14. Petugas akupuntur adalah orang yang bertugas dalam bidang kesehatan

akupuntur di suatu tempat praktek baik pemerintah maupun swasta.

15. Media cetak/elektronik adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan, berupa media cetak dan elektronik.

3.6. Instrumen dan Cara Pengukuran 3.6.1. Instrumen

Alat untuk pengumpulan data adalah kuesioner. 3.6.2. Cara Pengukuran

Menurut Arikunto (1998), aspek pengukuran pengetahuan dengan kategori baik, cukup, dan kurang terlebih dahulu menentukan kriteria (tolak ukur) yang akan dijadikan penentuan.

a. Predisposing factors 1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui pasien tentang pengobatan akupuntur, diukur dengan 7 pertanyaan. Penilaian diberikan dengan nilai 1 untuk pertanyaan nomor 1, 3 dan 5. Nilai 3 untuk nilai tertinggi dan terendah 1 pada


(47)

pertanyaan nomor 6, dan 7. Nilai 2 untuk nilai tertinggi dan 1 untuk nilai terendah pada pertanyaan nomor 2 dan 4 dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 14 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 8-14 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 8 2. Pengukuran Sikap

Sikap adalah respon/ penilaian pasien tentang pengobatan akupuntur, diukur dengan 9 pertanyaan dengan total nilai 18. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 14 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 7-14 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 7 3. Pengukuran Kepercayaan

Kepercayaan adalah keyakinan pasien yang sudah turun temurun terhadap pengobatan alternatif diukur dengan 7 pertanyaan dengan total nilai 14. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri percaya bila jawaban responden benar > 50 % dengan total nilai ≥ 7 Katogeri tidak percaya bila jawaban responden benar < 50 % dengan total nilai < 7


(48)

b. Enabling Factors

1. Pengukuran Fasilitas Pelayanan

Fasilitas pelayanan adalah sarana dan prasarana yang diberikan di pengobatan akupuntur diukur dengan 3 pertanyaan dengan total nilai 6. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 5 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 3-5 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 3 2. Pengukuran Tempat Pelayanan

Tempat pelayanan adalah tempat dilakukannya pengobatan akupuntur diukur dengan 5 pertanyaan dengan total nilai 10. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 8 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 4-8 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 4 c. Reinforcing Factors

1. Pengukuran Keluarga

Keluarga adalah unit satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat diukur dengan 5 pertanyaan dengan total nilai 10. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai >8 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 4-8


(49)

Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 4 2. Pengukuran Teman

Teman adalah seseorang yang kenal dan berkomunikasi baik dengan pasien diukur dengan 5 pertanyaan dengan total nilai 10. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai >8 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 4-8 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 4 3. Pengukuran Petugas Akupuntur

Petugas akupuntur adalah orang yang bertugas dalam bidang kesehatan akupuntur di suatu tempat praktek baik pemerintah maupun swasta diukur dengan 6 pertanyaan dengan total nilai 12. Penilaian diberikan nilai 2 jika jawaban benar dan nilai 1 jika jawaban salah dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai > 9 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 5-9 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 5 4. Pengukuran Media cetak/elektronik

Media cetak/elektronik adalah alat bantu untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan, berupa media cetak dan elektronik. diukur dengan 2 pertanyaan dengan total nilai 5. Penilaian diberikan nilai 1 jika jawaban benar dengan kategori :

Katogeri baik bila jawaban responden benar > 75 % dengan total nilai >4 Katogeri cukup bila jawaban responden benar 40-75 % dengan total nilai 2-4 Katogeri kurang bila jawaban responden benar < 40 % dengan total nilai < 2


(50)

3.7. Metode Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Sebelum dianalisis data diolah dahulu melalui beberapa tahapan : 1. Editing (pengeditan )

Pengeditan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan isi kuesioner dengan tujuan agar data masuk dapat diolah secara benar, sehingga pengolahan data memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Coding (pengkodean)

Setelah data diperoleh, penulis melakukan pengkodean untuk mempermudah analisis data yang telah dikumpulkan.

3. Entri

Kegiatan memasukkan data ke program komputer untuk pengambilan hasil dan kesimpulan


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang yang memiliki 22 kecamatan di antaranya :

1. Kec. Gunung Meriah 12. Kec. Patumbak

2. Kec. Sinembah Tanjung Muda Hulu 13. Kec. Deli Tua

3. Kec. Sibolangit 14. Kec. Sunggal

4. Kec. Kutalimbaru 15. Kec. Hamparan Perak 5. Kec. Pancur Batu 16. Kec. Labuhan Deli 6. Kec. Namorambe 17. Kec. Percut Sei Tuan

7. Kec. Biru-Biru 18. Kec. Batang Kuis

8. Kec. Sinembah Tanjung Muda Hilir 19. Kec. Pantai Labu

9. Kec. Bangun Purba 20. Kec. Beringin

10. Kec. Galang 21. Kec. Lubuk Pakam

11. Kec. Tanjung Morawa 22. Kec. Pagar Merbau.

Salah satu jenis pengobatan alternatif di Kabupaten Deli Serdang yang banyak diminati masyarakat adalah Pengobatan Akupunktur Keluarga Besar Serumpun Bambu yang berlokasi di Kec. Percut Sei Tuan.


(52)

4.1.1. Geografis Kecamatan Percut Sei Tuan

Kecamatan Percut Sei Tuan mempunyai luas 190,79 Km² dengan jumlah penduduk 343.718 orang dan kepadatan 1.801 Km². Kecamatan Percut Sei Tuan terdiri dari 18 Desa dan 2 Kelurahan, di antaranya :

1. Amplas 11. Bandar Setia

2. Kenangan 12. Kolam

3. Tembung 13. Saentis

4. Sumber Rejo Timur 14. Cinta Rakyat

5. Sei Rotan 15. Cinta Damai

6. Bandar Klippa 16. Pematang Lalang

7. Bandar Kalipah 17. Percut

8. Medan Estate 18. Tanjung Rejo

9. Laut Dendang 19. Tanjung Selamat

10. Sampali 20. Kenangan Baru

Pusat pemerintahannya berkedudukan di Jalan Medan-Batang Kuis Desa Bandar Klippa. Secara geografis Kecamatan Percut Sei Tuan berbatasan dengan: 1. Sebelah Utara : Selat Malaka

2. Sebelah Timur : Kecamatan Batang Kuis dan Pantai Labu 3. Sebelah Barat : Kecamatan Labuhan Deli dan Kota Medan 4. Sebelah Selatan : Kota Medan


(53)

4.1.2. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan

Kecamatan Percut Sei Tuan memiliki berbagai jenis pelayanan kesehatan, secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. dibawah ini :

Tabel 4.1. Jenis Sarana Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2008

No Jenis Sarana Jumlah (Unit)

1 Rumah Sakit 3

2 Puskesmas 2

3 Puskesmas Pembantu 8

4 Puskesmas Karyawan 3

5 Klinik Bersalin 20

6 Posyandu 183

Jumlah 219

Sumber : Kecamatan Percut Sei Tuan dalam Angka Tahun 2009 4.1.3. Pengobatan Akupunktur Keluarga Besar Serumpun Bambu

Pengobatan Akupunktur Keluarga Besar Serumpun Bambu terletak di Jalan Saentis KM. 14.7 No. 90 B Kecamatan Percut Sei Tuan. Nama ”Serumpun Bambu” diambil berdasarkan keinginan akupunkturis agar pengobatan ini kuat dan kokoh seperti bambu. Pengobatan ini berdiri sejak 21 April 1987. Pelaksana pengobatan ini adalah pemilik pengobatan sekaligus akupunkturis dibantu enam orang pekerjanya. Lima orang sebagai pembantu dalam pengobatan dan satu orang sebagai tenaga administrasinya. Akupunkturis memiliki keahlian akupunktur yang bersifat turun-temurun dari orang tuanya.

Pelayanan yang diberikan pengobatan akupunktur ini yaitu pengobatan untuk segala jenis penyakit. Tingkat kunjungan pasien dalam lima bulan terakhir, dari Bulan Agustus-Desember Tahun 2009 berjumlah 15.314 kunjungan dengan rata-rata kunjungan 100-150 per harinya.


(54)

4.1.3.1. Fasilitas Pengobatan Akupunktur Keluarga Besar Serumpun Bambu Pengobatan akupuntur ini dibuka dalam suatu tempat praktek dengan sistem menunggu pasien datang berkunjung. Didukung oleh fasilitas untuk menunjang terlaksananya pengobatan di antaranya :

1. Tempat Tidur Pasien : 17 Tempat Tidur 2. Kursi Tunggu : 8 Kursi

3. Lemari Penyimpanan : 1 Lemari 4. Meja Administrasi : 1 Meja

5. Kamar Mandi : 2 Kamar Mandi 6. Musholla : 1 Musholla 7. Warung Jual Obat : 1 Warung 8. Kamar Inap Pasien : 13 Kamar Inap 9. Mikrofon : 1 Mikrofon

4.1.3.2. Peralatan Pengobatan Akupunktur Keluarga Besar Serumpun Bambu Dalam melakukan praktek, batra ini menggunakan beberapa alat dan bahan, di antaranya :

1. Jarum Suntik : 1000 Jarum per hari 2. Kapas : 3 Bungkus per hari 3. Sarung Tangan : 2 Pasang per hari 4. Telur : 1 Pasien – 1 Telur 5. Alkohol : 1 Botol per hari 6. Obat-obatan : 1. Pembalut ”Avail”


(55)

2. Obat Minum ”Habbaussauda” 3. Obat Minum ”Black Cummin” 4. Obat Minum ”Nigella Sativa”

Adapun alat dan bahan yang diperlukan ini diperoleh dari Toko Obat Petrum yang berlokasi di Jalan Raden Saleh Medan.

4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Predisposing Faktors

Berdasarkan hasil penelitian yang merupakan faktor predisposing responden yaitu umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, tingkat pendidikan dan penghasilan keluarga dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Distribusi Karakteristik Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Karakteristik Frekuensi Persentase 1. Umur (Tahun)

<40 tahun (usia dewasa awal) 40-60 tahun (usia dewasa madya) >60 tahun (usia dewasa akhir)

24 32 12 35,3 47,1 17,6

Jumlah 68 100,0

2. Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan 8 60 11,8 88,2

Jumlah 68 100,0

3. Suku Melayu Jawa Mandailing Minang Aceh Tionghoa Karo Batak 6 28 22 6 3 1 1 1 8,8 41,2 32,4 8,8 4,3 1,5 1,5 1,5


(56)

Lanjutan Tabel 4.2

No Karakteristik Frekuensi Persentase 4. Pekerjaan

PNS

Pegawai Swasta Wiraswasta/Pedagang Pekerjaan tidak tetap Tidak bekerja/IRT Pensiunan Petani 12 6 12 7 27 3 1 17,5 8,8 17,6 10,4 39,7 4,4 1,5

Jumlah 68 100,0

5. Pendidikan Tidak Sekolah SD SMP/Sederajat SMA/Sederajat Akademik Sarjana 2 8 16 23 5 14 2,9 11,8 23,5 33,8 7,4 20,6

Jumlah 68 100,0

6. Penghasilan >Rp.955.000

Rp.505.000 - 955.000 <Rp.505.000 48 13 7 70,6 19,1 10,3

Jumlah 68 100,0

7 Alamat Medan Aceh Padang sidempuan Nias Kabanjahe 62 3 1 1 1 91,2 4,3 1,5 1,5 1,5


(57)

Lanjutan Tabel 4.2

No Karakteristik Frekuensi Persentase 8 Jenis Penyakit

Kanker/Kista payudara Diabetes Hipertensi/Stroke Kanker Rahim Magh Asam Urat Hormon Keturunan Komplikasi Asma Obesitas Demam Keputihan 14 9 3 1 13 6 15 1 1 1 1 2 1 20,6 13,2 4,3 1,5 19,1 8,8 22,1 1,5 1,5 1,5 1,5 2,9 1,5

Jumlah 68 100,0

9 Lama Berobat 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 5 bulan 6 bulan 7 bulan 8 bulan 9 bulan 12 bulan 24 bulan 36 bulan 12 17 9 5 4 5 1 1 1 6 3 4 17,6 25,0 13,2 7,4 5,9 7,4 1,5 1,5 1,5 8,8 4,4 5,9

Jumlah 68 100,0

Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa jumlah responden berdasarkan umur yang paling banyak adalah umur 40 – 60 tahun (usia dewasa madya) yaitu 32 orang (47,1 %) sedangkan umur responden yang paling sedikit adalah umur >60 tahun (usia dewasa akhir) yaitu 12 orang (17,6 %). Dan berdasarkan jenis kelamin yang paling banyak adalah perempuan yaitu 60 orang (88,2 %) sedangkan jenis kelamin yang paling sedikit adalah laki-laki yaitu 8 orang (11,8 %).


(58)

Dapat dilihat dari jumlah responden berdasarkan suku yang paling banyak adalah Jawa yaitu 28 orang (41,2%), sedangkan jumlah suku yang paling sedikit ada tiga suku yaitu Tionghoa, Karo, Batak yang masing-masingnya hanya 1 orang (1,5%). Untuk pekerjaan dapat dilihat bahwa pekerjaan yang paling banyak adalah tidak bekerja/ ibu rumah tangga yaitu 27 orang (39,7 %), sedangkan pekerjaan yang paling sedikit adalah petani yaitu 1 orang (1,5 %).

Sebanyak 33,8% pasien berpendidikan SMA yaitu 23 orang dan 2 orang (20,6 %) berpendidikan tidak sekolah. Untuk penghasilan keluarga yang paling banyak adalah keluarga yang memiliki penghasilan Rp. >955.000,- yaitu 48 orang (70,6%) dan hanya 7 orang (10,3%) yang berpenghasilan Rp. < 505.000,-.

Dapat dilihat bahwa sebanyak 62 orang responden berasal dari medan, sebanyak 3 orang berasal dari Aceh, sedangkan dari Padang Sidempuan, Nias, Kabanjahe, masing-masing hanya 1 orang pasien.

Dari tabel 4.2. dapat dilihat bahwa jumlah responden yang memiliki penyakit kelenjar sebanyak 15 orang (22,1%) sedangkan penyakit Kanker/kista Payudara sebanyak 14 orang (20,6%). Dapat dilihat Kanker Rahim, keturunan, komplikasi, Asma, Obesitas, Keputihan masing-masing sebanyak 1 orang (1,5%).

Dapat dilihat sebanyak 17 orang (25,0%) lama berobat dua bulan sedangkan sebanyak 6 orang (8,8%) berobat selama setahun.

4.2.2. Pengetahuan Pasien Terhadap Pengobatan Akupuntur

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat pengetahuan responden seperti pada tabel berikut :


(59)

Tabel 4.3. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No. Pengetahuan Responden Frekuensi Persentase 1. Pengertian Pengobatan Akupuntur

1. Pengobatan tradisional yang berasal dari Cina

2. Pengobatan yang dilakukan dengan menusukkan jarum di titik tertentu di dalam tubuh

3. Untuk membenahi sistem energi tubuh yang bermasalah sesuai dengan jenis penyakitnya 11 42 15 16,2 61,8 22,1

Jumlah 68 100,0

2. Ada Manfaat Pengobatan Akupuntur di Keluarga Besar Serumpun Bambu

1. Ada 2. Tidak Ada

62 6

91,2 8,8

Jumlah 68 100,0

3. Manfaat Pengobatan Akupuntur di Keluarga Besar Serumpun Bambu

- Badan saya terasa lebih sehat

- Penyakit yang saya derita berangsur-angsur berkurang

- Penyakit yang saya derita langsung sembuh

13 49 - 21,0 79,0 -

Jumlah 62 100,0

4. Ada Efek Samping dari Pengobatan Akupuntur

1. Ada 2. Tidak Ada

7 61

10,3 89,7

Jumlah 68 100,0

5. Waktu Yang Dibutuhkan Setiap Menjalani Pengobatan Akupuntur

1. 1 Jam 2. 30 Menit 3. 20 Menit

29 39 - 42,6 57,4 -


(60)

Lanjutan Tabel 4.3

No. Pengetahuan Responden Frekuensi Persentase 6. Cara Kerja Pengobatan Akupuntur

1. Menusukkan jarum pada titik tertentu di lokasi titik pengobatan dan gangguan di dalam atau di permukaan

2. Menusukkan jarum pada tubuh pada gangguan yang sakit

3. Menusukkan jarum pada tubuh

37

27 4

54,4

39,7 5,9

Jumlah 68 100,0

7. Penyakit Yang Dapat Disembuhkan dengan Akupuntur

1. Semua penyakit 2. Penyakit tertentu 3. Satu penyakit saja

54 12 2

79,4 17,6 2,9

Jumlah 68 100,0

Dari tabel 4.3. dapat dilihat bahwa 42 orang (61,8 %) berpendapat bahwa pengobatan akupuntur adalah pengobatan yang dilakukan dengan menusukkan jarum di titik tertentu di dalam tubuh sedangkan 11 orang (16,2%) menyatakan bahwa pengobatan akupuntur adalah pengobatan tradisional yang berasal dari Cina. Sebanyak 62 orang (91,2%) berpendapat bahwa fungsi pengobatan akupuntur ada manfaatnya untuk kesehatan sedangkan 6 orang (8,8%) menyatakan bahwa pengobatan akupuntur tidak ada manfaatnya akupuntur hanya untuk kesehatan.

Sebanyak 42 orang (61,8%) menyatakan penyakit yang di derita berangsur-angsur berkurang, sedangkan yang mengatakan badan terasa lebih sehat hanya 11 orang (16,2%). Untuk pengetahuan efek samping akupuntur hanya 7 orang yang mengatakan akupuntur ada efek sampingnya. Untuk waktu yang dibutuhkan dalam menjalani pengobatan akupuntur adalah sebanyak 39 orang (57,4%) mengatakan


(61)

membutuhkan waktu 30 menit sedangkan yang membutuhkan waktu 20 menit tidak ada.

Pengetahuan tentang cara kerja akupuntur cukup tinggi sebanyak 37 orang (54,4%) mengatakan cara kerja akupuntur adalah menusukkan jarum pada titik tertentu di lokasi titik pengobatan dan gangguan di dalam atau di permuakaan sedangkan yang mengetahui bawa cara kerja akupuntur hanya menusukkan jarum pada tubuh hanya 4 orang (5,9%). Untuk pengetahuan berapa jenis penyakit yang dapat diobati oleh akupuntur adalah sebanyak 54 orang (79,4%) mengatakan dapat menyembuhkan semua penyakit sedangkan 2 orang (2,9%) mengatakan hanya dapat menyembuhkan penyakit tertentu saja.

Dari data diatas maka pengetahuan responden dapat dikategorikan pada uraian sebagai berikut :

Tabel 4.4. Kategori Responden Berdasarkan Pengetahuan Pasien Terhadap Pengobatan Akupuntur Keluarga Besar Serumpun Bambu Di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

No Pengetahuan Frekuensi Persentase

1 Baik 68 100,0

Jumlah 68 100,0

Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa dari 68 responden diketahui semua responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap akupuntur.

4.2.3. Sikap Responden Terhadap Pengobatan Akupuntur

Bedasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dilihat sikap responden seperti pada tabel berikut :


(1)

Apaka h sa uda ra m era sa nyam an di te mpat a kupuntur ke luaraga be se rum pun bam bu ini?

63 92,6 92,6 92,6

5 7,4 7,4 100,0

68 100,0 100,0

Ya Tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h ja rak akupuntur kelua rga besar serum pun ba mbu ini da r tem pa t tingga l sangat me mbe ratkan saudara ?

50 73,5 73,5 73,5

18 26,5 26,5 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

apakah di tempat pengobatan akupuntur eluarga besar serumpun bambu ini tersedia fasilitas hiburan seperti TV dan radio?

68 100,0 100,0 100,0

ya Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apaka h di tem pat pengobatan akupuntur kel uarga besar serumpu ba mbu ini kebersi han sel alu terja ga

60 88,2 88,2 88,2

8 11,8 11,8 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

apaka h di tem pat akupuntur keluarga be sar serumpun bambu disedi akan runag tunggu yang nyama n?

63 92,6 92,6 92,6

5 7,4 7,4 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(2)

Apaka h Ke lua rga saudara me nga bjurkan untuk m enjalani pe ngoba akupuntur kel uarga besar serumpun bam bu?

38 55,9 55,9 55,9

30 44,1 44,1 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

apaka h ke lua rga tidak me nem ani saudara di saa t beroba t akupun ke luarga besa r se rum pun bam bu?

31 45,6 45,6 45,6

37 54,4 54,4 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

apakah keluarga saudara pernah memberikan bantuan biaya transportasi ketika saudara menjalani pengobatan akupuntur keluarga

besar serumpun bambu

33 48,5 48,5 48,5

35 51,5 51,5 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apaka h ke lua rga saudara pernah me nga jak saudara untuk m enj al pe ngobata n kaupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu?

34 50,0 50,0 50,0

34 50,0 50,0 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Apaka h ke lua rga saudara me mbe rika n inform asi yang le ngkap ten pe ngobata n a kupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu?


(3)

Apakah teman Saudara pernah menganjurkan untuk menjalani pengobatan akupuntur keluarga besar serumpun bambu?

38 55,9 56,7 56,7

29 42,6 43,3 100,0 67 98,5 100,0

1 1,5

68 100,0 ya

tidak Total Valid

System Mis sing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apakah teman tidak menemani Saudara disaat berobat akupuntur keluarga besar serumpun bambu?

32 47,1 47,8 47,8

35 51,5 52,2 100,0 67 98,5 100,0

1 1,5

68 100,0 ya

tidak Total Valid

System Mis sing

Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

apaka h te man saudara pe rna h m embantu bi aya transportasi ketik sa uda ra m enj alani pe ngobata n a kupuntur ke luarga besa r se rum p

ba mbu?

68 100,0 100,0 100,0

tidak Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apakah keluarga saudara pernah mengajak saudara untuk menjalani pengobatan akupuntur keluarga besar serumpun bambu?

31 45,6 45,6 45,6

37 54,4 54,4 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(4)

Apaka h ke lua rga saudara me mbe rika n inform asi yang le ngkap ten pe ngobata n a kupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu?

34 50,0 50,0 50,0

34 50,0 50,0 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

Apaka h pe tugas a kupuntur ke lua rga besa r se rum pun bam bu bersik ra mah kepada saudara?

62 91,2 91,2 91,2

6 8,8 8,8 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apakah petugas akupuntur keluaraga besara serumpun bambu tidak memberikan informasi yang lengkap tentang penyakit yang saudara

derita?

57 83,8 83,8 83,8

11 16,2 16,2 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

apaka h sa uda ra m era sa nyam an dengan pel aya nan yang di beri k pe tuga s a kupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu?

62 91,2 91,2 91,2

6 8,8 8,8 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

apaka h pe tuga akupuntur kel uarga besar serumpun bam bu ini a d me nje laskan cara kerja a kupuntur?


(5)

apaka h pe tuga akupuntur kel uarga besar serumpun bam bu cepa t d tangga p dalam m elayani pengobatan akupuntur?

61 89,7 89,7 89,7

7 10,3 10,3 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumul ative Percent

apaka h pe tugas a kupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu se nantiasa me nde nga r ke luha n-keluhan saki t saudara?

59 86,8 86,8 86,8

9 13,2 13,2 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Da ri m edi a apa saja saudara perole h inform asi tentang akupuntur keluarga b se rum pun bam bu ini?

29 42,6 42,6 42,6

39 57,4 57,4 100,0

68 100,0 100,0

Media cetak (koran, majalah) Media elek tronik (TV ,radio) Total Valid

Frequency Percent Valid P erc ent

Cumulative Percent

inform asi seperti apa saja ya ng a nada dapa tkan tentang akupuntur?

35 51,5 51,5 51,5

25 36,8 36,8 88,2

8 11,8 11,8 100,0

68 100,0 100,0

Manfaat Cara k erja Tujuan akupunt ur Total

Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent


(6)

penyakit apa yang Anda derita saat ini?

14 20,6 20,6 20,6

9 13,2 13,2 33,8

3 4,4 4,4 38,2

1 1,5 1,5 39,7

13 19,1 19,1 58,8

6 8,8 8,8 67,6

15 22,1 22,1 89,7

1 1,5 1,5 91,2

1 1,5 1,5 92,6

1 1,5 1,5 94,1

1 1,5 1,5 95,6

2 2,9 2,9 98,5

1 1,5 1,5 100,0

68 100,0 100,0

Kanker/kista payudara Diabetes

Hipertensi/s troke Kanker rahim Magh As am urat kelenjer keturunan komplikasi As ma obesitas demam keputihan Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Apaka h di tem pat akupuntur Keluarga Be sar serumpun Bam bu i n ala t-al at pelayana n ya ng digunakan bersih/steril ?

62 91,2 91,2 91,2

6 8,8 8,8 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h te man Sa uda ra perna h m enganj urka n untuk me njal ani pe ngobata n a kupuntur ke luarga besa r se rum pun bam bu?

38 55,9 55,9 55,9

30 44,1 44,1 100,0

68 100,0 100,0

ya tidak Total Valid

Frequency Percent Valid P ercent

Cumulative Percent

Apaka h te man tidak m ene ma ni S audara disa at berobat a kupuntu ke luarga besa r se rum pun bam bu?


Dokumen yang terkait

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepemilikan dan Keadaan Jamban Keluarga Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2001

2 66 46

Persepsi Masyarakat Tentang Pengobatan Tradisional Di Desa Percut Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2004

0 27 124

Faktor Yang Berhubungan Dengan Status Gizi Anak Balita Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

4 52 156

Pengaruh Sosiodemografi dan Sosiopsikologi Pasien Terhadap Pemanfaatan Pengobatan Tradisional (Batra) Akupunktur Serumpun Bambu Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

7 111 126

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 7 73

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 3 11

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 3 1

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 7

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 18

Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Pendapatan Nelayan (Studi Kasus : Desa Percut Sei Tuan, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang)

1 1 3