Jumlah Retak Panjang Retak

99

IV.3.2.2 Jumlah Retak

Dari hasil pengamatan retak dapat diketahui bahwa retak yang terjadi pada semua variasi beton BN, AAT 5, AAT 10 dan AAT 15 dengan pola penyebaran, jumlah, panjang, dan lebar retak yang berbeda setiap variasi. Hasil penagamatan menunjukkan bahwa rata-rata yang terjadi untuk setiap luasan 100cm 2 dapat dilihat pada Tabel 4.9 sebagai berikut : Tabel 4.9 Jumlah retak selama pengamatan Variasi Campuran Jumlah Retak Persen Perubahan Hari Ke-90 Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Ke-1 Ke-3 Ke-7 Ke-14 Ke-28 Ke-45 Ke-90 Variasi I BN 15 23 26 26 26 26 26 - Variasi II AAT 5 11 18 21 21 21 21 21 19,23 Variasi III AAT 10 7 12 14 14 14 14 14 46,15 Variasi IV AAT15 4 7 9 9 9 9 9 65,38 15 23 26 26 26 26 26 11 18 21 21 21 21 21 7 12 14 14 14 14 14 4 7 9 9 9 9 9 5 10 15 20 25 30 1 3 7 14 28 45 90 Waktu Pengamatan hari Ju m lah R et ak Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Gambar 4.10 Perubahan jumlah retak terhadap waktu pengamatan Universitas Sumatera Utara 100 Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat terlihat bahwa pada semua variasi baik variasi I BN, variasi II AAT5, variasi III AAT 10 maupun variasi IV AAT 15 terjadi penambahan jumlah retak dari hari ke-1 sampai hari ke-7, sedangkan dari hari ke-7 sampai hari ke-90 tidak terjadi penambahan jumlah retak. Penambahan Abu Ampas Tebu AAT mampu mengurangi jumlah retak yang terjadi secara signifikan sebesar 19,23 untuk penambahan AAT 5, 46,15 untuk penambahan AAT 10 dan 65,38 untuk penambahan AAT 15. Semakin besar penambahan AAT pada campuran beton maka jumlah retak yang terjadi akan semakin berkurang. Pengurangan jumlah retak terjadi dikarenakan tingginya absorbsi air yang terdapat pada AAT itu sendiri. Air yang diserap oleh AAT tersebut dapat membantu dan menjaga beton dari penguapan yang tinggi sehingga terhindar dari retak-retak rambut selama proses pengerasan dan perawatan pada beton.

IV.3.2.3 Panjang Retak

Pola retak yang terjadi pada pelat beton secara umum tidak beraturan sehingga untuk melakukan pengukuran panjang retak perlu pendekatan dengan menggunakan benang yang mengikuti alur retak yang terjadi. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rata-rata panjang retak yang terjadi dapat dilihat pada Tabel 4.10. Universitas Sumatera Utara 101 Tabel 4.10 Rata-rata panjang retak Variasi Campuran Panjang Retak mm Persen Perubahan Hari Ke-90 Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Ke-1 Ke-3 Ke-7 Ke-14 Ke-28 Ke-45 Ke-90 Variasi I BN 34,7 36,9 37,3 37,4 37,6 38,8 40,5 - Variasi II AAT 5 31,2 33,4 33,9 34,1 34,8 36,1 37,2 8,15 Variasi III AAT 10 26,6 28,6 28,8 29,6 30,0 31,1 32,4 20,00 Variasi IV AAT 15 24,2 26,8 27,1 27,8 28,1 29,3 30,1 25,68 34,7 36,9 37,3 37,4 37,6 38,8 40,5 31,2 33,4 33,9 34,1 34,8 36,1 37,2 26,6 28,6 28,8 29,6 30,0 31,1 32,4 24,2 26,8 27,1 27,8 28,1 29,3 30,1 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0 35,0 40,0 45,0 50,0 1 3 7 14 28 45 90 Waktu Pengamatan hari P an jan g R et ak m m Variasi I Variasi II Variasi III Variasi IV Gambar 4.11 Perubahan panjang retak terhadap waktu pengamatan Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat terlihat bahwa pada semua variasi baik variasi I BN, variasi II AAT5, variasi III AAT 10 maupun variasi IV AAT 15 terjadi penambahan panjang retak dari hari ke-1 sampai hari ke-90. Penambahan Abu Ampas Tebu AAT mampu mengurangi panjang retak yang terjadi secara signifikan sebesar 8,15 untuk penambahan AAT 5, 20,00 untuk penambahan AAT 10 dan 25,68 untuk penambahan AAT 15. Universitas Sumatera Utara 102 Semakin besar penambahan AAT pada campuran beton maka panjang retak yang terjadi akan semakin berkurang. Pengurangan panjang retak terjadi dikarenakan tingginya absorbsi air yang terdapat pada AAT itu sendiri. Air yang diserap oleh AAT tersebut dapat membantu dan menjaga beton dari penguapan yang tinggi sehingga terhindar dari retak-retak rambut selama proses pengerasan dan perawatan pada beton.

IV.3.2.4 Lebar Retak