Perancangan Perangkat Lunak Sistem Pakar Untuk Deteksi Gonore (GO), Sifilis Dan Herpes Genitalis

(1)

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM PAKAR

UNTUK DETEKSI GONORE (GO), SIFILIS

DAN HERPES GENITALIS

SKRIPSI

MARGANDA SOADUAN SITUMORANG

081421027

PROGRAM EKSTENSI S-1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(2)

PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM PAKAR

UNTUK DETEKSI GONORE (GO), SIFILIS

DAN HERPES GENITALIS

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar sarjana komputer

MARGANDA SOADUAN SITUMORANG

081421027

PROGRAM EKSTENSI S-1 ILMU KOMPUTER

DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011


(3)

PERSETUJUAN

Judul : PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK SISTEM

PAKAR UNTUK DETEKSI GONORE (GO), SIFILIS DAN HERPES GENITALIS

Kategori : SKRIPSI

Nama : MARGANDA SOADUAN SITUMORANG

Nomor Induk Siswa : 081421027

Program Studi : EKSTENSI (S1) ILMU KOMPUTER

Departemen : ILMU KOMPUTER

Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Diluluskan di

Medan, Juni 2011

Komisi Pembimbing

Pembimbing II, Pembimbing I,

Drs. Agus Salim Harahap, M. Sc M. Andri Budiman, ST, M.Comp,Sc, MEM NIP. 195408281981031004 NIP. 197510082008011011

Departemen Ilmu Komputer FMIPA USU Ketua,

Dr. Poltak Sihombing, M.Kom NIP. 196203171991021001


(4)

PERNYATAAN

PEMBANGUNAN PERANGKAT LUNAK SISTEM PAKAR UNTUK MENDETEKSI GONORE (GO), SIFILIS DAN

HERPES GENITALIS

SKRIPSI

Saya mengakui bahwa tugas akhir ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.

Medan, Juni 2011

MARGANDA SOADUAN SITUMORANG 081421027


(5)

PENGHARGAAN

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus penulis ucapkan atas berkat-berkatNya yang melimpah, segala muzijatNya yang nyata dan nubuat atas janjiNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer, Bapak Dr. Poltak Sihombing, M. Kom dan Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Bapak M. Andri Budiman, ST, M.Comp, Sc, MEM sebagai Dosen Pembimbing I dan Bapak Drs. Agus Salim Harahap, M. Sc, sebagai Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, saran dan masukan kepada saya untuk menyempurnakan kajian ini. Panduan ringkas dan padat serta profesional telah diberikan kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini. Selanjutnya kepada para Dosen Penguji Prof. Dr. Muhammad Zarlis dan Bapak Drs. Marihat Situmorang, M. Kom, atas saran dan kritikan yang sangat berguna bagi saya. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara, semua dosen Program Studi S1 Ilmu Komputer FMIPA USU, dan pegawai di FMIPA USU khususnya di Ilmu Komputer dan rekan-rekan kuliah.

Akhirnya tidak terlupakan kepada kepada Bapak, Ibu, Kakak-kakak ku, Abang-abang ku serta semua ahli keluarga dan pihak-pihak yang selama ini memberikan bantuan dan dorongan yang diperlukan.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.


(6)

ABSTRAK

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang selama ini masih ditakuti oleh semua lapisan masyarakat karena ciri-ciri penyakit tersebut tidak tampak dari luar dan secara fisik sangat sehat, namun sebenarnya penyakit ini sangat ganas dan mematikan serta pertumbuhannya yang sangat cepat didalam tubuh si penderita. Sampai saat ini para ahli penyakit menular seksual yang ada di seluruh dunia ini masih terus mengembangkan dan meneliti kasus tersebut. Sampai detik ini penyakit menular seksual sudah memasuki keseluruh penjuru dunia tanpa terkecuali baik orang dewasa, bahkan sampai kepada calon bayi. Untuk itulah penulis mengembangkan dan membuat sistem pakar ini untuk mendeteksi penyakit menular seksual yang seolah-olah program tersebut seperti layaknya seorang dokter spesialis penyakit menular seksual, memberikan solusi, menyediakan informasi-informasi seputar penyakit menular seksual, dan tips-tips agar terhindar dari penyakit menular seksual. Program ini juga menyediakan gambar ciri-ciri fisik penyakit menular seksual agar pengguna program aplikasi ini tidak salah mengdiagnosis. Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan program ini adalah dengan menggunakan metode Inference Engine yaitu dengan metode forward chaining (penalaran maju) yaitu metode pencarian dikendalikan oleh data yang diberikan. Dengan adanya program aplikasi ini, seorang penderita penyakit menular seksual bisa dengan cepat mengetahui jenis penyakit yang diderita serta antisipasi yang diberikan apakah dengan mengkonsumsi obat-obatan secara oral ataupun melalui jarum suntik sebelum terinfeksi HIV. Program aplikasi ini juga bertujuan untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit HIV/AIDS yang sudah mendunia.


(7)

IMPLEMENTATION OF AN EXPERT SYSTEM FOR DETECTING GONORRHEA (GO), SYPHILIS AND HERPES GENITALS

ABSTRACT

Sexually transmitted disease is a disease that still feared by all levels of society because of the characteristics of the disease is not visible from outside and is physically very healthy, but actually the disease is highly malignant and deadly and very rapid growth in the body of the patient. Until now scientists sexually transmitted diseases in the whole world is still developing and researching the case. Up to this moment of sexually transmitted diseases has entered into all corners of the world without exception both adults, even up to the baby. For that, writers develop and make this expert system for detection of sexually transmitted disease that seems like a program specialist Sexually Transmitted Diseases, provide solutions, provide information about sexually transmitted diseases, and tips to avoid transmitted diseases sexual. This program also provides an image of physical characteristics of sexually transmitted disease program for users of this application is not wrong diagnosis. The methods used in the manufacture of this program is to use the method of Inference Engine that is by forward chaining method (forward reasoning) that the search method is controlled by the data provided. With this application program, sexually transmitted disease patients can quickly know what kind of illness and anticipated given whether by taking medications orally or through a syringe prior to HIV infection. The application program also aim to help stop the spread of HIV/AIDS is already global.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

Persetujuan ii

Pernyataan iii

Penghargaan iv

Abstrak v

Abstract vi

Daftar Isi

vii

Daftar Tabel x

Daftar Gambar xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1

1.2 Perumusan Masalah 2

1.3 Batasan Masalah 2

1.4 Tujuan Penelitian 3

1.5 Metodologi Penelitian 3

1.5.1 Studi Literatur 4

1.5.2 Perancangan dan Pembuatan Aplikasi 4

1.5.3 Pengujian dan Perbaikan 5

1.6 Sistematika Penulisan 5

BAB 2 LANDASAN TEORI 7

2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegence) 7

2.1.1 Sistem Pakar (Expert System) 9

2.1.2 Keuntungan Sistem Pakar 11

2.1.3 Kelemahan Sistem Pakar 12

2.1.4 Konsep Dasar Sistem Pakar 13

2.1.5 Bentuk Sistem Pakar 14

2.1.6 Struktur Sistem Pakar 15

2.1.7 Kategori Dan Area Permasalahan Sistem Pakar 15 2.1.8 Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition) 17

2.1.9 Struktur Sistem Pakar 19

2.1.9.1 Basis Pengetahuan (Knowledge Base) 19 2.1.9.2 Mesin Kesimpulan (Inference Engine) 20 2.1.9.3 Memory Bekerja (Working Memory) 20

2.2 Siklus Pengembangan Sistem Pakar 21

2.2.1 Metode Forward Chaining 23

2.2.2 Metode Backward Chaining 24

2.3 Penyakit Menular Seksual (PMS) 26

2.3.1 Penyakit Kelamin 26

2.3.2 Penyakit Kulit 26


(9)

2.3.3.1 Penyakit Menular Seksual (PMS) 28 2.3.3.2 Penyebab Penyakit Menular Seksual 30

2.3.3.3 Epidemiologi 31

2.3.4 Gonore 33

2.3.4.1 Gonore Secara Umum 33

2.3.4.2 Etiologi 33

2.3.4.3 Gejala Klinis 34

2.3.4.4 Pengobatan 35

2.3.5 Sifilis 37

2.3.5.1 Sifilis Secara Umum 37

2.3.5.2 Epidemiologi 37

2.3.5.3 Etiologi 38

2.3.6 Herpes Genitalis 39

2.3.6.1 Gejala 39

2.3.6.2 Diagnosa 37

2.3.6.3 Pengobatan 40

2.3.6.4 Pencegahan 40

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 42

3.1 Analisis 42

3.1.1 Pembahasan Program 43

3.1.2 Cara Kerja Aplikasi 43

3.1.3 Analisis Permasalahan Sistem Pakar 44

3.1.4 Flowchart Sistem 45

3.2 Data Flow Diagram 46

3.3 Perancangan Tampilan 47

3.3.1 Halaman Utama (Home) 48

3.3.2 Menu Utama 49

3.3.3 Menu Deteksi Penyakit Anda 50

3.3.4 Menu Informasi 51

3.3.5 Menu Tips 52

3.3.6 Menu About 53

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM 54

4.1 Pengertian Implementasi Sistem 54

4.2 Tujuan Implementasi Sistem 54

4.3 Spesifikasi Sistem 55

4.4 Menjalankan Aplikasi 56

4.5 Tampilan Halaman 56

4.6 Menu Informasi 59

4.7 Menu Deteksi Penyakit 60

4.7.1 Menu Deteksi Penyakit Pada Pria 61

4.7.1.1 Gonore (GO) Pada Pria 62

4.7.1.2 Sifilis Pada Pria 65

4.7.1.3 Herpes Genitalis Pada Pria 69

4.7.2 Menu Deteksi Penyakit Anda Pada Wanita 74

4.7.2.1 Gonore (GO) Pada Wanita 74

4.7.2.2 Sifilis Pada Wanita 78


(10)

4.8 Menu Tips 89

4.9 Menu About 90

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 91

5.1 Kesimpulan 91

5.2 Saran 92

DAFTAR PUSTAKA 93


(11)

DAFTAR TABEL

Halaman

2.1 Hubungan Antara Penyebab dan PMS 30

3.1 Simbol-simbol Flowchart 46


(12)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

2.1 Struktur Sistem Pakar 19

2.2 Skema ESDLC 21

3.1 Flowchart Sistem Pakar untuk Diagnosa Penyakit Menular Seksual 45 3.2 Diagram Konteks Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Menular

Seksual 47

3.3 Rancangan Tampilan Halaman Utama 48

3.4 Rancangan Tampilan Menu Utama 49

3.5 Rancangan Tampilan Deteksi Penyakit Anda 50

3.6 Rancangan Tampilan Informasi 51

3.7 Rancangan Tampilan Menu Tips 52

3.8 Rancangan Tampilan Menu About 53

4.1 Menjalankan Aplikasi Perangkat Lunak Sistem Pakar 56

4.2 Tampilan Utama 58

4.3 Menu Informasi 59

4.4 Menu Deteksi Penyakit 60

4.4.1 Menu Deteksi Penyakit Pada Pria 61

4.4.2 Gonore (GO) Pada Pria 62

4.4.3 Gonore (GO) Pada Pria 63

4.4.4 Gonore (GO) Pada Pria 64

4.5 Sifilis Pada Pria 65

4.5.1 Sifilis Pada Pria 66

4.5.2 Sifilis Pada Pria` 67

4.5.3 Sifilis Pada Pria 68

4.6 Herpes Genitalis Pada Pria 69

4.6.1 Herpes Genitalis Pada Pria 70

4.6.2 Herpes Genitalis Pada Pria 71

4.6.3 Herpes Genitalis Pada Pria 72

4.6.4 Herpes Genitalis Pada Pria 73

4.7 Gonore (GO) Pada Wanita 74

4.7.1 Gonore (GO) Pada Wanita 75

4.7.2 Gonore (GO) Pada Wanita 76

4.7.3 Gonore (GO) Pada Wanita 77

4.8 Sifilis Pada Wanita 78

4.8.1 Sifilis Pada Wanita 79

4.8.2 Sifilis Pada Wanita 80

4.8.3 Sifilis Pada Wanita 81

4.9 Herpes Genitalis Pada Wanita 82

4.9.1 Herpes Genitalis Pada Wanita 83

4.9.2 Herpes Genitalis Pada Wanita 84

4.9.3 Herpes Genitalis Pada Wanita 85

4.9.4 Error Atau Berbobot “0” 86

4.9.5 Siklus Penyakit Menular Seksual 88

4.10 Menu Tips 89


(13)

ABSTRAK

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang selama ini masih ditakuti oleh semua lapisan masyarakat karena ciri-ciri penyakit tersebut tidak tampak dari luar dan secara fisik sangat sehat, namun sebenarnya penyakit ini sangat ganas dan mematikan serta pertumbuhannya yang sangat cepat didalam tubuh si penderita. Sampai saat ini para ahli penyakit menular seksual yang ada di seluruh dunia ini masih terus mengembangkan dan meneliti kasus tersebut. Sampai detik ini penyakit menular seksual sudah memasuki keseluruh penjuru dunia tanpa terkecuali baik orang dewasa, bahkan sampai kepada calon bayi. Untuk itulah penulis mengembangkan dan membuat sistem pakar ini untuk mendeteksi penyakit menular seksual yang seolah-olah program tersebut seperti layaknya seorang dokter spesialis penyakit menular seksual, memberikan solusi, menyediakan informasi-informasi seputar penyakit menular seksual, dan tips-tips agar terhindar dari penyakit menular seksual. Program ini juga menyediakan gambar ciri-ciri fisik penyakit menular seksual agar pengguna program aplikasi ini tidak salah mengdiagnosis. Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan program ini adalah dengan menggunakan metode Inference Engine yaitu dengan metode forward chaining (penalaran maju) yaitu metode pencarian dikendalikan oleh data yang diberikan. Dengan adanya program aplikasi ini, seorang penderita penyakit menular seksual bisa dengan cepat mengetahui jenis penyakit yang diderita serta antisipasi yang diberikan apakah dengan mengkonsumsi obat-obatan secara oral ataupun melalui jarum suntik sebelum terinfeksi HIV. Program aplikasi ini juga bertujuan untuk membantu menghentikan penyebaran penyakit HIV/AIDS yang sudah mendunia.


(14)

IMPLEMENTATION OF AN EXPERT SYSTEM FOR DETECTING GONORRHEA (GO), SYPHILIS AND HERPES GENITALS

ABSTRACT

Sexually transmitted disease is a disease that still feared by all levels of society because of the characteristics of the disease is not visible from outside and is physically very healthy, but actually the disease is highly malignant and deadly and very rapid growth in the body of the patient. Until now scientists sexually transmitted diseases in the whole world is still developing and researching the case. Up to this moment of sexually transmitted diseases has entered into all corners of the world without exception both adults, even up to the baby. For that, writers develop and make this expert system for detection of sexually transmitted disease that seems like a program specialist Sexually Transmitted Diseases, provide solutions, provide information about sexually transmitted diseases, and tips to avoid transmitted diseases sexual. This program also provides an image of physical characteristics of sexually transmitted disease program for users of this application is not wrong diagnosis. The methods used in the manufacture of this program is to use the method of Inference Engine that is by forward chaining method (forward reasoning) that the search method is controlled by the data provided. With this application program, sexually transmitted disease patients can quickly know what kind of illness and anticipated given whether by taking medications orally or through a syringe prior to HIV infection. The application program also aim to help stop the spread of HIV/AIDS is already global.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan seksual adalah merupakan salah satu kebutuhan biologis manusia seperti halnya makan, minum dan tidur. Namun dalam pelaksanaannya tidak sesederhana hal itu. Disetiap penjuru dunia ada hukum, norma-norma agama dan norma-norma sosial yang mengatur tentang hubungan seksual antara satu individu dengan individu lainnya. Di Asia khususnya di Indonesia hubungan seksual baru dikatakan boleh untuk dilaksanakan bagi pasangan yang telah menikah secara resmi. Namun demikian pada kenyataan sehari-hari tetap terjadi hubungan seksual antara satu individu dengan individu lainnya yang bukan merupakan pasangan sahnya.

Aktivitas seksual yang sehat dan aman adalah aktivitas seksual yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda jenis kelaminnya (heteroseksual) dan merupakan pasangan hidup yang sah. Berganti-ganti pasangan didalam melakukan aktivitas seksual ataupun melakukan hubungan seksual yang tidak lazim seperti homoseksual (hubungan seksual di antara sesama jenis kelamin) akan memperbesar resiko seseorang untuk dapat tertular beberapa penyakit tertentu.

Beberapa cara didalam melakukan hubungan seksual yaitu dalam melakukan hubungan seksual yaitu secara genito-genital (kelamin dengan kelamin), oro-genital (mulut dengan kelamin), ono-genital (anus dengan kelamin) dan mono-genital (tangan dengan kelamin). Pada umumnya semua cara melakukan hubungan seksual diatas beresiko bagi penularan beberapa penyakit tertentu, kecuali apabila dilakukan dengan individu yang diketahui betul kesehatannya ataupun dengan pasangan hidup yang sah.


(16)

Hal inilah yang memicu penulis untuk mengembangkan secara komputerisasi yang tertuang dalam sistem pakar yang dibangun saat ini yang bertujuan untuk menggantikan seorang ahli spesialis penyakit kelamin. Dengan memberikan beberapa pertanyaan untuk menentukan jenis penyakit yang diderita oleh penderita dan tentunya juga membantu atau meringankan pekerjaan ahli medis dengan mempertajam hasil diagnosis yang diberikan aplikasi ini. Dari latar belakang permasalahan ini, penulis bermaksud untuk membangun suatu software aplikasi dengan judul “Perancangan Perangkat Lunak Sistem Pakar Untuk Deteksi Gonore (GO), Sifilis dan Herpes Genitalis”.

1.2 Perumusan Masalah

Dari hasil uraian diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana mendesain, membangun serta mengimplementasikan suatu aplikasi sistem pakar sebagai media untuk mendeteksi penyakit menular seksual.

1.3 Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang dibahas dalam membangun aplikasi ini adalah sebagai berikut:

1. Pengujian yang dilakukan adalah untuk mendeteksi penyakit menular seksual, antara lain gonore, sifilis, dan herpes genitalis.

2. Aplikasi ini tidak membahas tentang gonore pada bayi, gonore pada mata, gonore pada tenggorokan dan gonore pada anus serta sifilis Stadium I, II, III dan IV ataupun lanjutan.

3. Menggunakan metode forward chaining.


(17)

5. Bahasa pemograman yang digunakan adalah PHP.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah membuat suatu program aplikasi sistem pakar yang mampu memberikan diagnosis penyakit menular seksual berdasarkan gejala dan keluhan yang dialami penderita dan dari hasil diagnosis tersebut akan lebih membantu orang awam untuk mengetahui prediksi awal akan memungkinkan seorang penderita penyakit menular seksual.

1.5 Metode Penelitian

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis melakukan penelitian dengan metode studi literatur dengan cara mengumpulkan data-data dari sejumlah buku, bertukar pikiran dengan para ahli bidangnya serta memakai metode perancangan aplikasi.

1.5.1 Studi Literatur

Adapun studi literatur diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan informasi dan mempelajari cara kerja seorang medis.

2. Melakukan diagnosis suatu penyakit menular seksual berdasarkan gejala-gejala atau keluhan-keluhan yang ada pada pasien.

3. Mengumpulkan dan mempelajari jenis-jenis penyakit menular seksual beserta gejala-gejala dan sifat-sifat penyakit menular seksual yang umum ditemui.


(18)

1.5.2 Perancangan dan Pembuatan Aplikasi

Adapun perancangan dan pembuatan aplikasi ini sebagai berikut:

1. Perancangan dengan knowledge base dan rule.

2. Pembuatan interface engine.

3. Perancangan user interface program aplikasi sistem pakar.

1.5.3 Pengujian dan Perbaikan

Pengujian dan perbaikan dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut:

1. Mencoba dan menguji kinerja software aplikasi sistem pakar yang telah dibuat.

2. Mencari kelemahan atau bug yang masih ada pada software aplikasi sistem pakar.

3. Memperbaiki kelemahan atau bug yang ada sehingga software aplikasi sistem pakar bekerja dengan baik.

4. Menguji keakuratan hasil konsultasi berdasarkan rule yang telah dibuat.

5. Menguji tingkat kemudahan seorang user menggunakan program aplikasi sistem pakar ini.


(19)

1.6 Sistematika Penulisan

Adapun garis-garis besar penulisan tugas akhir ini adalah disusun sebagai berikut:

BAB 1 : PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang penulisan tugas akhir, perumusan masalah, ruang lingkup masalah, tujuan pembahasan masalah, metode penelitian yang digunakan dan mata kuliah sebagai penunjang.

BAB 2 : LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori dan prinsip-prinsip yang menunjang dalam pembuatan tugas akhir. Dimulai dari kecerdasan buatan, mekanisme inferensi dan diakhiri dengan penyakit menular seksual dari tinjauan medis.

BAB 3 : PERANCANGAN SISTEM

Pada bab ini diuraikan sekilas tentang gambaran umum pembuatan program, pembuatan layout dan rancangan yang akan ditampilkan pada aplikasi sistem pakar tersebut.

BAB 4 : IMPLEMENTASI SISTEM

Pada bab ini diuraikan tentang pengertian dan komponen-komponen yang diperlukan dalam implementasi sistem, serta tampilan halaman-halaman aplikasi yang telah dirancang pada bab sebelumnya.


(20)

BAB 5 : KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan kesimpulan dan saran atas pembuatan skripsi ini.


(21)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Kecerdasan Buatan (Artificial Intelegence)

Menurut Giarratano dan Riley (2005) sistem pakar adalah suatu cabang dari disiplin ilmu komputer yang berdasarkan kecerdasan buatan (Artificial Intelegence/AI). Artificial Intelegence adalah sebuah rancangan program yang memungkinkan komputer melakukan suatu tugas atau mengambil keputusan dengan meniru cara berfikir dan penalaran manusia, seolah-olah dijalankan oleh manusia.

Diharapkan dengan perancangan Artificial Intelegence yang baik, peran manusia diminimalkan dan meringankan beban kerja manusia. Cara kerja Artificial Intelegence adalah menerima input, untuk kemudian diproses dan kemudian mengeluarkan output yang berupa suatu keputusan/decision.

Beberapa karakteristik yang ada pada sistem yang mengeluarkan Artificial Intelegence adalah pemogramannya yang cenderung bersifat simbolik bisa mengakomodasi input yang tidak lengkap, bisa melakukan inteferensi, dan adanya pemisah antara kontrol dengan pengetahuan. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, muncul beberapa teknologi yang juga bertujuan untuk membuat agar komputer menjadi cerdas sehingga dapat menirukan cara kerja manusia.


(22)

a. Kecerdasan buatan lebih bersifat permanen yaitu kecerdasan buatan tidak akan berubah sepanjang sistem komputer dan program tidak mengubahnya.

b. Kecerdasan buatan lebih mudah diduplikasi dan disebarkan. Mentransfer pengetahuan manusia dari satu orang ke orang lain membutuhkan proses yang sangat lama, dan juga suatu keahlian itu tidak akan pernah dapat diduplikasikan dengan lengkap. Oleh karena itu jika pengetahuan terletak pada suatu sistem komputer, pengetahuan tersebut dapat disalin dari satu komputer yang lainnya.

Implementasi dari Artificial Intelegence saat ini umum ditemui dalam bidang-bidang seperti berikut:

1. Fuzzy Logic: yaitu suatu metode Artificial Intelegence yang banyak terdapat pada alat-alat elektronik dan robot, dimana alat-alat elektronik tersebut mampu berfikir dan bertingkah laku sebagaimana layaknya manusia.

2. Computer Vision: yaitu suatu metode Artificial Intelegence yang memungkinkan sebuah sistem komputer mengenali gambar sebagai inputnya. Contohnya adalah mengenali dan membaca tulisan yang ada dalam gambar.

3. Pengolahan Bahasa Alami (Natural Language Processing)

4. Artificial Intelegence pada game: yaitu suatu metode Artificial Intelegence yang berguna untuk meniru cara berfikir manusia dalam bermain game. Contohnya adalah program Deep Blue yang mampu berfikir setara dengan seorang grandmaster catur.

5. Speech Recognition (Pengenalan Ucapan): yaitu metode Artificial Intelegence yang berguna untuk mengenali suara manusia yang dicocokkan dengan acuan atau pattern yang telah diprogramkan sebelumnya.


(23)

Contohnya adalah suara dari user dapat diterjemahkan menjadi sebuah perintah bagi komputer.

6. Sistem Pakar: yaitu suatu metode Artificial Intelegence yang berguna untuk meniru cara berfikir dan penalaran seorang ahli dalam mengambil keputusan berdasarkan situasi yang ada, sehingga seorang user dapat melakukan konsultasi kepada komputer, seolah-olah user tersebut berkonsultasi kepada seorang ahli. Contohnya adalah program aplikasi yang mampu menerima seorang ahli medis dalam mendeteksi penyakit menular seksual berdasarkan keluhan-keluhan pasiennya.

2.1.1 Sistem Pakar (Expert System)

Sistem pakaradalah sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut (Martin dan Oxman, 1998).

Sistem pakar memiliki beberapa karakteristik yang harus dipenuhi dalam perancangannya, diantara lain:

1. Mendukung proses mengambil keputusan, menitikberatkan pada management perception.

2. Adanya human interface dimana manusia (user) tetap mengontrol proses pengambilan keputusan.

3. Mendukung pengambilan keputusan untuk membahas masalah-masalah. 4. Menggunakan model-model matematis dan statistik yang sesuai.

5. Interaktif, memiliki kapabilitas dialog untuk memperoleh informasi sesuai dengan kebutuhan.


(24)

6. Output ditujukan untuk semua orang secara umum.

7. Modularitas, memiliki subsistem-subsistem yang terintegrasi sedemikian rupa sehingga dapat berfungsi sebagai kesatuan sistem.

8. Membutuhkan struktur data komprehensif yang dapat melayani kebutuhan informasi seluruh tingkatan manajemen.

9. User friendly dan fleksibel, yaitu mudah untuk digunakan user dan memungkinkan keleluasaan user untuk memilih atau mengembangkan pendekatan-pendekatan baru.

10. Kemampuan sistem beradaptasi secara tepat, dimana pengambilan keputusan dapat menghadapi masalah-masalah baru.

Sistem pakar menggunakan basis pengetahuan sebagai dasar pemikirannya. Basis pengetahuan tersebut terdiri dari heuristic (berasal dari bahasa Yunani yaitu Eeureka yang berarti menemukan, dimana dalam sistem pakar tidak menjamin hasil semutlak sistem kecerdasan butan lainnya, tetapi menawarkan hasil yang spesifik untuk dimanfaatkan karena sistem pakar berfungsi secara konsisten seperti seorang pakar) dan sejumlah rules atau aturan-aturan yang tersusun sistematis dan spesifik juga relasi antara data dan juga aturan/rule dalam pengambilan keputusan. Basis pengetahuan tersebut disimpan dalam sebuah basis data pada suatu tempat penyimpanan data.

Sedangkan sebagai otak atau pusat pemprosesannya adalah mesin interferensi yaitu suatu rancangan aplikasi yang berfungsi untuk memberikan pertanyaan dan menerima input dari user kemudian melakukan proses logika sesuai dengan basis pengetahuan yang tersedia, untuk selanjutnya menghasilkan output berupa suatu kesimpulan atau bisa juga berupa keputusan/decision sebagai hasil akhir konsultasi.

Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition) adalah akumulasi transfer dari transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan


(25)

kedalam program komputer. Dalam tahap ini knowledge engineer berusaha menyerap pengetahuan untuk selanjutnya ditransfer ke dalam basis pengetahuan-pengetahuan diperoleh dari pakar, dilengkapi dengan buku, basis data, laporan penelitian dan pengalaman pemakai.

2.1.2 Keuntungan Sistem Pakar

Secara garis besar, banyak manfaat yang dapat diambil dengan adanya sistem pakar, antara lain:

1. Memungkinkan orang awam bisa mengerjakan pekerjaan para ahli. 2. Bisa melakukan proses secara berulang secara otomatis.

3. Menyimpan pengetahuan dan keahlian para pakar. 4. Meningkatkan output dan produktivitas.

5. Meningkatkan kualitas.

6. Mampu mengambil dan melestarikan dan keahlian para pakar termasuk keahlian yang langka

7. Mampu beroperasi dalam lingkungan yang berbahaya. 8. Memiliki kemampuan untuk mengakses pengetahuan. 9. Memiliki reabilitas.

10. Memberikan respon atau jawaban yang tepat. 11. Meningkatkan kapabilitas sistem komputer. 12. Menghemat waktu dalam pengambilan keputusan. 13. Sebagai media pelengkap dalam pelatihan.

14. Memiliki kemampuan untuk bekerja dengan informasi yang tidak lengkap dan mengandung ketidakpastian.


(26)

2.1.3 Kelemahan Sistem Pakar

Disamping memiliki bebarapa keuntungan, sistem pakar juga memiliki kelemahan antara lain:

a. Masalah dalam mendapatkan pengetahuan, dimana pengetahuan tidak selalu bisa didapatkan dengan mudah, karena kadang kala pakar dari masalah yang kita buat tidak ada, dan kalaupun ada kadang-kadang pendekatan yang dimiliki oleh pakar berbeda-beda.

b. Boleh jadi sistematik tidak memberikan keputusan.

c. Biaya yang diperlukan untuk membuat dan memeliharanya sangat mahal.

d. Sulit dikembangkan. Hal ini tentu saja karena ketersediaan pakar masih sedikit dibidangnya.

e. Sistem pakar tidak 100 % akurat.

2.1.4 Konsep Dasar Sistem Pakar

Keahlian adalah suatu kelebihan penguasaan pengetahuan dibidang tertentu yang diperoleh dari pelatihan, membaca atau pengalaman.

Contoh bentuk pengetauan yang termasuk keahlian adalah:

a. Fakta-fakta pada lingkungan permasalahan tertentu.

b. Teori-teori pada lingkup permasalahan tertentu.

c. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan yang berkenan dengan lingkup permasalahan tertentu.


(27)

d. Strategi-strategi global untuk menyelesaikan masalah.

e. Meta-knowledge (pengetahuan tentang pengetahuan).

Bentuk-bentuk ini memungkinkan para ahli untuk dapat mengambil keputusan lebih cepat dan lebih baik dari pada seseorang yang bukan ahli. Seorang ahli adalah seseorang yang mampu menjelaskan suatu tanggapan, mempelajari hal-hal baru seputar topik permasalahan (domain), menyusun kembali pengetahuan jika dipandang perlu, memecah aturan-aturan jika dibutuhkan.

Pengetahuan yang disimpan di komputer tersebut dengan basis pengetahuan. Ada dua tipe pengetahuan yaitu fakta dan prosedur.

Salah satu yang harus dimiliki sistem pakar adalah kemampuan untuk menalar. Jika keahlian-keahlian sudah tersimpan sebagai basis dan sudah tersedia program untuk mengakses basis data, maka komputer harus dapat di program untuk membuat inferensi. Proses inferensi ini dikemas dalam bentuk motor inferensi.

2.1.5 Bentuk Sistem Pakar

Ada 4 bentuk sistem pakar, antara lain:

1. Berdiri sendiri, sistem pakar jenis ini merupakan software yang berdiri sendiri tidak tergabung dengan software yang lainnya misalnya DENDRAL, MYCIN, XCON dan XCEL, FOLIO, DELTA dan SOFIE. Dalam hal ini sistem pakar tersebut menggunakan software MYCIN.

2. Tergabung, sistem pakar jenis ini merupakan bagian program yang terkandung di dalam suatu algoritma atau merupakan program dimana di dalamnya memanggil algoritma sub-rutin.


(28)

3. Menghubungkan ke software lain, bentuk ini biasanya merupakan sistem pakar yang menghubungkan ke suatu paket program tertentu, misalnya DBMS (Data Base Management System).

4. Sistem mengabdi, bentuk ini merupakan sistem pakar yang dihubungkan dengan suatu fungsi tertentu. Misalnya sistem pakar yang digunakan untuk membantu menganalisis data radar.

2.1.6 Struktur Sistem Pakar

Sistem pakar terdiri dari 2 bagian pokok, antara lain:

1. Lingkungan Pengembangan (Development Environment)

Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangunan sistem yaitu pembangunan komponen maupun basis pengetahuan.

2. Lingkungan Konsultasi (Consultation Environtment)

Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi.

2.1.7 Kategori Dan Area Permasalahan Sistem Pakar

Secara umum, ada beberapa kategori dan area permasalahan sistem pakar, antara lain:

1. Interpretasi yaitu pengambilan keputusan atau deskripsi tingkat tinggi dari sekumpulan data mentah. Termasuk diantaranya juga pengawasan, pengenalan ucapan, analisis citra, interpretasi sinyal dan beberapa analisis kecerdasan.


(29)

2. Proyeksi, yaitu memprediksi akibat-akibat yang dimungkinkan dari situasi-situasi tertentu, diantaranya peramalan ekonomi, prediksi lalulintas, estimasi militer, pemasaran atau ramalan keuangan.

3. Diagnosis, yaitu menentukan sebab malfungsi dalam situasi kompleks yang didasarkan pada gejala-gejala yang teramati, diantaranya medis, elektronis, mekanis dan diagnosis perangkat lunak.

4. Desain, yaitu menentukan konfigurasi komponen-komponen sistem yang cocok dengan tujuan-tujuan kinerja tertentu yang memenuhi kendala-kendala tertentu. Diantaranya layout sirkuit dan perancangan bangunan.

5. Perencanaan, yaitu merencanakan serangkaian tindakan yang dapat dicapai sejumlah tujuan dengan kondisi awal tertentu, diantaranya adalah perencanaan keuangan, kimunikasi, militer, pengembangan produk, routing dan menejemen proyek.

6. Monitoring, yaitu membandingkan antara tingkah laku suatu sistem yang teramati dengan tingkah laku yang diharapkan darinya.

7. Debugging dan repair, yaitu menentukan dengan mengimplementasikan cara-cara untuk mengatasi malfungsi, diantaranya memberikan resep obat terhadap suatu kegagalan.

8. Instruksi, yaitu mendeteksi dan mengoreksi defisiensi dalam pemahaman domain subjek, diantaranya melakukan instruksi untuk diagnosis, debugging dan perbaikan kerja.

9. Pengendalian, yaitu mengatur tingkah laku suatu environment yang kompleks seperti kontrol terhadap interpretasi, prediksi, perbaikan dan monitoring kelakuan sistem.


(30)

10. Seleksi, yaitu mengidentifikasi pilihan terbaik dari sekumpulan (list) kemungkinan.

11. Simulasi, yaitu pemodelan interaksi antara komponen-komponen sistem.

2.1.8 Akuisisi Pengetahuan (Knowledge Acquisition)

Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer dan transformasi keahlian dalam menyelesaikan masalah dari sumber pengetahuan ke dalam program komputer.

Akuisisi pengetahuan (knowledge acquisition) dilakukan sepanjang proses pembangunan sistem. Proses akuisisi pengetahuan dibagi ke dalam 6 tahap, yaitu:

1. Tahap Identifikasi

Tahap ini meliputi penentuan komponen-komponen kunci dalam sistem yang sedang dibangun, komponen kunci ini adalah knowledge engineer, pakar, karakteristik masalah, sumber daya dan tujuan. Knowledge engineer dan pakar bekerja bersama untuk menentukan berbagai aspek masalah, seperti ruang lingkup dari proyek, data input yang dimasukkan, bagian-bagian penting dan interaksinya, bentuk dan isi dari penyelesaian dan kesulitan-kesulitan yang mungkin terjadi dalam pembangunan sistem. Selain menentukan sumber pengetahuan pakar juga mengklarifikasi dan menentukan tujuan-tujuan sistem dalam proses penentuan masalah.

2. Tahap Konseptualisasi

Konsep-konsep kunci dan hubungannya yang telah ditentukan pada tahap pertama dibuat lebih jelas dalam tahap konseptualisasi.


(31)

3. Tahap Formalisasi

Tahap ini meliputi pemetaan konsep-konsep kunci, sub-masalah dan bentuk aliran informasi yang telah ditentukan dalam tahap-tahap sebelumnya ke dalam representasi formal yang paling sesuai dengan masalah yang ada.

4. Tahap Implementasi

Tahap ini meliputi pemetaan pengetahuan dari tahap sebelumnya yang telah diformalisasi ke dalam representasi pengetahuan yang telah dipilih.

5. Tahap Pengujian

Setelah prototype sistem yang dibangun dalam tahap sebelumnya berhasil menangani dua atau tiga contoh, prototype sistem tersebut harus menjalani serangkaian pengujian dengan teliti dengan menggunakan beragam sample masalah. Masalah-masalah yang ditemukan dalam pengujian ini biasanya dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu kegagalan input/output, kesalahan logika dan strategi kontrol.

6. Revisi Prototype

Suatu unsur penting pada semua tahap dalam proses akuisisi pengetahuan adalah kemampuan untuk kembali ke tahap-tahap sebelumnya untuk memperbaiki sistem.

Knowledge acquisition source berfungsi sebagai penterjemah dari basis pengetahuan menjadi sebuah bahasa yang dapat dimengerti oleh user. Bagian ini diperlukan karena basis pengetahuan yang disimpan dalam sebuah database tertentu sehingga user dapat mengartikannya.


(32)

2.1 Struktur Sistem Pakar

Secara umum, sistem pakar memiliki struktur seperti di bawah ini:

Gambar 2.1.9 Struktur Sistem Pakar

2.1.9.1 Basis Pengetahuan (Knowledge Base)

Basis pengetahuan (Knowledge Base) adalah inti dari struktur sistem pakar, dibentuk oleh perekayasaan pengetahuan (knowledge engineer) yang bertugas menterjemahkan pengetahuan seorang pakar ke dalam aturan dan strategi. Basis pengetahuan tersusun atas pengetahuan-pengetahuan yang bersifat nyata (explicit), seperti: teori, buku, jurnal, artikel, dan juga pengetahuan yang bersifat heuristic seperti halnya pengalaman pakar dalam menangani ‘pasien’nya, atau berdasarkan intuisinya.

Dalam implementasinya, basis pengetahuan dapat dibentuk (representated) dengan beberapa model, diantaranya yaitu:

a. Jaringan Semantik b. Frame

c. Aturan Produksi d. Logika Predikat e. Hybrids

Working Memory Knowledge Base

Agenda Inference Engine

USER INTERFACE


(33)

2.1.9.2 Mesin Kesimpulan (Inference Engine)

Mesin kesimpulan atau Inference Engine, dapat diistilahkan sebagai ‘otak’ (mind) dari sistem pakar, berfungsi sebagai penyedia metodologi cara berpikir sistem yaitu tentang bagaimana mendapatkan informasi yang terkandung dalam sebuah basis pengetahuan serta memformulasikan kesimpulan yang didapatnya.

Cara umum yang digunakan mesin kesimpulan dalam mendapatkan kesimpulan ialah dengan melakukan proses penalaran, pencocokan antara fakta dengan aturan yang tersedia dalam basis pengetahuan. Beberapa model yang umum digunakan dalam proses inferensi ini diantaranya ialah forward chaining dan backward chaining.

Inferensi dengan forward chaining dimulai dari data/ fakta, berlanjut pada pencapaian aturan guna mendapatkan kesimpulan yang sesuai. Sementara backward chaining memulainya dari kesimpulan (goal), yang selanjutnya melakukan penelusuran terhadap aturan yang tersedia secara mundur guna mencari data/fakta yang sesuai.

2.1.9.3 Memori Bekerja (Working Memory)

Yang dimaksud dengan working memory disini ialah tempat penyimpanan informasi yang digunakan oleh sistem dalam memutuskan aturan-aturan mana yang dapat dicapai. Isi dari working memory ketika sistem mulai dijalankan biasanya akan berisi data masukan (contoh: respon dari user berkenaan dengan pemasukan data gejala penyakit pasien). Juga, working memory dapat juga digunakan untuk menyimpan kesimpulan sementara dan informasi-informasi lainnya yang disimpulkan oleh sistem dari data-data yang tersedia, guna mendukung tercapainya kesimpulan secara utuh.


(34)

2.2 Siklus Pengembangan Sistem Pakar

Dalam pengembangan sebuah sistem pakar, maka dikenal pula sebuah siklus yang bernama Expert System Development Life Cycle (ESDLC). Adapun tahapan-tahapan yang ada dalam ESDLC dapat digambarkan dalam skema berikut :

Gambar 2.2 Skema ESDLC

Identifikasi & Analisa Masalah

Akuisi & Representasi Pengetahuan

Pembangunan Prototype

Testing, Verfikasi &

Validasi

Implementasi & Integrasi

Maintenance

Keterlibatan User Perbaikan


(35)

Adapun penjelasan tentang skema tersebut adalah sebagai berikut:

a. Identifikasi dan Analisa Masalah

Identifikasi masalah berhubungan dengan pengenalan situasi/lingkungan penyebab timbulnya masalah. Sementara analisa masalah meliputi evaluasi karakteristik dari masalah yang ada, serta penjelasan dari proses input dan output-nya.

b. Akuisisi dan Representasi Pengetahuan

Akuisisi masalah merupakan proses dimana perekayasaan pengetahuan (knowledge engineer) memperoleh dan mengkodekan pengetahuan berdasarkan apa yang pakar biasa lakukan. Sementara representasi pengetahuan merupakan tahap pengolahan pengetahuan yang berasal dari proses akuisisi, ke dalam bentuk yang mudah diakses oleh sistem pakar yaitu dalam mencari solusi.

c. Pembangunan Prototype

Prototype yang dimaksud di sini adalah sebuah bentukan hasil dari proses sebelumnya di atas (identifikasi dan analisa masalah, akuisisi dan representasi pengetahuan) yang akan digunakan dalam proses penilaian pelanggan dan pengembang.

d. Verifikasi, Validasi, dan Testing

Pada proses ini pengetahuan yang sudah direpresentasikan dan dibuat prototype-nya pada proses sebelumnya kemudian dikonfirmasikan kembali kepada pakar untuk dilakukan verifikasi, validasi, dan testing, untuk mengetahui apakah pengetahuan tersebut sudah benar atau belum. Apabila pengetahuan tersebut belum sesuai, maka perlu dilakukan penyempurnaan atau kembali ke proses sebelumnya dan kemudian


(36)

diverifikasi dan divalidasi ulang sehingga didapatkan pengetahuan yang sesuai.

e. Implementasi dan Integrasi

Merupakan tahap pembangunan aplikasi. Dari pengetahuan yang sudah terverifikasi dan valid tersebut, kemudian diintegrasikan ke dalam aplikasi sistem pakar secara utuh.

f. Maintenance

Merupakan proses yang dilakukan setelah sistem pakar terbangun, yaitu membuat mekanisme pengoperasian serta pemeliharaannya. Keluaran dari proses maintenance ini dapat menjadi acuan bagi proses perluasan/ pengembangan aplikasi sistem pakar ke depannya.

2.2.1 Metode Forward Chaining

Forward chaining adalah suatu strategi pengambilan keputusan yang dimulai dari bagian premis (fakta) menuju konklusi (kesimpulan akhir) (Kusrini, 2006). Metode forward chaining ini akan digunakan dalam sistem pakar yang akan dibangun dengan contoh penalaran sebagai berikut:

Contoh Penyakit Kelamin: JIKA kulup berminyak DAN kulup mengelupas

DAN iritasi bagian bawah kulup

MAKA menunjukkan adanya penyakit kelamin Pemberian Solusi:

JIKA Penyakit kelamin MAKA pemberian obat Pemberian Obat


(37)

Obat = Tetraksilin HCL

ATAU Obat = Sulfa Trimetroprim ATAU Obat = Metronidasol

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa untuk kaidah diatas, agar sistem mencapai konklusi, harus di input terlebih dahulu fakta terjadinya iritasi pada bagian bawah kulup, berminyak dan mengelupas. Baru sistem dapat mengeluarkan konklusi bahwa penyakit yang diderita adalah penyakit kelamin.

2.2.2 Metode Backward Chaining

Backward chaining adalah suatu strategi pengambil keputusan dimulai dari pencarian solusi dari kesimpulan kemudian menelusuri fakta-fakta yang ada hingga menemukan solusi yang sesuai dengan fakta-fakta yang diberikan pengguna (Kusrini, 2006).

Contoh penalaran backward chaining adalah: Lampu 1 rusak,

IF lampu 1 dinyalakan

AND lampu 1 tidak menyala

AND lampu 1 disambungkan dengan sekering AND sekering masih utuh

Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa kaidah seperti diatas, sistem terlebih dahulu menduga bahwa lampu 1 rusak. Kebenaran praduga ini dibuktikan dengan kebenaran fakta lampu 1 tidak menyala, lampu 1 dihubungkan dengan sekering dan sekering masih utuh. Kemudian sistem mengeluarkan kesimpulan bahwa lampu 1 rusak. Namun apabila ada fakta tidak terpenuhi berarti praduga sistem salah, selanjutnya sistem akan mengecek konklusi berikutnya.


(38)

2.3 Penyakit Menular Seksual (PMS)

2.3.1 Penyakit Kelamin

Penyakit kelamin adalah jenis penyakit yang disebabkan ole melalui hubungan macam, dari

Penularan penyakit kelamin dapat dihindari dengan jalan menghindari hubungan kelamin secara sembarangan pasangan saja, atau dengan menggunakan alat-alat pencegahan seperti

Penyakit kelamin tertentu dapat disembuhkan dengan pengobatan yang teratur, misalnya denga kuman-kuman yang kebal terhadap pengobatan yang diberikan, sehingga kemudian malah muncul varian yang lebih ganas seperti misalnya masa

2.3.2 Penyakit Kulit

Kulit dan apendicesnya merupakan struktur kompleks yang membentuk jaringan struktur demikian juga oleh penyakit. Karena terdapat banyak penyakit yang mempengaruhi kulit maka hanya yang paling sering ditemukan saja yang akan dibahas di sini.


(39)

Kulit terdiri dari 2 lapisan yaitu:

1. Epidermis atau lapisan luar, dan dermis atau kulit sebenarnya.

2. Apendices pada kulit yang termasuk rambut dan kuku.

1. Epidermis

Epidermis terdiri dari sel epitel yang mengalami keratinisasi yang mengandung bahan lemak yang menjadikan kulit kedap air. Sel superfisial dari stratum ini secara kostan dilepaskan dan diganti. Sel lain mengandung cairan berminyak. Lapisan ketiga tediri dari sel-sel yang mengandung granula yang mampu merefraksi cahaya dan membantu memberikan warna putih pada kulit. Lapisan keempat mengandung sel yang memproduksi melamin, suatu bahan yang bertindak sebagai perlindungan terhadap pengaruh sinar UV. Epidermis tidak mengandung pembuluh darah, tetapi limfe bersirkulasi dalam ruang interselular.

2. Dermis

Dermis terdiri dari jaringan fibrosa yang lebih padat pada bagian superficial dibandingkan bagian dalamnya.

Dapat diidentifikasi 2 lapisan diantaranya:

1. Mengandung akhiran saraf sensorik, pembuluh darah dan limfatika.

2. Mengandung serat kolagen, serat elastik, glandula sebasea, glandula sudorifera, folikel rambut dan muskulus arrektor pilli.


(40)

2.3.3.1 Penyakit Menular Seksual (PMS)

Penyakit kelamin adalah penyakit yang penularannya terutama melalui hubungan seksual. Cara hubungan kelamin tidak hanya terbatas secara genito-genital saja, tetapi dapat juga secara oro-genital, atau ono-genital, sehingga kelainan yang timbul akibat penyakit kelamin ini tidak terbatas hanya pada daerah genital saja, tetapi dapat juga pada daerah-daerah ekstra genital.

Meskipun demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin, tetapi beberapa ada yang dapat juga ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat, handuk, termometer, dan sebagainya. Selain itu penyakit kelamin ini juga dapat menularkan penyakit ini kepada bayi dalam kandungan.

Pada waktu dahulu prnyakit kelamin dikenal sebagai Venereal Diseases (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta), dan yang termasuk dalam venereal diseases ini, yaitu sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venereum dan granuloma inguinale.

Ternyata pada akhir-akhir ini ditemukan berbagai penyakit lain yang juga dapat timbul akibat hubungan seksual dan penemuan ini antara lain disebabkan oleh:

1. Perbaikan sarana dan teknik laboraturium.

2. Penemuan beberapa jenis penyakit secara epidemi seperti herpes genitalis dan hepatitis B.

3. Penemuan penyakit yang ada akibat pada anak dan ibu, juga bahkan dapat menimbulkan kemandulan.

Oleh karena itu istilah VD makin lama makin ditinggalkan dan diperkenalkan istilah Sexually Transmitted Diseases (STD) yang berarti penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan kelamin, dan yang termasuk penyakit ini adalah kelima penyakit VD tersebut ditambah berbagai penyakit lain yang tidak termasuk VD. Istilah STD ini telah diindonesiakan menjadi PMS (Penyakit Menular Seksual),


(41)

ada pula yang menyebutnya PHS (Penyakit Hubungan Seksual). Sehubungan PMS ini sebagian besar disebabkan oleh infeksi, maka kemudian istilah STD telah diganti menjadi STI (Sexually Transmitted Infection).

PMS ini mempunyai beberapa ciri, diantaranya adalah:

1. Penularan penyakit tidak selalu harus melalui hubungan kelamin.

2. Penyakit dapat terjadi pada orang-orang yang belum pernah melakukan hubungan kelamin atau orang-orang yang tidak promiskus.

Sebagian penderita adalah akibat korban keadaan di luar kemampuan mereka, dalam kata arti mereka sudah berusaha sepenuhnya untuk tidak mendapat penyakit, tetapi kenyataan masih juga terjangkit.


(42)

2.3.3.2 Penyebab Penyakit Menular Seksual (PMS)

Bila di lihat penyebabnya; maka PMS ini dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Table 2.1 Hubungan Antara Penyebab dan PMS 1. Bakteri:

Neisseria gonorrhoeae Uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, faringitis, konjungtivitis, Bartholinitis

Chlamydia trachomatis Mycoplasma hominis Ureaplasma urealyticum

Uretritis, epididimitis, servisitis, proktitis, salpingitis, limfogranuloma venereum (hanya C. tracomatis)

Treponema pallidum Gardnermila vaginalis Donovania granulomatis Sifilis Vaginitis Granuloma inguinale 2. Virus:

Herpes simplex virus Herpes B virus

Human papilloma virus Molluscum contagiosum virus Human immunodeficiency virus

Herpes genitalis

Hepatitis fulminan akut dan kronik

Kondiloma akuminatum, papiloma laring pada bayi Moluskum kontangiosum

A.I.D.S. (Acquired Immune Deficiency Syndrome)

3. Protozoa:

Trichomonas vaginalis Vaginitis, uretritis, balanitis

4. Fungus:

Candida albicans Vulvovaginitis, balanitis, balanopostitis

5. Ektoparasit:

Phthirus pubis

Sarcoptes scabiei var. hominis

Pedikulosis pubis skabies


(43)

2.3.3.3 Epidemiologi

Selama dekade terakhir ini insidens PMS cukup cepat meningkat diberbagai negeri di dunia. Banyak laporan mengenai penyakit ini, tetapi angka-angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal tersebut disebabkan antara lain oleh:

1. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada undang-undang yang mengharuskan melapor setiap kasus baru PMS yang ditemukan.

2. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.

3. Fasilitas diagnostik yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga sering kali terjadi salah diagnosis dan penanganannya.

4. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama penderita wanita.

5. Pengontrolan terhadap PMS ini belum berjalan baik.

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi meningkatnya insidens PMS ini antara lain:

1. Perubahan demografik secara luas biasa:

a. Peledakan jumlah penduduk

b. Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan, misalnya:

- Pekerjaan, - Liburan, - Pariwisata,


(44)

c. Kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industri menyebabkan lebih banyak kebebasan sosial dan lebih banyak waktu yang terluang.

2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografik di atas, terutama dalam bidang agama dan moral.

3. Kelalain beberapa Negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan pendidikan seks khususnya.

4. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan kontrasepsi.

5. Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjuk yang sebenarnya, maka timbul resistensi kuman terhadap antibiotik tersebut.

6. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai terutama fasilitas laboraturium dan kliniki pengobatan.

7. Banyaknya kasus asimtomatik, merasa tidak sakit, tetapi dapat menulari orang lain.


(45)

2.3.4 Gonore

2.3.4.1 Gonore Secara Umum

Gonore merupakan penyakit yang mempunyai insidens yang tinggi di antara PMS Pada pengobatannya terjadi pula perubahan karena sebagian disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae yang telah resisten terhadap penisilin dan disebut Penicillinase Producing Neisseria Gonorrhoeae (PPNG). Kuman ini meningkat dibanyak negeri termasuk Indonesia.

Pada umumnya penularannya melalui hubungan kelamin yaitu secara genito-genital, oro-genital dan ono-genital. Tetapi, di samping itu dapat juga terjadi secara manual melalui alat-alat, pakaian, handuk, termometer, dan sebagainya. Oleh karena itu secara garis besar dikenal gonore genital dan gonore ekstra genital.

2.3.4.2 Etiologi

Penyebab gonore adalah gonokok yang ditemukan oleh NEISSER pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Kuman tersebut temasuk dalam grup Neisseria dan dikenal ada 4 spesies, yaitu N. gonorrhoeae dan N. meningitidis yang bersifat patogen serta N. catarrhalis dan N. pharyngis sisca yang bersifat komensal. Keempat spesies ini sukar dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.

Gonokok termasuk golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u, bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan Gram bersifat Gram-negatif, terlihat di luar dan di dalam leukosit, tidak tahan lama di udara bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39° C, dan tidak tahan zat desinfektan.

Secara morfologik ini terdiri atas 4 tipe yaitu tipe 1 dan 2 yang mempunyai pili yang bersifat virulen, serta tipe 3 dan 4 yang tidak mempunyai pili dan bersifat


(46)

nonvirulen. Pili akan melekat pada mukosa epitel kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immature), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.

2.3.4.3 Gejala Klinis

Masa tunas sangat singkat, pada pria umumnya bervariasi antara 2-5 hari, kadang-kadang lebih lama dan hal ini desebabkan karena penderita telah mengobati diri sendiri, tetapi dengan dosis yang tidak cukup atau gejala sangat samar sehingga tidak diperhatikan oleh penderita. Pada wanita masa tunas sulit ditentukan karena pada umumnya asimtomatik.

Gambaran klinis dan komplikasi gonore sangat erat hubungannya dengan susunan anatomi dan faal genitalia. Oleh karena itu perlu pengetahuan susunan anatomi genitalia pria dan wanita. Beriktu ini dicantumkan infeksi pertama dan komplikasi, baik pada pria maupun pada wanita.

1. Pada pria

a. Uretritis, b. Tysonitis, c. Parauretritis, d. Littritis, e. Cowperitis, f. Prostatitis, g. Vesikulitis,

h. Vas deferentitis atau funikulitis, i. Epididimitis, dan

j. Trigonitis.

2. Pada wanita

a. Uretritis,

b. Parauretritis/Skenitis, c. Servisitis,


(47)

d. Bartholinitis, e. Salpingitis, f. Proktitis, g. Orofaringitis, h. Konjungtivitis, dan i. Gonore diseminata.

2.3.4.4 Pengobatan

Pada pengobatan yang perlu diperhatikan adalah efektivitas, harga dan sesedikit mungkin efek toksinnya. Ternyata pilihan utama ialah penisilin + probenesid, kecuali di daerah yang tinggi insidens Neisseria gonorrhoeae Penghasil Penisilinase (NGPP). Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-mascam obat yang dapat dipakai antara lain:

1. Penisilin

Yang efektif ialah penisilin G prokain akua. Dosis 4,8 juta unit + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1991 ialah 91,2 %. Di RSCM 3 juta unit + 1 gram probenisid. Obat tersebut dapat menutupi gejala sifilis. Kontraindikasinya ialah alergi penisilin.

2. Ampisilin dan amoksisilin

Ampisilin dosisnya ialah 3,5 gram + 1 gram probenesid, dan amoksisilin 3 gram + 1 gram probenesid. Angka kesembuhan pada tahun 1987 hanya 61,4 %, sehingga tidak dianjurkan. Suntikan ampisilin tidak dianjurkan. 3. Sefalosporin

Seftriakson (generasi ke-3) cukup efektif dengan dosis 250 mg i.m. Sefoperazon dengan dosis 0.50 g sampai 1.00 g secara intramuskular. Sefiksim 400 mg per oral dosis tunggal memberi angka kesembuhan > 95 %.


(48)

4. Kanamisin

Dosisnya 2 gram i.m. Angka kesembuhan pada tahun 1985 ialah 85 %. Baik untuk penderita yang alergi penisilin, gagal dengan pengobatan penisilin dan tersangka sifilis.

5. Tiamfenikol

Dosisnya 3,5 gram, secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1988 ialah 97,7 %. Tidak dianjurkan pemakaiannya pada kehamilan.

6. Kuinolon

Dari golongan kuinolon, obat yang menjadi pilihan adalah ofloksasin 400 mg, siprofloksasin 250-500 mg, dan norfloksasin 800 mg secara oral. Angka kesembuhan pada tahun 1992 untuk ofloksasin masih tinggi, yakni 100 %. Mengingat pada beberapa tahun terakhir ini resistensi terhadap siprofloksasin dan ofloksasin semakin tinggi, maka golongan kuinolon yang dianjurkan adalah levofloksasin 250 mg per oral dosis tunggal.

Obat dengan dosis tunggak yang tidak efektif lagi ialah tetrasiklin, streptomisin dan spiramisin.


(49)

2.3.5 Sifilis

2.3.5.1 Sifilis Secara Umum

Sifilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum; sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit, mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin.

Meskipun insidens sifilis kian menurun, penyakit ini tidak dapat diabaikan, karena merupakan penyakit berat. Hampir semua alat tubuh dapat diserang, termasuk sistem kardiovaskular dan saraf. Selain itu wanita hamil yang menderita sifilis dapat menularkan penyakitnya ke janin sehingga menyebabkan sifilis kongenita yang dapat menyebabkan kelainan bawaan dan kematian. Istilah kita untuk penyakit ini yaitu raja singa sangat tepat karena keganasannya.

2.3.5.2Epidemiologi

Asal penyakit ini tidak jelas. Sebelum tahun 1492 belum dikenal di Eropa. Ada yang menganggap penyakit ini berasal dari penduduk Indian yang dibawa oleh anak buah Colombus waktu mereka kembali ke Spanyol pada tahun 1494 terjadi epidemik di Napoli. Pada abad ke-18 baru diketahui bahwa penularan sifilis dan gonore disebabkan oleh senggama dan keduanya dianggap disebabkan oleh infeksi yang sama.

Pada abad ke-15 terjadi wabah di Eropa, sesudah tahun 1860 morbilitas sifilis di Eropa menurun cepat, mungkin karena perbaikan sosio-ekonomi. Selama Perang Dunia kedua insidensnya meningkat dan mencapai puncaknya pada tahun 1964, kemudian makin menurun.

Insidens sifilis di berbagai negeri di seluruh dunia pada tahun 1996 berkisar antara 0,04 - 0,52 %. Insidens yang terendah di Cina, sedangkan yang tertinggi di


(50)

Amerika Selatan. Di Indonesia insidensnya 0,61 %. Penderita yang terbanyak ialah stadium laten, disusul sifilis stadium I yang jarang, dan yang langka ialah sifilis stadium II.

2.3.5.3 Etiologi

Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Schaudinn dan Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales familia Spirochaetaceae dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap tiga puluh jam.

Pembiakan pada umunya tidak dapat dilakukan di luar badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk tranfusi dapat hidup tujuh puluh dua jam.


(51)

2.3.6 Herpes Genitalis

2.3.6.1 Gejala

Gejala awalnya mulai timbul pada hari ke 4-7 setelah terinfeksi. Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan muncul bercak kemerahan yang kecil, yang diikuti oleh sekumpulan lepuhan kecil yang terasa nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk luka yang melingkar. Luka yang terbentuk biasanya menimbulkan nyeri dan membentuk keropeng.

Penderita bisa mengalami kesulitan dalam berkemih dan ketika berjalan akan timbul nyeri. Luka akan membaik dalam waktu 10 hari tetapi bisa meninggalkan jaringan parut.

Kelenjar getah bening selangkangan biasanya agak membesar. Gejala awal ini sifatnya lebih nyeri, lebih lama dan lebih meluas dibandingkan gejala berikutnya dan mungkin disertai dengan demam dan tidak enak badan.

Pada pria, lepuhan dan luka bisa terbentuk di setiap bagian penis, termasuk kulit depan pada penis yang tidak disunat. Pada wanita, lepuhan dan luka bisa terbentuk di vulva dan leher rahim. Jika penderita melakukan hubungan seksual melalui anus, maka lepuhan dan luka bisa terbentuk di sekitar anus atau didalam rektum.

Pada penderita gangguan sistem kekebalan (misalnya penderita infeksi HIV), luka herpes bisa sangat berat, menyebar ke bagian tubuh lainnya, menetap selama beberapa minggu atau lebih dan resisten terhadap pengobatan dengan asiklovir.

Gejala-gejalanya cenderung kambuh kembali di daerah yang sama atau di sekitarnya, karena virus menetap di saraf panggul terdekat dan kembali aktif untuk kembali menginfeksi kulit.


(52)

HSV-2 mengalami pengaktivan kembali didalam saraf panggul. HSV-1 mengalami pengaktivan kembali didalam saraf wajah dan menyebabkan fever blister atau herpes labialis. Tetapi kedua virus bisa menimbulkan penyakit di kedua daerah tersebut.

Infeksi awal oleh salah satu virus akan memberikan kekebalan parsial terhadap virus lainnya, sehingga gejala dari virus kedua tidak terlalu berat.

2.3.6.2 Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk memperkuat diagnosis, diambil apusan dari luka dan dibiakkan di laboratorium. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan adanya antibodi terhadap virus.

2.3.6.3 Pengobatan

Tidak ada pengobatan yang dapat menyembuhkan herpes genitalis, tetapi pengobatan bisa memperpendek lamanya serangan. Jumlah serangan bisa dikurangi dengan terus menerus mengkonsumsi obat anti-virus dosis rendah. Pengobatan akan efektif jika dimulai sedini mungkin, biasanya 2 hari setelah timbulnya gejala. Asikovir atau obat anti-virus lainnya bisa diberikan dalam bentuk sediaan oral atau krim untuk dioleskan langsung ke luka herpes.

Obat ini mengurangi jumlah virus yang hidup di dalam luka sehingga mengurangi resiko penularan. Obat ini juga bisa meringankan gejala pada fase awal. Tetapi pengobatan dini pada serangan pertama tidak dapat mencegah kambuhnya penyakit ini.

2.3.6.4 Pencegahan

Saran-saran untuk mencegah herpes genital adalah sama dengan yang untuk mencegah penyakit menular seksual lainnya. Kuncinya adalah untuk menghindari terinfeksi dengan HSV, yang sangat menular, pada waktu lesi ada. Cara terbaik untuk mencegah


(53)

infeksi adalah menjauhkan diri dari aktivitas seksual atau membatasi hubungan seksual dengan hanya satu orang yang bebas infeksi.

Pendek kata, anda dapat:

1. Gunakan, atau pasangan anda gunakan, sebuah kondom lateks selama setiap kontak seksual.

2. Batasi jumlah pasangan seks.

3. Hindari hubungan seksual jika pasangan terkena herpes di daerah genital atau dimanapun.

Komunikasi terbuka dengan pasangan anda atau calon pasangan adalah penting. Jika anda hamil, pastikan untuk memberitahu dokter anda bahwa anda telah terinfeksi HSV atau, jika anda tidak yakin, mintalah untuk diuji untuk HSV. Perhatikan tanda-tanda dan gejala HSV selama kehamilan. Dokter mungkin menyarankan agar anda mulai memakai obat antivirus herpes pada masa kehamilan untuk mencoba mencegah terjadinya kekambuhan saat melahirkan. Jika Anda mengalami kekambuhan ketika anda akan melahirkan, dokter anda mungkin akan menyarankan operasi caesar untuk mengurangi risiko tertular virus untuk bayi anda.


(54)

BAB 3

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

3.1 Analisis

Analisis berguna untuk mengetahui kebutuhan perangkat lunak dan kebutuhan sistem pakar yang akan dibangun. Dalam tahap ini dilakukan pencarian dan pengumpulan data serta pengetahuan yang diperlukan oleh sistem pakar, sehingga pada akhir analisis didapatkan hasil berupa sebuah sistem yang strukturnya dapat didefenisikan dengan baik dan jelas.

Untuk menghasikan sistem pakar yang baik diperlukan pembuatan basis pengetahuan dan basis aturan yang lengkap dan baik serta pembuatan mekanisme inferensi yang baik juga. Mekanisme inferensi adalah bagian dari sistem pakar yang melakukan penalaran dengan menggunakan isi daftar aturan berdasarkan urutan dan pola tertentu. Selama proses konsultasi antara sistem pakar dan pemakai, mekanisme inferensi menguji aturan satu demi satu sampai kondisi aturan itu benar.

Metode penalaran yang digunakan penulis dalam mekanisme inferensi untuk menguji aturan, yaitu forward chaining. Dalam penalaran maju, aturan-aturan diuji satu demi satu dalam urutan tertentu. Urutan ini mungkin berupa urutan pemasukan aturan ke dalam basis aturan atau juga urutan lain yang ditentukan oleh pemakai.

Saat tiap urutan diuji, sistem pakar akan mengevaluasi apakah kondisinya benar atau salah. Jika kondisinya benar, maka aturan itu disimpan kemudian aturan berikutnya diuji. Sebaliknya kondisi salah, aturan itu tidak disimpan dan aturan berikutnya diuji. Proses ini akan berulang (iterative) sampai seluruh basis aturan teruji dengan berbagai kondisi.


(55)

3.1.1 Pembahasan Program

Program sistem pakar merupakan program dengan basis pengetahuan yang dinamis. Dalam kata lain pengetahuan yang ada pada program ini harus dapat menambah atau biasa di-edit tanpa harus mengubah isi program secara keseluruhan. Untuk memenuhi syarat-syarat ini maka dibuat suatu struktur If Then bersarang untuk membaca dari file.

Mesin inferensi untuk program sistem pakar untuk diagnosis Penyakit Menular Seksual ini merupakan gabungan dari algoritma pencarian dan struktur If Then. Metode yang digunakan adalah metode deduksi (forward chaining) dimana program mengambil kesimpulan dari jawaban “Ya” dan “Tidak” atas pertanyaan yang digunakan dari program.

Kemampuan sistem pakar untuk memecahkan masalah tergantung pada seberapa luas basis pengetahuannya. Basis pengetahuan ini terutama berasal dari pengalaman para pakar, yang mana keluarannya hanya bersifat anjuran. Basis pengetahuan ini bersifat dinamis, artinya dapat diubah secara terus menerus.

3.1.2 Cara Kerja Aplikasi

Aplikasi sistem pakar yang dibangun memiliki cara kerja untuk menghasilkan suatu keluaran/output tentang nama penyakit dari penderita dan solusi yang direkomendasikan berdasarkan basis pengetahuan yang telah dijawab penderita.

Adapun cara kerja aplikasi sistem pakar dalam melakukan diagnosis penyakit adalah sebagai berikut:

1. Pemakai (user) sistem (dalam hal ini operator dari sistem tersebut) diminta untuk memiliki bagian yang akan di diagnosis.


(56)

2. Dalam melakukan diagnosis penyakit menular seksual ini, aplikasi yang dibuat akan menampilkan tampilan berupa dialog (komputer memberikan pertanyaan perihal mengenai gejala-gejala yang mungkin dialami oleh penderita) antara komputer dan pemakai (user) dalam pemeriksaan.

3. Jika jawaban yang diberikan adalah “Ya” maka kemudian sistem akan memberikan/menampilkan hasil diagnosis penyakit yang diderita pasien serta memberikan rekomendasi yang akan dilakukan pasien. Sistem pakar mulai bekerja dalam hal pengambilan kesinpulan penyakit dan rekomendasi yang diberikan berdasarkan mesin inferensi.

3.1.3 Analisis Permasalahan Sistem Pakar

Permasalahan untuk mendiagnosis penyakit menular seksual bagaimana penderita bisa mengetahui secara dini jenis penyakit menular seksual sehingga dapat dengan segera dilakaukan penanggulangan apabila penyakit yang lainnya belum menyerang keseluruh organ-organ si penderita.

Adapun tahap-tahap dalam menganalisis jenis penyakit menular seksual adalah dengan menganalisis gejala dan keluhan yang ada pada penderita. Disini diperlukan ketelitian dari seorang pakar dalam mendiagnosis gejala serta keluhan yang didapat dari hasil konsultasi dengan penderita dan melihat perubahan yang terjadi pada bagian organ vital penderita yang kemudian dapat dijadikan sebagai data yang berguna dalam pembuatan sistem pakar ini.


(57)

3.1.4 Flowchart Sistem

Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menggambarkan langkah-langkah penyelesaian suatu masalah. Flowchart merupakan cara penyajian dari suatu algortima (Al-Bahra bin Ladjamudin, 2005). Dari pengertian diatas, maka penulis membuat flowchart perancangan sistem pakar untuk diagnosis penyakit menular seksual seperti gambaran umum dibawah ini.

Gambar 3.1 Flowchart Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit Menular Seksual

START

Tampilkan Menu

Pilih Jenis Penyakit Yang

Di Derita

Penyakit Kelamin Pria

Tampilkan Penyakit Yang Di Derita Serta Sulusi Pengobatannya

Penyakit Kelamin W it


(1)

Pa d a Me n u Ti p s <HTML>

<HEAD>

<TI TLE>Si s t e m Pa k a r </ TI TLE>

<META HTTP- EQUI V=" Co n t e n t - Ty p e " CONTENT=" t e x t / h t ml ; c h a r s e t =i s o - 8 8 5 9 - 1 " >

<! - - I ma g e Re a d y Pr e l o a d Sc r i p t ( i n d e x . p s d ) - - > <SCRI PT TYPE=" t e x t / j a v a s c r i p t " >

<! - -

f u n c t i o n n e wI ma g e ( a r g ) { i f ( d o c u me n t . i ma g e s ) {

r s l t = n e w I ma g e ( ) ; r s l t . s r c = a r g ; r e t u r n r s l t ; }

}

f u n c t i o n c h a n g e I ma g e s ( ) {

i f ( d o c u me n t . i ma g e s && ( p r e l o a d Fl a g == t r u e ) ) {

f o r ( v a r i =0 ; i <c h a n g e I ma g e s . a r g u me n t s . l e n g t h ; i +=2 ) {

d o c u me n t [ c h a n g e I ma g e s . a r g u me n t s [ i ] ] . s r c = c h a n g e I ma g e s . a r g u me n t s [ i +1 ] ;

} }

}

c h a n g e I ma g e s ( ' s e r v i c e s ' , ' i ma g e s / s e r v i c e s - o v e r . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; "

ONMOUSEOUT=" wi n d o w. s t a t u s =' ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' s e r v i c e s ' , ' i ma g e s / s e r v i c e s . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; " >

<I MG NAME=" s e r v i c e s " SRC=" i ma g e s / s e r v i c e s . g i f " WI DTH=7 6 HEI GHT=3 7 BORDER=0

ALT=" s e r v i c e s " ></ A></ TD>

<TD COLSPAN=2 b g c o l o r =" # 0 0 0 0 3 3 " ><a h r e f =" s i s t e m p a k a r . h t ml "

o n Mo u s e Ov e r =" wi n d o w. s t a t u s =' p a r t n e r s ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' p a r t n e r s ' , ' i ma g e s / p a r t n e r s - o v e r . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; "

o n Mo u s e Ou t =" wi n d o w. s t a t u s =' ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' p a r t n e r s ' , ' i ma g e s / p a r t n e r s . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; " ><i mg n a me =" p a r t n e r s " s r c =" i ma g e s / p a r t n e r s . g i f " wi d t h =7 5 h e i g h t =3 7 b o r d e r =0 a l t =" p a r t n e r s " ></ a ></ TD>

<TD b g c o l o r =" # 0 0 0 0 3 3 " > <A HREF=" t i p s . h t ml "

c l a s s =" s t y l e 1 1 " ><s p a n c l a s s =" s t y l e 1 3 " ><s p a n c l a s s =" s t y l e 1 4 " ><s t r o n g >TI PS</ s t r o n g ><b r >

Be b e r a p a t i p s a g a r t i d a k t e r t u l a r a t a u t e r i n f e k s i Pe n y a k i t Me n u l a r Se k s u a l a d a l a h s e b a g a i b e r i k u t : </ s p a n ></ s p a n ></ s p a n ></ s p a n ></ p >

<o l > <u l >


(2)

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Gu n a k a n s e l a l u k o n d o m s e b a g a i l a n g k a h p e r t a ma u n t u k me n c e g a h t e r i n f e k s i n y a p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Me n j a u h k a n d i r i d a r i h u b u n g a n s e k s u a l ( mi s a l n y a , o r a l , v a g i n a , a t a u s e k s a n a l ) t a n p a me n g e n a l p a s a n g a n s e k s u a l . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Ha n y a me l a k u k a n h u b u n g a n s e k s u a l d a l a m h u b u n g a n j a n g k a p a n j a n g y a n g s a l i n g mo n o g a mi d e n g a n y a n g t i d a k t e r i n f e k s i mi t r a . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Pr i a me n g g u n a k a n k o n d o m l a t e k s , j i k a d i g u n a k a n s e c a r a k o n s i s t e n d a n b e n a r , s a n g a t e f e k t i f d a l a m me n g u r a n g i p e n u l a r a n HI V d a n i n f e k s i me n u l a r s e k s u a l l a i n n y a , t e r ma s u k Go n o r e , Si f i l i s , He r p e s g e n i t a l i s , i n f e k s i k l a mi d i a , t r i k o mo n i a s i s d a n l a i n s e b a g a i n y a . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Ti d a k s e mb a r a n g a n me ma k a i a l a t - a l a t ma k a n / mi n u m y a n g s u d a h d i p a k a i . Gu n a k a n l a h p e r a l a t a n ma k a n / mi n u m y a n g s t e r i l a t a u y a n g b e r s i h . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >I n g a t , Pe n y a k i t Me n u l a r Se k s u a l p e n u l a r a n n y a t i d a k h a n y a me l a k u k a n h u b u n g a n s e k s u a l s a j a t e t a p i u n t u k t i d a k s e mb a r a n g a n me ma k a i h a n d u k , t e r mo me t e r , a l a t j a r u m s u n t i k d a n l a i n -l a i n . Ta n y a k a n a p a k a h b e n d a - b e n d a t e r s e b u t b e n a r - b e n a r s t e r i l a t a u b e l i l a h a t a u g u n a k a n p e r a l a t a n An d a a g a r k e s e h a t a n An d a d a p a t &n b s p ; t e r j a mi n . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J i k a me l a k u k a n t r a n f u s i d a r a h , t a n y a k a n k e p a d a d o k t e r a t a u p a r a a n g g o t a PMI t e n t a n g s t a t u s a t a u p u n s e j a r a h k e s e h a t a n p e n e r i ma a t a u p e n d o n o r d a r a h . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J i k a s e d a n g b e r k e mi h d i t o i l e t a t a u WC u mu m, u s a h a k a n me n g g u n a k a n a i r y a n g s e d a n g me n g a l i r , k a r e n a me l a l u i a i r d a l a m b a k ma n d i j i k a t e r d a p a t s a l a h s a t u v i r u s a t a u k u ma n y a n g d a p a t me n y e b a b k a n me n u l a r k a n p e n y a k i t s e k s u a l , ma k a p e n g g u n a a i r t e r s e b u t b i s a d a p a t t e r t u l a r me l a l u i c e b o k , me n c u c i ma t a j i k a i r i t a s i d a n b e r k u mu r . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J i k a s a l a h s a t u p a s a n g a n An d a t e r i n f e k s i p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l , p e r g i l a h k e Pu s k e s ma s , Ru ma h Sa k i t , Pe n y u l u h , a t a u p u n t e mp a t p e n a n g a n a n ODHA ( Or a n g De n g a n HI V/ AI DS) k e b a g i a n k o n s e l i n g , d i s a n a An d a a k a n d i b a n t u u n t u k me n d a p a t k a n i n f o r ma s i y a n g l e b i h j e l a s . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Ko n s u l t a s i l a h k e p a d a a h l i Pe n y a k i t Me n u l a r Se k s u a l An d a y a n g t e r d e k a t j i k a An d a t e r i n f e k s i Pe n y a k i t Me n u l a r Se k s u a l d a n j a n g a n p e r n a h ma l u u n t u k me n c e r i t a k a n s e j a r a h s e k s u a l An d a , t i d a k p a n i k d a n <e m>s t r e s s </ e m>, r a h a s i a An d a a k a n t e r j a mi n . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J a n g a n me n g k o n s u ms i o b a t - o b a t a n s e c a r a s e mb a r a n g a n j i k a a n d a t e r i n f e k s i Pe n y a k i t Me n u l a r Se k s u a l t a n p a p e t u n j u k d o k t e r y a n g b e n a r . J i k a h a l t e r s e b u t An d a l a k u k a n , k e mu n g k i n a n b e s a r v i r u s a t a u b a k t e r i d a n k u ma n a k a n t e r j a d i r e s i s t e n s i a t a u p u n k e b a l t e r h a d a p o b a t y a n g An d a k o n s u ms i . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J i k a i b u y a n g s e d a n g h a mi l t e r i n f e k s i p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l , s e g e r a p e r g i


(3)

k e d o k t e r s p e s i a l i s a g a r d a p a t d i t a n g a n i s e c a r a d i n i s e h i n g g a b a y i y a n g d i k a n d u n g s e t i d a k n y a t i d a k t e r t u l a r p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >J i k a An d a s e r i n g me l a k u k a n h u b u n g a n s e k s u a l d a n b e r g a n t i - g a n t i p a s a n g a n a t a u p r o f e s i An d a a d a l a h p e k e r j a s e k s k o me r s i a l b a i k p a d a Pr i a Tu n a Su s i l a ( PTS) a t a u Wa n i t a Tu n a Su s i l a ( WTS) , c e k a t a u s e t i d a k n y a p e r i k s a k a n d i r i An d a s e t i a p 3 b u l a n s e c a r a r u t i n u n t u k me n g e t a h u i p e r k e mb a n g a n p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Te t a p l a h s e t i a k e p a d a p a s a n g a n An d a . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Se b e l u m ma s u k k e j e n j a n g p e r n i k a h a n , p e r i k s a k a n d i r i An d a d a n p a s a n g a n An d a a p a k a h s a l a h s a t u d a r i An d a t e r i n f e k s i p e n y a k i t me n u l a r s e k s u a l . </ l i >

<l i c l a s s =" s t y l e 1 2 " >Ba n y a k - b a n y a k b e r d o a d a n d e k a t k a n l a h d i r i An d a k e p a d a Tu h a n ; - ) </ l i >

</ u l > <p >. </ p > <h r >

</ d i v ></ TD> </ TR>

<TR>

<TD COLSPAN=2 b g c o l o r =" # 0 0 0 0 0 0 " >&n b s p ; </ TD>

<TD COLSPAN=4 ROWSPAN=2 b g c o l o r =" # 0 0 0 0 0 0 " >&n b s p ; </ TD>

</ TR> <TR>

<TD c o l s p a n =" 1 0 " ><b l o c k q u o t e >

<t a b l e a l i g n =" l e f t " c e l l p a d d i n g =" 0 " c e l l s p a c i n g =" 0 " >

<t r >

<t d c o l s p a n =" 2 " a l i g n =" l e f t " v a l i g n =" t o p " ><d i v > c r e a t i v e d e s i g n b y ; Ga n d a </ d i v ></ t d > </ t r >

ALT=" " ></ TD> <TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=2 8 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

<TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=5 9 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

<TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=4 1 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

<TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=2 4 8 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

<TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=1 6 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

</ TR> </ TABLE>

<! - - En d I ma g e Re a d y Sl i c e s - - > </ c e n t e r ></ BODY>


(4)

(5)

Pa d a Me n u Ab o u t <HTML>

<HEAD>

<TI TLE>Yo u r Co mp a n y Na me </ TI TLE>

<META HTTP- EQUI V=" Co n t e n t - Ty p e " CONTENT=" t e x t / h t ml ; c h a r s e t =i s o - 8 8 5 9 - 1 " >

<! - - I ma g e Re a d y Pr e l o a d Sc r i p t ( i n d e x . p s d ) - - > <SCRI PT TYPE=" t e x t / j a v a s c r i p t " >

<! - -

f u n c t i o n n e wI ma g e ( a r g ) { i f ( d o c u me n t . i ma g e s ) {

r s l t = n e w I ma g e ( ) ; r s l t . s r c = a r g ; r e t u r n r s l t ; }

}

f u n c t i o n c h a n g e I ma g e s ( ) {

i f ( d o c u me n t . i ma g e s && ( p r e l o a d Fl a g == t r u e ) ) {

f o r ( v a r i =0 ; i <c h a n g e I ma g e s . a r g u me n t s . l e n g t h ; i +=2 ) {

d o c u me n t [ c h a n g e I ma g e s . a r g u me n t s [ i ] ] . s r c = <TD COLSPAN=2 >

<A HREF=" s i s t e m p a k a r . h t ml " ONMOUSEOVER=" wi n d o w. s t a t u s =' p a r t n e r s ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' p a r t n e r s ' , ' i ma g e s / p a r t n e r s - o v e r . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; "

ONMOUSEOUT=" wi n d o w. s t a t u s =' ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' p a r t n e r s ' , ' i ma g e s / p a r t n e r s . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; " >

<I MG NAME=" p a r t n e r s " SRC=" i ma g e s / p a r t n e r s . g i f " WI DTH=7 5 HEI GHT=3 7 BORDER=0

ALT=" p a r t n e r s " ></ A></ TD> <TD>

<A HREF=" t i p s . h t ml "

ONMOUSEOVER=" wi n d o w. s t a t u s =' s u p p o r t ' ; c h a n g e I ma g e s ( ' s u p p o r t ' , ' i ma g e s / s u p p o r t - o v e r . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; "

ONMOUSEOUT=" wi n d o w. s t a t u s =' ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' s u p p o r t ' , ' i ma g e s / s u p p o r t . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; " >

<I MG NAME=" s u p p o r t " SRC=" i ma g e s / s u p p o r t . g i f " WI DTH=8 0 HEI GHT=3 7 BORDER=0

ALT=" s u p p o r t " ></ A></ TD> <TD COLSPAN=2 >

<A HREF=" a b o u t . h t ml "

ONMOUSEOVER=" wi n d o w. s t a t u s =' n e ws ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' n e ws ' , ' i ma g e s / n e ws - o v e r . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; "

ONMOUSEOUT=" wi n d o w. s t a t u s =' ' ;

c h a n g e I ma g e s ( ' n e ws ' , ' i ma g e s / n e ws . g i f ' ) ; r e t u r n t r u e ; " >

<I MG NAME=" n e ws " SRC=" i ma g e s / n e ws . g i f " WI DTH=7 7 HEI GHT=3 7 BORDER=0


(6)

</ TR> <TR>

<p a l i g n =" l e f t " > </ p >

</ p > <h r >

<p a l i g n =" l e f t " c l a s s =" s t y l e 7 " >Na ma &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n

b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : <s t r o n g >MARGANDA SI TUMORANG</ s t r o n g ><b r >

J e n i s Ke l a mi n &n b s p ; : La k i - l a k i <b r >

Al a ma t &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : J l . J a mi n Gi n t i n g Gg . Ka mb o j a No . 1 2 , P. Bu l a n , MEDAN &n d a s h ; 2 0 1 5 5 <b r >

Pe n d i d i k a n &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : D3 PULMED, LP3 M, Me d a n <b r >

S1 I l mu Ko mp u t e r , USU, Me d a n <b r >

Ema i l &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s

p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : <a h r e f =" ma i l t o : m_ 6 4 1 1 d a @y a h o o . c o m" >m_ 6 4 1 1 d a @y a h o o . c o m</ a ><b

r >

Fa c e b o o k &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : <a h r e f =" ma i l t o : m_ 6 4 1 1 d a @y a h o o . c o m" >m_ 6 4 1 1 d a @y a h o o . c o m</ a ><b r >

No . Po n s e l &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; &n b s p ; : 0 8 1 3 7 0 5 3 8 3 8 3 </ p >

<h r >

</ b l o c k q u o t e > </ d i v ></ TD>

</ TR> <TR>

<TD COLSPAN=1 1 a l i g n =" c e n t e r " v a l i g n =" mi d d l e " c l a s s =" t e x t 2 " > <a h r e f =" # " ><ma r q u e e >Si s t e m Pa k a r , So l u s i Pe n y e mb u h a n p e n y a k i t Go n o r e , Si f i l i s d a n He r p e s Ge n i t a l i s Pa d a Pr i a d a n Wa n i t a </ ma r q u e e > </ a ><a h r e f =" # " ></ a ></ TD>

<TD a l i g n =" c e n t e r " v a l i g n =" mi d d l e " c l a s s =" t e x t 1 " > ALT=" " ></ TD>

<TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=1 3 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

<TD> ALT=" " ></ TD>

<TD> ALT=" " ></ TD>

<I MG SRC=" i ma g e s / s p a c e r . g i f " WI DTH=4 1 HEI GHT=1 ALT=" " ></ TD>

</ TR> </ TABLE>

<! - - En d I ma g e Re a d y Sl i c e s - - > </ c e n t e r ></ BODY>