Biografi Ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel entrok karya okky madasari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA
keberpihakannya pada tokoh atau kelempok tertentu dalam setiap tulisannya. Dia juga bisa mengekspresikan kreativitasnya dengan leluasa.
Namun Okky sadar bahwa daya dorong sebuah novel tidak bisa sekuat berita di koran atau media elektronik. Meskipun begitu, novel dan cerita
fiksi memiliki potensi sendiri. Tulisan fiksi bisa memengaruhi perasaan masyarakat.
5
Okky mendirikan lembaga yang bernama Yayasan Muara Bangsa YMB. Yayasan tersebut bergerak di bidang pendidikan usia dini, anak-
anak pinggiran, kurang mampu, dan korban bencana. Pada awalnya ia menemukan fakta bahwa beberapa tetangganya kesulitan menyekolahkan
anaknya. Selanjutnya ia meminta izin kepada suaminya untuk memanfaatkan sebidang lahan untuk dijadikan tempat pendidikan awal
bagi para tetangganya yang ekonominya sulit. Penulis novel “Maryam” Pemenang Khatulistiwa Literary Award
2012, Okky Madasari merespon rasa kagumnya kepada Kartini dalam pemikiran-pemikirannya sebagai inspirasi dan karya-karya. Namun Okky
tetap ingin jadi dirinya sendiri. Setiap April, banyak acara yang digelar dimana-mana dari anak-anak sekolah hingga masyarakat luas dengan
menghadirkan kebaya sebagai simbolnya. Menurut Okky peringatan kelahiran Kartini akhirnya identik dengan peragaan busana dan rangkaian
seremonial tanpa makna. Bahkan, sejak di bangku sekolah, kita diajari bahwa Kartini adalah perempuan Indonesia yang menyuarakan
emansipasi. Tapi tak pernah ada penjelasan lebih jauh apa yang dipikirkan Kartini soal emansipasi. “Habis Gelap Terbitlah Terang„ senantiasa
disebut sebagai buah pikir Kartini. Tapi hanya segelintir orang yang tahu apa sebenarnya yang ditulis Kartini. Oleh sebab itu, melalui Yayasan
Muara yang diasuhnya dan bekerjasama dengan Institut Ungu, diselenggarakan
gelaran pembacaan
surat-surat Kartini
bertajuk
5
Agung Putu Iskandar, Okky Madasari Meraih Khatulistiwa Literary Award 2012 berkat Maryam,
http:www.jpnn.comread20121212150133Okky-Madasari-Meraih-Khatulistiwa-Literary- Award-2012-berkat-Maryam-
diakses pada tanggal 21 Oktober 2014
“Membaca Suratnya, Terbitlah Terang,” di Galeri Cipta 2, Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis, 18 April 2013.
Melalui sastra, novelis Okky Madasari memilih caranya untuk memperingati momentum 15 tahun reformasi yang sarat sejarah. Novelis
yang lebih dulu dikenal melalui novel Entrok 2010, 86 2011, dan Maryam 2012 itu menjadikan momentum 15 tahun reformasi untuk
merefleksikan kondisi terkini bangsa Indonesia melalui peluncuran sebuah buku terbarunya yang berjudul Pasung Jiwa. Bertempat di teater kecil
Taman Ismail Marzuki, Jakarta, peluncuran novel Pasung Jiwa juga menghadirkan teater yang mengangkat cerita dalam novel Pasung Jiwa
yang juga melibatkan Yayasan Muara yang didirikannya. Pada tahun 2010 pertama kalinya Okky berhasil menghasilkan
novel yang berjudul Entrok. Novel tersebut terlahir karena kedekatan dengan neneknya yang banyak mengisahkan pengalaman hidupnya. Novel
Entrok memiliki latar belakang cerita pada masa rezim orde baru dan mengisahkan tekanan kesewenang-wenangan kekuasan pemerintahan yang
menjadikan rakyat sebagai korban. Selanjutnya pada tahun 2011, Okky merilis novel yang berjudul 86, novel tersebut merupakan pengalamannya
selama menjadi wartawan yang sering kali meliput berita mengenai hukum. Novel ini terlahir dari keprihatinannya atas praktik-praktik korupsi
di negeri ini. Pada pembuatan novel ini sebelumnya ia melakukan riset dan mengumpulkan bahan selama dua tahun pada saat ia meliput berita di
bidang hukum. Novel ini juga masuk dalam nominasi Khatulistiwa Award 2011.
Pada tahun 2012, Okky meliris novelnya yang berjudul Maryam. Novel ini terlahir dari diskriminasi yang dialami oleh warga Ahmadiyah di
tanah airnya sendiri, sehingga Okky menjadikan kasus tersebut sebagai tema novelnya. Tapi, ia tidak membahasnya hingga hal-hal yang berkaitan
dengan keyakinannya, ia hanya berfokus pada kondisi sosial dan penderitaan warga Ahmadiyah setelah terusir dari rumah dan tanahnya.
Sebelum menulis novel ia melakukan riset selama 6 bulan terhadap