Sumardjo menyatakan bahwa setting tidak hanya berupa tempat atau lokal saja, tetapi juga mencakup suatu daerah dengan watak
kehidupannya. Hal ini senada dengan pendapat Stephen Minot yang menyatakanbahwa latar memuat: 1 latar waktu, 2 latar alamgeografi,
3 latar sosial
18
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa latar dalam novel terdiri dari tiga yaitu latar waktu, tempat, dan suasana.
Latar tempat menunjukkan tempat peristiwa para tokoh menjalankan perannya seperti Yogyakarta dan kamar tidur atau dapur. Latar waktu
berhubungan dengan kapan terjadinya sebuah peristiwa. Latar sosial berhubungan dengan keadaan masyarakat, gaya hidup, adat istiadat
dan sikapnya.
4. Alur
Alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama.
19
Alur merupakan rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. Alur merupakan pondasi dari sebuah cerita.
20
Pengertian alur dalam cerpen atau dalam karya fiksi pada umumnya adalah rangkaian
cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
21
Sebuah cerita tidak akan utuh apabila tidak ada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa dalam alur, hubungan kausalitas dan
keberpengaruhan. Pengarang dengan sangat terampil menggarap peristiwa-peristiwa untuk dijadikan jalan cerita hal tersebut juga
menjadi penentu kualitas dari seorang pengarang. Setiap peristiwa tersusun menjadi tahapan-tahapan alur dalam cerita. Pada dasarnya
18
Endah Tri Priyatni, op. cit., h.112
19
Tarigan, op. cit., h. 126.
20
Robert Stanton, Teori Pengkajian Fiksi Robert Stanton, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.26
21
Aminuddin, op. cit., h.8
alur bergerak dari permulaan, pertengahan, dan akhir. Ada berbagai pendapat mengenai tahapan-tahapan peristiwa dalam cerita.
Aminuddin membedakan tahapan-tahapan peristiwa sebagai berikut:
22
1 Pengenalan adalah tahap peristiwa dalam suatu cerita
rekaan atau drama yang memperkenalkan tokoh-tokoh atau latar cerita.
2 Konflik atau tikaian adalah ketegangan atau pertentangan
antara dua kepentingan atau kekuatan di dalam cerita rekaan atau drama.
3 Komplikasi atau rumitan adalah bagian tengah alur cerita
rekaan atau drama yang mengembangkan tikaian. 4
Klimaks adalah bagian alur cerita rekaan atau drama yang melukiskan puncak ketegangan, terutama dipandang dari
segi tanggapan emosional pembaca. 5
Krisis adalah bagian alur yang mengawali penyelesaian. 6
Leraian adalah bagian struktur alur sesudah tercapainya klimaks.
7 Selesaian adalah tahapan akhir suatu cerita rekaan atau
drama.
5. Sudut Pandang
Sudut pandang atau point of view, menunjuk pada cara sebuah cerita dikisahkan. Ia merupakan cara dan atau pandangan yang
dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan cerita dalam
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Sudut pandang merupakan
strategi, teknik, atau siasat yang secara sengaja dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya. Sudut pandang atau titik
22
Siswanto, op. cit., h. 159-160
pandang adalah cara pengarang menampilkan para pelaku dalam cerita yang dipaparkannya.
23
Ada banyak jenis sudut pandang dalam karya sastra salah satunya berdasarkan pemaparan dari Albertine Minderop sebagai berikut:
24
1 Sudut pandang persona ketiga “Diaan”
Sudut pandang persona ketiga “Dia” digunakan dalam
pengisahan cerita dengan gaya “Dia”. Narator atau pencerita adalah seorang yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan
menyebut namanya. Pada sudut pandang persona ketiga “Diaan” terbagi menjadi dua macam, pertama sudut pandang
orang ketiga “Dia” mahatahu yaitu pencerita berada diluar
diluar cerita dan melaporkan peristiwa-peristiwa menyangkut para semua tokoh. Kedua “Dia” terbatas sebagai pengamat yait
pencerita yang berada diluar cerita yang mengetahui segala sesuatu tentang diri seorang tokoh saja baik tindakan maupun
batin tokoh tersebut. 2
Sudut pandang pesona pertama “Akuan” Sudut pandang “aku” hanya menceritakan pengalamannya
sendiri. Sudut pandang persona pertama “Aku” terbagi menjadi dua, pertama “Aku” tokoh utama yaitu pencerita yang ikut
berperan sebagai tokoh utama melaporkan cerita dari sudut pandang “Aku” atau “I” dan menjadi foks atau pusat cerita.
Kedua, “Aku” tokoh tambahan yaitu pencerita yang tidak ikut
serta berperan dalam cerita, hadir sebagai tokoh tambahan yang aktif sebagai pendengar atau penonton dan hanya utnuk
melaporkan cerita kepada pembaca dari sudut pandang “Aku” atau “I”.
3 Sudut pandang campuran
23
Aminuddin, op. cit., h. 90
24
Albertine Minderop, Metode Karakterisasi Telaah Fiksi, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2011, h. 96-113
Sudut pandang ini menggunakan lebih dari satu teknik pencerita. Pengarang berganti-ganti dari satu teknik ke teknik
yang lainnya.
6. Gaya Bahasa
Gaya adalah cara pengarang dalam menggunakan bahasa.
25
Gaya merupakan
pemilihan serta
penyusunan bahasa.
Aminuddin menyatakan bahwa dalam karya sastra istilah gaya mengandung
pengertian cara seorang pengarang menyampaikan gagasannya dengan menggunakan media bahasa yang indah dan harmonis serta mampu
menuansakan makna dan suasana yang dapat menyentuh daya intelektual dan emosi pembaca.
26
Dari pengertian di atas, gaya bahasa merupakan sarana pengarang untuk mengekspresikan gagasannya sehinggga dapat menyentuh daya
intelektual, dan emosi pembaca. Gaya bahasa juga bisa menjadi ciri khas dari seorang pengarang.
7. Amanat
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca atau pendengar.
27
Melaui amanat pengarang mencoba menyampaikan pesan yang ingin
disampaikannya. Amanat bersifat tersirat dan tersurat dalam karya sastra. Pesan yang disampaikan oleh pengarang dalam karya
diharapkan pembaca bisa diaplikasikan di kehidupan
25
Stanton, op. cit., h. 61
26
Aminuddin, op. cit., h. 72
27
Siswanto, op. cit., h.162
C. Gender
Perspektif merupakan gambaran pandangan dapat dianggap juga bahwa perspektif sudut pandang terhadap fenomena. Perspektif gender adalah sudut
pandang yang dipakai ketika melakukan penelitian yang berfungsi untuk memahami gejala sosial budaya, dengan asumsi bahwa dalam masyarakat ada
pembedaan menurut jenis kelamin.
28
Umumnya gender diartikan sebagai hal-hal yang bersifat kultural dan sosial. Gender tidak merujuk pada hal-hal yang bersifat biologis dan alamiah,
hal- hal yang belakangan ini kerap dikaitkan dengan istilah “seks”.
29
Gender sendiri didefinisikan sebagai “pemisahan jenis kelamin yang dipaksakan
secara sosial” dan sebagai “suatu hasil relasi seksualitas yang bersifat sosial”.
30
Banyak yang menggap bahwa sex memiliki makna yang sama dengan gender, pada dasarnya sex adalah jenis kelamin yang merujuk pada
sifat biologis mengenai reproduksi, anatomi fisik dan karakteristik biologis. Sedangkan gender bersifat sosial dan kultural. Gender terjadi karena adanya
sistem sosial dan kultur yang berlaku di sebuah tempat berdasarkan jenis kelaminnya.
Sadli berpendapat bahwa pengertian seks atau jenis kelamin dalam ilmu- ilmu sosial dan dalam biologi adalah suatu kategori biologis, perempuan atau
lelaki. Ini menyangkut hitungan kromosom, pola genetik, dan struktur genital. Gender sebaliknya merupakan konsep sosial.
31
Seks atau jenis kelamin berbeda dengan gender. Seks atau jenis kelamin ditentukan berdasarkan
katergori biologis seperti penghitungan kromosom, pola genetik dan struktural genetik. Gender berkaitan dengan prilaku yang didasarkan oleh pengalaman
28
Umi sumbulah, Spektrum Gender Kilasan Inklusi Gender di Perguruan Tinggi,Malang: UIN Malang Press, 2008, h. 11
29
Rachmad Hidayat, Ilmu yang Seksis: Feminisme dan Perlawanan terhadap Teori Sosial Maskulin, Yogyakarta: Penerbit Jendela, 2004, h.257
30
Stevi Jackson dan Jackie Jones, Pengantar Teori-teori Feminis Kontemporer, Yogyakarta : Jalasutra, 2009, h. 229
31
Saparinah Sadli, Berbebeda tetapi Setara Pemikiran tentang Kajian Perempuan, Jakarta: PT. Kompas Media Nusantara, 2010, h. 22-23
sosialnya seperti perempuan memiliki sifat positif yakni sifat lembut, sabar, berpenampilan rapi dan senang melayani kebutuhan orang lain.
Gender adalah seperangkat peran yang seperti halnya kostum dan topeng teater, menyampaikan kepada orang lain bahwa kita feminim atau
maskulin. Perangkat perilaku khusus ini – yang mencakup penampilan,
pakaian, sikap, kepribadian, bekerja di dalam atau di luar rumah, seksualitas, tanggung jawab keluarga dan sebagainya - secara bersama-sama memoles
“peran gender” kita.
32
Gender merupakan sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikontruksi secara sosial maupun kultural. Perempuan itu
dikenal lemah lembut, cantik, emosional, ataupun keibuan. Sementara laki- laki dianggap: kuat, rasional, jantan, perkasa.
33
Sifat dan ciri tersebut dapat dipertukarkan. Konsep gender yaitu perubahan terhadap ciri dan sifat
perempuan dan laki-laki dari tempat ke tempat, waktu ke waktu dan kelas ke kelas masyarakat lainnya.
Gender adalah suatu kontruksi atau bentuk sosial yang sebenarnya bukan bawaan lahir sehingga dapat dibentuk atau diubah tergantung tempat,
waktuzaman, sukurasbangsa, budaya, status sosial, pemahaman agama, negara ideologi, politik, hukum dan ekonomi. Oleh karenanya gender
bukanlah kodrat Tuhan melainkan buatan manusia yang dapat dipertukarkan dan memiliki sifat relatif.
34
Menurut Laurel Richardson, dkk Gender is so pervasive that in our society we assume it is bred into our genes. Most people find it hard to believe
that gender is constantly created and recreated out of human interaction, out of social life, and is the texture and order of that social life
. 35
Artinya gender sangat meluas dalam masyarakat, kita menganggap itu sebagai asal dari gen
32
Julia Cleves Mosse, Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women’s
Centre dengan Pustaka Pelajar, 2007, h. 3
33
Mansour Fakih, Analisis Gender dan Trasformasi Sosial. Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2013, h.8
34
Riant Nugroho, Gender dan Strategi Pengarus Utamaannya di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011, h. 8
35
Laurel Richardson, Feminist Frontiers, Americas, New York: McGraw-Hill Companies, Inc, 2004, h. 33
kita. Kebanyakan orang merasa sulit untuk percaya bahwa gender terus- menerus dibuat dan diciptakan dari interaksi manusia, kehidupan sosial, dan
tekstur tatanan kehidupan sosial. The pervasiveness of gender as a way of structuring social life demands
that gender statuses be clearly differentiated. Varied talents, sexual preferences, identities, personalities, interests, and ways of interacting
fragment the individuals bodily and social experiences.
36
Artinya gender sangat mudah menyebar sebagai cara penataan kehidupan sosial meminta
bahwa status gender dibedakan dengan jelas. Bakat-bakat yang bervariasi, pilihan jenis kelamin, identitas, kepribadian, minat, dan interaksi individu dan
interaksi sosial. Pengertian gender menurut Hilary M. Lips Gender is the term used to
encompass the social expectations associated with femininity and masculinity Unger, 1979b. finding that cultures also differ from one another in their
rules and expectations for femininity and for masculinity is a good clue that gender is socially constructed. The rules for femininity and masculinity are
grounded in the biologicalanatomical distinctions between women and men what we call sex differences, but go well beyond such distinctions. For
example, one important sex difference is that women can become pregnant and men cannot. this biological distinction has been used in many cultures to
create a set of femininity expectations for women that include being maternally inclined, nurturing, and close to the earth.
37
Artinya gender adalah sistemkonsep yang digunakan untuk menjelaskan sistem hubungan social
antara pria dan wanita Unger, 1919b. Mengungkap bahwa adattradisi berbeda satu dengan yang lain di dalam aturan dan perbedaan sikap untuk
wanita dan pria adalah ciri penting bahwa gender terbentuk dalam masyarakat. Menentukan wanita dan pria didasari oleh perbedaan biologifisik
antara wanita dan pria perbedaan sex, terbentuk dengan baik. Sebagai
36
Ibid., h. 42
37
Hilary M. Lips, A New Psychology of Women: Gender, Culture, and Ethnicity, Americas,
New York: McGraw-Hill Companies, Inc, 2003, h. 6
contoh, salah satu perbedaan penting dalam perbedaan sex jenis kelamin adalah bahwa wanita bisa mengandunghamil sedangkan pria tidak. Perbedaan
biologi ini telah digunakan dibanyak suku budaya untuk menentukan ciri dari ―kewanitaan perbedaan wanita juga termasuk memiliki sifat keibuan,
merawat, dan dekat dengan anak. Berbeda dengan sex atau jenis kelamin yang sudah ditetapkan dan diatur
oleh Tuhan, manusia tidak dapat merubah kodrat tersebut. Kodrat perempuan yang telah ditetapkan Tuhan misalnya perempuan hamil, melahirkan,
menyusui dan menstruasi. Gender membuat perbedaan dalam hal peran, prilaku, mental, ideologi dan emosional yang berkembang di masyarakat.