Gender Ketidakadilan gender pada perempuan dalam novel entrok karya okky madasari dan implikasinya terhadap pembelajaran sastra di SMA

contoh, salah satu perbedaan penting dalam perbedaan sex jenis kelamin adalah bahwa wanita bisa mengandunghamil sedangkan pria tidak. Perbedaan biologi ini telah digunakan dibanyak suku budaya untuk menentukan ciri dari ―kewanitaan perbedaan wanita juga termasuk memiliki sifat keibuan, merawat, dan dekat dengan anak. Berbeda dengan sex atau jenis kelamin yang sudah ditetapkan dan diatur oleh Tuhan, manusia tidak dapat merubah kodrat tersebut. Kodrat perempuan yang telah ditetapkan Tuhan misalnya perempuan hamil, melahirkan, menyusui dan menstruasi. Gender membuat perbedaan dalam hal peran, prilaku, mental, ideologi dan emosional yang berkembang di masyarakat. Akibat dari perbedaan gender menimbulkan anggapan di masyarakat mengenai pekerjaan yang pantas untuk laki-laki seperti profesi dokter, direktur, presiden, dan pekerjaan yang memimpin tidak pantas untuk perempuan. Sedangkan pekerjaan yang pantas untuk perempuan seperti sekertaris, perawat, dan ibu rumah tangga. Gender tidak akan menjadi masalah jika tidak menimbulkan ketidakadilan dan diskriminasi, tetapi karena terjadi pembedaan terhadap gender telah melahirkan peran gender. Selanjutnya, peran gender menimbulkan ketidakadilan dan diskriminasi gender. Fakih berpendapat bahwa perbedaan gender ternyata telah mengakibatkan lahirnya sifat dan stereotipe yang oleh masyarakat dianggap sebagai ketentuan kodrati atau bahkan ketentuan Tuhan. Sifat dan stereotipe yang sebetulnya merupakan konstruksi ataupun rekayasa sosial terkukuhkan menjadi kodrat cultural, dalam proses yang panjang telah mengakibatkan terkondisikannya beberapa posisi perempuan, antara lain: a Perbedaan dan pembagian gender yang mengakibatkan, termanifestasi dalam, posisi subordinasi kaum perempuan di hadapan laki-laki; b Secara ekonomis, perbedaan dan pembagian gender juga melahirkan proses marginalisasi perempuan; c Perbedaan dan pembagian gender juga membentuk penandaan atau stereotipe terhadap kaum perempuan yang berakibat pada penindasan terbadap mereka; d Perbedaan dan pembagian gender juga membuat kaum perempuan bekarja lebih keras dan memeras keringat lebih panjang; e Perbedaan gender juga melahirkan kekerasan dan penyiksaan terhadap kaum perempuan baik secara fisik maupun secara mental; f Perbedaan dan pembagian gender dengan segenap manifestasinya di atas mengakibatkan tersosialisasinya citra posisi, kodrat, dan penerimaan nasib perempuan yang ada. Dari penjelasan di atas bahwa perbedaan menimbulkan ketidakadilan gender yang menjadikan perempuan sebagai korbannya. Mansour Fakih menjelaskan ketidakadilan yang akibatkan oleh gender sebagai berikut: 38 a Marginalisasi Gender telah menimbulkan marginalisasi kemiskinan ekonomi yang dialami perempuan. Marginalisasi terkait dengan pemiskinan perempuan akibat penggusuran, tafsir agama, kebijakan pemerintah. Misalnya program pertanian atau revolusi hijau green revolution secara ekonomis telah menyingkirkan kaum perempuan dari pekerjaannya sehingga memiskinkan mereka. Program revolusi hijau memperkenalkan jenis padi biasa menjadi padi unggul yang tumbuh lebih rendah, dan pendekatan panen dengan sistem tebang menggunakan sabit, tidak lagi melakukan panen dengan ani-ani. Padahal alat tersebut melekat dan digunakan oleh kaum perempuan. b Subordinasi Subordinasi pada perempuan menimbulkan anggapan bahwa perempuan itu irrasional atau emosional sehingga perempuan tidak bisa tampil memimpin, berakibat munculnya sikap yang 38 Fakih, op.cit., h.12-22 menempatkan perempuan pada posisi yang tidak penting. Misalnya di Jawa dulu ada anggapan bahwa perempuan tidak perlu sekolah tinggi-tinggi , toh akhirnya akan di dapur juga. c Stereotip Stereotip adalah pelabelan atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu. Celakanya stereotip selalu merugikan dan menimbulkan ketidakadilan. Salah satu stereotip bersumber dari pandangan gender. Misalnya masyarakat memiliki anggapan bahwa tugas utama perempuan adalah melayani suami. Stereotip ini berakibat wajar sekali jika pendidikan kaum perempuan dinomerduakan. d Beban kerja Adanya anggapan bahwa kaum perempuan memiliki sifat memelihara dan rajin, serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestik rumah tangga menjadi tanggung jawab kaum perempuan. e Kekerasan Kekerasan adalah serangan atau invasi terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Kekerasan gender disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuatan yang ada dalam masyarakat. Banyak macam dan bentuk kejahatan yang bisa dikategorikan sebagai kekerasan gender, diantaranya: 1 Pemerkosaan terhadap perempuan, termasuk perkosaan dalam perkawinan. 2 Tindakan pemukulan dan serangan fisik yang terjadi dalam rumah tangga. Termasuk tindak kekerasan dalam bentuk penyiksaan terhadap anak-anak. 3 Penyiksaan yang mengarah kepada organ alat kelamin genital mutilation. 4 Kekerasan dalam bentuk pelacuran. Pelacuran merupakan bentuk kekerasa terhadap perempuan yang diselenggarakan oleh mekanisme ekonomi yang merugikan perempuan. 5 Kekerasan dalam bentuk pornografi. Jenis kekerasan ini masuk kekerasan nonfisik yakni pelecehan yang menjadikan kaum perempuan sebagai objek demi keuntungan seseorang. 6 Pemaksaan sterilisasi dalam Keluarga Berencana. Pemaksaan sterilisasi dapat membahayakan kaum perempuan baik fisik maupun jiwa mereka. 7 Kekerasan terselubung yakni memegang atau menyentuh bagian tertentu dari tubuh perempuan dengan pelbagai cara dan kesempatan tanpa kerelaan si pemilik tubuh. 8 Pelecehan seksual sexual harassment. Analisis gender sering kali berkaitan dengan kekerasan laki-laki terhadap perempuan. Sesuai dengan pendapat Mansour Fakih sebelumnya bahwa kekerasan dikasifikasikan menjadi 8. Selain ketidakadilan ternyata gender telah menciptakan kekerasan-kekerasan yang dialami oleh kaum perempuan. Perempuan sering sekali menjadi korban dari kesombongan dan keangkuhan laki-laki yang dibuat oleh budaya patriarki. Dampak yang ditimbulkan dari perbedaan gender menjadikan perempuan dalam masyarakat kelas dua yang tidak dapat menentukan dan memperrjuangkan kehidupannya. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sugihastuti bahwa berkuasanya laki-laki sebagai pihak dominan telah mengecilkan peranan perempuan dalam keluarga yang berimbas pada citra diri perempuan sebagai pihak yang tidak memiliki kekuasaan untuk menentukan nasib sendiri. 39 Dalam ruang lingkup rumah tangga, perempuan hanya diperbolehkan berada di rumah, dan hanya melakukan pekerjaan yang bersifat domestik. Kondisi perempuan dengan perekonomian yang rendah akan memiliki beban ganda selain melakukan pekerjaan domestik yakni harus membantu keuangan keluarga. Selain itu, di bidang pekerjaan terkadang pemberian upah bagi 39 Sugihastuti dan Itsna Hadi Saptiawan, Gender dan Inferioritas Perempuan Praktik Kritik Sastra Feminis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h.92 kaum perempuan tidak sebanding dengan yang didapatkan oleh kaum laki- laki. Ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat menimbulkan pengecilan dan beban peran perempuan, ketidakadilan, diskriminasi, kesewenangan, dan kekerasan. Dari pemaparan mengenai gender, dapat disimpulkan bahwa gender dan sex tidak memiliki kesamaan arti atau makna, tetapi banyak yang menganggap bahwa gender istilah lain untuk sex. Sebenarnya, sex berarti pembagian jenis kelamin dan bersifat biologis. Sedangkan gender merupakan pembagian terhadap perbedaan prilaku laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial dan budaya. Gender dapat berbeda-beda berdasarkan tempat, waktu, dan kelas. Perbedaan gender yang menimbulkan ketidakadilan gender seperti marginalisasi, subdornisasi, stereotipe, kekerasan dan beban kerja.

D. Pembelajaran Sastra

Pendapat Wallek dan Warren bahwa sastra berarti segala sesuatu yang tertulis dan bersifat rekaan dan memiliki nilai estetik. Sesuai dengan pendapat tersebut bahwa pengajaran sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia sangat memberikan manfaat karena sastra sebagai karya seni yang memiliki nilai estetis banyak memberikan pengetahuan baru. Pengajaran sastra juga dapat mengakrabkan antara hubungan guru dan siswa. Pengajaran bahasa dan sastra tidak dapat disamakan tetapi kedua pengajaran tersebut tidak bisa dipisahkan. Pengajaran sastra bersifat afektif yaitu menambah pengalaman siswa untuk lebih cepat tanggap terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi disekitarnya. Tujuan akhir dari pengajaran sastra agar siswa mampu menanamkan, menumbuhkan, dan mengembangkan kepekaan terhadap permasalahan hidup, serta dapat mengenal dan menghormati nilai-nilai kehidupan. Sedangkan, pengajaran bahasa pembelajarannya mengenai aspek keterampilan berbahasa yaitu menyimak, membaca, menulis, dan berbicara yang terintegrasi dengan pengajaran sastra, oleh karena itu pengajaran sastra dan bahasa tidak dapat dipisahkan. Secara umum tujuan pembelajaran mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia dibidang sastra dalam kurikulum 2004 adalah agar 1 peserta didik mampu menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk mengembangkan kepribadian, memperluas wawasan kehidupan serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa, dan 2 peserta didik menghargai dan mengembangkan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya intelektual manusia Indonesia 40 . Tujuan itu dijabarkan kedalam kompetensi mendengarkan, berbicara, dan menulis sastra. Pengajaran sastra dapat membantu pendidikan secara utuh yang meliputi empat manfaat, yaitu membantu dalam keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. 41 a. Membantu dalam Keterampilan Berbahasa Mengikutsertakan pengajaran sastra dalam kurikulum berarti membantu siswa terlatih keterampilan membaca, dan mungkin ditambah sedikit keterempilan menyimak, berbicara, dan menulis. b. Meningkatkan Pengetahuan Budaya Sastra berkaitan erat dengan semua aspek manusia dan alam secara keseluruhannya. Setiap ka rya sastra selalu menghadirkan „sesuatu’ dan kerap menyajikan banyak hal yang apabila dihayati benar-benar akan semakin menambah pengetahuan orang yang menghayatinya. c. Mengembangkan Cipta dan Rasa Dalam pengajaran sastra, kecakapan yang perlu dikembangkan adalah kecakapan yang bersifat indra; yang bersifat penalaran; yang bersifat afektif; dan yang bersifat sosial; serta dapat ditambahkan lagi yang bersifat 40 Siswanto., op.cit, h.171 41 B. Rahmanto, Metode Pengajaran Sastra, Yogyakarta: Kanisius, 1992, h. 16-24 religius. Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran sastra yang dilakukan dengan benar, akan menyediakan kesempatan untuk mengembangkan kecapakan-kecakapan tersebut lebih dari apa yang disediakan oleh mata pelajaran yang lain, sehingga pembelajaran sastra tersebut dapat lebih mendekati arah dan tujuan pembelajaran dalam arti yang sesungguhnya. d. Menunjang Pembentukan Watak Dalam nilai pengajaran sastra ada dua tuntutan yang dapat diungkapkan sehubungan dengan pembentukan watak ini. Pertama, pembelajaran sastra hendaknya mampu membina perasaan yang lebih tajam. Dibandingkan pelajaran-pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan lebih banyak untuk mengantarkan siswa mengenal rangkaian kemungkinan kehidupan manusia, seperti kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggan diri, sampai pada kelemahan, keputusasaan, kekalahan, kebencian, perceraian, dan kematian. Tuntutan kedua, pengajaran sastra hendaknya dapat memberikan bantuan dalam usaha mengembangkan berbagai kualitas kepribadian siswa, meliputi: ketekunan, kepandaian, pengimajian, dan penciptaan. Di dalam interaksi sering terjadi proses yang memungkinkan terjadinya pengenalan, pemahaman, penghayatan, penikmatan terhadap karya sastra, sehingga dapat mengaplikasikan secara langsung temuannya dalam kehidupan sehari-hari. Pada pengajaran sastra disekolah tingkatan SMA, SMK, dan MA sudah pada tahapan yang tinggi siswa sudah mampumengkaji unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik suatu karya. Pada proses ini guru harus mampu memotivasi siswa agar mampu mencapai standar dari pembelajaran sastra yang telah dicatumkan di RPP. Dari pembelajaran sastra pada novel Entrok karya Okky Madasari siswa diharapkan mampu mengapresiasikan karya sastra dengan baik serta mampu memahami dan mengaplikasikan segi nilai-nilai positif yang terkandung dalam karya sastra, sehingga dapat membantu dalam pembentukan karakter siswa. Pada penelitian ini memfokuskan pada ketidakadilan gender yang dialami tokoh peremepuan dalam novel Entrok kaya Okky Madasari. Penelitian ini juga diharapkan agar memahami dan mengapresiasikan hal-hal positif baik dalam karya sasstra maupun di luar karya sastra dan dapat membantu pembenukan karakter siswa yang berpendidikan.

E. Penelitian yang Relevan

Skripsi yang berjudul Uang dan Kekuasaan Pada Masa Orde Baru dalam Novel Entrok Karya Okky Madasari: Kajian Hegemoni Gramsci milik Defi Prihatiningsih, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang penelitian ini mendeskripsikan mengenai praktik hegemoni yang dilakukan oleh penguasa orde baru kepada masyarakat berkaitan dengan masalah pensuksesan progam pemerintah serta diskriminasi rasial yang diterima warga Tionghoa. Penelitian ini juga membahas mengenai peran uang dan kekuasaan pada masa orde baru yang mempunyai timbal balik diantara keduanya. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan sosiologi sastra dengan menekankan pada teori hegemoni Antonio Gramsci. Skripsi berjudul Kritik Politik dalam novel Entrok karya Okky Madasari dan Alternatif Pembelajaran Sastra di SMA miliki Tsalasaniarsa Riefky Septiyanto, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas